Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No.

1 Januari 2016

DOKTER GOOGLE: INTERAKSI DOKTER-PASIEN DI ERA TEKNOLOGI


INFORMASI

Oleh:
Arief Priyo Nugroho

Abstrak
Kehadiran teknologi informasi membuat perubahan yang cukup berpengaruh dalam
interaksi antara dokter-pasien. Teknologi informasi tidak hanya sekedar menyediakan
keterbukaan akses informasi atas pengetahuan mengenai dunia kesehatan akan tetapi juga
hadir menjadi komplementer dari pelayanan kesehatan kovensional. Perubahan tersebut
berimplikasi pada relasi konvensional dalam pelayanan kesehatan yang telah ada. Pertama,
adanya pemberdayaan semu pasien atas pemberian sumber daya informasi mengenai
kesehatan menjadikan dokter bukan lagi satu-satunya pemilik informasi tentang
kesehatan. Kedua, mulainya pergeseran pola mencari sehat masyarakat dari tipe
konvensional beralih menggunakan media-media yang disediakan oleh teknologi
informasi. Dua perubahan mendasar tersebut menghasilkan pola mediatisasi relasi dokter-
pasien yang perlahan melebarkan jarak sosial antara pasien terhadap dokter dalam bidang
pelayanan kesehatan. Alih-alih, terbukanya akses informasi dan pengetahuan tentang
kesehatan mendorong pada otonomi pasien yang selama ini bergantung pada dokter,
pasien beralih tersub-ordinasi oleh mediatisasi dari produk-produk teknologi informasi.

Abstract
The presence of information technology to make the changes is quite influential in the
interaction between the doctor-patient. Information technology not only provides access to
information on the disclosure of knowledge about the world of health but also its present
were complementary to conventional health care. Such changes have implications for the
conventional relationship in the health services that already exist. First, the quasi-patient
empowerment for providing information about health resources makes the doctor is no
longer the sole owner of the information about health. Second, the start of a shift in the
pattern of healthy looking people of the conventional type switch to using the media provided
by information technology. Two fundamental changes in the yield pattern mediatization
doctor-patient relationship that gradually widen the social distance between the patient
against the physician in the field of health care. Instead, open access to information and
knowledge about health to encourage the autonomy of patients who have been relying on
doctors, patients switched subordinated by mediatization of information technology products.

Keywords: Information technology, doctor-patient interaction, mediatization.

16
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

A. Pengantar: ‘Dokter’ Dimana-mana juga bisa interaksi tak langsung tanpa


kehadiran fisik keduanya.
Pada masa sekarang, hampir setiap
orang memiliki akses yang cukup Hal ini memperlihatkan bahwa ada
memadai terhadap segala jenis arus pergeseran bentuk, sifat dan pola
informasi. Tidak seperti sebelumnya, interaksi antara dokter-pasien yang telah
informasi masih cukup terbatas pada terjalin selama ini. Bahkan interaksi yang
beberapa media. Teknologi informasi terjalin tidak terbatas ruang dan waktu,
memungkinkan arus informasi tersebar bisa dimana saja dan kapanpun. Seolah
dengan begitu masif dan cepat, tanpa dokter telah “hadir” disetiap rumah
terkecuali informasi mengenai kesehatan. masing-masing dan mampu memberi
Dengan adanya teknologi informasi, suatu diagnosa atas keluhan atas
pengetahuan mengenai kesehatan bisa kesehatan setiap orang.
disebarluaskan dengan begitu cepat dan
seketika itu bisa diakses oleh siapapun
dibelahan bumi lainnya. B. Deligitimasi Kuasa Dokter
Informasi mengenai kesehatan yang Berkembangnya pola interaksi
telah disebarkan dengan melalui dokter-pasien yang disertai dengan
teknologi informasi pun juga beragam divergensi informasi tentang kesehatan
bentuk. Ada yang bersifat akademis membuat perubahan tersebut berdampak
melalui jurnal-jurnal ilmiah online dan dalam berbagai sisi. Terutama relasi
ada yang bersifat non-akademis kuasa yang ada dalam interaksi dokter-
berbentuk konseling baik dilakukan pasien. Kecenderungan pola tersebut mau
secara individu ataupun kelompok. Jenis tidak mau mengubah jamaknya dominasi
informasi seputar kesehatan pun juga dokter dalam relasi dokter-pasien seperti
sangat beragam, dari penyakit ringan dijelaskan Illich (1995: 78-92). Pasien
hingga penyakit berat, dari pencegahan yang mungkin lebih pasif dari konsepsi
penyakit sampai pengobatan. Segala lama relasi dokter-pasien (Sarwono,
informasi tentang kesehatan bisa 1997: 43) tidak lagi menjadi jamak,
didapatkan dengan mesin pencari, tanpa dengan pengetahuan yang dimiliki
terkecuali. banyak pasien mulai aktif dalam interaksi
dengan dokter. Meski masih perlu
Konteks perubahan arus informasi ini dipastikan sampai derajat mana keaktifan
kemudian tak sekedar mengubah sumber pasien tersebut, setidaknya ada
informasi mengenai kesehatan tetapi juga perubahan pola perilaku pasien atas
interaksi antar dokter-pasien. Bila pengetahuan dan informasi yang mereka
sebelumnya interaksi dokter-pasien peroleh. Hal ini juga berimplikasi bahwa
memiliki kecenderungan merupakan relasi dokter-pasien tidak lagi seperti
interaksi searah dari dokter pasien, yang dibayangkan Parson (1991) bahwa
sekarang interaksi itu menjadi tidak pasien lebih pasif.
sesederhana. Informasi yang mudah
diakses dan teknologi informasi yang
berkembang memungkinkan interaksi
dokter-pasien tidak hanya dua arah tetapi

