Modul ini terdiri dari lima materi pokok, yaitu: Pendahuluan, Pengertian dan
Dasar Hukum, Siklus dan Tahapan Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Aspek
Pokok Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek,
Manajemen Konstruksi Proyek, dan Penutup. Modul ini disusun secara
sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih
mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta diklat.
KATA PENGANTAR.................................................................................................. I
DAFTAR ISI............................................................................................................. II
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. V
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... VI
A. Deskripsi ................................................................................................ vi
B. Persyaratan ........................................................................................... vi
C. Metode.................................................................................................. vi
D. Alat Bantu/Media................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 2
B. Deskripsi Singkat ................................................................................... 2
C. Materi dan Submateri Pokok ................................................................ 2
D. Estimasi Waktu...................................................................................... 3
BAB 2 PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM .......................................................... 5
A. Indikator keberhasilan .......................................................................... 6
B. Umum ................................................................................................... 6
C. Pengertian Pengendalian Pelaksanaan Proyek ..................................... 6
D. Dasar Hukum Pengendalian Pelaksanaan Proyek ............................... 11
E. Rangkuman ......................................................................................... 12
BAB 3 SIKLUS DAN TAHAPAN PROYEK ............................................................. 13
A. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 14
B. Umum ................................................................................................. 14
C. Siklus Proyek ....................................................................................... 14
D. Tahapan Proyek .................................................................................. 17
A. Deskripsi
Modul Pengendalian Pelaksanaan Proyek memiliki lima materi pokok. Materi
pokok pertama adalah pendahuluan dengan sub materi latar belakang dan
dasar hukum. Materi pokok kedua membahas tentang manajemen pelaksanaan
pekerjaan dengan sub materi pokok pengertian manajemen proyek, struktur
organisasi dan unsur penting pengendalian proyek. Materi pokok ketiga
membahas tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) dengan sub materi
pengertian SMM, prinsip manajemen mutu dan penerapan SMM. Materi pokok
keempat membahas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dengan sub materi pokok pengertian SMK3, kasus kegagalan konstruksi dan
penerapan SMK3. Materi pokok terakhir adalah penutup dengan sub materi
rangkuman dan tindak lanjut.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan.
Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau
evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat perlu dilengkapi dengan peraturan
perundangan dan pedoman yang terkait dengan materi pengendalian
pelaksanaan.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber),
adanya kesempatan tanya jawab, dan diskusi.
A. Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pemahaman kepada peserta tentang Pengendalian
Pelaksanaan Proyek sehingga setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta
diharapkan akan mampu menjelaskan Pengendalian Pelaksanaan Proyek (SMM
dan SMK3).
Yang menjadi sasaran dari modul ini adalah aparat pemerintah di bidang
infrastruktur ke-PUPR-an, baik di tingkat pusat dan daerah (provinsi, kabupaten,
dan kota).
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
tentang Pengendalian Pelaksanaan Proyek (SMM dan SMK3) melalui ceramah
interaktif dan diskusi.
1. Hasil Belajar
Pada akhir pembelajaran, peserta diklat diharapkan mampu memahami
Pengendalian Pelaksanaan Proyek.
D. Estimasi Waktu
Untuk mempelajari mata diklat Pengendalian Pelaksanaan Proyek pada Diklat
PISK 1 Bidang Permukiman ini, dialokasikan waktu sebanyak 7 (tujuh) jam
pelajaran (315 menit), yang terdiri dari 3 (tiga) jam pelajaran pembelajaran dan
4 (empat) jam pelajaran sharing pengalaman dari kepala satuan kerja yang
berpengalaman dalam pengendalian pelaksanaan proyek di lapangan.
A. Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu menjelaskan
pengertian dan Dasar hukum pengendalkian pelaksanaan pelaksanaan proyek.
B. Umum
Sebelum memahami tentang pengendalian pelaksanaan proyek, maka harus
memahami pengertian dan dasar hukum yang memayungi/sebagai acuan
ddalam pelaksanaan pengendalian pelaksanaan proyek. Setelah memahami
pengertian dan dasar hukum pengendaliamn pelaksanaan proyek, maka kita
akan lebih mudah memahami substansi pokok dalam pengendalian pelaksanaan
proyek, baik teori, maupu pelaksanaan di lapangan.
b. Biaya (Cost)
c. Lingkup (Scope)
Lingkup atau Scope yang dimaksud disini adalah hasil akhir yang ingin
dicapai oleh pelaksanaan proyek itu sendiri. Hasil akhir tersebut harus
didefinisikan secara spesfik dan dikomunikasi ke semua anggota tim
yang melaksanakan tugas-tugas dalam proyek. Pada umumnya,
komponen utama dalam lingkup adalah kualitas produk akhir. Seorang
Manajer Proyek harus mengetahui cara untuk mengelola lingkup atau
scope suatu proyek termasuk perubahannya yang akan berdampak
pada waktu dan biaya.
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan siklus dan tahapan proyek dalam proses pengendalian pelaksanaan
proyek.
B. Umum
Siklus dan tahapan proyek merupakan hal yang harus dipahami dakam proses
pengendalian pelaksanaan proyek. Dengan memahami siklus dan tahapan
proyek, maka pengendalian proyek dapat direncanakan, dijadwalkan, dan
dikendalikan sesuai dengan siklus dan tahapannya sehingga dapat dilaksankan
secara efektif dan efisien, baik dalam mencapai tujuan dan sasaran proyek,
maupun dalam penggunaan sumberdaya.
C. Siklus Proyek
Siklus hidup proyek merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak
proyek disepakati untuk dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai.
Terdapat 5 (lima) tahapan siklus hidup proyek, yaitu inisiasi, perencanaan, pra-
pelaksanaan, pelaksanaan, dan pengakhiran (Dimyati & Nurjaman, 2014:16-17).
1. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi proyek merupakan tahap awal kegiatan proyek sejak
sebuah proyek disepakati untuk dikerjakan. Pada tahap ini,
permasalahan yang ingin diselesaikan akan diidentifikasi. Beberapa
pilihan solusi untuk menyelesaikan permasalahan juga didefinisikan.
Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi
yang memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai
solusi terbaik dalam menyelesaikan ermasalahan. Ketika sebuah solusi
telah ditetapkan, maka seorang manajer proyek akan ditunjuk sehingga
tim proyek dapat dibentuk.
2. Tahap Perencanaan
Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk,
maka aktivitas proyek mulai memasuki tahap perencanaan. Pada tahap
ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci sebagai
panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Adapun
aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini adalah membuat
dokumentasi project plan, resource plan, financial plan, risk plan,
acceptance plan, communication plan, procurement plan, contract
supplier dan perform phare review.
E. Rangkuman
Siklus proyek terdiri dari tahap inisiasi, tahap perencanaan, tahap pra
pelaksanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengakhiran atau penutupan. Tahapan
pelaksanaan suatu proyek, di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dikenal dengan istilah SIDLACOM (Survey, Investigasi, Desaign, Land
Acusition, Constractuction, Opearion and Maintenance).
A. Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu menjelaskan aspek
pengendalian pelaksanaan proyek.
B. Umum
Aspek pengendalian proyek merupakan aspek-aspek yang diperluakan dalam
pengendalian proyek, yang meliputi aspek perencanaan (planning), aspek
penjadwalan (scheduling), dan aspek pengendalian (controlling).
C. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan
sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.
Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi
sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis
besar, perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu
penjadwalan, anggaran dan mutu. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menentukan keberhasilan proyek, antara lain ketepatan memilih bentuk
organisasi proyek, memilih pimpinan yang cakap, dan pembentukan tim proyek
yang terintegrasi dan terorganisir. Namun demikian ada hal lain yang juga
penting untuk diperhatikan untuk menjamin suksesnya pelaksanaan proyek
yakni perencanaan. Berikut beberapa argumen mengapa perencanaan menjadi
satu hal penting dalam manajemen proyek:
D. Penjadwalan (scheduling)
Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus
dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis
(Callahan, 1992). Penjadwalan meliputi penjadwalan tenaga kerja, material,
peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka
beberapa macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan,
pembengkakan biaya, dan perselisihan.
E. Pengendalian
R.J. Mockler, 1972, dalam Imam Soeharto (1997) memberikan pengertian
tentang pengendalian. Menurutnya, pengendalian adalah usaha yang sistematis
untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan,
merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar,
menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan
standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar
sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran.
1) Menentukan sasaran.
