Anda di halaman 1dari 17

KEBENARAN ILMIAH DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU

(Suatu Pendekatan Historis dalam Memahami Kebenaran Ilmiah


dan Aktualisasinya dalam Bidang Praksis)
Hamdan Akromullah
hamdanakromullah@isi.ac.id
Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Abstrak: Bergumulan manusia dalam kehidupannya guna mencari dan menemukan


kebenaran yang esensial melahirkan beberapa pertanyaan mendasar, yaitu apakah
kebenaran itu sungguh ada? Dan kalau ada, apakah kebenaran itu? Bagaimanakah
manusia memperolehnya? Bagaimanakah sifat dari kebenaran itu sendiri, yaitu apakah
dia bersifat relatif ataukah bersifat mutlak? Dan pertanyaan-pertanyaan itu akan terus
berkembang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi manusia itu sendiri. Adalah
berawal dari masa Yunani Kuno yaitu salah satu tokohnya Socrates, sekalipun secara
tidak langsung, yang telah meletakkan dasar-dasar kebenaran ilmiah dengan
pengandaiannya bahwa ada kebenaran objektif, ada kelakuan yang baik dan ada kelakuan
yang kurang baik. Kemudian ada tindakan yang pantas dan ada tindakan yang jelek.
Kemudian dilanjutkan oleh muridnya Plato yang mengatakan bahwa kebenaran itu
sebagai ketidaktersembunyian adanya tidak dapat dicapai manusia selama berada di dunia
ini. Dengan kata lain, menurut Plato kebenaran adalah sesuatu yang terdapat pada apa
yang dikenal atau pada apa yang dikejar untuk dikenal. Dari perdebatan antara guru dan
murid ini sedemikian rupa telah menebarkan sikap kritis , terbuka, dan dialogis di
kalangan filsuf yang terus ditumbuh kembangkan sehingga membentuk suatu sejarah
perkembangan filsafat yang dapat di simpulkan kepada yang sifatnya pertama secara
linier (garis lurus) menuju kepada progresifisme. Kedua perkembangan filsafat itu
bersifat dialektis. Kemudian ketiga perkembangan yang secara berputar (sirkuler),
merupakan pengulangan-pengulangan. Tulisan ini mencoba menyajikan apa dan
bagaimana kebenaran ilmiah itu, dengan menggunakan pendekatan historis mulai dari
zaman Yunani Kuno sampai zaman Kontemporer. Dengan demikian selain melihat apa
dan bagaimana kebenaran ilmiah itu dalam tulisan ini penulis akan menyajikan beberapa
pemikiran para filsuf pada zamannya berkenaan dengan kebenaran dalam rentang
sejarahnya. Kemudian bagaimanakah hubungan antara kebenaran ilmiah itu dengan ilmu
pengetahuan dan bidang praksis.

Kata Kunci: Kebenaran Ilmiah, Filsafat Ilmu, Pendekatan Historis, Praksis, Kebenaran
objektif, Linier, Progresifisme, Dialektis, Sirkuler,

A. PENDAHULUAN itu? Bagaimanakah manusia


Manusia dalam hidupnya memperolehnya? Bagaimanakah sifat
senantiasa berusaha mencari dan dari kebenaran itu sendiri, yaitu apakah
menemukan kebenaran. Kebenaran dia bersifat relatif ataukah bersifat
adalah sesuatu yang bersifat mutlak? Tentu saja serangkaian
eksistensial. Hal ini berarti bahwa pertanyaan yang lebih lanjut dapat
kebenaran adalah sesuatu yang ada dan diajukan. Namun pada dasarnya,
tidak dapat dipisahkan dari hidup kebenaran adalah hal yang senantiasa
manusia. Yang menjadi persoalan dicari dan dipersoalkan.
adalah apakah kebenaran itu sungguh Adalah laju perkembangan ilmu
ada? Dan kalau ada, apakah kebenaran pengetahuan dalam rentang sejarah

48
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 49

sang waktu dapat digambarkan sebagai untuk membahas secara sistematis


sesuatu yang berkembang secara linier persoalan kebenaran, khususnya
(garis lurus), yaitu bahwa pemikiran kebenaran ilmiah ditinjau dari sudut
saling berhubungan satu dengan filsafat ilmu. Untuk itu tulisan ini
lainnya membentuk suatu hubungan dibagai kepada, pertama kebenaran
yang saling berjalinan membentuk ilmiah, kedua kebenaran ilmiah: suatu
suatu garis lurus, dimana yang satu pendekatan historis, dan ketiga nilai,
merupakan kelanjutan dari yang kebenaran ilmiah, dan aktualisasinya
sebelumnya, begitu seterusnya yang dalam bidang praksis. Kemudian
pada akhirnya menuju progresifisme. keempat tulisan ini ditutup dengan
Kemudian perkembangan filsafat itu mengetengahkan suatu kesimpulan
bersifat dialektis. Dimana pemikiran yang merupakan jawaban dari
yang satu merupakan suatu anti tesis permasalahan yang diangkat dari
dari pemikiran yang lainnya yang tulisan ini.
merupakan tesisnya, lalu muncul
pemikiran lain yang membentuk suatu B. KEBENARAN ILMIAH
sintesis, dan begitu seterusnya, Benar dan kebenaran
sedemikian ruapa sehingga sintesis merupakan kata yang sudah tidak asing
yang muncul dapat menjadi tesis bagi lagi dalam hidup dan kehidupan sehari-
pemikiran yang muncul kemudian. hari. Kata benar dan kebenaran sering
Kemudian laju perkembangan ilmu dipergunakan manusia dalam hidup
pengetahuan dapat juga digambarkan sehari-hari. Berkenaan dengan hal di
sebagai sesuatu yang berkembang atas agaknya masih cukup relevan
secara berputar (sirkuler), membentuk apabila dalam tulisan ini untuk
suatu lingkaran yang mana pemikiran mempertanyakan (kembali!), yaitu
yang satu merupakan kelanjutan dari pertama “Apakah kebenaran itu?”,
pemikiran yang terdahulu, yang pada kemudian kedua adalah “Apakah
akhirnya tidak tertutup kemungkinan kebenaran yang satu sama dengan
bahwa pemikiran itu akan kembali kebenaran yang lain?” Pertanyaan
kepada pemikiran yang awal atau akan kedua ini muncul ke permukaan karena
terjadinya pengulangan-pengulangan. dalam realitas kehidupan dikenal
Berkenaan dengan kebenaran, adanya dua jenis kebenaran, yaitu
akan terlihat bagaimana gambaran pertama kebenaran yang telah
perkembangan sejarah ilmu dianggap sebagai kebenaran umum
pengetahuan berkenaan dengan atau disebut juga common sense dan
kebenaran, yaitu apakah ia merupakan kedua kebenaran ilmiah yang
kelanjutan dari pemikiran terdahulunya ditemukan dalam ilmu. Guna
yang terus berkembang maju ke depan, memahami secara kritis kedua
ataukah merupakan suatu dialektika persoalan tersebut, filsafat ilmu
pemikiran, atau merupakan suatu sebagai ilmu tentang ilmu, menurut
pemikiran yang mengulang pemikiran penulis, merupakan sumber rujukan
yang telah berlalu dengan melakukan yang patut untuk diperhatikan.
beberapa modifikasi di sana sini. 1. Pengertian Kebenaran
Terhadap berbagai pertanyaan Secara etimologi, dengan
mendasar, seperti diungkapkan di atas, merujuk kepada Kamus Besar Bahasa
penulis melalui tulisan ini berusaha Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat
50 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