17
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

“It is not only that the Perbedaan konsepsi atas keluhan


patient has a need to be kesehatan illness dan disease ini
helped, but that this need mendorong pasien memiliki jarak dengan
are institutionally dokter dan tidak terlalu puas. Hal ini
recognized, that nature and dikarenakan seringkali dokter lebih
implication of this need are mengandalkan tanda-tanda obyektif yang
socially recognized.” diperoleh dari teknologi kedokteran dan
(Parsons, 1991) cenderung skeptis terhadap keluhan
naratif dari pasien tentang kesehatannya
(McGann & Hutson, 2011: xxiv). Berbeda
dengan konsep interaksi yang
direpresentasikan melalui dunia maya,
pasien akan lebih merasa dipahami
beserta keluhannya, dan jika pun tidak
mendapat respon yang dianggap mampu
mengatasi illness mereka, pasien dengan
mudah mencari sumber pengetahuan lain.
Dan perkembangan teknologi informasi
menjawab kebutuhan masyarakat untuk
perlu dipahami keluhan-keluhan illness
Gambar 1. Visiualisasi Problem Interaksi yang tidak begitu dipedulikan oleh
Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi dokter.
(diambil dari:
http://stanford25blog.stanford.edu/2014/10/ Dengan kecenderungan
the-internet-the-elephant-in-the-examination- masyarakat memilih konsultasi secara on-
room/ 10 Desember 2015) line, dokter di puskesmas, klinik maupun
Interaksi dokter-pasien dalam rumah sakit tak lagi menjadi sumber
melalui dunia maya dengan pelbagai pengetahuan dan informasi tunggal dalam
saluran menjadi lebih dipercaya oleh bidang kesehatan. Mereka – para dokter
pasien. Kepercayaan ini bisa dikatakan di dunia nyata – harus berhadapan
tidak datang begitu saja. Relasi tradisional dengan pasien yang lebih memiliki
secara langsung antara dokter-pasien informasi dan pengetahuan yang baik. Hal
seringkali tidak mampu menyeleraskan ini membuat legitimasi dokter dalam
konsepsi illness dari pasien. Konsep illness melakukan diagnosa dan menjustifikasi
adalah konsep yang terkonstruksi di penyakit yang diderita pasien tidak lagi
seseorang terhadap keluhan kesehatan sekuat sebelumnya. Pola-pola interaksi
(Sobo dalam Ember, 2013: 3) Seringkali on-line menggerus kepercayaan terhadap
dalam interaksi dokter pasien secara interaksi konvensional dokter-pasien,
langsung memaksakan konsepsi disease baik dari sisi pengetahuan maupun
(konsep penyembuh atas penyakit yang legitimasi dalam menentukan pilihan-
membahas dapat diobati atau tidak) dari pilihan perawatan terhadap pasien.
sang dokter semata (Zusman dalam Deligitimasi kuasa dokter ini yang
Weitz, 2013: 333). Konsep disease tidak ditandai dengan menurunnya
mendorong seseorang untuk berobat. kepercayaan pasien atas tindakan atau

