Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL

JOURNAL REVIEW
PRODI PTM S1 FT

Skor Nilai:

CJR

NAMA MAHASISWA : AGUNG VINEL PUTRA S. DEPARI


NIM : 5181121009
DOSEN PENGAMPU : DR. SAUT PURBA M.PD
MATA KULIAH : KOROSI DAN TEKNIK PELAPISAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
FEBRUARY 2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur sayaucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya  sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical
jurnal review ini. Critical jurnal revew ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada
mata kuliah pemesinan cnc dasar semoga critical jurnal revew ini dapat menambah wawasan
dan pengatahuan bagi para pembaca.

     Dalam penulisan critical jurnal review ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada:

1.      Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan

2.      Kepada dosen pengampu, Bapak Dr. Saut Purba M.Pd

     Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.

     Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
critical jurnal revew yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya
bagi para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Critical jurnal review yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari
perbandingan yang akan kami lakukan pada dua jurnal yang sudah ditentukan, dan saya akan
menyertakan ringkasan dari masing-masing jurnal, dimana jurnal pertama dan kedua
memiliki judul yang berbeda.

     Dalam critical jurnal review ini, kami akan memaparkan masalah tersebut lewat
pembahasan berikut. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penyusun khususnya.

B. Rumusan Masalah

     Adapun rumusan masalah dalam penulisan critical jurnal review ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.

1. Bagaimana review maupun ringkasan jurnal tersebut?

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

     Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical jurnal review
ini adalah untuk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam mengenai kedua
jurnal tersebut.
BAB II

INDENTITAS JURNAL

A. jurnal 1

1. Judul Artikel : Proteksi Korosi Pipa Baja Karbon Penyalur Migas Di


Lingkungan Garam Menggunakan Polimer Hibrid Berbasis
Monomer Glymo
2. Nama Journal : Ilmu-Ilmu Hayati Dan Fisik
3. Edisi terbit : vol 13 no. 1
4. Pengarang artikel : H.A Melati, dan kawan-kawan
5. Penerbit : ITB
6. Kota terbit : Bandung
7. Nomor ISSN : 141-0903
6. Alamat Situs : https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187661
9615002211&ved=2ahUKEwih3ZbO9ZLvAhXFVisKHekmBgQQFjAAegQIARAC&us
g=AOvVaw1865MhCCFrYY4CWuVHCPe5&cshid=1614733218175
B. jurnal 2

1. Judul Artikel : Analisis Laju Korosi Paduan Aluminium Feronikel Pada Ph


Basa dengan potensiostat
2. Nama Journal :-
3. Edisi terbit :-
4. Pengarang artikel : Andi Haidir
5. Penerbit : Pusat Teknoogi Bahan Bakar Nuklir
6. Kota terbit : Banten
7. Nomor ISSN : 1979-2409
8. Alamat Situs :

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Mekanikal/article
/download/9077/7194&ved=2ahUKEwih3ZbO9ZLvAhXFVisKHekmBgQQFjADegQIC
BAC&usg=AOvVaw0C08H5KOk9I0qHzMYPWSSr&cshid=1614733427857
C. jurnal 3

1. Judul Artikel : analisis laju korosi pada baja karbon dengan menggunakan air
laut H2SO4
2. Nama Journal : Korosi
3. Edisi terbit :-
4. Pengarang artikel : kevin j. patttireuw
5. Penerbit : URM
6. Kota terbit : manado
7. Nomor ISSN :-
8. Alamat Situs :

