Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proteksi transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses penyaluran


daya dari satu tempat ke tempat yang lain. Ini dikarenakan prinsip dalam transmisi
tenaga listrik yang baik salah satunya adalah aman selain andal dan ekonomis.
Proteksi tenaga listrik merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam transmisi
tenaga lisrik dapat dikatakan aman. Dapat dikatakan aman karena dalam transmisi
tenaga listrik akan diberikan suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan
transmisi dari gangguan bahkan mengamankan manusia dari bahaya yang
ditimbulkan oleh pemindahan daya listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Proteksi transmisi tenaga listrik sangat diperlukan dalam transmisi tenaga


listrik. Dengan proteksi yang bagus, maka transmisi tidak akan rusak ketika ada
sebuah gangguan yang bersifat sementara. Jika proteksi transmisi tenaga listrik
baik, maka nilai ekonomis dapat diperoleh karena jika dalam suatu transmisi
terjadi gangguan, maka kerusakan peralatan tidak dapat menyebar keperalatan
yang lain dikarenakan ada sebuah proteksi transmisi. Nilai ekonomis dan aman
dapat dipadukan menjadi nilai andal. Andal yang dimaksud disini adalah tidak
membahayakan manusia yang berada disekitar transmisi tenaga listrik sehingga
manusia yang berada disekitar transmisi ini tidak mengalami gangguan kesehatan
maupun gangguan material.

Pembuatan makalah ini berdasarkan tugas mata kuliah Pengaman


Peralatan dan Manusia. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut, para
penyusun juga berharap mendapatkan ilmu yang lebih berdasarkan topik yang
diusung oleh penyusun. Dengan demikian, penyusun tidak hanya memiliki nilai

1
sebagai buah hasil pembuatan makalah ini tetapi juga mendapatkan kompetensi
yang lebih.

1.2. Perumusan masalah

Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa permasalasahan.


Diantaranya adalah :

1.2.1. Apakah Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik ?

1.2.2. Apa saja yang termasuk dalam alat proteksi transmisi tenaga listrik ?

1.2.3. Bagaimana peralatan proteksi transmisi tenaga listrik itu bekerja ?

1.2.4. Dimanakah peralatan proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan ?

1.3. Tujuan dan manfaat Penulisan

Tujuan pertama adalah agar para penyusun mendapatkan ilmu dan


kompetensi yang lebih dalam hal proteksi, terutama proteksi transmisi tenaga
listrik. Yang kedua agar makalah ini dapat dijadikan sumber referensi oleh para
pembaca sebagai dasar pemikiran untuk dikembangkan atau untuk dilengkapi.

Manfaat yang diperoleh setelah membaca makalah ini adalah pembaca


mengetauhi proteksi transmisi tenaga listrik yang digunakan pada umumnya,
bagaimana proteksi tersebut bisa bekerja, penerapannya dibagian sebelah mana,
dan macam alat pengaman transmisi tenaga listrik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani


konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu
dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-
kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem, melalui analisa gangguan.

Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan
digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta
penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting
relay) untuk keperluan proteksi.

Artikel ini akan membahas tentang karakter serta gangguan-gangguan dan


sistem proteksi yang digunakan pada sistem tenaga listrik yang meliputi:
generator, transformer, jaringan dan busbar.

2.2 Definisi Sistem Proteksi

Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator,
transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu
sendiri.

Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan
lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. (untuk jelasnya
lihat artikel: "Keandalan dan Kualitas Listrik")

3
Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:

1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan


akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.

2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil


mungkin.

3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada


konsumen dan juga mutu listrik yang baik.

4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan


pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan
circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut
secara manual.

Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya
menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian
atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan relay.

Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan,


mempunyai dua fungsi pokok:

4
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya
tetap beroperasi seperti biasa.

2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating),


pengaruh gaya-gaya mekanik dst.

"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan


memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi".

Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus


kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman
yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak
efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada konduktor
akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan adalah sebanding dengan
kwadrat dari arus:

H = 12.R.t Joules

Dimana;

H = panas yang dihasilkan (Joule)

I = arus listrik (ampere)

R = tahanan konduktor (ohm)

t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus


tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan
Sekering atau Circuit Breaker.

Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak


peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai
dengan kapasitas arus hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing
Capacity.

5
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara
terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).

2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja.

3. Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama, sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian
penghantar.

4. Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang


disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.

