Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT PENDIDKAN

DIMENSI KEMANUSIAAN DAN PENGEMBANGANNYA DALAM


PRAKTEK PELAKSANAAN PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :LAURENSIA MASRI P. S.Pd. M.Pd

OLEH
KELOMPOK 7:

EZRA ELISABET LINGGA


FANNY CRACETAULI
NOVITA RAHMADANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Mahaesa atas segala rahmat dan karunia
nya , akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah filsafat pendidikan ini yang berjudul
“DIMENSI KEMANUSIAAN DAN PENGEMBANGANNYA DALAM PRAKTEK
PELAKSANAAN PENDIDIKAN” makalah ini dituliskan untuk memberikan suatu pengantar
tentang teor dimensi kemanusiaan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak . Oleh karena itu ucapan terimakasih kami kepada semua pihak yang secara
langsung dan tidak langsung memberikan kontrribusi dalam penyelesaian ini .
Makalah Ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan yang penulis tidak sadari. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan . Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.

Medan, 09 November 2020

Kelompok 7
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Prayitno (2009:6) menyatakan manusia adalah makhluk luar biasa, di bawah kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa, dengan kekuatan dan keterbatasannya, manusia dapat berbuat apa saja atas lingkungannya,
baik lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih uas sampai menjangkau perut bumi dan ruang
angkasa.
Pemenuhan kebutuhan dan pengembangan diri manusia itu tampaknya memang dapat dilaksanakan dari,
untuk, dan oleh manusia itu sendiri. lnilah pernyataan yang luar biasa. Pernyataan bahwa “manusia
dengan segenap perkembangan budayanya adalah dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia”,
mengimplikasikan bahwa manusia memang hebat, bisa berbuat dan membuat apa raja, untuk kehidupan
kemanusiaannya, sesuai dengan kebutuhan dan kemauannya. Pernyataan ini dikaji lebih lanjut
Pertama, semua yang ada di dunia adalah untuk manusia. Lebih dari itu, bumi, matahari, bulan, bintang
gemilang beserta planet dan satelit-satelitnya, bahkan alam semesta seisinya adalah untuk manusia. Untuk
siapa lagi kalau bukan untuk manusia, karena tidak ada makhluk selain manusia yang memerlukan
semuanya itu; hanya manusia yang menyadari tentang adanya dan gunanya dunia dan alam semesta; dan
hanya manusia yang mampu mengolah dan menggunakan dunia dan alam semesta seisinya itu untuk
keperluan kehidupan kemanusiaannya dalam arti yang seluas-luasnya.
Kedua, perkembangan, kemajuan, dan budaya manusia memang terjadi oleh manusia. Oleh siapa lagi,
mengingat hanya manusialah yang memiliki potensi dan pemikiran, yang mampu mengembangkan ber-
bagai kekuatan, daya dan upaya untuk memenuhi kebutuhan serta hasrat kehidupannya. Memang oleh
manusialah isi dunia dan alam semesta diubah dan diolah serta digunakan untuk kepentingan manusia.
Ketiga, inilah yang menjadi permasalahan. Apakah memang segala yang diperbuat oleh manusia dan
diperuntukkan bagi manusia itu benar-benar Bagi manusia; seluruhnya dari manusia? Disadari dan dapat
diterima akal sehat bahwa banyak hal memang berasal dari manusia. Berbagai kaidah keilmuan dan
teknologi berasal dari buah pikiran manusia; berbagai hasil karya merupakan buah dari tangan manusia;
berbagai aturan nilai dan moral tumbuh dan berkembang dari kebijakan yang diukir manusia; dan
sebagainya. Manusia memang bisa dan semakin bisa menghasilkan dari dirinya sendiri berbagai produk,
bahkan memproduksi semua hal untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karya-karya besar dan hebat,
bahkan yang amat monumental dimunculkan dari manusia, dari waktu ke waktu.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah itu manusia?
2. Apakah Bagian-bagian dari dimensi kemanusiaan?
3. Jelaskan perkembangan dimensi kemanusiaan!
4. Apa peran pendidikan dalam pengembangan sifat hakikat manusia?
TUJUAN
1. Mengetahui makna dari manusia secara KBBI dan umum
2. Menngetahui perkembangan dimensi kemanusiaan