18
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

terapi yang dilakukan oleh dokter telah ada digunakan untuk berinteraksi.
terhadap pasien. Pasien bisa berinteraksi langsung meski
terkadang tidak secara realtime. Melalui
C. Dokter Google: Mediatisasi Relasi
media sosial seperti facebook, para pasien
Dokter-Pasien
bisa berkeluh kesah atas gangguan
Saat teknologi informasi berkembang kesehatan yang dialami dan dokter
secara pesat, interaksi dokter-pasien kemudian mencoba menerangkan
tidak hanya sekedar berupa konsultasi kemungkinan penyebab keluhan.
fisik langsung. Pasien tidak harus Menganalisa penyakit melalui keluhan
mengunjungi rumah sakit, kllinik atau yang dinarasikan pasien dalam bentuk
tempat pelayanan kesehatan untuk bisa text .Sehingga dokter hanya bermodalkan
“bertemu” dokter dan membicarakan keterangan pasien dalam menegakkan
keluhan kesehatan yang dirasakannya. diagnosa atas kemungkinan penyakit
Itulah yang dalam tulisan ini sebagai yang diderita.
dokter google, yaitu dokter yang hadir
Tabel 1. Pergeseran Interaksi Dokter-Pasien di
dalam bentuk virtual didunia maya. Era Teknologi Informasi
Fenomena interaksi tak langsung
Sebelum Era Era
dokter-pasien ini mulai bisa dilihat
Teknologi Teknologi
perkembangannya saat adanya
Informasi Informasi
pembukaan rubrik konsultasi di media
massa seperti koran. Hal ini kemudian Bentuk Kontak fisik Kontak non
berkembang seiring kovergensi media fisik
massa yang mengikuti perkembangan Jenis Lisan Tulis, Lisan
teknologi. Media interaksi tidak sekedar Interaksi
kolom rubrik dalam koran tetapi bisa Pola Langsung Tak langsung
dalam bentuk website atau media sosial.
Dalam bentuk website bisa kita temui Dalam pola-pola tersebut, pasien
bagaimana konsep seperti On-Clinic yang bisa memperlakukan diri layaknya
coba dibuka untuk membantu pasien seseorang yang begitu terbuka dan
yang mengalami masalah khusus masalah menjabarkan segala keluhan
kesuburan. Bahkan diluar negeri konsep kesehatannya. Seolah keluhan yang
pelayanan via internet ini tak terbatas diberikan akan mampu dan serta merta
pada permasalahan khusus seperti dalam menjadi bahan pertimbangan yang valid
web www.netdoctor.co.uk, untuk menegakkan diagnosa. Padahal
www.doctor.net.uk, dalam praktiknya, penegakan diagnosa
www.midoctoronline.com, juga memerlukan pemeriksaan fisik yang
www.doctorinternet.com. Website- cukup dan terkadang dalam dunia
website tersebut menyediakan konsep kedokteran modern menggunakan
pelayanan virtual lengkap dengan pelbagai alat untuk mendukung diagnosa
diagnosanya serta “resep” yang harus agar se-obyektif mungkin. Bisa
dilakukan pasien. dibayangkan bagaimana banyak penyakit
memiliki gejala yang hampir mirip tetapi
Lain lagi dengan interaksi dalam memerlukan pengobatan yang berbeda.
media sosial, beberapa media sosial yang

