1. Pengertian
1.1. Pandangan Para Ilmuwan Tentang Manusia
Diantara sekian banyak ilmuan, ada yang berpendapat bahwa manusia berasal dari
dua suku kata. Manus dan ia. Manus artinya jiwa, ia artinya raga, tubuh kasar atau jisim.
Jadi manusia adalah tubuh kasar atau kerangka jasmani yang berjiwa. Atau manusia
adalah benda hidup yang berjiwa raga. (Ali Usman, 1970 : 26).
Prof. Dr. Quraish Shihab menyimpulkan dari beberapa pendapat ilmuwan barat
tentang keterbatasan pengetahuan manusia untuk mengenal dirinya disebabkan oleh
beberapa hal, di antaranya :
Kata Insan digunakan dalam Al-Qur'an untuk menunjuk kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang
lainnya, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.
Allah berfirman (Q.S. At-Tin : 4), ayat tersebut adalah salah satu ayat yang
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sebaik-baiknya dan yang paling
sempurna. Keindahan dan kesempurnaan manusia itu dapat dilihat dari berbagai segi:
1) Segi fisik, sikap yang tegak, berjalan di atas dua kaki, mengayunkan gerak dua
tangan secara refleks, persendian setiap anggota tubuh yang dapat digerakkan,
tidak kaku dan sebagainya.
2) Manusia memiliki kemampuan berperilaku sosial, berbudaya, berbahasa,
bercanda dan berpikir.
3) Mampu menggunakan alat dan sanggup memanfaatkan sumber daya alam.
4) Mampu berperilaku dan berkelompok.
5) Mampu mengingat masa lalu, memprediksi masa datang.
6) Mampu mengingat masa lalu, memprediksi masa datang.
7) Memiliki rasa bersalah, benar dan rasa keindahan.
8) Mempunyai kesadaran/naluri ketuhanan.
9) Mempunyai potensi, insting, indera, akal, intuisi, kebebasan berkehendak, kebe-
basan memilih dan lain-lain.
10) Mampu berpikir abstraks, imajinatif, dan kreatif, mempunyai dorongan psikis dan
fisik, memiliki emosi dan mampu meredakannya.
1) Mampu berpikir abstraks, imajinatif, dan kreatif, mempunyai dorongan psikis dan
fisik, memiliki emosi dan mampu meredakannya.
2) AI-Basyar. Manusia dilihat dari seorang diri, bukan dari kelompok (Q.S. 15 :28, 16:
103; 17: 93, 19: 26).
3) Bani Adam. Manusia dilihat dari asal keturunannya. (Q.S. 17: 70.
4) An-Naas. Manusia dilihat dari segala sudut persoalan hidupnya. (Q. S. 114: 1-6).
1) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
2) Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
3) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah .Allah, Pencipta yang paling
baik
4) Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
5) Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat.
3. Martabat Manusia
1) Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
2) Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus putusnya. (Q.S. At-Tin: 4-6)
Manusia berpotensi untuk menjadi mulia dan sekaligus berpotensi pula untuk menjadi
hina, sebagaimana tergambar dari ayat di atas.
Potensi kemuliaan manusia lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat diantaranya:
1) Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat untuk sujud kepada Adam As saat awal
penciptaan manusia, dengan firman-Nya (Q.S. 2 : 34).
2) Malaikat tidak dapat menjawab pertanyaan Allah tentang A1-Asma (nama-nama Ilmu
Pengetahuan), sedangkan Adam As mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah
SWT, dengan firman-Nya(Q.S. 2 :31-32).
3) Kepatuhan Malaikat kepada Allah karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak
memiliki hawa nafsu; sedangkan kepatuhan manusia kepada Allah, melalui perjuangan
yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan.
4) Manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah di bumi (Q.S. 2 :30).
4. Penggolongan Manusia
4.1. Golongan Mulia
4.1.1. Mukminin
1) Manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah di bumi (Q.S. 2 :30).
2) Hatinya akan gemetar jika disebut nama Allah dan senantiasa bertambah
imannya bila dibacakan ayat-ayat-Nya (Q.S.8 : 2-4).
3) Selalu menepati dan memelihara amanah dan janji-janjinya (Q.S. 32 : 15-16)
4) Senantiasa memelihara shalat dan melaksanakannya dengan khusu' (Q.S.16
: 94-97).
5) Mereka berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa mereka (Q.S. 49 : 14-15).
6) Menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna, menjaga
kemaluannya/kehormatannya, menunaikan zakat dan sebagiannya, itulah
yang beriman sebenarnya. (Q.S. 23 : 1-11).
4.1.2. Mutaqqin
1) Mengamalkan semua unsur dan intsrumen amal shaleh dengan dasar beriman
dan mencari ridha Allah (Q. S. 2 : 2-5).
2) Kebaktian yang sesungguhnya adalah kebaktian orang-orang yang bertaqwa
(Muttaqin) (Q.S. 2 : 177).
3) Berpuasa adalah pembentuk ketaqwaan (Q.S. 2 : 183).
4) Makan dengan makanan yang halal dan baik (Q. S. 5 : 88)
5) “Pakaian" yang terbaik adalah ketaqwaan (Q.S. 7 : 26).
4.2.3. Murtad
Yaitu orang yang keluar dari agama Islam; kafir sesudah beriman. Jadi orang
yang Murtad berarti telah menjadi kafir.
a. Kesudahan Orang-orang yang Murtad di sisi Allah
1) Orang-orang yang murtad dari agama Islam dan mati dalam keadaan
kafir, sia-sialah amalan mereka dan baginya siksa yang pedih (Qs. 3 : 90-
91).
2) Hapuslah amal-amal mereka, termasuk orang yang merugi (Qs. 5 : 5),
3) Amal mereka seperti abu yang beterbangan ditiup angin kencang (Qs. 4 :
18).
4) Amal mereka seperti abu yang beterbangan ditiup angin kencang (Qs. 4 :
18).
5) Hitamlah muka mereka kelak dihari kiamat (Qs. 3 : 106).
6) Hitamlah muka mereka kelak dihari kiamat (Qs. 3 : 106).
4.2.4. Kafirin
a. Amalan Orang yang Kafir
Amalan orang yang kafir adalah taqlid buta, mereka hanya mengikuti ajaran-
ajaran yang sudah ada dari nenek moyang mereka tanpa mengetahui dan tidak
mau tahu hukum yang sebenarnya berdasarkan ketentuan agama (AI-Islam). (Qs.
2 : 170, 5 : 103-105, 11 : 109, 1S : 2-3).
4.2.5. Musyrikin
Kemusyrikan adalah perilaku manusia yang telah berjalan sejak lama, dari priode
Nabi satu ke Nabi yang lain sampai diutusnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai
nabi terakhir merupakan kondisi yang senantiasa menjadi prioritas da'wah pertama,
itulah semua Nabi memiliki misi yang sama yaitu mentauhidkan Allah,
mengembalikan paham kemusyrikan sebagai paham Jahiliyyah yang sangat
berbahaya menuju kemurnian Tauhidullah. Dan tentunya kemusyrikan ini pun tidak
akan pernah sirna selama manusia ini ada di muka bumi ini kendatipun dengan model
yang berbeda akan tetapi esensinya sama adalah untuk menjadikan sesuatu selain
Allah sebagai tuhan, dengan kata lain mempersekutukan Allah dengan sesuatu
selain-Nya.(Qs. 4 : 36, 4 : 117-119, 5 : 60, 6 : 56, 6 : 100, 10 : 18).