Pembinaan dan Pengambangan memuaskan atau praksis atas situasi


Bahasa, 1994; 114-115), kata problematis), teori semantik
kebenaran dapat diartikan sebagai: 1) (pernyataan-pernyataan tentang
Keadaan atau hal yang cocok dengan kebenaran berada dalam suatu
keadaan atau hal yang sesungguhnya; metabahasa dan mengena pada
2) Sesuatu yang sungguh-sungguh atau pernyataan-pernyataan dalam bahasa
benar-benar ada; 3) Kelurusan hati, dasar), teori ferpormatif (pernyataan
kejujuran. Sementara itu Lorens Bagus kebenaran merupakan persetujuan
(1996; 412) mengatakan bahwa istilah yang diberikan terhadap persetujuan
kebenaran merupakan lawan dari yang diberikan terhadap pernyataan
kesalahan, kesesatan, kepalsuan dan tertentu). Sementara itu Noeng
juga kadang opini. Sedemikian rupa Muhadjir (1998; 13-16), mengatakan
pengertian kebenaran (truth: Inggeris, bahwa selain kebenaran
treowth [kesetiaan]: Anglo-Saxon, korespondensi, kebenaran koherensi,
veritas: Latin, alerheia: Yunani) yang kebenaran performatif, dan kebenaran
dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa ilmiah, sebagaimana yang telah
Indonesia diambah dengan Lorens diungkapkan oleh Loren Bagus, adalah
Bagus, sehingga kiranya dapatlah kebenaran proposisi dan kebenaran
dibuat suatu rumusan singkat tentang struktural paradigmatik. Adapun
kebenaran, yaitu kebenaran adalah mengenai ukuran kebenaran Louis O.
persesuaian antara pengetahuan, dalam Kattsoff (1996; 177-189) menyebutkan
hal ini subjek, dengan apa yang bahwa ukuran kebenaran itu
diketahui, yang disebut juga objek. berdasarkan paham keherensi, paham
Dengan demikian kebenaran dapat korespondensi, paham empiris dan
juga diartikan secara umum sebagai pragmatisme.
kenyataan sebagaimana adanya yang Selanjutnya mengenai
menampakan diri sebagai yang kebenaran, Lorens Bagus (1996; 412)
ditangkap melalui pengalaman. menambahkan dengan menuliskan
Pengalaman tentang kebenaran itu beberapa kreteria kebenaran, yaitu:
dialami akal si subjek dalam Kriteria kebenaran adalah tanda-tanda
kesamaannya dengan kenyataan yang memungkinkan kita mengetahui
adanya yang menampakan diri kebenaran. Koherensi dan kepraktisan
kepadanya. merupakan contoh kreteria macam ini.
Sementara itu dalam rentang Adakalanya consensus gentium
sejarah perjalanan filsafat telah (kesepakatan umat manusia) dianggap
dikemukakan sejumlah teori dan sebagai salah satu kriteria kebenaran.
kriteria kebenaran. Dalam bukunya 2. Kebenaran Biasa dan
Lorens Bagus (1996; 412) Kebenaran Ilmiah
menyebutkan beberapa teori pokok Dalam kehidupan sehari-hari
tentang kebenaran, yang meliputi: kita mengenal adanya kebenaran yang
Teori korespondensi telah dianggap sebagai kebenaran
(kebenaran berkorespondensi atau umum (common sense) dan kebenaran
sepadan dengan kenyataan) teori ilmiah yang ditemukan dalam ilmu
koherensi (kebenaran adalah sistem ide pengetahuan. Hal ini berarti bahwa
yang koheren), teori pragmatis kebenaran sebagai persesuaian antara
(kebenaran adalah pemecahan yang pengetahuan dengan objeknya
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 51

membawa implikasi terhadap adanya b. Kebenaran Ilmiah


perbedaaan strata kebenaran. Kebenaran ilmiah tidak dapat
a. Kebenaran Biasa (Common dipisahkan dari karakteristik yang
Sense) bersifat ilmiah. Adapun kata ilmiah
Dalam hidupnya, manusia banyak (Scientific: Inggeris) dapat diartikan
menggunakan pengetahuan untuk sebagai sesuatu yang bersifat ilmiah;
hidupnya sehari-hari. Pengetahuan ini secara ilmu pengetahuan; memenuhi
digunakan dalam kegiatan hidupnya syarat atau kaidah ilmu pengetahuan
sehari-hari seperti pada rumah tangga, (Tim Penyusun Kamus Pusat
pertanian, perikanan, dan berbagai Pembinaan dan Pengembangan
bidang kehidupan sehari-hari lainnya. Bahasa, 1994; 370).
Salah satu contoh dari penggunaan Dari pengertian ilmiah di atas
pengetahuan dalam kegiatan hidup terlihat jelas bahwa kebenaran ilmiah
sehari-hari adalah, jika kita tahu bahwa itu dapat diaktualisasikan atau
jika air dipanaskan akan mendidih, dimanifestasikan dalam pengetahuan
maka pengetahuan itu dipergunakan ilmiah. Atau dengan kata lain, suatu
jika kita hendak memasak air. Dengan pengetahuan disebut ilmiah justeru
kata lain manusia berani bertindak atas karena di dalam pengetahuan tersebut
dasar pengetahuannya itu, karena terdapat suatu kebenaran yang bersifat
pengetahuan itu bersifat pasti dan ilmiah. Pengetahuan ilmiah bertitik
mutlak. Pengetahuan sehari-hari yang tolak dari kekaguman terhadap
bersifat pasti itu menyebabkan pengalaman biasa atau harian,
manusia tidak ragu-ragu lagi untuk misalnya saja air jika dipanaskan akan
bertindak. Pengetahuan yang mendidih. Kekaguman terhadap
digunakan orang terutama untuk pengalaman, kebenaran, pengetahuan
hidupnya sehari-hari tanpa mengetahui biasa (common sense), menimbulkan
seluk-beluknya yang sedalam- berbagai ketidakpuasan dan bahkan
dalamnya dan seluas-luasnya disebut keraguan terhadap kebenaran harian
dengan pengetahuan biasa. tersebut. Ketidakpuasan dan keraguan
Ciri pengenal yang penting yang tersebut akan melahirkan
dimiliki oleh pengetahuan biasa yang keingintahuan yang mendalam yang
sering juga dipandang sebagai diwujudkan dalam berbagai
pengetahuan prailmiah ialah bahwa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan
pengetahuan tersebut tidak diarahkan tersebut selanjutnya diikuti dengan
untuk memperoleh pengetahuan dilakukannya sejumlah penyelidikan.
mengenai hal-hal yang patut diketahui Serangkaian proses ilmiah tersebut
atau untuk memperadalam melahirkan kebenaran ilmiah yang
pengalaman, melainkan diarahkan dinyatakan dalam pengetahuan atau
untuk mendapatkan manfaat praksis. sain (lihat Hardono Hadi, 1994: 13-
Dengan kata lain dalam pengetahuan 27).
prailmiah, pengetahuan bukanlah Kebenaran ilmiah yang diwujudkan
merupakan tujuan yang terkandung dalam ilmu pengetahuan atau sain
dalam dirinya, melainkan dimaksudkan dapat disebut sebagai ilmu jika
agar manusia dapat menyesuaikan diri memenuhi berbagai syarat. Syarat-
dengan alam sekitarnya. syarat tersebut adalah objektivitas,
52 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