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.unpad.ac.id/bionatura/article/download/7629/4
033&ved=2ahUKEwih3ZbO9ZLvAhXFVisKHekmBgQQFjAMegQIBBAC&usg=AOvV
aw04bwv7Kk2lABtuUtNhOiA-&cshid=1614733427857
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Isi Jurnal 1
ABSTRAK
Dalam artikel ini dilaporkan hasil uji proteksi korosi baja karbon API 5L X65 dengan
menggunakan polimer hibrid anorganik-organik. Bahan prekursor polimer hibrid disintesis
dari monomer (3Glisidiloksipropil) trimetoksisilan (GLYMO) dengan menggunakan teknik
sol-gel. Prekursor polimer hibrid tersebut dilapisi pada permukaan baja karbon, lalu
dipolimerisasi secara termal. Uji korosi dilakukan dalam lingkungan garam (3,5% natrium
klorida) dengan menggunakan metoda polarisasi potensiodinamik dan pemeriksaan morfologi
menggunakan Scanning Electron Microscope. Hasil yang didapatkan menunjukkan laju
korosi baja karbon tanpa pelapis pada kondisi kritis adalah 1,60 mm/tahun. Setelah dilapisi
polimer hibrid dengan konsentrasi 40% w/w, laju korosi baja karbon menjadi 1,08 mm/tahun.
Laju korosi tersebut berkurang menjadi 0,65 mm/tahun apabila konsentrasi larutan pelapis
diturunkan menjadi 18% w/w. Laju korosi tersebut berkaitan dengan efisiensi proteksi
sebesar 59%. Hasil tersebut didukung oleh data morfologi permukaan yang menunjukkan
korosi merata pada permukaan baja karbon berkurang setelah dilapisi dengan polimer hibrid.
PENDAHULUAN
Korosi merupakan salah satu permasalahan penting dalam industri minyak dan gas bumi
(migas). Bocornya pipa penyalur migas akibat korosi berdampak pada berkurangnya jumlah
produksi, meningkatnya ongkos produksi, dan pencemaran lingkungan. Pada saat ini, industri
migas masih banyak menggunakan pipa baja karbon dalam penyalur- an migas. Hal ini
berkaitan dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan baja yang sudah
dimodifikasi sehingga tahan karat. Ber kaitan dengan hal tersebut, korosi merupakan masalah
yang sangat penting karena biaya penanggulangan akibat korosi pada pipa baja karbon
tersebut cukup besar. Korosi tersebut disebabkan oleh garam klorida, asam organik, dan gas
CO2 pada suhu tinggi. Zat-zat korosif tersebut dapat menyebabkan korosi merata dan/atau
korosi setempat. Sebagai contoh, pada Gambar 1 diperlihatkan skema proses korosi baja
karbon dalam larutan natrium klorida. Untuk mencegah dan mengurangi efek korosi tersebut,
perlu dicari bahan pelapis yang dapat memproteksi baja karbon dari korosi. Selama ini bahan
yang banyak dipakai untuk proteksi korosi adalah kromat (Buchheit, 1995). Bahan tersebut
dapat menghambat korosi dengan sangat baik dan memiliki adhesi yang baik terhadap logam.
Namun, bahan tersebut merupakan senyawa karsinogenik yang sangat berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Selain itu, senyawa kromat tersebut mudah terkikis oleh arus fluida
sehingga umur pakainya tidak lama. Selain kromat, bahan lain yang banyak dipakai untuk
proteksi korosi pada pipa baja karbon adalah bahan organik seperti polietilen, alkanethiol,
dan lainnya (Grundmeier. et. al., 2000). Berbeda dengan kromat, bahan organik dikenal
ramah lingkungan dan mudah disintesis. Namun, umumnya bahan organik seperti poli- etilen
memiliki stabilitas termal dan kekuatan mekanik yang kurang. Agar diperoleh proteksi yang
optimal, untuk pelapis baja karbon diperlukan bahan yang selain dapat menghambat korosi,
juga memiliki adhesi yang baik pada permukaannya, memiliki kekuatan mekanik, stabilitas
kimia dan stabilitas termal yang tinggi serta ramah lingkungan. Polimer hibrid anorganik-
organik dapat menjadi alternatif karena memiliki kombinasi dari sifatsifat tersebut
(Kicklebick, 2007).
BAHAN DAN METODE
Eksperimen yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu pembuatan prekursor polimer hibrid,
pelapisan polimer hibrid pada permukaan baja karbon API 5L X65 dan pengujian korosi
dengan menggunakan potensiostat dan pengukuran morfologi dengan menggunakan scanning