19
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

Pergeseran interaksi yang


dilakukan melalui perantara teknologi
informasi membuat interaksi langsung
dan fisik dengan dokter secara langsung
tidak lagi menjadi pilihan utama dan satu-
satunya bagi pasien. Kehadiran teknologi
melakukan persuasi bahwa relasi dokter-
pasien lebih menyenangkan dan
memuaskan dari sisi pasien. Hal ini
terlihat bagaimana kemudian website
maupun media sosial yang mencoba
melakukan layanan dokter memberi
penggambaran menarik, misalnyua
dengan memperlihatkan dokter dengan
senyum ramah seolah siap mendengarkan Gambar 2.Laman web penyedia jasa pelayanan
kesehatan via teknologi informasi
keluhan kesehatan pasien. (https://www.onlinecareanywheremn.com/)
Pola interaksi baru yang
ditawarkan melalui perantara hasil dari Hal tersebutlah yang kemudian
teknologi informasi ini tidak sekedar mendorong pasien lebih nyaman untuk
menawarkan pelayanan lebih “mengkonsultasikan” keluhan kesehatan
menyenangkan dengan penggambaran kepada dokter di dunia maya. Hal yang
persuasif. Pola interaksi yang baru juga tidak dengan mudah ditemui dalam
memberi pola interaksi dokter-pasien konsultasi secara langsung yang biasa
yang lebih cepat, efisien dan ekonomis. dilakukan pasien. Perilaku masyarakat
Pasien tidak lagi harus melakukan antrian sebagai pasien ini memperlihatkan bahwa
di puskesmas, klinik atau rumah saat ia ada suatu upaya definisi ulang atas pola
merasa keluhan kesehatan. Pasien hanya interaksi dokter-pasien. Bahwa
perlu membuka akses internet berkonsultasi dengan dokter di dunia
dirumahnya masing-masing dan bisa maya lebih menyenangkan dan lebih
dengan cepat memperoleh konsultasi dan profesional ketimbang pergi ke klinik,
resep untuk mengobati keluhan puskesmas atau rumah sakit yang harus
kesehatan yang dialami. Berbeda dengan mengantri atau menemui dokter dengan
relasi dokter-pasien yang konvensional, pelbagai karakter.
memerlukan banyak waktu untuk Pola interaksi dokter-pasien
mengantri dan biaya yang cukup mahal. memang menjadi berubah ketika
masuknya teknologi informasi. Dokter tak
lagi harus hadir secara fisik untuk
memeriksa pasien dan dokter bisa
menjadi selalu profesional dengan
penggambaran yang dikembangkan di
media-media yang digunakan untuk
berinteraksi. Media yang digunakan
mencoba merepresentasikan pola-pola
ideal dari interaksi dokter-pasien dengan
20
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

pengambaran sempurna atas dokter dan fungsinya sebagai obyek yang harus
pelayanan kesehatan yang baik. Padahal disembuhkan. Disitulah kemudian peran
secara substansi interakasi dokter-pasien dalam relasi pasien-dokter berkembang
yang dihadirkan teknologi informasi sama seperti yang dijelaskan oleh Parson.
dengan interaksi tradisional, pola ini Pola konvensional memang
dalam konsepsi culture industry dari menempatkan pasien pada pihak yang
Horkheimer & Adorno (2006: 43) yang seolah tak memiliki otonomi atas dirinya
seolah-olah menggambarkan “produk” saat sakit. Dokter dengan seperangkat
yang berbeda tetapi secara substansi alat diagnosanya dianggap memiliki
sama. kuasa penuh berdasar seperangkat
Tidak sekedar seolah membentuk pengetahuan dan alat yang dimiliki.
pola berbeda dari interaksi dokter-pasien Pasien ditempatkan pada posisi yang
yang konvensional, hadirnya teknologi seolah tidak memiliki otonomi atas
informasi menjadi sebuah pola dirinya sendiri karena sedang sakit.
mediatisasi dengan, yang menurut Disitulah kemudian dokter berfungsi
Livingstone (2009: 4) mengubah relasi untuk menyembuhkan pasien dari sakit di
dan perilaku manusia dengan bergantung derita.
pada teknologi informasi. Proses Konsepsi ini menjelaskan bagaimana
perubahan ini dalam terminologi dalam relasi konvensional pasien
Hjarvard (2013: 22) sebagai direct diperlakukan sebagai pihak yang hanya
mediatization, yaitu mengganti dan menerima sekalipun pasien trsebut
mengubah perilaku relasi dokter-pasien memiliki pengetahuan mencukupi atas
konvesional dengan bergantung pada kesehatannya. Disinilah terjadi apa yang
hasil dari teknologi informasi. Dari sana dikatakan Illich sebagai hilangnya
terlihat bahwa pasien lebih percaya pada otonomi pasien atas dirinya sendiri.
interaksi via on-line dengan pelbagai Pasien seolah berperan sebagai yang
gambaran dan kenyamanan interaksi harus dibantu dan dokter sebagai pihak
yang tidak bisa mereka dapat ketika yang menyembuhkan. Pasien dianggap
interasi konvensional dokter-pasien. tidak berhak dalam memutuskan atas apa
Jadilah dokter tak harus hadir secara fisik yang akan dilakukan pada dirinya karena
tapi mampu memberikan segala bentuk sedang sakit. Padahal, menurut Illich
kenyamanan kepada pasien seperti yang (1995) pasien sejatinya memiliki otonomi
dipersuasikan melalui penggambaran dalam dirinya untuk menyembuhkan
bahwa interaksi dokter-pasien melalui dirinya sendiri. Otonomi ini bisa dalam
teknologi informasi lebih menyenangkan. bentuk mengembangkan imun yang
memang sudah ada di dalam tubuh pasien
sendiri, tetapi juga dapat diartikan pasien
D. Otonomi Palsu Pasien
memiliki hak untuk menentukan pilihan
Dalam relasi konvensional dokter- atas apa yang akan dilakukan terhadap
pasien memperlihatkan pasien seolah dirinya. Dalam relasi konvensional
tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri dokter-pasien, otonomi dalam diri pasien
ketika mengalami sakit. Bahwa pasien baik dalam bentuk imun tubuh maupun
sebagai orang sakit ditempatkan kemampuan untuk menentukan pilihan
21
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

