Anda di halaman 1dari 17

Aku seorang Polisi yang ditugaskan untuk membongkar sebuah kasus pencucian

uang di salah satu perusahaan yang berkolaborasi bersama beberapa perusahaan besar di
Dubai. Jenderal memperkirakan orang yang aku cari ikut andil di dalam perusahaan
tersebut. Karena itu masa cutiku di persingkat, ufh.

Aku pun terbang ke Dubai setelah menerima semua data dan informasi yang
berhasil di dapat oleh mata-mata kepolisian. Seseorang akan menjemputku di bandara
setibanya aku di Dubai, dia bernama Ramly. Semua supir taxi memanggilnya bos karena
dia adalah pemilik perusahaan taxi. Namun itu adalah pekerjaan sampingan karena tugas
utamanya adalah mata-mata.

Bos mempersiapkan perjalananku dengan sebuah kereta wisata agar aku


mengetahui lokasi-lokasi penting di negara ini. Sambil aku menyusun strategi
penyusupanku ke perusahaan itu.

Kereta berangkat tepat waktu dan aku nyaris tertinggal. Dengan sedikit
berolah-raga, akhirnya aku berhasil naik kereta tersebut. 'Huf' sedikit berkeringat
memang, tapi aku sudah terbiasa berlari dan mengejar sesuatu seperti aku yang dari kecil
mengejar orang bernama King Kobra. Dia adalah orang yang telah merenggut dunia kecil
keluargaku dan menghancurkan impianku.

Aku berjalan di dalam kereta yang sangat bagus. Aku menikmati arsitektur kereta
yang dihias sangat mewah dan begitu indah dengan ruang-ruang yang ditata begitu
menawan sehingga memberi kesan nyaman bagi para penumpangnya. Namun
kenikmatanku terusik oleh suara langkah kaki orang yang sedang berlari, di dalam
gerbong?

Aku menoleh ke arah gelang kaki itu berbunyi. Aku melihat dua pria botak
sedang berlari di belakang seorang gadis. Sepertinya mereka sedang mengejar gadis itu.
Apakah aku akan berdiam diri melihat ini? ‘hem, tentu saja tidak.’

Aku berjalan cepat hingga berpapasan dengan gadis itu. Setelah melewatinya, aku
berlari cukup kencang lalu melompat sambil menendang pintu koboi yang akan dilalui
kedua orang botak tersebut. Karena tak siap, tubuh mereka pun terpental dan jatuh

1
1
terjungkal. Saat keduanya bangkit aku memberi sebuahh tendangan telak pada salah
satunya di bagian perut. Sedangkan yang seorang lagi maju menyerang, aku memberikan
sebelah kakiku tepat di wajahnya.

Lalu keduanya menyerang bersama-sama, setelah mengsampingkan rasa sakitnya.


Keduanya menyerangku dengan membabi buta dan aku hanya berkelit, menghindar lalu
memberi pukulan patah di tengkuk dan leher begitu ada kesempatan. Dan mereka pun
terkapar tak sadarkan diri.

'Hem, tak seperti wajahnya yang sangar.' Batinku.

Gadis itu menghampiriku, berharap akan dapat ucapan terima kasih atau mungkin
sebuah pelukan hangat dari gadis itu yang ternyata sangat cantik. Namun kenytaanya
tidak seperti yang aku bayangkan.

"Apa yang kamu lakukan terhadap mereka?" Gadis itu berteriak di wajahku
dengan kalimat yang tidak bisa aku cerna maksudnya. ‘What the…’ batinku

"Aku memukul mereka karena mereka akan melukaimu?" Jawabku dengan nada
yang tidak kalah tinggi dengan gadis yang tak tahu terima kasih itu.

"Tidak mungkin mereka melukaiku, dasar sok tau!" Gadis itu berpaling dengan
penuh marah, lalu pergi begitu saja.