electron microscope (SEM). Prekursor polimer hi- brid dibuat dari monomer GLYMO
dengan proses sol-gel. Struktur dari monomer GLYMO diperlihatkan pada Gambar 2.
Monomer tersebut memiliki tiga gugus fungsional OCH3 yang terikat pada atom Si. Struktur
tersebut memungkinkan monomer berpropagasi ke tiga arah membentuk struktur ikat silang.
Dalam proses sintesisnya, monomer GLYMO dilarutkan ke dalam pelarut isopropanol, air,
dan etanol. Lalu kedalam larutan tersebut dimasukkan katalis asam asetat. Campuran tersebut
selanjutnya diaduk sampai terbentuk gel bening kental, yang disebut sebagai prekursor
polimer hibrid. Sebelum dilapisi dengan polimer hibrid, substrat baja karbon dipotong
dengan ukuran tertentu. Permukaan baja tersebut digosok (polish) dengan kertas amplas
ukuran tertentu, kemudian dibersihkan dengan aseton dan air. Substrat baja tersebut
selanjutnya dipasang pada holder teflon yang akan dipakai sebagai elektroda dalam pengujian
korosi yang menggunakan poten- siostat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan prekursor polimer hibrid yang dibuat tampak bening transparan sehingga tidak
mengubah tampilan substrat baja karbon setelah bahan tersebut dilapiskan pada permu-
kaannya. Namun, hasil pemeriksaan dengan foto SEM menunjukkan bahwa setelah
dikenakan proses termopolimerisasi tampak ada beberapa lubang kecil pada permukaan
lapisan polimer hibrid. Belum diketahui penyebab pasti dari timbulnya lubang-lubang
tersebut. Kemungkinan hal tersebut diaki- batkan terbentuknya gelembung (bubble) pada saat
proses termopolimerisasi, yang kemudian gelembung tersebut pecah dan membentuk pori.
Hal ini memerlukan kajian lebih lanjut, terutama untuk memeriksa kaitannya dengan adhesi
antara bahan polimer hibrid ini dengan permukaan baja karbon. Ada tiga macam konsentrasi
polimer hibrid yang dilapisi pada permukaan baja karbon tersebut yaitu 40% w/w, 25% w/w,
dan 18% w/w. Perbedaan konsentrasi ter- sebut berkaitan dengan ketebalan lapisan polimer
hibrid yang berbeda. Selanjutnya, sampel baja karbon yang masing-masing dilapisi oleh
polimer hibrid dengan konsentrasi 40% w/w, 25% w/w, dan 18% w/w berturut-turut disebut
sebagai sampel A, sampel B, dan sampel C. Lapisan yang dibuat dari larutan polimer yang
pekat memiliki ketebalan yang lebih besar diban- ding dengan lapisan yang dibuat dari
larutan polimer yang encer. Hasil pengujian kondisi kritis substrat baja karbon dalam larutan
uji didapat hasil bahwa kondisi kritis adalah suhu larutan uji 75C dengan waktu paparan
selama 3 jam. Evaluasi polimer hibrid GLYMO sebagai bahan pelapis baja karbon dilakukan
dengan pengukuran laju korosi substrat baja karbon yang dilapisi polimer hibrid dalam
larutan NaCl pada kondisi kritis. Hasil pengukuran yang didapat berupa kurva polarisasi
anodik dan katodik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut
diperlihatkan juga kurva polarisasi untuk baja karbon yang dilapisi polimer hibrid dengan
konsentrasi yang berbeda. Sebagai pembanding, dalam gambar ter- sebut diperlihatkan juga
kurva polarisasi untuk permukaan baja karbon yang tidak dilapisi polimer hibrid (blanko).
Pada gambar tersebut tampak bahwa jika konsen- trasi polimer hibrid yang melapisi permu-
kaan baja karbon semakin rendah, maka potensial korosi bergeser ke arah lebih negatif. Hal
ini menunjukkan pada sampel terjadi polarisasi katodik.
SIMPULAN
Baja karbon yang dilapisi polimer hibrid dari GLYMO memiliki laju korosi yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang tidak dilapisi dengan efisiensi mencapai 58%. Hal ini
menunjukkan bahan polimer hibrid dari GLYMO dapat digunakan untuk proteksi korosi baja
karbon, namun perlu dilakukan optimasi dari proses pembuatan lapisan tipisnya. Secara
keseluruhan hasil tersebut telah menunjukkan sifat protektif dari lapisan polimer hibrid
GLYMO walau- pun masih memerlukan studi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi
proteksinya.
B. Ringkasan Isi Jurnal 2
PENDAHULUAN
Paduan aluminium banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dalam