metodologis, universal, dan sistematis seperti sekarang sebenarnya telah


(Bandingkan Poedjawijatna, 1967; 14). diletakkan dasarnya oleh bangsa
Lebih lanjut Beerling (1986; 6-7) Yunani Kuno di abad ke-6 SM.
menegaskan bahwa kemandirian ilmu Sebagaimana halnya dengan gejala
pengetahuan ilmiah sesungguhnya pengetahuan, gejala kebenaranpun
berkaitan dengan tiga norma ilmiah. merupakan pengalaman manusia
Pertama pengetahuan ilmiah semenjak munculnya filsafat.
merupakan pengetahuan yang memiliki Dalam zaman Yunani Kuno
dasar pembenaran. Kedua pengetahuan kita berjumpa dengan anggapan
ilmiah bersifat sistematis. Ketiga tentang kebenaran. Salah satu tokoh
pengetahuan ilmiah bersifat yang patut disebutkan adalah Socrates
intersubjektif. (+ 469-399) walaupun ia tidak secara
Dari berbagai pemahaman langsung berbicara tentang kebenaran
mengenai kebenaran ilmiah yang telah ilmiah. Dalam disput dengan kaum
diuraikan di atas, dapat dibuat suatu Sophis, Socrates tidak menyetujui
kerangka pemahaman bahwa relativitas yang terdapat pada kaum
kebenaran ilmiah adalah sebagai Sophis. Menurut Socrates, ada
kebenaran yang memenuhi syarat atau kebenaran objektif, ada kelakuan yang
kaidah ilmiah atau kebenaran yang baik dan ada kelakuan yang kurang
memenuhi syarat atau kaidah ilmu baik. Selain itu ada tindakan yang
pengetahuan. Sedemikian rupa pantas dan ada tindakan yang jelek.
sehingga kebenaran ilmiah tidak dapat Dengan kata lain, Socrates telah
dipisahkan dari ilmu atau pengetahuan meletakkan suatu dasar yang kuat bagi
ilmiah atau sains sebagai a higher level berkembangnya gagasan tentang
of knowlwdge justeru karena ilmu atau adanya kebenaran yang kemudian
pengetahuan ilmiah merupakan dilanjutkan oleh muridnya Plato (K.
aktualisasi dari kebenaran ilmiah. Bertens, 1991; 86).
Menurut Plato (427-347 SM.)
C. KEBENARAN ILMIAH: SUATU kebenaran (alethea: Yunani) sebagai
PENDEKATAN HISTORIS ketidaktersembunyian adanya tidak
Pada bagian ini kebenaran dapat dicapai manusia selama berada
ilmiah akan ditinjau dari sudut di dunia ini. Dengan kata lain, menurut
epistemologi. Oleh karena itu akan Plato kebenaran adalah sesuatu yang
dibahas secara singkat sekitar sumber, terdapat pada apa yang dikenal atau
sarana dan tata cara mencapai pada apa yang dikejar untuk dikenal.
kebenaran ilmiah. Pembahasan ini Selanjutnya Aristoteles (384-
akan menggunakan pendekatan historis 322 SM.) lebih cenderung melihat
dengan mengemukakan pokok-pokok kebenaran dari cara yang dipakai
mengenai kebenaran ilmiah dalam pengenal untuk mencapai kebenaran
tradisi pemikiran Barat. Perlu diingat tersebut melalui suatu sistem berpikir
bahwa pendekatan historis tradisi ilmiah yang dikenal dengan nama
pemikiran Barat semata-mata hanyalah logika. Cara berpikir ilmiah ini
sekedar saran dan bukan tujuan. meliputi berbagai pengertian,
1. Zaman Yunani Kuno pertimbangan, dan penalaran.
Tradisi pemikiran-pemikiran Berkaitan dengan pengertian
Barat sebagaimana yang kita lihat Aristoteles mengungkapkan adalah 10
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 53

kategori, yaitu: substansi, kuantitas, pertengahan yang berhaluan skeptis


kualitas, relasi, tempat, waktu, memandang kebenaran hanyalah
keadaan, mempunyai, berbuat, sebagai tempelan atau disebut juga
menderita. Segala pengertian tersebut sebagai hembusan angin yang lewat
dapat digabungkan sehingga begitu saja pada benda atau pada
membentuk suatu pertimbangan. ungkapan manusia (C. Verhaak & R.
Demikian pula halnya dengan Haryono Imam, 1991; 129). Bersama
pertimbangan tersebut dapat dengan kaum skolastik pada umumnya,
diagabungkan sehingga menghasilkan Thomas Aquinas melanjutkan teori
suatu penyimpulan yang disebut korespondensi dari Aristoteles dengan
dengan silogisme. Aristoteles mendefenisikan kebenaran sebagai
menyatakan kebenaran melalui suatu adequatio rei et intellectus
teori yang dikenal dengan teori (kesesuaian, kesamaan pikiran dengan
korespondensi, yaitu menyatakan ada hal, benda). Oleh karena kebenaran
yang “tidak ada”, atau tidak ada yang merupakan istilah transendental yang
“ada” adalah salah, sedangkan mengena pada semua yang ada, dalam
mengatakan ada yang “ada” dan tidak arti tertentu kebenaran bukanlah
ada yang “tidak ada” adalah benar. sesuatu tentang cara hal-hal berada
Pada hematnya dengan fakta-fakta tetapi melulu hal-hal itu sendiri
kasus, pernyataan-pernyataan (Lorens Bagus, 1996; 415)
diketakan benar dan salah (Lorens Dalam pada itu kehadiran para
Bagus, 1996; 413). filsuf Arab seperti Al-Kindi, Al-Farabi,
2. Zaman Abad Pertengahan Ibn Sina, Ibn Rusyd, Al-Ghazali tidak
Tokoh abad pertengahan yang dapat dilupakan. Para filsuf Arab
berbicara tentang kebenaran yang patut tersebut telah menyebarkan filsafat
disebutkan adalah Thomas Aquinas Aristoteles dengan membawanya ke
(1224-1275). Thomas Aquinas banyak Cordova, Spanyol untuk kemudian
mengembangkan gagasan dari tokoh diwarisi dan dikembangkan oleh dunia
filsuf Yunani kuno yaitu Aristoteles. Barat melaui kaum Patristik dan
Aquinas membedakan antara veritas Skolastik. Oleh karena itu tidak
ontologica (kebenaran ontologi) berlebihan apa yang telah diungkapkan
dengan veritas logica (kebenaran oleh Wells dalam karyanya The
logis). Kebenaran ontologis terdapat Outline of History (1951),
dalam kenyataan, baik itu spiritual sebagaimana dikutip oleh Koento
maupun material dan masih lepas dari Wibisono (1999), bahwa jika orang
gejala pengetahuan, meskipun ada Yunani adalah Bapak metode ilmiah,
kemungkinan bahwa akan diketahui maka orang Muslim adalah Bapak
atau dikenal. Kebenaran logis Angkatnya.
merupakan kebenaran dalam arti 3. Zaman Modern
sesungguhnya. Dengan demikian Filsafat modern sebagai suatu
menurut Aquinas kebenaran hadir dan periode dalam pemikiran filsafat barat
terlaksana dalam pengetahuan manusia pada umumnya dianggap mulai dengan
dalam bentuk pengarahan, melalui Descartes (1596-1650) di Perancis,
proses yang tidak ada hentinya dan atau dengan Francis Bacon (1561-
tidak bisa lepas dari indera. 1626) di Inggeris. Tentu saja zaman
Selanjutnya nominalisme abad modern dalam filsafat Barat tidak
54 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