Segerombolan orang --yang entah darimana datangnya tiba-tiba saja sudah


berkerumun-- menatapku dengan tatapan yang beraneka macam. Diantaranya ada seorang
wanita berumur tetapi masih tetap terlihat cantik dan dengan gayanya yang anggun
menghampiriku, ban berkata;

"Mereka adalah bodyguards Sanjana. Temuilah dia di ruangannya, dan minta


maaf padanya. Sebelum dia menyulitkanmu dalam perjalanan ini." Sedikitpun aku tak
mengerti ucapannya, terlebih kata-kata terakhirnya...

Memangnya siapa dia? Aku bergeming dari tempat aku berdiri sambil
memandangi kepergian orang-orang yang tadi berkerumun. Dengan berat hati aku
mengikuti saran wanita itu. Jika kedua pria botak itu adalah bodyguardsnya, maka aku

2
yang salah. Dengan berbekal niat baik dan penyesalan yang tulus, aku mendatangi
ruangannya. Aku berharap akan bersi-tengang dan adu argumen dengannya. Namun yang
di mintanya sudah melewati batasannya.

'Hey, aku seorang detektif. Mana mungkin aku bisa menjadi bodyguardnya.'
Batinku.

«——»

Kereta berhenti di sebuah tempat yang indah namun tandus. Melalui mikrophone
aku dengar bahwa kereta akan berhenti lama untuk memberikan waktu agar para
penumpang bisa menikmati keindahan tempat ini. Aku memanfaatkan kesempatan ini
untuk mempelajari daerah baru. Aku pun turun dan menyewa seekor kuda untuk
menjelajahi tempat ini, hingga hari beranjak gelap.

Dalam perjalanan kembali, aku mendengar derapan kaki kuda selain kuda yang
aku tunggangi selain itu aku juga mendengar suara seorang wanita berteriak minta tolong.
Aku memutuskan untuk menunggu hingga mereka mendekat. Ternyata gadis manja itu
sedang di kejar oleh sekawanan pria berkuda. Aku tak ingin berurusan lagi dengan gadis
itu.

'Semua ini paling hanya leluconnya saja.' pikirku.

Aku pun pergi meninggalkannya. Namun baru saja aku memutar arah kudaku,
aku kembali mendengar teriakannya. Ketika aku kembali menoleh kearahnya, aku
melihat dia jatuh tersungkur. Kemudian para pria itu pun turun dari kudanya dan
langsung menarik rambut gadis yang sepertinya sudah tidak berdaya itu dengan kejam.

Gadis itu meronta dengan sekuat tenaga hingga pegangan pria itu terlepas.
Namun malang baginya, sebelum dia sempat bangkit tangan pria yang lain telah meraih
lengan bajunya dan menariknya hingga robek. Mereka semakin tak beradab
memperlakukan dirinya setelah melihat tubuhnya yang putih mulus.

Aku tak bisa tinggal diam. Aku pun melompat dari kuda lalu menerjang pria yang
sudah berada di atas tubuh gadis malang itu. Cukup sulit menghadapi para berandal ini

3
tetapi, akhirnya aku berhasil membuat mereka tak berdaya. Namun aku lengah, aku tidak
menyadari bahaya di belakangku.

Salah satu dari bandit itu masih sanggup bangkit dan akan menikamku.
Untungnya gadis itu melihatnya, dia memelukku dan merelakan dirinya demi
menyelamatkan aku. Namun dilimit waktu, aku menyadari hal itu dan berhasil
mendorong tubuh gadis manja dan menyarangkan tendangan tepat di dada pria itu.
Sayang aku tak sempat menghindari belatinya yang ternyata sudah tertancap di perutku.

«——»

Aku tak tahu berapa lama aku tak sadarkan diri. Ketika aku membuka mata, aku
sudah berada di kamarku. Aku terkejut melihat gadis itu sedang tidur di sisi tempat
tidurku. Aku berusaha bangkit, tetapi rasa sakit di perutku membuat aku mengerang dan
itu membuat dia terbangun. Dia menatapku tidak seperti waktu itu, lalu dia menampar
wajahku.

"Dasar bodoh!"