industri nuklir, paduan aluminium digunakan dalam komponen struktur, terutama sebagai
bahan kelongsong elemen bakar nuklir. Saat ini paduan AlMg2 digunakan sebagai
kelongsong elemen bakar U3Si2 dengan tingkat muat uranium 2,96 g U/cm3. Dalam
pengembangan selanjutnya diperlukan penelitian bahan kelongsong untuk bahan bakar
dengan tingkat muat uranium tinggi. Kelongsong elemen bakar nuklir berfungsi untuk
mengungkung keluarnya bahan nuklir dan hasil fisi ke pendingin primer yang terjadi saat
reaksi nuklir di reaktor. Kelongsong bahan bakar nuklir harus memenuhi persyaratan
khusus seperti sifat mekanik yang baik, ketahanan korosi, sifat fisis dan kimia yang
memadai serta mempunyai sifat penyerap netron yang rendah
[1]. Paduan AlFeNi merupakan alternatif bahan kelongsong untuk bahan bakar dengan
densitas tinggi. Dari kajian terdahulu, bahan AlFeNi memiliki sifat kestabilan panas , sifat
mekanik dan konduktivitas panas yang baik sehingga dipandang baik untuk digunakan
sebagai kelongsong bahan bakar densitas tinggi. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya
diketahui bahwa laju korosi AlFeNi memiliki keberterimaan yang cukup baik
[2]. Korosi adalah penurunan mutu logam yang disebabkan oleh reaksi elektrokimia antara
logam dengan lingkungan sekitarnya
[3]. Korosi juga dapat diterjemahkan sebagai peristiwa alamiah yang terjadi pada bahan
dan merupakan proses kembalinya bahan ke kondisi semula saat bahan ditemukan dan
diolah dari alam
[4]. Di era modern saat ini logam aluminium banyak digunakan dalam pembuatan perabotan
alat rumah tangga, kemasan makanan, alat-alat industri, konstruksi pesawat terbang hingga
industri nuklir. Dalam industri nuklir, aluminium dan paduannya sering digunakan sebagai
kelongsong elemen bakar nuklir, diantaranya adalah paduan AlMg2. Sementara AlFeNi
masih dalam tahap pengujian apakah layak untuk menggantikan AlMg2 nantinya sebagai
cladding bahan bakar reaktor riset atau tidak. Pada penelitian ini akan diteliti perilaku
korosi paduan AlFeNi pada rentang pH : 11,19 – 12,76. Hal ini perlu dilakukan mengingat
bahwa pada keadaan tertentu, pH reaktor memungkinkan mengalami kenaikan yang tak
terkontrol. Sebagai contoh dapat disebutkan adanya kenaikan pH hingga 11,20 pada reaktor
Fukushima saat terjadi tsunami beberapa waktu yang lalu
[5]. Sebagai langkah antisipatif dilakukan penelitian ini guna menghindari terjadinya
kekritisan yang dapat menimbulkan kerugian terhadap fasilitas yang ada maupun kehilangan
atau kerugian terhadap sumber daya manusia yang mumpun
TEORI
Potensiostat digunakan sebagai alat elektronik pengatur perbedaan potensial antara elektroda
kerja dan elektroda acuan. Selain itu digunakan pula elektroda bantu dari karbon. Ketiga
elektroda berada dalam sel elektrokimia. Alat potensiostat ini mengatur dengan memasukkan
arus ke dalam sel melalui elektroda pembantu. Hampir dalam semua penerapannya,
potensiostat mengukur aliran arus antara elektroda kerja dan elektroda pembantu. Variabel
yang diatur dalam potensiostat adalah potensial sel dan variable yang diukur adalah arus sel.
Potensiostat hanya dapat bekerja untuk sel elektrokimia yang terdiri dari tiga elektroda [6].
Parameter korosi dapat diperoleh dengan menggunakan alat potensiostat. Metode yang
digunakan adalah tahanan polarisasi dan metoda ekstrapolasi Tafel. Potensial korosi dan
rapat arus korosi merupakan koordinat titik potong bagian anodik dan katodik dari kurva
polarisasi yaitu kurva hubungan antara potensial dan rapat arus yang ditunjukkan pada
Gambar 1 [7]. Arus korosi (Icorr) tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi harganya
dapat diketahui dengan melakukan ekstrapolasi terhadap kurva log arus versus potensial.
Ekstrapolasi dilakukan dengan memilih kurva yang mengandung potensial korosi Ecorr.
Ecorr didefinisikan sebagai potensial pada saat mana kecepatan total dari semua reaksi
anodik seimbang dengan kecepatan total dari semua reaksi katodik. Perpotongan kurva hasil