dapat dilepaskan dari gerakan yang arti sempit, Rasionalisme adalah


mendambakan emansipasi, liberalisasi, sebuah epistemologi yang
otonomi diri dan otoritas rasio yakni menggunakan rasio sebagai sarana
Ranaisance di abad ke-15 dan utama untuk mencapai pengetahuan,
Aufklaerung di abad ke-18. Renaisance yaitu pengetahuan ilmiah. Berkenaan
dan Aufklaerung tidak turut dengan kebenaran. Descartes
mempengaruhi pemikiran para filsuf memunculkan persoalan mengenai
Barat mengenai kebenaran. kriterium kebenaran. Menurut
Secara garis besar, pada Descartes cara untuk membedakan ada
awalnya terdapat dua aliran besar tidaknya kebenaran ialah ada tidaknya
dalam filsafat modern, yaitu ide yang jelas dan terpilah-pilah
Rasionalisme dan Empirisme. Lalu mengenai sesuatu (idea clara et
sebagai sintesa antara keduanya distincta). Konsekuensi lebih lanjut
muncul dua aliran yaitu Rasionalisme dari pernyataan ini adalah isi idea yang
Kritis (Kritisisme) dan Positivisme. jelas dan terpilah-pilah itu menjadi
Yang pertama sekalipun berusaha benar sehingga kebenaran disamakan
menjembatani antara Rasionalisme dengan idea itu. Idea itu pertama-tama
dengan Empirisme pada akhirnya terdapat dalam subjek pengetahuan,
terjebak dalam kubangan demikian pula halnya dengan
Rasionalisme, atau gerakan kebenaran, tanpa hubungan dengan
Rasionalisme Kritis pada akhirnya dunia luar, hanyalah merupakan suatu
adalah merupakan suatu gerakan yang kesimpulan dari adanya kebenaran
mengusung Rasionalisme dalam wajah dalam idea tersebut. Terwujudnya
lain. Sementara nasib yang sama juga kebenaran ditegaskan sebagai suatu
menimpa Positivisme. Positivisme kenyataan (Harun Hadiwijono, 1980;
yang pada awalnya adalag sebuah 8).
gerakan yang ingin mengambil jalan Selanjutnya menurut Spinoza,
tengah antara Rasionalisme dan kebenaran mempunyai standar sendiri.
Empirisme pada akhirnya terjebak Sebagaimana terang menyingkapkan
dalam Empirisme. Selain itu muncul baik dirinya sendiri dan kegelapan,
juga dalam sejarah filsafat modern ini begitupula kebenaran adalah standar
adalah aliran Idealisme yang diusung untuk dirinya sendiri dan kesalahan.
oleh J.C. Fichte (1762) F.W.J. Leibniz membedakan antara kebenaran
Schelling (1775-1854) dan Hegel akal dengan kebenaran fakta. Adapun
1770-1831). Pada alinea-aline berikut yang dimaksud dengan pertama adalah
ini penulis akan mencoba menguraikan kebenaran yang berdasarkan prinsip
dialektika yang terjadi pada masing- identitas dan bersifat niscaya,
masing aliran tersebut berkenaan sementara yang kedua adalah
dengan kebenaran kebenaran yang didasarkan prinsip
a. Rasionalisme alasan yang mencukupi adan bersifat
Dalam arti luas Rasionalisme kontingen. Perbedaan keduanya
merupakan aliran dalam sejarah filsafat dikenal dengan perbedaan analitik-
modern yang dasar-dasarnya telah sintetik (Lorens Bagus, 1996; 414)
diletakan oleh Rene Descartes (1596- b. Empirisme
1650), G.W. Leibnis (1646-1746), dan Arti luas dari Empirisme adalah
Baruch Spinoza (1632-1677). Dalam aliran dalam sejarah filsafat Barat
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 55

modern yang dasar-dasarnya telah Empirisme dan Rasionalisme dengan


diletakan oleh John Lock, David Hume mengatakan bahwa pengetahuan kita
dan Berkeley. Sementara artian sempit bersifat sintesis. Pengetahuan inderawi
dari Empirisme adalah epistemologi atau empirisme merupakan sintesis
yang menggunakan pengalaman atau dari pengamatan ruang dan waktu.
empiri sebagai sarana utama. Dalam Lalu pengetahuan akal atau
hal ini dapat dikatakan Aristoteles rasionalisme merupakan sintesis
adalah sebagai peletak dasarnya. pengetahuan dengan kedua belas
Berbeda dengan Rasionalisme, kategori yang dioleh oleh Vestand
menurut Empirisme akal budi tidak (akal). Akibatnya yang dihasilkan
dapat memberikan kepada kita bukanlah pengetahuan das ding an
pengetahuan tentang realitas tanpa sich. Untuk itu vernunft (rasio atau
acuan pada pengalaman inderawi dan budi) memberi arah ketika akal tidak
pengunaan pancaindera kita. Informasi mampu mengetahuinya. Sedemikian
yang disajikan oleh indera kita berguna rupa sehingga Kant menyebut
sebagai fundamen untuk ilu pandangannya sebagai Idealisme
pengetahuan. Dalam hal ini akal budi Transendental atau Idealisme Kritis.
bertugas mengolah bahan-bahan yang Dalam alternatif ini, isi pengalaman
diperoleh oleh pengalaman. Adapun langsung tidak dianggap sebagai benda
metode yang digunakan adalah dalam dirinya sendiri dan ruang dan
induksi. waktu merupakan forma intuisi kita
Semula aliran ini, sebagaimana sendiri. (lihat Harun Hadiwijono,
yang nampak pada Francis Bacon, 1980; 63-82).
masih menganut semacam realisme d. Idealisme
naif yang menganggap bahwa Idealisme dalam artian luasnya
pengenalan yang diperoleh melalui dapat disebut sebagai salah satu aliran
pengalaman tanpa ditindak lanjuti oleh dalam sejarah filsafat modern yang
penyelidikan telah mempunyai nilai dasar-dasarnya diletakan oleh J.C.
yang objektif. Akan tetapi kemudian Fichte (1762) F.W.J. Schelling (1775-
nilai pengenalan yang diperoleh 1854) dan Hegel 1770-1831). Dalam
melalui pengalaman itu sendiri artian sempit Idealisme adalah sebuah
dijadikan sasaran atau objek penelitian. epistemologi yang menekankan
c. Rasionalisme Kritis idealisme sebagai sarana bagi roh
Dalam arti luas Rasionalisme untuk mencapai pengetahuan (lihat
Kritis atau sering juga disebut dengan Harun Hadiwijono, 1980; 88-109).
Kritisisme adalah sebuah aliran dalam Tokoh Idealisme yang patut
sejarah filsafat modern yang dasar- disebutkan berkaitan dengan kebenaran
dasarnya diletakkan oleh Immanuel adalah Hegel. Hegel membedakan
Kant (1724-1804). Sementara artian antara kebenaran formal dan kebenaran
sempitnya adalah sebuah epistemologi historis. Kebenaran formal berkaitan
yang lebih menekankan kepada intuisi, dengan matematika sedangkan
kepada pengetahuan-pengetahuan kebenaran historis berkaitan dengan
(kebenaran dan kenyataan). keberadaan yang kongkrit. Selain itu
Pada Krisitisisme ini Kant Hegel juga berbicara tentang
berusaha untuk mendamaikan dengan kebenaran absolut sebagai sintesa
mengambil jalan tengah antara terakhir dari faktor-faktor universal
56 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