Aku sempat melihat air matanya sebelum dia pergi meninggalkan kamar ini. Apa
yang terjadi dengannya? Mengapa dia marah padaku? Seharusnya aku yang marah
padanya, apa yang dilakukannya di tempat itu sendirian? Memikirkannya membuat
kepalaku sakit. Aku berusaha bangkit, meski nyeri terasa di perutku.

Aku memesan kopi hitam sesampainya di restoran yang ada di kereta ini. Tak ada
siapapun, hanya aku sendiri. Setelah kopi di cangkirku habis, aku berniat kembali ke
kamarku. Namun ketika aku sampai di pintu restoran, Gadis itu telah berdiri di sana.
Awalnya dia akan masuk, tetapi setelah melihatku dia pun mengurungkan niatnya. Dia
berbalik arah dan berlari menjauh. Apa yang salah denganku?

Aku tersadar dari percakapan otakku ketika suara petugas kereta api mengatakan
bahwa keteta akan berhenti sejenak melalui pengeras suara. Aku berjalan tertatih
menahan perih di perutku bersamaan dangan laju kereta yang terasa melambat. Ketika

4
aku tiba di pintu kereta, aku milihatnya berdiri di ambang pintu. Dia menikmati momen
ketika angin menerpa tubuhnya, memainkan rambutnya yang hitam dan panjang.

Tiba-tiba saja salah satu peganan tangannya terlepas, untungnya aku berhasil
menangkap tubuhnya sebelum terlempar keluar.

Aku langsung menarik tubuhnya setelah aku berhasil mengaitkan tanganku di


pinggangnya. Untuk sesaat aku lupa akan luka di perutku sampai punggungku menabrak
dinding besi dan tubuh gadis aneh itu menghimpit tepat di lukaku.

‘Oh, sakitnya…’ pekikku dalam.

Dia tekejut dan shock sesaat. Setelah dia dapat menguasai dirinya dari hal buruk
yang hampir saja menimpanya, dia segera berbalik ketika mendengar erangan tertahan
dari belakang punggungnya.

Dia melihatku yang juga telah dapat menguasai nyeriku. Lagi… Aku melihat
airmatanya. Dia langsung berlari keluar setelah kereta berhenti dan meninggalkan aku
yang kebingungan memikirkan sikapnya yang aneh.

Dengan tertatih aku berusaha mengejarnya. Cukup sulit untuk menemukannya


dan akhirnya aku melihat dia sedang duduk di sebuah bangku taman. Aku memetik
setangkai mawar untuknya dan dia menerimanya ketika aku sodorkan kehadapannya.
Setelah itu, lagi-lagi dia meninggalkan aku tanpa sepatah kata. Cukup sudah mengikuti
keanehan gadis manja itu. Setelah kejadian itu, aku pun menjauhinya. Aku harus kembali
fokus pada tugas utamaku di tempat ini.

Aku mulai memperhitungkan segala kemungkinan yang akan aku hadapi nantinya
di atas selembar kertas yang sudah hampir terisi penuh coretan. Aku menghabiskan sisa
kopi yang sudah dingin di cangkirku, meskipun begitu, kopi ini masih terasa nikmat.
Tidak salah kereta wisata ini berhenti di sini, karena banyak orang yang memuji rasa kopi
di kedai ini. Aku memijit kepalaku yang menegang setelah menyiapkan susunan rencana
yang akan aku jalankan, tetapi belum ada yang sempurna.

5
Peringatan yang terdengar dari petugas kereta bahwa kereta akan segera
berangkat, membuat aku kembali ke kereta dan langsung menuju ke kamarku. Aku ingin
segera mengganti perbanku yang sudah basah dengan rembesan darah dan berangan
semut hangat di atas kasur empuk yang akan melepaskan penat di tubuhku ini. Namun
semua impianku sirna setibanya di kamarku.

"Sanjana? Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Dia duduk di salah satu bangku
ukir yang di letakkan sepasang dengan meja ukir diantaranya.

"Apa maksudnya ini?" Dia melirik setangkai mawar yang tergeletak di atas meja.

