Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wanda Agustin

Nim : 041911535007

OVERALL AUDIT STRATEGY AND AUDIT PROGRAM

A. Jenis-Jenis Pengujian Audit


1. Pengujian pengendalian
Baik secara manual maupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut :
 Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
 Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
 Melaksanakan-ulang prosedur klien
Auditor melaksanakan walkthrough system untuk mendapatkan pemahaman guna
membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan semestinya.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah pengendalian
tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas sampel transaksi. Jumlah bukti
tambahan yang diperlukan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal :
1) Luas bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
2) Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

2. Pengujian substantif atas transaksi


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dollar
(sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Pengujian substantif atas transaksi (substantive test of
transactions) digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi.

3. Prosedur analitis (analytical procedures)


Melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan
oleh auditor. Dua tujuan yang paling penting dari prosedur analitis dalam mengaudit
saldo akun adalah :
1) Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan
2) Memberikan bukti substantif

4. Pengujian rincian saldo (test of details of balance)


Berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun laporan laba-
rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada
neraca. Pengujian atas saldo akhir ini sangat penting karena bukti-bukti biasanya
diperoleh dari sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat dapat
dipercaya. Luas pengujian ini bergantung pada hasil pengujian pengendalian,
pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis substantif atas akun-akun
tersebut. Pengujian rincian saldo dapat membantu dalam menetapkan kebenaran
moneter akun-akun yang berhubungan dan karenanya merupakan pengujian
substantif.

B. Hubungan Antara Jenis Pengujian Dan Bahan Bukti


Jenis-jenis pengujian biasanya diurutkan berdasarkan pada makin besarnya biaya yang
diperlukan.
 Prosedur analitis
 Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI dan pengujian atas pengendalian
 Pengujian substantif atas transaksi
 Pengujian terinci atas saldo

Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah karena relatif mudah untuk
membuat perhitungan dan perbandingan. Pengujian atas pengendalian juga relatif murah
karena dapat dilakukan dalam sejumlah besar pos atau unsur dalam beberapa menit.

Pengujian substantif lebih mahal karena seringkali diperlukan perhitungan kembali dan
penelusuran. Pengujian terinci atas saldo paling mahal dibandingkan dengan pengujian
yang lain karena dibutuhkan biaya untuk mengirim konfirmasi dan melakukan
penelusuran.

Biaya untuk masing-masing bahan bukti bervariasi dalam berbagai situasi.

C. Metodologi Perancangan Program Audit


1. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas
pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
Apabila pengendalian sudah efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor
akan sangat menekankan pada pengujian pengendalian. Beberapa pengujian
substantif atas transaksi juga akan disertakan. Jika risiko pengendalian dinilai
maksimum, hanya pengujian substantif atas transaksi yang akan digunakan, dengan
asumsi audit itu dilakukan atas perusahaan non publik.
Prosedur audit : 4 langkah untuk mengurangi risiko pengendalian yang diperkirakan :
1) Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas
transaksi yang diuji.
2) Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
3) Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian dibawah maksimum.
4) Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi, rancanglah pengujian substantif atas transaksi yang
tepat, dengan mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal dan
hasil yang diharapkan dari pengujian pengendalian pada langkah 3.

2. Prosedur analitis
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama pengujian substantif, biasanya lebih
terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai bagian dari
perencanaan. Prosedur analitis yang dihitung dengan menggunakan jumlah bulanan
biasanya akan lebih efektif dalam mendeteksi salah saji ketimbang yang dihitung
dengan menggunakan jumlah tahunan, dan perbandingan per lini bisnis biasanya
akan lebih efektif ketimbang perbandingan seluruh perusahaan. Ketika auditor
menggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif tentang
saldo akun, data yang digunakan dalam kalkulasi harus dipandang cukup dapat
diandalkan.

3. Pengujian rincian saldo


Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor menggunakan
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian rincian saldo :
1) Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.
2) Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk
piutang usaha.
3) Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.
4) Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif
atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
5) Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.
6) Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo.

D. Ikhtisar Proses Audit


Fase I merencanakan dan merancang pendekatan audit
1. Menerima klien dan melaksanakan perencanaan awal
2. Memahami bisnis dan industry klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta risiko inheren
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Mengembangkan rencana audit dan program audit secara keseluruhan

Fase II melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi


1. Merencanakan untuk mengurangi penilaian tingkat risiko pengendalian
2. Melaksanakan pengujian pengendalian
3. Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi
4. Menilai kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

Fase III melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, tujuan dari fase III
adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna menentukan apakah saldo akhir
dan catatan kaki atas laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar.
1. Melaksanakan prosedur analitis
2. Melaksanakan pengujian rincian saldo tambahan

Fase IV melaksanakan pengujian atas pos-pos yang penting


1. Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit
2. Melaksanakan pengujian tambahan atas penyajian dan pengungkapan
3. Mengumpulkan bukti akhir
4. Mengevaluasi hasil
5. Mengeluarkan laporan audit
6. Mengomunikasikan kepada komite audit dan manajemen.

Sumber :
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan
Terintegrasi Jilid 1.Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008
http://soohendra.blogspot.co.id/2011/02/rencana-audit-dan-program-audit.html

Anda mungkin juga menyukai