dan individual, abstrak, dan kongkrit kesatuan menyeluruh, tetapi dalam


(Lorens Bagus, 1996; 414). tahap-tahap yang berbeda dari
Secara umum mengutip apa perkembangan ilmu itu. Ilimu-ilmu itu
yang telah disampaikan oleh Verhaak juga terkait dalam suatu tata
dan Haryono Imam (1991; 130) ketergantungan yang hirarkisitas dapat
kebenaran dalam idealisme dapat dimengerti berkat konsep dasar seperti
dirumuskan sebagai berikut: kesatuan organis tata, acuan, suksesi,
Dalam Idealisme yang keserupaan, relasi, kegunaan, realitas,
berkembang di Jerman terdapat gerakan, dan pengarahan (Lorens
anggapan bahwa dalam sejarah Bagus, 1996; 863-866).
terwujudlah kebenaran dalam Zaman Kontemporer
pengungkapan dan perkembangan roh, Sebelum melihat persoalan
yang baru mencapai kebenaran kebenaran ilmiah dalam sejarah filsafat
sungguh-sungguh pada akhir seluruh ilmu pada zaman kontemporer,
perjalanannya sambil mencakup segala perlulah terlebih dahulu melihat
langkah yang sudah ditempuh dalam background abad ke-19. Abad ke-19
kesamaan mutlak subjek pengenal dan ditandai dengan adanya perubahan
objek yang dikenal. Menurut ungkapan sosial yang cepat sesudah Revolusi
Hegel ”Kebenaran adalah keseluruha” Perancis. Menurunnya minat pada
(Das Wahre ist das Ganze). agama, berkembanganya paham
e. Positivisme liberalisme dan sosialisme sebagai
Positivisme dalam artian akibat Revolusi Industri, penemuan
luasnya adalah sebagai suatu aliran dan perkembangan ilmu pengetahuan
dalam sejarah filsafat modern yang serta perkembangan filsafat yang
dasar-dasarnya telah diletakan oleh sangat beragam. Filsafat yang beragam
August Comte (1798-1857). Dalam tersebut menggunakan istilah isme
artian sempit, Positivisme adalah suatu untuk menunjuk aliran tersebut.
aliran epistemologi yang semata-mata Perkembangan filsafat yang beraneka
menggunakan pengalaman untuk ragam pada abad ke-20 banyak
mencapai pengetahuan. Kata positif dipengaruhi oleh bahasa yang
mengandung berbagai arti, yaitu digunakan oleh para filsuf yang
kongkrit, eksak, tepat/akurat, memberi bersangkutan. Sedemikian rupa
manfaat. Oleh karena itu yang disebut sehingga dapat dikatakan bahwa
dengan realitas adalah fenomena perkembangan filsafat abad ke-20
sejauh dapat disermati secara inderawi bersifat heterogen, beragam, meliputi
(Harun Hadiwijono, 1980; 110-114). banyaknya bidang yang dipengaruhi
Masih berkaitan dengan oleh perkembangan spesialisasi. Dari
kebenaran ilmiah, menurut Comte berbagai macam aliran filsafat yang
metode ilmiah merupakan sumber ada pada zaman kontemporer,
pengetahuan satu-satunya yang tepat beberapa di antaranya akan dibahas
tentang realitas. Selanjutnya Comte berkenaan dengan kebenaran ilmiah.
melihat perkembangan pemikiran Aliran filsafat yang dimaksudkan
manusia dalam tiga tahap yaitu tahap adalah Pragmatisme, Fenomenologi,
teologis, tahap metafisis, dan tahap Eksistensialisme, dan Strukturalisme.
positif. Sedemikian rupa sehingga
dikatakan ilmu-ilmu merupakan
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 57

a. Pragmatisme menggunakan intuisi sebagai sarana


Dalam artian luas, Pragmatisme untuk mencapai pengetahuan.
adalah suatu aliran dalam sejarah Untuk menetapkan suatu dasar
filsafat modern yang berkembang di yang tidak dapat dibantah bagi semua
Amerika, yang dasar-dasarnya telah ilmu pengetahuan Husserl memakai
diletakan oleh William James (1842- metode fenomenologi, yaitu dimulai
1910) dan John Dewey (1859-1952) dengan reduksi ganda, yaitu: reduksi
dan juga dikembangkan di Inggeris eiditik dan reduksi fenomenologis.
oleh F.C.S. Schiller (1759-1805). Sebagai filsafat, Fenomenologi Husserl
Dalam artian sempitnya, Pragmatisme memberi pengetahuan yang perlu dan
adalah suatu epistemologi yang essensial mengenai yang ada. Dalam
mengajarakan bahwa yang benar tahap-tahap penelitiannya ia
adalah apa yang membuktikan dirinya menemukan objek-objek yang
sebagai benar dengan perantaraan membentuk dunia yang kita alami.
akibat-akibatnya yang bermanfaat Sedemikian rupa sehingga
secara praktis. Pragamtisme di Fenomenologi dapat dijelaskan sebagai
dasarkan pada logika pengamatan. metode kembali kepada benda itu
Suatu pengalaman pribadi dapat sendiri. Dan justeru karena benda itu
diterima asalkan membawa akibat- sendiri merupakan objek kesadaran
akibat praksis yang bermanfaat (Harun langsung dalam bentuknya yang murni.
Hadiwijono, 1980; 130-135). c. Eksistensialisme
William James memandang Dalam artian luas
kebenaran sebagai apa saja yang Eksistensialisme merupakan aliran
menempatkan orang ke dalam dalam sejarah filsafat kontemporer
hubungan yang memuaskan dengan yang dasar-dasarnya telah diletakan
dunia. Kebenarana adalah sesuatu yang oleh Martin Heidegger (1889-1976),
layak dan berguna dalam cara Jean Paul Sartre (1905-1980), Karl
membawa diri. Sementara John Dewey Jasper (1883-1969), dan Gabriel
melanjutkan teori pragmatik tentang Marcel (1889-1973). Sementara dalam
kebenaran dengan menghubungkan artian sempitnya, Eksistensialisme
penelitian dengan pemecahan masalah. merupakan suatu epistemologi yang
Oleh karena itu tujuan penelitian memandang segala gejala dengan
adalah suatu yang ditransformasikan berpangkal kepada eksistensi.
bukan kebenaran yang abstrak, Dewey Eksistensi adalah cara manusia berada
menggantikan istilah seperti kebenaran di dunia berbeda dengan cara berada
dan pengetahuan dengan frase benda-benda. Bagi heidegger,
warranted assertabillity (ketandasan kebenarana ditemukan oleh individu
yang terjamin). dalam keterbukaan terhadap hal-hal
b. Fenomenologi yang dimungkinkan oleh kebebasan.
Artian luas dari Fenomenologi Sementara bagai Jasper, kebenaran
adalah merupakan sebuah aliran dalam bersifat historis, tak terpisahkan dari si
sejarah filsafat kontemporer yang pemikir dan situasi.
dasar-dasarnya telah diletakan oleh d. Strukturalisme
Edmund Husserl (1859-1939). Strukturalisme merupakan
Sementara artian sempitnya adalah aliran filsafat kontemporer yang
sebuah epistemologi yang berasal bukan dari kelompok filsuf
58 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