"Seharusnya tadi aku beri yang putih saja. Toh tidak ada bedanyakan?" Aku
mencari tempat nyaman untuk mengistrahatkan tubuhku yang lemas.

"Itu artinya, kamu menyukaiku…" Dia tersenyum lalu pergi meninggalkan


kamarku dan juga aku yang sibuk menenangkan debar jantungku yang melompat
tiba-tiba.

«——»

Pagi ini lagi-lagi aku hanya seorang diri di restorasi kereta. Aku memesan
secangkir kopi panas untuk mengangatkan tubuhku yang diselimuti hawa di atas sejuk
pagi ini. Aku kembali dengan rencana yang belum menemukan jalan terbaiknya. Aku pun
membuka peta yang diberikan bos padaku saat pertama bertemu. Mencari arah mana
yang terdekat dengan INTERNASIONAL GARMENT. ltd, agar aku mudah mencari
tempat tinggal yang tak jauh dari tempat itu. Tiba-tiba sebuah suara mengejutkanku.

"Boleh aku duduk?" 'Sanjana' Pekikku dalam hati. Hanya gerakan tanganku yang
mengisyaratkan padanya untuk duduk.

"Apa yang sedang kamu lakukan dengan peta ini?" Dengan raut penasaran yang
tetap membuatnya terlihat cantik.

"Aku bisa mengantar kemanapun tempat yang ingin kamu tuju." Aku hembuskan
nafas pendek menghadapi irama jantungku yang mendadak tak menentu ini.

6
"Aapakah kamu tau di mana letak INTERNASIONAL GARMENT?" Mendengar
pertenyaanku dia malah tertawa.

"Aku akan mengantarkanmu setelah perjalan wisata ini berakhir." Dia melempar
senyum yang mengetarkan hatiku setiap kali melihatnya.

Kaki jenjangnya yang putih mulus melangkah pergi meninggalkan aku dengan
jantung yang tak henti-hentinya melonjak. Namun dia berhenti sejenak dan berpaling
menatapku. Dia memberi isyarat, sepertinya dia ingin aku mengikutinya. Aku
menghabiskan isi kopi di cangkirku, melipat peta dan kertas yang sudah penuh dengan
coretan lalu memasukannya ke dalam saku, kemudian aku mengikuti dibelakangnya
sedangkan dia terus berlari melewati tempat di mana pertama kali aku melihatnya.
Melewati pintu yang aku gunakan untuk menabrak kedua bodyguardnya. Ternyata tempat
itu adalah ruang terbuka di gerbong terakhir kereta ini.

Dia berdiri di besi penyangga yang memagari area ini. Rambutnya yang panjang
tertiup angin. Aku menata debar di dadaku, setelah itu aku melangkah ke sisinya ikut
menikmati angin yang berpacu dengan kecepatan laju kereta. Dia berpaling dan
menatapku.

"Apakah kamu sungguh-sungguh mencintaiku?" Tanyanya setelah beberapa saat


tak ada kata diantara kami.

"Apa yang kamu lakukan di gurun? Apa kamu sengaja mengikuti aku?" Dia
berpaling dan menatapku.

"Dan mengapa kamu menamparku? Apa salahku?" Matanya yang indah


mengejap, membuat dia semakin terlihat menggemaskan.

"Aku… hem, waktu itu aku… Awalnya aku ingin balas dendam setelah kamu
menolak tawaranku. Tapi ternyata malah aku di kejar bandit gurun. Dan… waktu itu aku
takut sekali. Bukan karena aku akan terluka, tapi… karena mereka akan memperkosaku.
Hal yang paling menakutkan dari semuanya adalah ketika melihatmu tak berdaya.
Memikirkan bahwa kamu akan mati… membuat sekujur tubuhku bergetar. Itu yang

7
membuat aku menamparmu." Wajahnya tertunduk penuh kesedihan dan juga sisa
kengerian malam itu.

"Hem, begitu yah. Lalu, Mengapa kamu menghindari aku?" Wajahnya kembali
terangkat dan menataku.