F. Rangkuman
Aspek pengendalian proyek merupakan aspek-aspek yang diperluakan dalam
pengendalian proyek, yang meliputi aspek perencanaan (planning), aspek
penjadwalan (scheduling), dan aspek pengendalian (controlling). Perencanaan
berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan, anggaran
dan mutu. Penjadwalan meliputi penjadwalan tenaga kerja, material, peralatan,
keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa macam
kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan
perselisihan. Pengendalian memantau apakah hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah digariskan dan memastikan
penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien.
A. Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu menjelaskan
pengendalian pelaksanaan proyek.
B. Umum
Pengendalian pelaksanaan proyek merupakan kegiatan pengendalian terhadap
pelaksanaan pembangunan yang terdiri atas pengendalian biaya, pengendalian
mutu, pengendalian waktu, penerapan SMK3, dan pengendalian terhadap tertib
administrasi. Keempat aspek ini (waktu/schedule, biaya/cost, mutu/quality, dan
K3/safety) merupakan aspek penting yang sangat perlu unutk dikendalikan.
Oleh karena itulah, keempat aspek ini perlu diatur sedemikian rupa sehingga
suatu proyek dapat berjalan dengan baik. Pengaturan tersebut dapat dilakukan
melalui pengendalian berbagai faktor yang mempengaruhi keempat aspek
tersebut.
C. Pengendalian Biaya
Dalam suatu proyek konstruksi, biaya proyek merupakan salah satu aspek
penting dan sangat perlu dikendalikan agar sesuai dengan budget yang telah
dianggarkan sehingga dapat menghasilkan keuntungan proyek yang maksimal.
1. Metode kerja
Metode kerja yang digunakan pada suatu konstruksi akan berpengaruh
terhadap biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Metode
konstruksi itu sendiri merupakan cara untuk melaksanakan proses
konstruksi untuk mencapai pada elemen operasi atau produk terakhir.
Dalam pemilihan metode kerja harus disesuaikan dengan lokasi
tersebut berada dan pekerjaan yang dilakukan.
3. Lokasi
Perbedaan lokasi proyek akan berpengaruh terhadap pengeluaran
proyek. Lokasi yang dekat dengan sumber material dan memiliki akses
serta mobilitas tinggi akan berbeda dengan lokasi proyek yang berada di
daerah terpencil dan tidak memiliki akses ke lokasi proyek.
4. Requirement alat
Kebutuhan dari alat yang digunakan akan berpengaruh terhadap biaya
produktifitas dari alat tersebut. Penggunaan alat baru dengan alat lama
akan menghasilkan produktifitas yang berbeda.
5. Faktor satuan
Kesalahan dalam memasukkan faktor satuan akan mempengaruhi
biaya. Faktor satuan harus sama antara pekerja dan lainnya. Bila
material dihitung per hari maka upah pekerja harus dihitung per orang
per hari (mandays atau OH). Bila pekerja diupah per bulan maka harus
diubah menjadi per hari terlebih dahulu. Faktor satuan ini akan
mempengaruhi koefisien dan koefisien itu sendiri akan mempengaruhi
biaya.
a. Destruction test
b. Inspeksi dan uji coba kemampuan kinerja (performance test)
c. Control chart
d. Pareto diagram
e. Metode sampling
Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa:
pengetesan, pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan
engineering/konstruksi dan kegiatan lainnya telah memenuhi dan sesuai
dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini berupa SNI,
maupun standar internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan
pekerjaan konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi.
5. Penerapan SMM
Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah sistem manajemen organisasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan penyelenggaraan pekerjaan
1) Rencana Mutu
Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kerja/Unit
Pelaksana Kegiatan, dan Penyedia Barang/Jasa harus memiliki
Rencana Mutu. Dokumen Rencana Mutu dibedakan sebagai berikut:
E. Pengendalian Waktu
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama pengendalian proyek.
Keterlambatan waktu pelaksanaan proyek, akan mengakibatkan berbagai
bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya, keterlambatan pemanfaatan
produk, dan lain-lain. Pengendalian waktu mempunyai tujuan agar proyek dapat
diselesaikan sesuai atau lebih cepat dari rencana dengan memperhatikan
batasan biaya, mutu dan lingkup proyek.
a. Bagan Balok dan Jaringan Kerja (CPM, PERT, PDM) untuk menyusun
jadwal dan menganalisis waktu penyelesaian proyek;
b. Database dan historical record untuk memperkirakan kurun waktu
komponen kegiatan;
c. Resource leveling untuk meratakan penggunaan sumberdaya;
d. Cost and schedule trade off untuk mencari jadwal yang ekonomis.
e. Simulasi, misalnya analisis Monte Carlo;
f. Fast tracking.