dalam artian sempit, melainkan para dalam kehidupan praksis seperti


sarjana dari berbagai bidang keilmuan pembangunan jembatan, perawatan
yang memiliki perhatian jauh sebagai kesehatan, perang, dan lain sebagainya.
implikasi dari pemikiran mereka. Kedua disiplin-disiplin ilmiah telah
Strukturalisme timbul dengan setting berpengaruh terhadap cara kita
historis pembaharuan linguistik yang berpikir.
diusung oleh F.de Saussure (1875- 2. Kebenaran Ilmiah dan
1913). Tokoh-tokoh strukturalisme Tanggung Jawab Moral
dapat disebutkan seperti C.Levi- Kebenaran ilmiah
Strauss, Jacqus Lacan, Roland Barthes, dimanifestasikan dalam ilmu
Louis Althusser, Michael Foucault. pengetahuan dan teknologi dapat
diumpamakan sebagai pedang yang
D. NILAI, KEBENARAN ILMIAH, bermata dua di tangan pemiliknya.
DAN AKTUALISASINYA DALAM Namun pedang pada dirinya adalah
BIDANG PRAKSIS netral, dapat digunakan untuk tujuan
1. Kebenaran Ilmiah Sebagai baik ataupun jahat, demikian pula
Kebijaksanaan halnya dengan ilmu pengetahuan dan
De facto bahwa disiplin- teknologi, dapat digunakan untuk hal
disiplin ilmiah yang berkembang yang menguntungkan umat manusia,
sekarang ini adalah sebagai tetapi dapat juga digunakan untuk hal-
perpanjangan tangan dari positivisme hal yang merugikan umat manusia,
yang meraja sekitar abad 19, dan semuanya itu tergantung dari si
tampaknya gejala ini masih pengguna.
berlangsung hingga kini, semakin Dari satu sisi peradaban umat
mempengaruhi dunia dewasa ini (H.J. manusia sangat berhutang budi dengan
Pos, 1946, dalam Koento Wibisono ilmu pengetahuan dan teknologi
1997; X). Salah satu karakteristik dari sebagai manifestasi dari kebenaran
gejala ini adalah dominasi peran ilmu ilmiah. Berkat kemajuan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan pengetahuan dan teknologi,
manusia. Kebenaran dan kenyataan pemenuhan kebutuhan manusia dapat
diukur dari segi positivistiknya, dalam dilakukan secara instan seperti yang
artian bahwa apa yang dianggap benar, telah diterapkan dalam ilmu
baik, maju, berhasil, haruslah kedokteran, transportasi, pendidikan,
kongkret, eksak, akurat, dan komunikasi, dan lain sebagainya. Akan
bermanfaat. Sedemikian rupa sehingga tetapi di lain pihak, sejarah telah
sesuatu yang sifatnya abstrak kurang membuktikan bahwa ilmu pengetahuan
mendapat perhatian karena dianggap dan teknologi telah banyak digunakan
membuang-buang waktu, semntara oleh manusia bukan saja untuk
masih banyak permasalahan- menguasai alam, melainkan juga untuk
permasalahan praktis dan teknis yang memerangi dan memusnahkan sesama
butuh penanganan. manusia, melalui alat-alat perang yang
Kebenaran ilmiah yang merupakan hasil dari perkembangan
terwujudkan dalam disiplin-disiplin ilu pengetahuan dan teknologi. Tentu
ilmiah telah tersebar ke seluruh dunia masih terdapat banyak contoh dan
secara ganda. Pertama, disiplin-disiplin kasus yang memperlihatkan bagaimana
ilmiah telah diterapkan secara jelas ilmu pengetahuan dan teknologi telah
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 59

dimanipulasi sedemikian rupa sehingga scientific. Lalu pertanyaannya adalah


membawa kerugian bagi manusia bagaimanakah karakteristik masalah
sendiri (Jujun S. Suriasumantri, 1994; yang dapat dikatakan sebagai sientific.
229). Masalah yang ada dikatakan sebagai
Lebih lanjut, dewasa ini scientific apabila: pertama, dapat di
kemajuan ilmu pengetahuan dan komunikasikan (communicability),
teknologi, seperti nampak dalam kedua, sikap (the sientific attitude),
bidang rekayasa genetika yang yaitu: curiosity, speculativeness,
spektakuler, seperti bayi tabung dan willingness to be objective, willingness
kloning bukan saja menimbulkan to suspend jugdment dan tentativity.
gejala dehumanisasi tetapi bahkan juga Dan ketiga, metode ilmiah.
telah merambah kepada pemahaman Sikap (the sientific attitude),
tentang hakikat kemanusiaan itu karakteristik yang harus dipenuhinya
sendiri. Dengan demikian ilmu adalah meliputi: curiosity, rasa ingin
pengetahuan dan teknologi bukan lagi tahu tentang bagaimana sesuatu itu
menjadi sarana yang membantu ada, bagaimana sifatnya, fungsinya,
manusia mencapai tujuan hidupnya, dan bagaimana sesuatu itu
namun juga menciptakan tujuan hidup dihubungkan dengan sesuatu yang lain.
itu sendiri. Terhadap kenyataan yang Speculativeness, yaitu harus
demikian, Jujun S. Suriasumantri mempunyai usaha dan keinginan yang
(1994; 231) mengomentari bahwa: kuat untuk memecahkan masalah,
Menghadapi kenyataan seperti dengan menggunakan hipotesis-
ini, ilmu yang pada hakikatnya hipotesis yang ada. Willingness to be
mempelajari alam sebagaimana adanya objective, sikap seperti inilah yang
mulai mempertanyakan hal-hal yang sangat penting bagi seorang ilmuwan.
bersifat seharusnya: untuk apa Willingness to suspend judgment,
sebenarnya ilmu itu harus dengan ini seorang ilmuwan berarti
dipergunakan? Di mana batas dituntut untuk bertindak dalam
wewenang penjelajahan keilmuan? Ke mengadakan observasinya bersikap
arah mana perkembangan keilmuan sabar dan bijaksana dalam menentukan
harus diarahkan? keputusan berdasarkan data yang ada.
3. Mengenal Apakah Ilmu Tentativity, ini berarti seorag ilmuwan
Pengetahuan Itu tidak dapat memutlakan penemuannya
Menurut Bahm (1980) ilmu dengan menganggap sebagai final dari
pengetahuan itu meliputi enam pencarian, tapi harus mempunyai sikap
komponen, yaitu masalah (problems), terbuka bagi usaha pengkajian ulang.
sikap (attitude), metode (method), Berkenaan dengan metode
aktivitas (activity), kesimpulan (method) saintifik harus meliputi
(conclution), dan pengaruh (effect). hipotesa yang akan diuji lebih lanjut.
Urgensi memahami keenam Adapun esensi dari ilmu adalah
komponen adalah sebagai dasar untuk metode. Science sebagai teori adalah
memahami bagaimana hakikat dan sesuatu yang selalu berubah. Teori
sifat imu pengetahuan. Yang dapat yang ada sekarang bukanlah teori yang
dilihat dalam uraian sebagai berikut. berlaku beratus-ratus tahun yang lalu.
Masalah, no problem, no Sementara yang tetap dan tidak
science. No problem, no solution, no berubah adalah metode.
60 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