BAB II
PEMBAHASAN

DIMENSI MANUSIA
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri, dan
tuhan.beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis
total.disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti
krisis ekonomi,krisis energi,dan sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri.dalam krisis
total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat,dengan lingkunganya,dengan dirinya
sendiri,dan dengan tuhannya.tidak ada hubungan pengenalan,pemahaman dan kemesraan dengan sesama
manusia.ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.
Jadi Manusia adalah mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai Khalifah Allah
diatas bumi.Bayi dianugerahi keadaan jasmani yang lemah tetapi memiliki potensi-potensi jasmaniah
berupa konstruksi tubuh lengkap serta rokhaniah berupa daya cipta,rasa,karsa,intuisi,bakat.Faktor-faktor
potensi bawaan inilah yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainya yang bersifat unik yang
dapat berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan. Sehingga seorang individu akan menemukan
rasa kepribadiannya.
Dimensi kemanusiaan adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan misi kehidupan yang dilalui oleh
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang mesti dikembangkan secara serasi dan seimbang melalui
pendidikan terutama pendidikan keluarga (rumah tangga) yang kemudian dilanjutkan melalui jenis dan
jenjang pendidikan formal lainnya di samping pendidikan nonformal lainnya yang akan mewarnai
perilaku kehidupan melalui pengembangan dimensi-dimensi tersebut. Di sisi lain dimensi-dimensi
kemanusiaan adalah bentuk perbedaan ukuran, postur badan termasuk sifat, sikap, bakat, dan
kemampuan, yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) dimensi berarti ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan sebagainya)
(depdiknas, 2001:138). Dengan demikian berdasarkan tinjauan kebahasaan di atas dapat dipahami bahwa
dimensi adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan misi kehidupan yang dilalui oleh setiap makhluk,
ciptaan Tuhan tak terkecuali manusia sebagai salah satu jenis makhluk yang ciptakan Allah yang memilki
dimensi dalam ukuran dan postur badan termasuk sifat, sikap, bakat, dan kemampuan, yang berbeda
antara individu yang satu dengan yang lainnya (Mulyadi, 2012:36). Sedangkan kemanusiaan diambil dari
suku kata manusia ditambah awalan “ke” dan akhiran “an”
dimensi-dimensi kemanusiaan terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:
Dimensi Kefitrahan

Kata kunci yang menjadi isi dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran. Dengan dua kata kunci
ini dapat dimaknai bahwa individu manusia itu pada dasarnya bersih dan mengarahkan dirt kepada hal-hal
yang benar dan luhur, serta menolak hal-hal yang salah,tidak berguna dan remeh, serta tidak terpuji.
Kandungan dimensi kefitrahan ini dapat dibandingkan dengan makna teori tabula rasa (John Locke).
Teori tabula rasa menyatakan bahwa individu ketika dilahirkan ibarat kertas putih, bersih dan belum
bertuliskan apapun. Dalam hal kebersihan hal itu menjadi juga ciri kefitrahan individu: individu
dilahirkan dalam keadaan bersih; teori tabularasa sama dengan hakikat dimensi kefitrahan.
Dengan kefitrahannya itu, individu memang pada dasarnya, sejak dilahirkan, dalam keadaan bersih.
Namun, kondisi belum bertuliskan apapun sebagaimana dinyatakan oleh teori tabularasa, tidaklah
menjadi ciri dimensi kefitrahan yang dimaksudkan itu. Di dalam dimensi kefitrahan telah tertuliskan kai-
dah-kaidah kebenaran dan keluhuran yang justru menjadi ciri kandungan utama dimensi ini. Jadi dengan
demikian dimensi kefitrahan tidak sama dengan tabula rasa menurut John Locke.
Dimensi Individual
dimensi individual adalah keperibadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat
dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan bahwa setiap orang
memiliki individualitas,maksudnya dua anak kembar yang berasal dari satu telur yang lazim dikatakan
seperti pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu dan yang lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi
identik. hal ini berlaku pada sifat-sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap
orang memiliki kehendak,perasaan,cita-cita, kecenderungan, semangat,dan daya tahan yang
berbeda.contoh sederhananya saja dua oarang murit sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak
pernah bersedia untuk di samakan satu sama lain,arti katanya masing-masing ingin mempertahankan ciri-
ciri khasnya sendiri,gambaran tersebut telah dikekemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi dan
matematika inggris,dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur ternyata ternyata tidak
sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.
M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat
kuat,meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya,sehingga memerlukan pihak
lain(pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan,sifat-
sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi kenyataan,sebab tanpa dibina melalui
pendiidikan,benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu
kepribadian yang unik akan tetap tinggal laten.serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri
merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.dengan kata lain
kepribadiaan seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya,sehingga seseorang tidak memiliki warna
kepribadiaan yang khas sebagai miliknya.jika terjadi hal demikian seorang tidak memilki kepribdian
yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus
masa,padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya
atau menemukan ke mandiriannya sendiri.pola pendidikan yang bersifat demokratis di pandang cocok
untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas seseorang.
Dimensi kesosilaan
dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul,dengan adanya
dorongan untuk bergaul,setiap orang ingin bertemu sesamanya. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa
tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta
bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukan betapa dorongan
sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang
filosof Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara
manusia,maksudnya tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan
orang lain.
Seorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya,cita-citanya didalam interaksi dengan
sesamanya.seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,mengidentipikasi sifat-sifat yang
dikagumi dari orang lain untuk di milikinya,serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.hanya
didalam berintraksi dengan sesamanya,dalam saling menerima dan memberi,seseorang menyadari dan
menghayati Kemanusiaannya.banyak bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak
ada berada diantara manusia.
 