F. Penerapan SMK3
SMK3 Konstruksi Bidang PU menurut Peraturan Menteri PU No 5/ PRT/ M 2014
adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan
konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
a. Kebijakan K3
Kebijakan K3 Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen
untuk menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan
perundang-undangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan
harus ditandatangani oleh manajer proyek/kepala proyek
perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada
kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.
b. Perencanaan K3
Di dalam membuat rencana K3, PPK memberikan identifikasi awal
dan penyedia jasa harus menyampaikan pengendalian risiko pada
saat penawaran berdasarkan identifikasi awal tersebut.
c. Pengendalian Operasional K3
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja,
yang harus mencakup upaya pengendalian seluruh kegiatan
konstruksi di tempat kerja.
e. Organisasi K3
Organisasi K3 ini merupakan suatu organisasi yang berada didalam
suatu perusahaan yang mengurusi segala bentuk permasalahan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan di
perusahaan yang bersangkutan.
G. Rangkuman
Pengendalian pelaksanaan proyek merupakan kegiatan pengendalian terhadap
pelaksanaan pembangunan yang terdiri atas pengendalian biaya, pengendalian
mutu, pengendalian waktu, penerapan SMK3, dan pengendalian terhadap tertib
administrasi. Pengendalian biaya adalah pengaturan budget yang telah
dianggarkan sehingga dapat menghasilkan keuntungan proyek yang maksimal.
Pengendalian mutu merupakan rangkaian kegiatan yang diperlukan agar hasil
proyek memnuhi persyaratan, kriteria dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah sistem manajemen organisasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan
non konstruksi di setiap Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan dan Penyedia Jasa
dalam pencapaian mutu. Pengendalian waktu mempunyai tujuan agar proyek
dapat diselesaikan sesuai atau lebih cepat dari rencana dengan memperhatikan
batasan biaya, mutu dan lingkup proyek.
A. Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu menjelaskan tentang
manajemen konstruksi proyek pembangunan.
B. Umum
Pada awalnya pembangunan Bangunan Gedung Negara dilaksanakan oleh
Kementerian PU sendiri, terutama pembangunan Bangunan Gedung Negara
yang berupa Rumah Negara. Namun sejak makin banyaknya kebutuhan akan
Bangunan Gedung Negara, sejalan dengan berkembangnya organisasi
pemerintahan yang disertai dengan kebutuhan akan ruang kerja dan pelayanan,
pembangunan Bangunan Gedung Negara mulai dilaksanakan oleh pihak ketiga
(kontraktor pelaksana dan konsultan perencana, serta konsultan pengawas).
Pada akhir tahun 80’an, dengan makin kompleknya teknologi bangunan gedung,
serta dituntutnya bahwa Bangunan Gedung Negara harus effisien tidak
berlebihan, tepat waktu, serta dengan kualitas yang telah ditetapkan, perlu
adanya pengendalian yang lebih intensif sejak tahap pererncanaan, yang hal ini
tidak dimungkinkan dilakukan baik konsultan pengawas maupun pengelola
proyek. Penggunaan konsultan manajemen konstruksi, mulai dikembangkan
oleh Direktorat Tata Bangunan, DJCK, Dep PU.
Sejak saat itu, setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara dengan kriteria
tertentu, pelaksanaan pembangunannya harus menggunakan jasa konsultan
manajemen konstruksi, yang dimulai sejak tahap persiapan. Dalam
perkembangannya belum diimbangi dengan pengembangan kompetensi profesi
di bidang manajamen konstruksi pada penyedia jasa konsultansi, sehingga
masih banyak konsultan manajemen konstruksi yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya masih bertindak sebagai konsultan pengawas.
Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka perlu para aparatur sipil negara,
khususnya PNS yang akan mengelola proyek pembangunan Bangunan Gedung
Negara, dibekali pemahaman yang benar tentang manajemen konstruksi, mulai