Aktivitas (activity) ilmu adalah Hadi (1994), mengatakan bahwa


sesuatu yang dikerjakan oleh para filsafat itu dimulai dengan rasa kagum.
scientist, melalui apa yang disebut Atau dengan kata lain dikatakan bahwa
scientific research, yang meliputi dua tidak ada seorangpun yang dapat
aspek yaitu aspek individual dan berfilsafat kalau dia tidak bisa kagum.
sosial. Adapun Bahm mengatakan bahwa
Ilmu adalah pengetahuan yang masalahlah (problem) yang
disistematisir. Ilmu sering dianggap membuahkan ilmu pengetahuan
sebagi tubuh pengetahuan. Kesimpulan (scientific knowledge results from
(conclution) adalah pemahaman yang solving scientific problems, no
dicapai sebagai hasil pemecahan problems, no solution, no scientific
masalah dan merupakan tujuan ilmu. knowledge).
Kesimpulan adalah akhir yang b. Epistemologi. Dalam
mengesahkan sikap, metode dan epistemologi dibicarakan apakah
aktivitas yang dimaksud. Kesimpulan sumber ilmu pengetahuan itu, apakah
adalah buah suatu karya dan investasi. sarana yang digunakan untuk mencapai
Kesimpulan adalah ilmu yang pengetahuan, dan bagaimana tata cara
terselesaikan bukan sebagai prospek menggunakan sarana tersebut, dan juga
atau dalam proses. Kesimpulan adalah tolok ukur, parameter apakah yang
hasil upaya ilmiah semata. Segi disebut ilmu pengetahuan itu. Dalam
pentingnya adalah ia mengesahkan tulisannya Bahm mengatakan bahwa
kesan-kesan populer bahwa ilmu berkenaan dengan bentuk metode
berisikan pengetahuan yang benar, atau saintifik harus meliputi hipotesa yang
lebih baik pengetahuan tertentu. akan diuji lebih lanjut. Adapun esensi
Ilmu mempunyai berbagai dari ilmu adalah metode. Karena sain
pengaruh (effect). Konsederasi dari dalam artian teori adalah sesuatu yang
pengaruh-pengaruh itu dibatasi pada selalu berubah, dan sifatnya sangat
dua penekanan, yaitu: dampak ilmu relatif, berbeda dengan metode yang
terhadap teknologi dan industri yang tidak berubah-ubah. Dengan demikian
disebut dengan ilmu terapan dan dapatlah dibangun suatu kerangka
dampak ilmu terhadap masyarakat dan pemikiran, bahwa metode adalah salah
peradaban. satu sarana dalam proses pencapaian
Sebagai catatan atas tulisan suatu pengetahuan ilmiah. Metode ini
Bahm di atas, penulis berpendapat tentunya berkaitan erat dengan
bahwa agaknya tepat apa yang telah kegiatan (activity), yaitu ilmu
diuraikan oleh Bahm berkenaan pengetahuan adalah apa yang digeluti
dengan ilmu pengetahuan. Karena oleh ilmuwan. Apa yang sering
uraian Bahm di atas mencakup apa dilakukan ilmuwan dikatakan
yang menjadi ruang lingkup dari penelitian.
filsafat ilmu –pengetahuan (philosophy c. Aksiologi,
of science) yang meliputi: menggambarkan nilai-nilai normatif
a. Ontologi, yaitu yang atau imperatif yang patut dijadikan
membicarakan apakah sumber ilmu patokan dalam memperoleh,
pengetahuan, apakah ilmu-ilmu, menerapkan dan mengembangkan
kebenaran, kenyataan itu. Plato, ilmu. Aksiologi inilah yang dalam
sebagaimana dikutip oleh Hardono tulisan Bahm yang mendapat sorotan
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 61

penting, yaitu dengan mengatakan kebenaran, dan hal ini dinilai dengan
bahwa sekarang telah banyak ukuran pembenaran fakta-fakta. Victor
dihasilkan sain dan teknologi, akan Reisskop berpendapat tujuan pokok
tetapi kesemuanya itu tidaklah ilmu bukan pada penerapannya, tujuan
terimbangi. Sehingganya selain ilmu ialah mencapai pemahaman-
peningkatan secara kuantitas terhadap pemahaman terhadap sebab dan
ilmu dan teknologi, juga diperlukan kaidah-kaidah tentang proses ilmiah.
adanya peningkatan dalam hal Carl G. Hempel dan Paul Oppenheim
pemerhatian terhadap aspek axiologis, mengatakan, menjelaskan fenomena
etika, religius dan sosial. Atau yang dalam dunia pengalaman, menjawab
dalam tulisan Bahm dimasukan dalam pertanyaan, mengapa daripada semata-
kategori pengaruh (effect). mata pertanyaan apa merupakan salah
d. Strategi, pengembangan satu dari tujuan-tujuan utama dari
ilmu, dasar dan arah pengembangan semua penyelidikan rasional, dan
ilmu bagi tujuan ilmu. Agaknya khususnya penelitian ilmiah dalam
sumbangan terbesar dalam tulisan aneka cabangnya berusaha melampaui
Bahm bagi dunia sain adalah perlunya sekedar hanya suatu pelukisan
memberikan perhatian yang khusus mengenai pokok soalnya dengan
terhadap pengarauh, dampak (effect) menyajikan suatu penjelasan mengenai
dari ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu fenomena yang diselidiki
terhadap ilmu terapan dan pengaruh Sementara yang termasuk
sosial. dalam golongan yang kedua adalah
Francis Bacon, dengan mengatakan
E. Ilmu dan Nilai bahwa ilmu pengetahuan adalah
Pertimbangan-pertimbangan kekuasaan. Lebih lanjut dijelaskan
nilai, dalam ilmu pengetahuan dan mengenai tujuan ilmu bahwa tujuan
kegiatan ilmiah pada umumnya, yang sah dan senyatanya dari ilmu
sangatlah menentukan. Dalam hal ini ialah sumbangan terhadap manusia
pertimbangan-pertimbangan nilai dengan ciptaan-ciptaan dan kekayaan-
memberikan dasar bagi tujuan kekayaan baru. Van Peursen (1985)
pengembangan ilmu. Para ilmuwan mengemukakan pandangan bahwa
berbeda pendapat dalam hal dalam meninjau perkembangan ilmu
pertimbangan nilai, yang secara garis pengetahuan secara menyeluruh tidak
besar perbedaan tersebut dapat bisa melepaskan dari tiga pembahasan,
dikategorikan kepada dua, yaitu yaitu teori pengetahuan, teknik dan
pertama golongan yang berprinsip etika. Lebih lanjut ketiga persoalan ini
bahwa ilmu pengetahuan harus bebas harus dibahas secara bersama karena
nilai. Dan kedua golongan yang teori pengetahuan melahirkan teknik,
berprinsip bahwa ilmu pengetahuan dan teknik bersentuhan langsung
harus kait nilai (The Liang Gie, 1984). dengan pertimbangan nilai etik. Lebih
Adapun yang termasuk lanjut Van Peursen mengatakan bahwa
golongan yang pertama adalah Jacob pengetahuan lebih berkuasa daripada
Bronowski, yang berpendapat bahwa teknik, dan teknik lebih berkuasa
tujuan pokok ilmu adalah mencari daripada etika. Pengetahuan, teknik,
sesuatu yang benar tentang dunia. dan etika adalah tiga unsur yang tidak
Aktivitas ilmu diarahkan untuk melihat dapat dipisahkan. Ketiganya saling
62 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