atas apa yang akan dilakukan terhadap dari pasien inilah yang sedikit menjadi
dirinya selalu didominasi oleh dokter pembeda.
sebagai pemegang kuasa ilmiah dalam Hal yang patut dipertanyakan
mendiagnosa dan merawat suatu selanjutnya adalah, relasi antara dokter-
penyakit. pasien di era teknologi informasi apakah
Lantas ketika relasi dokter-pasien memang memberikan pilihan-pilihan
tersebut berkembang di era teknologi pengobatan sesungguhnya pada pasien?
informasi, dengan konteks pengetahuan Pola interaksi baru yang ditawarkan oleh
atas kesehatan lebih terbuka, apakah teknologi informasi dalam membangun
kesadaran pasien atas otonomi terhadap relasi dokter-pasien memang memiliki
dirinya mulai terlihat? Dalam relasi baru bentuk berbeda. Derajat keterlibatan
yang dikembang, pasien mulai berada pasien dalam interaksi tersebut yang
pada pihak yang lebih aktif, mempunyai membedakannya. Tetapi, perbedaan
pilihan atas tindakan apa yang akan tersebut sebenarnya tidak terlalu
dilakukan dirinya, memperoleh informasi substantif ketika relasi yang dibangun
kesehatan memadahi. Teknologi juga menimbulkan pola ketergantungan
informasi memang membuka tabu baru pasien terhadap pola-pola diagnosa
perilaku aktif dari pasien dalam dan penyembuhan penyakit. Perbedaan
berinteraksi dengan dokter. Terlebih yang ditawarkan oleh teknologi informasi
seperti yang telah dijelaskan pada bagian ini memang memiliki sisi menjanjikan
sebelumnya, pola interaksi dokter-pasien untuk mengubah dominasi dokter dalam
di era teknologi informasi menawarkan penegakan diagnosa. Meski demikian pola
lebih humanis, cepat, efisien dan baru tersebut tak sepenuhnya
ekonomis menjadi hal menarik bagi membebaskan pasien dalam sebuah
pasien. dominasi. Otonomi yang diberikan pola
interaksi antara dokter-pasien di era
Otonomi pasien dalam era teknologi
teknologi informasi ini bisa dikatakan
informasi seolah mulai ada. Bahwa pasien
hanyalah semu. Pasien memang memiliki
memiliki piliihan bebas menentukan apa
pilihan untuk menentukan pilihannya
yang akan dia lakukan sesuai dengan
tetapi disatu sisi yang lain, mereka secara
pengetahuan dan keluhan kesehatan yang
tidak sadar juga menjadi tergantung pada
dialami. Dengan informasi dan pilihan,
pola interaksi baru yang sedang dibangun
memungkinkan pasien memilah dan
di era teknologi informasi.
menentukan atas apa yang akan
Ketergantungan baru terhadap teknologi
dilakukan pada dirinya untuk mengatasi
informasi yang disediakan menjadikan
keluhan kesehatan. Hal ini seolah
hilangnya otonomi pasien itu sendiri.
memberi ruang pasien untuk
mengakomodir konsepsi illness yang
dirasakan. Tidak seperti dalam interaksi E. Kesimpulan
dokter-pasien konvensional yang
seringkali di dominasi oleh konsepsi Kemajuan teknologi tidak saja
disease dokter dalam menegakkan melengkapi pelayanan kesehatan dengan
diagnosa. Akomodasi atas konsepsi illness peralatan canggih, diagnose yang lebih
akurat, tetapi juga mengubah dan

22
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

membuat jarak relatif antara dokter mediatisasi yang dibentuk oleh teknologi
pasien. Jarak relatif ini merupakan informasi. Bagaimana relasi dokter-
terminologi yang saya gunakan untuk pasien yang pada dasarnya bisa secara
menjelaskan bahwa dalam satu sisi langsung akan tetapi dibentuk untuk
interaksi dokter pasien menjadi begitu tergantung dan dominasi logika-logika
intens dan personal melalui media media. Pola baru tersebut menempatkan
teknologi informasi, tetapi disaat yang kembali pasien pada pihak sub-ordinat
sama pula ada “jarak” interaksi dan tidak benar-benar memiliki otonomi
diantaranya, yaitu jarak personal antara penuh atas dirinya dalam upaya
dokter-pasien itu sendiri. pengobatan yang dilakukan. Bedanya, bila
pada era konvensional, ketergantungan
Jarak personal antara dokter-pasien
pasien dilakukan oleh dokter dengan
ini lah yang dihubungkan oleh teknologi
seperangkat pengetahuan dan
informasi, media sosial, internet dan
alat/teknologi yang digunakan untuk
semacamnya. Hal inilah yang menjadi
melakukan diagnosa (Illich: 1995); pada
media baru bagi interaksi dokter-pasien.
era teknologi informasi ketergantungan
Media baru yang ada, tidak hanya saja
tersebut beralih pada pola-pola
“menjembatani” relasi dokter-pasien
mediatisasi yang dibangun dengan
tetapi juga menjadi sumber pengetahuan
seperangkat alat hasil kemajuan dari
baru bagi pasien terutama mengenai
teknologi informasi.
kesehatan. Bahkan, media baru ini lebih
memperoleh kepercayaan dari pasien
dibanding pola interaksi langsung dengan Daftar Pustaka
melakukan persuasi dengan gambaran
atas interakasi dokter-pasien yang lebih Durham, M G & Kellner, D M. (2006).
humanis, ramah dan profesional. Media Media and Cultural Studies:
baru interaksi ini seolah menawarkan Keyworks. UK: Blackwell
sesuatu yang berbeda dari interaksi Publishing Ltd.
langsung antara dokter-pasien. Hal inilah Ember, C R & Ember, Melvin. (2004).
yang menjadi paradoks dari Encyclopedia of Medical
perkembangan teknologi. Disatu sisi Anthropology: Health and Illness in
mereka menghubungkan dan the World’s Culture. New York:
memperbanyak frekuensi interaksi Kluwer Academic/Plenum
dokter-pasien dan seolah mencoba Publisher.
memahami pasien dari segala aspek, dari
aspek pengetahuan hingga pelayanan. Hjarvard, Stig. (2013). The Mediatization
Tetapi, disaat yang sama teknologi meng- of Culture and Society. USA:
alienasikan pasien dengan dokter dalam Routledge.
tataran hubungan sosial yang bersifat Illich, Ivan. (1995). Batas-Batas
langsung. Seolah menjadi percaya yang Pengobatan: Perampasan Hak
“tidak ada” tapi curiga terhadap yang Untuk Sehat. Jakarta: Yayasan Obor
mereka hadapi secara langsung. Indonesia.
Hal ini menjadikan relasi dokter- Livingstone, Sonia (2009). On the
pasien menjadi tergantung terjebak pada mediation of everything: ICA
23
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 1, Januari 2016
Arief Priyo Nugroho
Dokter Google: Interaksi Dokter-Pasien di Era Teknologi Informasi

presidential address 2008. Journal


of communication, 59 (1). pp. 1-18.
MacGann PJ & Hutson, David J. (2011).
Advance in Medical Sociology
Vol.12: Sociology of Diagnosis. UK:
Emerald Group Publishing Ltd.
Parsons, Talcot. (1991). The Social System
2nded. London: Routledge.
Sarwono, Solita. (1997). Sosiologi
Kesehatan Beserta Beberapa
Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Weitz, Rose. (2013). The Sociology of
Health, Illness and Health Care: A
Critical Approach. USA: Wadsworth
Cengage Learning.

24

Anda mungkin juga menyukai