"Aku takut kalau aku akan mencelakaimu lagi. Dan kamu… Mengapa kamu
memberikan padaku mawar itu." Tanyanya tiba-tiba. Aku sendiri tak tahu mengapa aku
memberikan bunga itu padanya.

"Sungguhkah kamu mencintaiku?" Kalimatnya membuat kerongkonganku kering,


tatapan matanya membuat aku tak sanggup mengelak. Aku mencintainya. Aku berusaha
tersenyum dan menganggukkan kepalaku.

Lalu… Tanpa kata dan tanpa isyarat, dia memelukku. Terkejut, aku hanya diam
bagaikan patung. Dan dia membisikan kata; 'Aku juga mencintaimu' setelah itu dia
menarik tanganku. Dengan sedikit berlari dia membawa aku ke sebuah ruangan yang
penuh dengan orang-orang yang tak pernah lagi aku lihat setelah peristiwa itu.

Pantas saja aku selalu merasa sendiri. Ternyata mereka membuat restorasi sendiri
yang jauh lebih mewah. Dan uniknya, seluruh penumpang yang ada adalah kerabat dan
sahabatnya.

Sanjana mengumumkan status hubungan kami yang baru saja tercipta. Wanita
cantik yang pernah berbicara denganku menghampiri kami dan bertanya pada Sanjana.

"Sayang, apakah ayahmu akan merestui hubungan ini?" Nadanya penuh


penekanan.

"Papa tidak pernah menolakku. Bibi tenang saja." Sanjana mengatakan itu Penuh
keyakinan.

"Apa kamu yakin Sanjana? Ini bukan hal mudah." Seorang pria yang terlihat lebih
tua dari wanita yang dipangil bibi ikut bicara.

8
"Aku akan meminta semua yang ada disini termasuk bibi dan paman untuk
meyakinkan papa agar papa mau merestui hubungan kami." Sanjana merangkul lenganku
dan aku… Hanya bisa berdiri kaku.

Siang hari ketika kereta berhenti ditempat wisata terakhir sebelum kembali ke
kota asal pemberangkatan, kami berjalan memasuki sebuah kuil. Sepertinya sudah tidak
digunakan lagi, tapi kuil ini bersih dan rapi. Aku duduk di anak tangga teratas. di
belakangku terdapat pilar yang cukup banyak dan di bentuk unik. Gadis yang datang
bersamaku seperinya sedang menikmati keindahan bangunan ini. Setelah itu dia duduk di
bawahku satu anak tangga. Dan dia mengucapkan sebuah syair yang indah.

Ada hasrat dalam taman


Kau datang bagai hujan
Menyentuh hatiku yang gersang
Kasihku, jangan pernah berubah seperti musim.

Apakah kau tahu isi hatiku?


Kau hadir di sisiku, mendebarkan jantungku
Bagikan lautan yang diterangi cahaya bulan
Setelah mentari bergulir perlahan.

Bibirku selalu menyebut namamu


Bagai sebuah nada yang dimainkan instrumen musik
Mengapa hatiku merasa takut kehilanganmu?
Setiap kali harus berpisah setelah bertemu.

Hai tuan, jangan mudah berubah seperti musim.


Dia tersenyum manja dan menyandarkan kepalanya di bahuku. keharuman
rambutnya terhirup hingga mencapai paru-paru. Sedangkan kelembutan rambutnya

9
menyapu sekitar wajahku. Aku tak pernah merasakan ini. Debar jantungku seakan
terdengar jelas di telingaku. Aku pun takut, kebahagiaan ini akan hilang. Aku tak ingin
ini hanya sementara. Aku ingin rasa ini untuk selamanya. Aku bangkit, perlahan
menjajaki tangga hingga tiba di halaman kuil. Dan membalas syairnya.

Seperti, rasa yang lahir dari sentuhan yang menggetarkan


Dan, keharuman yang hadir dari bunga yang merekah
Juga, mutiara yang hidup dalam ketam
Sedangkan pertemuan kita berada di antara langit dan bumi.