berhubungan dan saling berjalinan F. KESIMPULAN


serta saling mempengaruhi satu dengan Ada beberapa catatan yang
lainnya. Ketiganya merupakan hal agaknya cukup relevan diangkat
yang saling sambung-menyambung. sebagai kesimpulan dari tulisan ini.
Artinya bahwa kewibawaan ilmu Yaitu anggapan bahwa filsafat ilmu
pengetahuan dilaksanakan di dalam hanya sebatas sebagai metode atau tata
dunia teknik. Teknik tidak lahir secara penulisan ilmiah agaknya perlu
kebetulan saja, tetapi sudah merupakan direinterpretasi ulang. Karena de facto
konsekuensi dari adanya pengetahuan. filsafat ilmu tidak hanya mengulas
Kenyataannya pemanfaatan teknologi tentang dua persoalan yang disebutkan
hampir meliputi seluruh segi terdahulu –metode atau tata penulisan
kehidupan manusia. Dengan demikian ilmiah, melainkan ia telah lebih
dapat dimengerti jika teknik secara menerobos lahan yang cukup jauh
langsung berhubungan dengan yaitu sebagai kebijaksanaan dalam
masalah-masalah sosial, kebudayaan memandang, menilai, dan mencari
dan etika. Dominasi teknik terhadap kebenaran.
kehidupan masyarakat semakin nyata Berbicara tentang kebenaran
sehingga menutup kemungkinan bagi ilmiah, sejarah telah membentangkan
berbagai akibat negatif yang fakta bahwa apa yang dianggap benar
ditimbulkannya. Dengan demikian, pada hari kemarin belum tentu
pertimbangan nilai etik tidak dianggap benar hari ini, begitu pula
dimaksudkan untuk mengubah ciri-ciri dengan apa yang dianggap benar pada
dalam metode ilmiah, tetapi hari ini, bukanlah harga mati untuk
dimaksudkan untuk melatar belakangi menyatakan salah pada hari esok.
kebijaksanaan penentuan masalah dan Flsafat ilmu adalah refleksi filosofis
penerapan hasi-hasil ilmu yang tidak akan pernah mengenal titik
pengetahuan. jenuh, lelah dalam menjelajah
Betul bahwa ilmu merupakan cakrawala ilmiah guna mendapatkan
sistem dalam suatu konteks. Tidak kebenaran atau kenyataan, sesuatu
betul bahwa ilmu dilarutkan dalam yang memang tidak pernah akan habis
konteks itu, betul bahwa fungsi ilmu kita pikirkan dan tidak akan pernah
berubah sesuai dengan lingkungan selesai untuk dijelaskan. Oleh karena
budaya dan konstelasi sosial. Dalam itu untuk pencarian dan penemuan
arti ini ilmu harus sanggup mengakui kebenaran ilmiah diperlukan suatu
pengaruh timbal balik dari penelitian. sikap keterbukaan, kerendahan hati,
Namun demikian, jangan sampai larut serta keinginan untuk mengadakan
karena ilmu justru merupakan dialog keilmuan yang cerdas dan ajeg.
imbangan yang berharga menghadapi Hakekat ilmu adalah sebab
ideologi. Apabila ilmu diserap oleh fundamental dan kebenaran universal
ideologi, hilanglah kemungkinan akan yang implisit melekat dalam dirinya.
kritik diri. Ketegangan antara yang Dengan mengenal dan memahami
satu dengan yang lainnya hendaknya filsafat ilmu, berarti memahami seluk
dipertahankan karena dapat beluk ilmu pada umumnya, sedemikian
menjernihkan kedua belah pihak (Van rupa sehingga secara mendasar dapat
Peursen, 1985). memahami juga perspektif ilmu,
keterkaitannya dengan ilmu lainnya.
Hamdan Akromullah, Kebenaran Ilmiah dalam Perspektif Filsafat Ilmu… 63

Dengan mengaktualisasikan filsafat Hadiwijono, Harun, 1994, Sari Sejarah


ilmu dalam kajian dan bidang Filsafat Barat 1, Kanisius,
keilmuan lainnya maka akan diperoleh Yogyakarta
suatu kesimpulan bahwa kebenaran itu --------, 1995, Sari Sejarah Filsafat
bukanlah merupakan suatu barang jadi, Barat 2, Kanisius, Yogyakarta
selesai, mutlak, absolut, tertutup dalam Kattsoff, Louis O., 1996, Pengantar
kejumudan normatif-historis untuk Filsafat, (terjemahan), Tiara
diulang-ulang sebagai hafalan. Wacana, Yogyakarta
Kemudian dengan memahami seluk Muhadjir, Noeng, 1998, Filsafat Ilmu:
beluk kebenaran ilmiah, akan Telaah Sistematis Fungsional
menjadikan individu menurut profesi, Komparatif, Rake Sarasin,
disiplin ilmu dan cara masing-masing Yogyakarta
individu untuk menjadikan kebenaran Peursen, C.A. Van, 1985, Susunan
ilmiah bukan sebagai tujuan, Ilmu Pengetahuan, Gramedia,
melainkan sarana untuk semakin Jakarta
memanusiakan manusia dan sesama ----------, 1990, Fakta, Nilai, Peristiwa
serta semakin mendekatkan diri tentang Hubungan antara Ilmu
dengan Sang Kebenaran Tertinggi, Pengetahuan dan Etika,
kebenaran yang sesungguhnya Allah (terjemahan), Gramedia,
yang juga adalah sumber dari segala Jakarta
sumber kebenaran. Poedjawijatna, I.R., 1967, Tahu dan
Pengetahuan, Yayasan Obor
DAFTAR KEPUSTAKAAN Indonesia, Jakarta
Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Suriasumantri, Jujun, 1994, Filsafat
Gramedia Pustaka Utama, Ilmu: Sebuah Pengantar
Jakarta Populer, Sinar Harapan, Jakarta
Bahm, Archie J., 1980, What Is ----------, 1981, Ilmu dalam Perspektif,
“Science”, World Books, Gramedia, Jakarta
Albuquerge, New Mexico Tim Penyusun Kamus Pusat
Beerling (editor), 1998, Pengantar Pembinaan dan Pengembangan
Filsafat Ilmu (terjemahan), Bahasa, 1994, Kamus Besar
Tiara Wacana, Yogyakarta Bahasa Indonesia, Balai
Bertens, K., 1983, Filsafat Barat Abad Pustaka, Jakarta
XX: Inggeris – Jerman, Van Melsen, A.G.M., 1985, Ilmu
Gramedia, Jakarta Pengetahuan Tanggung Jawab
----------, 1985, Filsafat Barat Abad Kita, (terjemahan), Gramedia,
XX: Prancis, Gramedia, Jakarta Jakarta
---------, 1991, Sejarah Filsafat Yunani, Verhaak, C., & Imam, Haryono R.,
Kanisius, Yogyakarta 1991, Filsafat Ilmu
Gie, The Liang, 1978, Suatu Konsepsi Pengetahuan: Telaah Atas
ke Arah Penertiban Bidang Cara Kerja Ilmu-ilmu,
Filsafat, Karya Kencana, Gramedia, Jakarta
Yogyakarta Wibisono, Koento, 1996, “Ilmu
Hadi, Hardono, 1991, Epistemologi: Pengetahuan sebuah Sketsa
Filsafat Pengetahuan, Umum Mengenai Kelahiran
Kanisius, Yogyakarta dan Perkembangannya sebagai
64 Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid,
Vol. 21, No. 1, Juli 2018

Pengantar untuk Memahami


Filsafat Ilmu”, Makalah,
Yogyakarta, tidak diterbitkan
--------, 1997, “Kultur dalam Rangka
Pemikiran mengenai Isyu:
Analisis dan Strategi di Bidang
Pendidikan Tinggi”, Makalah,
Yogyakarta, tidak diterbitkan
--------, 1997, “Gagasan Strategik
tentang Kultur Keilmuan pada
Pendidikan Tinggi”, Jurnal
Filsafat Edisi Khusus Agustus
1997, Fakultas Filsafat UGM,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai