P272820119088 - 2RegulerB - Rendy Andhika Putra - Makalah Respon Hospitalisasi
P272820119088 - 2RegulerB - Rendy Andhika Putra - Makalah Respon Hospitalisasi
RESPON HOSPITALISASI
Dosen Pembimmbing
Indriatie, S.Kp., M.M.Kes
Disusun Oleh
RENDY ANDHIKA PUTRA
P27820119088
TINGKAT 2 REGULER B
Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungan dan kesehatan. Selain itu saya juga sangat
bersyukur sehingga saya dapat menyusun makalah dengan judul ”MAKALAH RESPON
HOSTPITALISASI”. Dimana makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata pelajaran
Keperawatan Anak. Saya juga menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isi maupun struktur penulisannya, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Dengan demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya kepada
para pembaca dan khususnya bagi kami. Amin.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Manifestasi kecemasan yang timbul terbagi menjadi tiga fase yaitu: fase
protes ; anak-anak bereaksi secara agresif dengan menangis dan berteriak memanggil
orang tua, menarik perhatian agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan
orang tuanya serta menolak perhatian orang asing atau orang lain dan sulit
ditenangkan.
fase putus asa ; dimana tangisan akan berhenti dan muncul depresi yang terlihat
adalah anak kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk bermain atau terhadap makanan
dan menarik diri dari orang lain.
2.2.2. Marah
Marah adalah jenis emosi anak yang disebabkan oleh terhambatnya keinginan.
Ekspresi emosi anak yaitu menangis, berteriak, memukul, membanting barang, dan
berguling-guling di lantai.
Kurangnya kendali akan mengakibatkan persepsi ancaman dan dapat
mempengaruhi ketrampilan koping anak-anak. Kehilangan kendali pada anak sangat
beragam dan tergantung usia serta tingkat perkembangannya seperti:
Kehilangan kendali pada bayi; bayi sedang mengembangkan ciri kepribadian
sehat yang paling penting yaitu rasa percaya yang dibangun melalui pemberian kasih
sayang secara terus menerus dari orang yang mengasuhnya.
Bayi berusaha mengendalikan lingkungannya dengan ungkapan emosional seperti
menangis dan tersenyum. Asuhan yang tidak konsisten dan penyimpangan dari
rutinitas harian bayi tersebut dapat menyebabkan rasa tidak percaya dan menurunkan
rasa kendali Kehilangan kendali pada Toddler; sesuai dengan teori Ericson dalam
Price & Gwin , bahwa pada fase ini anak sedang mengembangkan kemampuan
otonominya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan
dalam mengembangkan otonominya.
3
Keterbatasan aktifitas, kurangnya kemampuan untuk memilih dan perubahan
rutinitas dan ritual akan menyebabkan anak merasa tidak berdaya Kehilangan kendali
pada anak prasekolah; anak usia prasekolah menerima keadaan masuk rumah sakit
dengan rasa ketakutan. Jika anak sangat ketakutan, ia dapat menampilkan perilaku
agresif, dari menggigit, menendang-nendang, bahkan berlari keluar ruangan. Selain itu
ada sebagian anak yang menganggapnya sebagai hukuman sehingga timbul perasaan
malu dan bersalah, dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya terhambat
Kehilangan kendali pada anak sekolah; banyak rutinitas di rumah sakit seperti
tirah baring yang dipaksakan, penggunaan pispot, ketidakmampuan memilih menu,
kurangnya privasi, kegiatan mandi di tempat tidur, penggunaan kursi roda atau brankar
dapat menyebabkan ancaman dan kehilangan kendali pada anak sekolah Kehilangan
kendali pada remaja; segala sesuatu yang mempengaruhi kemandirian, pengakuan diri,
dan kebebasan dalam pencarian identitas diri pada remaja akan menimbulkan ancaman
dan kehilangan kendali. Mereka dapat berespon terhadap depersonalisasi dengan
pengkuan diri, marah atau frustasi sehingga staf rumah sakit sering menganggap
remaja sebagai pasien yang sulit dan tidak dapat diatur.
2.2.3. Sedih
Sedih adalah perasaan anak ketika melihat sesuatu yang membuat hatinya luluh
dan timbul kesedihan dan merasa kehilangan sesuatu yang di senangi atau tidak
terpenuhi apa yang diinginkan. Dalam respon hospitalisasi anak akan merasakan
kesedihan karena ruang geraknya yang terlalu dibatasi. Anak akan kehilangan
kebebasan dalam mengembangkan otonominya, sehingga anak bereaksi negatif
terhadap ketergantungan yang dialaminya.
Dampak lain karena adanya pembatasan lingkungan, anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada
4
lingkungannya. Akibatnya anak akan kembali mengalami penurunan keaktifan serta
kemampuan dalam tahap perkembangannya.
2.2.4. Takut
Anak akan ketakuatan Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak
menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut dan
trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang
baik dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter
(Supartini, 2004).
5
.
2.3Reaksi Hostpitalisasi Pada Anak
1. Basa bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan, usia anak >9 bulan terjadi stanger an6iety (cemas)
Menangis keras
Pergerakan tubuh yang banyak
Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain,
sedih, apatis.
Pengingkaran / denial
Mulai menerima perpisahan
Membina hubungan secara dangkal
Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan
reaksi agresi+.
Menolak makan
Sering bertanya
Menangis perlahan
Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
4. Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan A
6
Meninggalkan lingkungan yang dicintai
Meninggalkan keluarga
Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan
2.4
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hospitalisasi pada anak biasanya menimbulkan masalah berupa cemas, rasa
kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Hospitalisasi
pada anak tidak hanya berdampak pada anak itu sendiri tapi juga berdampak pada orang tua
dari anak tersebut.
Peran perawat sangat diperlukan untuk mencegah masalah hospitalisasi pada anak.
Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis
karena anak mengalami stres akibat perubahan yang dialaminya. Perubahan tersebut dapat
berupa perubahan status kesehatan anak, perubahan lingkungan, maupun perubahan
kebiasaan sehari-hari. Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan dalam mekanisme
koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan.
Pada tahap protes, reaksi anak dimanifestasikan dengan menangis kuat-kuat, menjerit,
memanggil orang tuanya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa
ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang asing atau orang lain.
Sementara itu pada kategori kecemasan berat lahan persepsi seseorang sangat
menyempit sehingga perhatian seseorang hanya bisa pada hal-hal yang kecil dan tidak bisa
berfikir hal lainnya.
3.2. Saran
Sebaiknya perawat sudah harus memahami dan mengerti tentang hospitalisasi agar
dapat menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan
keluarga. Bagi pihak rumah sakit hendaklah mendekorasi ruangannya agar pasien tidak
merasa takut dan gelisah berada di rumah sakit. Ruanganhendaklah didesain untuk
memberikan kenyamanan kepada pasien.
8
DAFTAR PUSTAKA
Elena. (2010). Anak-anak yang tinggal di rumah sakit: penelitian tentang stres psikologis
pengasuh. Commodari Italian Journal of Pediatric.