Aku tidak akan meninggalkanmu


Aku akan selalu bersamamu, sekarang
Dengan cara ini aku bersumpah
Sampai akhir nafasku, kita tak kan terpisah.
Lihat, cinta.. Jangan pernah berubah seperti musim.

Dia berlari menuruni anak tangga dan berhenti di depanku. Binar matanya
menatapku dengan tatapan penuh cinta. Dia tersenyum, lalu menghambur memelukku
erat. Bahagianya mejalari tubuhku hingga menyentuh relung hatiku yang hampa, sedih
dan sendiri.

Rasa ini asing bagiku, tapi begitu nyaman. Tuhan, Jangan renggut dia dariku. Aku
begitu mencintainya.

«——»

Kereta memasuki kota pada siang hari. Dia mengajakku ikut dalam mobilnya dan
dia berjanji akan mengantar aku berkeliling setelah bertemu ayahnya di rumah. Dia
adalah anak tunggal. Ibunya meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Sedangkan
ayahnya tak ingin menikah lagi.

10
Dia membuat perjalan menjadi tak terasa dengan menceritakan kisah hidupnya.
Hingga mobil berhenti di dalam sebuah halaman yang luas dan indah. Dia mengajakku
masuk ke dalam rumahnya yang mewah. Setibanya di dalam, dia berteriak memanggil
ayahnya yang ternyata tak ada di rumah. Dia meraih telphone dan menekan beberapa
nomor pada tombolnya.

"Pa, aku pulang tapi papa tidak ada dirumah. Jangan katakan papa lupa! Aku
akan…" Sepertinya ucapan panjang tanpa jeda itu di potong suara di sebrang.

"Baiklah aku akan menunggu papa. Tapi… Tidak terlalu lama." Setelah
mematikan telphonenya, diapun melemparnya begitu saja di sofa. Lalu menarikku ke bar
mini yang letaknya tak jauh dari ruang utama.

"Aku akan membuatkanmu juice sambil menunggu papa datang." Aku hanya
mengangguk dan tersenyum tipis.

Aku biasa menghadapi manusia macam apapun tanpa gentar. Aku sudah
berpengalaman di bidang kriminal. Tapi… mengapa mendengar kata papa aku merasa
gelisah. Untung Sanjana tidak memperhatikan kegugupanku. Dia sepertinya sedang asik
menyiapkan juice. Setelah selesai diletakkannya segelas orange juice di hadapanku
Sedangkan dia mengambil tempat tepat dihadapanku.

Selagiku sesap juice dingin yang nikmat sekali rasanya dan ini orange juice
ternikmat yang pernah kurasakan, mungkin karena ini dari jeruk sanqis asli yang dibuat
Sanjana dengan penuh rasa cinta. Tiba-tiba sebuah suara memanggil dan Sanjana pun
berlalu dari hadapanku setelah dia pamit. Rasa gugup kembali menghatui. Suara mereka
serasa semakin mendekat. Dan…

"Oh iya pa, kenalkan ini kawanku yang telah menyelamatkan nyawaku ketika aku
tersesat di gurun." Aku berpaling dan menatap sosok ayah yang memiliki anak secantik
Sanjana. Dia sangat berwibawa dan tatapannya cukup bersahabat. Aku ulurkan tanganku.

"Viki." Sedikit gugup, Tapi aku sudah dapat mengatasi rasa itu setelah melihatnya
tersenyum.

11
"Terima kasih karena telah menyelamatkan Sanjuku." Dia menyambut uluran
tanganku.

"Sepertinya kamu bukan warga sini. Kalau boleh tau kamu berasal dari mana?"

"Saya datang dari Indonesia."

"Oh iya pa, Viki mau main ke kantor papa. Boleh?"

"Boleh saja. Apa pekerjaanmu sekarang?" Apa yang harus aku katakan.

"Apa ada lowongan di kantor papa untuk Viky?" Sukurlah Sanjana


menyelamatkanku.

"Apa kamu menguasai IT? Kami sedang membutuhkannya saat ini." Aku
bersukur karena Jendral membekaliku dengan beragam keterampilan.