ekstrapolasi akan menghasilkan titik dengan koordinat (Icorr, Ecorr ). Dengan demikian
kita dapat mengetahui harga arus korosi. Arus korosi yang terukur dari pertemuan garis
ekstrapolasi (Icorr) dapat digunakan untuk menghitung laju korosi (corr rate) [8].
METODE PENELITIAN
Alat :
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Potensiostat, computer dengan software
Echem, pH meter, alat pemotong, alat grinding, alat pengering, alatalat gelas, magnetic
stirrer. Bahan : NaOH 0,1M ; Na2B4O7.10H2O 0,1M ; air bebas mineral ; alkohol dan
kertas ampelas. TATA KERJA
Persiapan Sampel Spesimen dipotong melingkar dengan diameter ± 12 mm. Kemudian
sampel dipreparasi dengan membuat pegangan sampel dari kawat yang dihubungkan dengan
spesimen sehingga arus dapat mencapai spesimen. Selanjutnya sampel diampelas dimulai
dari yang kasar hingga yang halus dengan grid 1200. Sesudah itu sampel dibersihkan dengan
kertas tisu yang sebelumnya dicelup ke dalam alkohol, lalu dikeringkan dengan pengering
kemudian dimasukkan ke dalam sel uji korosi. Pembuatan larutan Dengan menggunakan
larutan Na2B4O7.10H2O 0,1M, NaOH 0,1M dan air bebas mine mineral, larutan dibuat
larutan dengan pH bervariasi yakni pH 11,19 ; 12,41 ; 12,62 ; 12,76, nilai pH ditentukan
dengan bantuan alat pH mete
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arus yang terukur seperti pada Tabel 1 merupakan arus total. Bila suatu potensial yang
tidak sama dengan Ecorr diberikan pada suatu sistem maka akan terjadi polarisasi sehingga
terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Dengan demikian Ired dan Ioks pada Ecorr dapat
ditentukan. Arus ini disebut arus korosi yang sebanding dengan laju korosi. Sesuai dengan
persamaan (1), besarnya arus korosi pada setiap spesimen pada Tabel 1 akan bertambah
seiring dengan bertambahnya pH medium dalam sel korosi. Pada Tabel 1 tampak bahwa arus
korosi bertambah dengan bertambahnya pH. Ini sesuai dengan persamaan (2) di atas.
Sementara Ecorr mengalami penurunan seiring bertambahnya pH larutan. Pada pH 11,19
Ecorrnya adalah -1,162V untuk tahanan polarisasi dan -1,15 untuk Tafel. Pada pH 12,41 ;
12,62 ; dan 12,76 potensialnya turun secara berturut-turut : -1,2366V ; -1,2680V dan
-1,2930V. Hal yang sama juga berlaku dengan menggunakan metode Tafel, yakni -1,248V ;
-1,264V dan -1,294V. Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa AlFeNi pada
pH netral dan medium air bebas mineral mempunyai laju korosi yang dapat diterima [2].
National Association of corrosion Engineers [10] menyepakati bahwa korosi dapat
diabaikan jika laju korosi bernilai kurang dari 0,0508 mm/tahun (2 mpy). Korosi “ringan”
dikategorikan pada laju kurang dari 0,5080 mm/tahun (20 mpy) “sedang” dalam rentang laju
0,5081,270 mm/tahun (20-50 mpy) dan “parah” jika laju korosinya lebihi besar dari 1,270
mm/tahun (50 mpy) [11]. Dalam kenyataannya [12] logam sulit dibuat betul-betul homogen
karena memiliki fase-fase yang berbeda, adanya pengotor dan cara preparasi yang
memodifikasi struktur dan sifatnya. Akibatnya akan terjadi perbedaan-perbedaan
KESIMPULAN
Dengan menggunakan pH medium korosif sebesar berturut-turut 11,19 ; 12,41 ; 12,62 ; dan
12,76 diperoleh laju korosi yang meningkat baik dengan metode Tahanan Polarisasi maupun
dengan metode Tafel. Dengan metode Tahanan Polarisasi secara berurutan adalah 47,05
mpy ; 437,467 mpy ; 778,1 mpy dan 933,367 mpy, dan metode Tafel adalah : 47,003 mpy ;
437,467 mpy ; 778,1 mpy ; dan 933,367 mpy. Menurut standar yang dikeluarkan oleh
National Association of Corrosion Engineers [9], laju korosi pada pH 11,19 dinilai sedang
karena dibawah 50 mpy, sementara pH 12,41 ; 12,62 dan 12,76 laju korosinya dianggap
“parah” karena diatas 50 mpy.
C. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal
 Indentitas jurnal 1 lebih lengkap daripada kedua jurnal lainnya
 Penulisan jurna 3 lebih dimengerti daripada jurnal 1 dan 2
 Pada jurna 3 dilengkapi dengan contoh korosi pada benda sehingga lebih mudah di
mengerti oleh pembaca