5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya pada


rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang
tetap beroperasi.

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik


diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih
lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.

Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering


atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat
mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan
mekanik.

2.3 Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:

a). Selektivitas dan Diskriminasi

6
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.

b). Stabilitas

Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang
melindungi (gangguan luar).

c). Kecepatan Operasi

Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah
perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator
yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem. Waktu
pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem tegangan tinggi adalah
140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms
sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed
relaying).

d). Sensitivitas (kepekaan)

Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai
prosentase dari arus sekunder (trafo arus).

e). Pertimbangan ekonomis

Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,


oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru
aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun demikian pula sistem
atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap kelangsungan peralatan
sistem adalah vital.

Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau
proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).

7
f). Realiabilitas (keandalan)

Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).

g) Proteksi Pendukung

Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya


terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila
proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin
indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo dan rele-rele
tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo tegangan yang dimiliki
bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area
atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona
- zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit
breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang
dinamakan, remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis
dengan zona-zona utama.

Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam


sistem tansmisi,cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back
up akan bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan
untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.

2.4 Komponen-Komponen Sistem Proteksi

Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:

1. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)

2. Relay

3. Trafo arus (Current Transformer, CT)

4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)

8
5. Kabel kontrol

6. Catu daya, Supplay (batere)

Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:

1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya


tetap beroperasi seperti biasa.

2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating), pengaruh


gaya mekanik dan sebagainya.

Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat

mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan

H = I2.R×t Joules

Proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu


sistem koodinasi relay dan circuit breaker

Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat


‘Breaking capacity’ atau ‘Repturing Capcity’.

Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:

1. Selektivitas dan Diskriminasi

2. Stabilitas

3. Kecepatan operasi

4. Sensitivitas (kepekaan).

5. Pertimbangan eko nomis.

6. Realibilitas (keandalan).

7. Proteksi pendukung (back up protection)

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik

Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang


dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik
sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat
disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik dengan aman. Proteksi
transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi
gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi
menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat
melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman
yang terpasang haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang
sedang melaukukan perawatan.

Transmisi tenaga listrik terbagi dalam beberapa kategori. Kategori yang


pertama adalah transmisi dengan tegangan sebesar 500Kv. Ini merupakan
transmisi yang sangat tinggi. Karena di Indonesia masih menggunakan sistem 500
kv. Kategori yang kedua adalah transmisi dengan tegangan sebesar 150 kv. Dan
yang ketiga adalah transmisi 75 kv. Untuk dibawah 75 kv selanjutnya dinamakan
dengan distribusi tenaga listrik.

Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti
system tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau
pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut namun dalam waktu yang
sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak mengalami kerusakan

10
akibat gangguan yang terlalu lama. Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat
berupa :

a. Gangguan transmisi akibat hubung singkat.

b. Gangguan transmisi akibat sambaran petir.

c. Gangguan transmisi akibat hilangnya salah satu kabel fasa


disebabkan dicuri manusia.

3.2. Peralatan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik

Peralatan Proteksi transmisi tenaga listrik diantaranya adalah :

A. Rele arus lebih

Rele arus lebih adalah rele yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I set). Pada Transmisi
rele ini bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada Jaringan
Tegangan tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga.
Rele ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan
phasa-phasa.

B. Rele hubung tanah

Rele ini berfungsi untuk mengamankan transformator jika terjadi


gangguan hubung tanah didalam dan diluar daerah pengaman transformator. Rele
arah hubung tanah memerlukan operating signal dan polarising signal. Operating
signal diperoleh dari arus residual melalui rangkaian trafo arus penghantar (Iop =
3Io) sedangkan polarising signal diperoleh dari tegangan residual. Tegangan
residual dapat diperoleh dari rangkaian sekunder open delta trafo tegangan. Pada
transmisi rele ini bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan
Tegangan tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga.

11
C. Rele Diferensial

Rele diferensial ini berfungsi untuk mengamankan transformator tenaga


terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didalam daerah pengaman
transformator, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi..

D. Rele jarak

Rele jarak atau distance rele digunakan sebagai pengaman utama (main
protection) pada Suatu sistem transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan sebagai
cadangan atau backup untuk seksi didepan. Rele jarak bekerja dengan mengukur
besaran impedansi (Z), dan transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan
pengamanan yaitu Zone-1, Zone-2, dan Zone-3, serta dilengkapi juga dengan
teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif
didalam daerah pengamanannya.

E. Kawat tanah

Kawat tanah atau overhead grounding adalah media pelindung kawat fasa
dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut
perlindungan sekecil mungkin karena dianggap petir menyambar diatas kawat.
Pada umumnya ground wire terbuat dari kawat baja (steel wire) dengan kekuatan
St 35 atauSt 50, tergantung dari spesifikasiyang ditentukan oleh PLN. Dalam
melindungi kawat phasa tersebut.

Misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah. Dengan


menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b dapat
ditentukan sebesar 2/3 h. Sedangkan zona proteksi groundwire terletak di dalam
daerah yang diarsir. Di dalam zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran
petir langsung sehingga di daerah tersebut pula kawat phasa dibentangkan.

F. Pemutus Tenaga ( PMT )

12
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian
listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup
rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai
dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal
diatas, adalah sebagai berikut:

1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.

2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban


maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
tenaga itu sendiri.

3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

3.3. Cara Kerja Peralatan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik

3.3.1. Rele arus lebih

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus
yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang
boleh melewatinya disebut dengan setting.

Macam-macam karakteristik rele arus lebih :

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)

13
Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir
melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10
– 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus
lebih dengan karakteristik yang lain.

Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan
jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan
waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat
gambar dibawah ini.

Gambar 2. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).

14
Relay arus lebih waktu terbalik

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus
secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya.
Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik
yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :

• Standar invers

• Very inverse

• Extreemely inverse

Gambar 3. Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).

Jika dalam suatu transmisi terdapat gangguan yang berupa arus lebih,
maka dalam waktu yang singkat rele arus lebih akan bekerja sehingga jaringan
transmisi akan tidak terhubung sementara. Jika gangguan telah hilang, maka
jaringan transmisi akan terhubung kembali.

3.3.2. Rele hubung tanah

Jika dalam transmisi tenaga listrik terjadi hubung singkat antara kabel
fasa dengan tanah, maka rele hubung tanah akan langsung bekerja dalam waktu
yang sangat singkat, sehingga sistem menjadi aman karena tidak terjadi kerusakan
yang sangat banyak.

15
3.3.3. Rele Diferensial

Relay differensial adalah suatu alat proteksi yang sangat cepat bekerjanya
dan sangat selektif berdasarkan keseimbangan (balance) yaitu perbandingan arus
yang mengalir pada kedua sisi trafo daya melalui suatu perantara yaitu trafo arus
(CT). Dalam kondisi normal, arus mengalir melalui peralatan listrik yang
diamankan (generator, transformator dan lain-lainnya). Arus-arus sekunder
transformator arus, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui jalur IA. Jika relay
pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2, maka dalam kondisi normal tidak
akan ada arus yang mengalir melaluinya.

Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik yang


diamankan (external fault), maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan
tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan pada kondisi normal, sehingga relay
pengaman tidak akan bekerja untuk gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi
didalam (internal fault), maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik,
menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID
akan mengalir melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2.
Selama arus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada
arus yang mengalir melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman,
tetapi setiap gangguan (antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem
keseimbangan terganggu, akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating
Coil relay pengaman, maka relai pengaman akan bekerja dan memberikan
perintah putus (tripping) kepada circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau
instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari sistem tenaga listrik.

3.3.4. Rele jarak

Rele jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat
dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai
titik terjadinya gangguan dapat ditentukan. Perhitungan impedansi dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:

16
Zf=Vf/If

Dimana:

Zf = Impedansi (ohm)

Vf = Tegangan (Volt)

If = Arus gangguan

Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang
terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan:

a. Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai
maka relai akan trip.

b. Bila harga impedansi ganguan lebih besar daripada impedansi setting relai
maka relai akan tidak trip.

Gambar Blok Diagram Relai Jarak.

Pengukuran Impedansi Gangguan Oleh Relai Jarak

Menurut jenis gangguan pada sistem tenaga listrik, terdiri dari gangguan
hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dua fasa ke tanah dan satu fasa ke tanah. Relai
jarak sebagai pengaman utama harus dapat mendeteksi semua jenis gangguan dan

17
kemudian memisahkan sistem yang terganggu dengan sistem yang tidak
terganggu.

1. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa

Pada saat terjadi gangguan tiga fasa yang simetris, maka amplitudo
tegangan fasa VR,VS,VT turun, namun beda fasanya tetap 1200 listrik. Impedansi
yang diukur relai jarak pada saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa adalah
sebagai berikut:

Vrelai = VR

Irelai=IR

ZR= VR /IR

Dimana,

ZR = impedansi terbaca oleh relai

VR = Tegangan fasa ke netral

IR = Arus fasa

2. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

Untuk mengukur impedansi pada saat terjadi gangguan hubung singkat dua fasa,
tegangan yang masuk ke komparator relai adalah tegangan fasa yang terganggu,
sedangkan arusnya adalah selisih (secara vektor) arus-arus yang terganggu.
Misalkan terjadi hubung singkat antara fasa S dan T , maka pengukuran
impedansi untuk hubung singkat antara fasa S dan T adalah sebagai berikut:

V relai = VS – VT

I relai = IS - IT

Sehingga,

ZR = Vrelai/Irelai = ( VS – VT ) / ( IS – IT )

18
3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah

Untuk mengukur impedansi pada saat hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan
yang dimasukkan ke relai adalah tegangan yang terganggu, sedangkan arus fasa
terganggu di tambah arus sisa dikali faktor kompensasi. Misalnya terjadi
gangguan hubung singkat satu fasa R ke tanah, maka pengukuran impedansi
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Tegangan pada relai: Vrelai = VR

Arus pada relai : Irelai = IR+K0.In

Arus netral : In=IR+IS+IT

Kompensasi urutan nol : K0=1/3(Z0-Z1/Z1)

Z1=VR/(IR+K0.In)

untuk gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, Impedansi urutan nol akan
timbul pada gangguan tanah. Adanya K0 adalah untuk mengkompensasi adanya
impedansi urutan nol tersebut. Sehingga impedansi yang terukur menjadi benar.

Karakteristik Relai Jarak

Karakteristik relai jarak merupakan penerapan langsung dari prinsip dasar relai
jarak. Karakteristik ini biasa digambarkan didalam diagram R-X. Macam-macam
karakteristik relai jarak adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik impedansi

Ciri-ciri nya :

a. Merupakan lingkaran dengan titik pusatnya ditengah-tengah, sehingga


mempunyai sifat non directional. Untuk diaplikasikan sebagai pengaman
SUTT perlu ditambahkan relai directional atau relai arah.

b. Mempunyai keterbatasan mengantisipasi gangguan tanah high resistance.

19
c. Karakteristik impedansi sensitive oleh perubahan beban, terutama untuk
SUTT yang panjang sehingga jangkauan lingkaran impedansi dekat
dengan daerah beban.

2. Karakteristik Mho

Ciri-ciri:

a. Titik pusatnya bergeser sehingga mempunyai sifat directional.

b. Mempunyai keterbatasan untuk mengantisipasi gangguan tanah high


resistance.

c. Untuk SUTT yang panjang dipilih Zone-3 dengan karakteristik Mho lensa
geser.

3. Karakteristik Reaktansi

Ciri-ciri:

a. Karateristik reaktansi mempunyai sifat non directional. Untuk aplikasi di


SUTT perlu ditambah relai directional atau relai arah.

b. Dengan seting jangkauan resistif cukup besar maka relai reaktansi dapat
mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi.

4. Karakteristik Quadrilateral

Ciri-ciri:

a. Karateristik quadrilateral merupakan kombinasi dari 3 macam komponen


yaitu : reaktansi, berarah dan resistif.

b. Dengan seting jangkauan resistif cukup besar, maka karakteristik relai


quadrilateral dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi.

c. Umumnya kecepatan relai lebih lambat dari jenis mho.

20
Rele jarak merupakan proteksi yang paling utama pada saluran transmisi.
Rele jarak menggunakan pengukuran teganan dan arus untuk mendapatkan
impedansi saluran yang harus diamankan. Jika impdansi yang terukur didalam
batas settingnya, maka rele akan bekerja. Di sebut rele karena jarak, karena
impedansi pada saluran bersarnya akan sebanding dengan panjang saluran. Oleh
karena itu, rele jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang terjadi,
tetapi tergangung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rele proteksi.
Impedansi yang diukur dapat berupa Z, R saja ataupun X saja. Tergantung rele
yang dipakai.

3.3.5. Kawat Tanah

Kawat tanah atau overhead grounding adalah media pelindung kawat fasa
dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut
perlindungan sekecil mungkin karena dianggap petir menyambar diatas kawat.
Kawat ini merupakan proteksi transmisi tenaga listrik yang bersifat pasif. Jika
terjadi sambaran petir, maka kawan ini akan meyalurkan arus petir langsung
ketanah. Sehingga sistem transmisi aman dari gangguan. Kawat yang bagus
adalah yang memiliki tahanan kurang dari 4 ohm. Jika lebih dari 4 ohm, maka
arus yang mengalir tidak bisa cepat, dapat menyebabkan putusnya kawat atau
terjadinya flashover antara kawat dasa dengan kawat tanah.

3.3.6. Pemutus Tenaga ( PMT )

Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya


maksimum 1000 meter diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi
yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka tegangan operasi maksimum dari
PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang diberikan pada tabel 1.

21
Tabel 1. Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi

Proses Terjadinya Busur Api

Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga


listrik maka pada PMT akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi karena pada saat
kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak akan menimbulkan
medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 3.1 Pembentukan Busur Api

Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak


dan menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan
elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak katoda (K). Kedua emisi
ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak menuju kontak
anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral media isolasi
dikawasan positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi.
Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju anoda akan semakin
bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda,
perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan kontak
anoda.

Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang
berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya
tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di
katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari
bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion positif akan menimbulkan
emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi akan

22
melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan antar kontak terus
berlangsung dan inilah yang disebut busur api.

Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai


dijauhkan dari sela kontak.

2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang


lebih besar bagi proses rekombinasi.

3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga
memberi peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.

4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga


elektron-elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.

Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih


banyak daripada penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan
padam. Ketika busur api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan medan
elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang lebih besar daripada
kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka busur api akan terjadi lagi.

PMT termasuk proteksi terhadap transmisi tenaga listrik. PMT dapat


membuka dan menutup baik secara otomatis maupun secara manual. Sehingga,
jika transmisi sedang dalam pemeliharaan, maka jaringan transmisi dapat diputus
sementara.

3.4. Penerapan Peralatan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik

Proteksi transmisi tenaga listrik diberlakukan di semua transmisi tenaga


listrik. Namun, untuk pemasangannya hanya berada di gardu induk.
Pemasangannya pada saluran masuk ke gardu induk dan di saluran keluar garu
induk. Sehingga jika jaringan transmisis terjadi gangguan, maka gardu induk tidak
mengalami kerusakan. Jika terjadi kerusakan, maka kerusakannya minimal.

23
Kecuali kawat tanah. Kawat tanah dipasang diatas kawat fasa yang
berfungsi untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Sehingga
pemasanggannya berada diseluruh jaringan transmisi tenaga listrik.

24
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1. Kesimpulan

Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam transmisi


sangat tergantung sekali dengan proteksi transmisi tenaga listrik. Oleh sebab itu
dalam perencangan jalur transmisi tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-
kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem melalui analisa gangguan
seperti gangguan petir, gangguan hubung singkat akibat alam, dan termasuk
gangguan hilangnya kawat transmisi dikarenakan dicuri oleh manusia.

Pada dasarnya gangguan dapat terjadi karena kegagalan operasi peralatan


dalam sistem, kesalahan manusia dan karena alam. Gangguan yang disebabkan
oleh alam, manusia tidak bisa mengelak lagi. Tetapi manusia bisa memperkecil
kerusakan transmisis yang disebabkan oleh gangguan alam yakni dengan
memasang kawat tanah.

4.2. Saran

Bagi para pembaca, silahkan untuk melengkapi materi yang berada


didalam makalah ini. Karena materi yang berada didalam makalah ini sangatlah
sedikit. Dikarenakan waktu yang digunakan untuk membuat makalah ini sangat
terbatas.

25
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, Fauzi Aditya,dkk.2010.Pengaman Surja Kawat Tanah. BALI :


Universitas Udayana

Tobing, Cristof. 2008. Rele Jarak Sebagai Proteksi Saluran Transmisi. DEPOK :
Universitas Indonesia

http://www.plnkalselteng.co.id/webpln/book/Buku%20Kelistrikan/OPERASI
%20&%20PEMELIHARAAN%20SISTEM%20PROTEKSI
%20PENYALURAN.pdf

http://arnoy24.wordpress.com/

http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/11/dasar-dasar-sistem-proteksi.html

http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/09/relai-jarak-distance-relay.html

http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-pemutus.html

26

Anda mungkin juga menyukai