"Anda bisa mencobanya pak." Jawabku tegas.

«——»

Tidak terasa sebulan sudah aku bekerja sebagai ahli komputer di International
Garment. Papa Sanjana begitu baik memperlakukan aku. Dia memberiku kendaraan dan
rumah dinas sejak minggu pertama aku bekerja. Sehingga aku tak perlu berlama-lama
tinggal dirumahnya demi menuruti permintaan kekasihku yang cantik. Namun dia tidak
tahu mengenai hubunganku dengan putrinya. Meski begitu, dia memberi izin anak semata
wayangnya untuk pergi weekend denganku tiap minggunya.

Aku putus asa. Karena sampai saat ini aku masih belum bisa mendapat informasi
yang berguna untuk tugas penyelidikan. Dan akupun mancari jalan lain. Aku mendekati
Tina, sekertaris pribadi papa Sanjana. Berharap bisa mandapat informasi berguna
darinya. Sudah beberapa hari ini aku jalan dengannya dan untuk sementara waktu,
Sanjana terabaikan.

Dan hari ini, Aku harus memilih… Antara tugas dan kekasih. Dengan sangat
terpaksa aku harus memilih tugas. Aku terima ajakan Tina menghadiri pesta ulang tahun
putri pak direktur. Dengan bangga Tina menggandeng aku di depan semua tamu yang

12
hadir. Sedikitpun aku tak menggubris tatapan iri yang memandang kami. Tapi sedikitpun
tak bisa aku abaikan mata sedih Sanjana. Terlebih butir-butir

syair yang tersusun indah menjadi kalimat yang meluncur pedih menghujat ketidak
setiaanku.

Wajah yang polos


Tutur kata yang memikat
Tapi mulutnya berbisa
Dan hati yang penuh keculasan
Bertemu orang sepertimu sengatlah mudah
Semudah mencari musuh di dekat kita
Cinta, katakanlah… apa salahku?
Mengapa kau hianati hatiku?

Mungkin ini adalah akhir dari bahagiaku. Dengan terpaksa aku harus melepasnya
demi membalaskan dendam keluargaku. Meskipun keinginan hatiku adalah memeluknya,
mengecup keningnya dan menghabiskan malam dengan berdansa bersamanya yang
terlihat begitu cantik dalam balutan gaun indah berwarna merah muda. Maafkan aku
Sanjana yang dengan sengaja telah menorehkan luka di cintamu yang tulus padaku.
Aku tak sanggup tinggal lebih lama dengan melihat wajah Sedih Sanjana. Akupun
mengajak Tina pergi dari pesta yang membuat aku sesak napas. Meski aku harus
menemaninya malam ini sebagai syarat agar dia mau pergi dari tempat ini. Di perjalanan
aku menyusun siasat. Aku akan mengajaknya minum sampai dia mabuk setelah itu aku
akan mengorek informasi penting yang ada di tangannya. Dan aku akan segera terbebas
dari tugas yang menyiksa batin. Tapi ternyata aku gagal.

&&&

13
Sebelumnya bos sudah memperingatkanku agar jangan pernah bermain hati dalam tugas,
tapi aku menganggapnya sepele. Kini aku harus menikmati derita atas ulahku sendiri.
Sanjana dengan apa aku harus menjelaskan semua ini padamu. Aku hanya bisa menelan
menerima ini sebagai bagian dari tugas. Itulah pengorbananku.
Hari ini ada keanehan terjadi. Tiba-tiba Tina menelphoneku dan meminta aku
untuk menemuinya di tempat biasa kami makan siang, malam ini. Dan dia mengatakan
sesuatu yang membuatku bingung. Apa yang sedang dihadapinya saat ini? Kecemasan
menghinggapi otakku yang sedang kalut.
Sesuai janji bertemu, aku melihat dia duduk di sudut ruangan. Seperti sedang
bersembunyi dari sesuatu. Wajahnya pucat dan terlihat kalut. Dia menceritakan semua
hal yang sangat tidak terduga oleh akal pikiranku sedikitpun.
Ternyata Tina adalah kaki tangan King Cobra yang ditempatkan di kantor untuk
mengurus bisnis Ilegal perusahaan itu. Tina tidak pernah bertemu Bosnya. Selama ini
mereka berhubungan melalui selular atau internet. Dan tadi malam Tina mendapat pesan
dari bosnya bahwa seluruh berkas rahasianya akan di serahkan kepada polisi dengan
menimpakan semua pada perusahaan dan akan membuat Burhan bertanggung jawab atas
semua bisnis Ilegal yang merka kerjakan bersama.
Tapi Tina tidak mau melakukan itu karena Tina menyukai Burhan walau dia tidak
menaruh rasa sedikitpun kepadanya. Karena rasa cinta Burhan yang besar terhadap
mentan istrinya. Meski wanita itu telah meninggal sejak putri mereka masih balita dan
kini sudah beranjak dewasa.
Dan kedekatannya denganku hanya untuk membuat pria tampan yang putrinya
telah mencuri seluruh hatiku itu cemburu.

14
Dia dengan tega memenggal kepala ayahku di depan mata ibuku lalu menculik
adik kecilku yang sangat aku sayangi. Dan semua kejadian itu bermula dari bersedianya
ayahku menjadi saksi atas pencucian uang yang dilakukan di perusahaan tempat ayahku
bekerja. Ayahku seorang sarjana ekonomi dan dia memegang kendali atas seluruh
laporan keuangan perusahaan itu. Karena itu pihak kepolisian meminta ayah untuk
bekerja sama membantu tugas polisi dalam mengungkap kejanggalan di perusahaan milik
King Kobra tersebut. Tapi malang bagi ayahku karena King Kobra tahu apa akan ayahku
lakukan.

Dan sejak hari itu aku harus menjalani hidup seorang diri. Aku sangat berterima
kasih kepada inspektur Darma yang mau menampung aku di rumahnya serta mendidik
aku hingga bisa jadi seperti sekarang ini. Dia juga membantu aku untuk menangkap King
Kobra agar aku bisa menemukan di mana adikku berada dan melampiaskan seluruh
dendamku atas kebiadaban yang telah ia lakukan terhadap seluruh keluargaku.

Awalnya aku kecewa pada takdirku ketika lnspektur Darma yang kini telah
menjadi Jendral karena dedikasinya yang berasaskan kejujuran menyatakan bahwa King
Kobra telah tewas dalam sebuah pengejaran yang dilakukan di London beberapa waktu
silam. Namun aku bersyukur karena Tuhan tidak tidur, dan dia mendengar doaku. Dan
disinilah aku sekarang, bertugas untuk membawa King kobra hidup ataupun mati. ke
hadapan pengadilan.

EVENT MENULIS CERPEN DAN PUISI SE ASEAN


TEMA : CINTA & IMPIAN

15
KETENTUAN :
1. Gabung grup facebook Kelas Penulis Online
2. Ukuran kertas A4 , huruf Times New Roman , A4 spasi 1,5
3. Tidak ada muatan pacaran
4. Panjang naskah puisi 1-2 halaman
5. Panjang naskah cerpen 3- 10 halaman
6. Sertakan biodata diri dalam bentuk narasi sertakan no hp, foto pribadi
7. Kirim ke emaill : kelaspenulisonline@gmail.com
8. Dengan subjek: Nama_ Judul _ kategori
Contoh : Riska _ Impian _ Cerpen
9. Seluruh kontributor mendapatkan e-sertifikat
10. Hasil buku juga akan dicetak untuk amal
11. Tidak dipungut biaya
12. Deadline 31 JULI

HADIAH :
• Sertifikat
• Paket Buku
• Souvenir Sponsor
• Asami Member

Organized By :
Komunitas Bisa Menulis Regional Sumatera
Kelas Penulis Online

Support :
Kampung Cinta Baca
Kampus Asami

16
Silahkan informasi event menulis disebarkan 😀
Jadikanlah gadget sebagai menyebarkan informasi positif dan kebaikan.

17

Anda mungkin juga menyukai