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baja karbon yang dilapisi polimer hibrid dari GLYMO memiliki laju korosi yang
lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak dilapisi dengan efisiensi mencapai 58%. Hal ini
menunjukkan bahan polimer hibrid dari GLYMO dapat digunakan untuk proteksi korosi baja
karbon, namun perlu dilakukan optimasi dari proses pembuatan lapisan tipisnya. Secara
keseluruhan hasil tersebut telah menunjukkan sifat protektif dari lapisan polimer hibrid
GLYMO walau- pun masih memerlukan studi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi
proteksinya.
Korosi yang terjadi pada meterial baja karbon dan paduan-aluminium tembaga di
dalam larutan air laut dan asam sulfat terjadi secara merata atau uniform.
Kehilangan berat akibat korosi yang terjadi pada material baja karbon dan paduan
tembaga aluminium berhubungan erat dengan waktu. Dengan kata lain semakin
meningkatnya waktu
Daftar Pustaka
Trethewey, K.R. & Chamberlain, J.”Korosi” Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Supriyanto, “Pengaruh Konsentrasi Larutan NaCl 2% dan 3,5% Terhadap Laju Korosi pada
Baja Karbon Rendah” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007.
Wikipedia the free encyclopedia, “Fukushima Daichi Nuclear Disaster (Unit 3 Reactor)”
2013.
Fachmi Hasan Bakran, “Pengaruh Nitridasi Terhadap Laju Korosi Pada Baja KS01”
Departemen Fiusika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor, 2011 Hal 4.
[Fontana Mars G., “Corrosion Engineering” third edition, published by Mc Graw Hill,
International 1987.

Anda mungkin juga menyukai