Dimensi kesusilaan
 Susiala berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih  tinggi.akan tetapi dalm kehidupan
bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalamyang pantas atau sopan  itu
misalnya terkandung kejahatan terselubung. dimensi kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih
tinggi.kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.etika adalah (persoalan kebaikan )  sedangkan etiket
adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan susila,serta melaksanakannya.sehingga dikatakan manusia itu makhluk
susila.persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan.Susila berkembang
sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih sempurna.
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu manakah yang baik dan
manakah yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-
nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak secara
susila.Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,menghayati,dan
melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan.Nilai-nilai merupakan  sesuatu yang dijunjung tinggi oleh
manusia karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemulian dan sebagainya,sehingga dapat
diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan
kesediaan melakukan kewajiban disamping hak pada peserta didik.
 
Dimensi keberagamaan
pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang,agama menjadi sandaran
vertikal manusia. dan Manusia adalah mahluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya
yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya.Manusia sebagai mahluk
beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-
masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun
meditasi,komitmenaktif&praktekritual.
Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang
bersangkutan.Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-
beda, diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian,
menghargai, kedamaian, ketentraman, & persahabatan.
 
Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia.
Usaha pengembangan hakekat manusia dalam dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, &
keberagamaan berangkat dari anggapan dasar bahwa manusia secara potensial memiliki semua dimensi
tersebut, yang memungkinkan dan harus dapat dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu
melalui pendidikan sehingga dapat menjadi aktual.
Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan interelasi dan interaksi dengan orang lain secara
selaras serasi seimbang tanpa kehilangan jati dirinya.
Pengembangannya sebagai peserta didik diselenggarakan dalam lingkungan pendidikan keluarga,
sekolah, & masyarakat pengembangan self extence menyangkut aspek jasmani-rohani,cipta-rasa-
karsasebagaidimensikeindividuan.     

Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sejak lahir hingga ajalnya perlu dibantu oleh orang lain.Manusia harus merasa sadar dirinya
terpanggil untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat.Pengembangan dimensi tersebut harus
dimulai sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat, untuk itu nilai/norma/kaidah yang berlaku didalam
keluarga juga perlu dijunjung tinggi disekolah dan masyarakat.
 
Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Hanya manusia sajalah yang mampu menghayati norma-norma dan nilai-nilai dalam kehidupan sehingga
dapat menetapkan pilihan tingkah laku yang baik dan yang buruk.
Bagi manusia Indonesia norma-norma dan nilai-nilai yang perlu dikembangkan adalah nilai-nilai
universal yang diakomodasi dan diadaptasi dalam nilai-nilai khas yang terkandung dalam budaya
bangsa.Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah manusia yang memiliki pikiran,ide,gagasan yang
terkristal dalam kelima nilai dasar dalam Pancasila.

Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama


Sementara pihak ada yg lebih mengutamakan terciptanya suasana penghayatan keagamaan lebih dari
pengajaran keagamaan.Untuk itu yg perlu diutamakan adalah sikap teladan dari orang tua, guru dan
pendidik lainnya disertai dengan pilihan metode pendidikan yang tepat dan ditunjang dengan kemudahan-
kemudahan fasilitas yang memadai.Demikian pula halnya di sekolah dan di masyarakat yang religius.
Penampilan dan Pengembangan Dimensi Kemanusiaan
Pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan manusia. Pendidikan menjadi media bagi pemuliaan
kemanusiaan manusia yang tercermin di dalam HMM dengan hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan
pancadaya-nya itu. Pendidikan seperti ini dilaksanakan oleh manusia dan untuk manusia, serta hanya
terjadi di dalam hubungan antarmanusia.
Dominasi berlebihan dalam pengembangan dimensi keindividualan akan menjadikan individu orang-
orang yang hebat, pintar dan memiliki inteligensi rasional yang amat tinggi, namun egois, individualistik,
asosial dan amoral, serta ateis. Kata hatinya beku dan hanya mau menang sendiri. Sebaliknya, penonjolan
dimensi kesosialan akan menjadikan individu seorang altruis yang tulus, namun (mohon maaf) tolol, tidak
pa- ham apa yang dilakukannya, apa yang dimaui dan akan ke mana is pergi, apa arti hidup yang
dijalaninya. la menyukai dan mencintai orang-orang lain, tetapi tidak tahu apa sebenarnya dan dari mana
datangnya cinta itu. Apalagi indahnya cinta atau siapa itu Sang Maha Mencintai.
Selain hal tersebut di atas, penekanan dimensi kesusilaan secara tidak wajar menghasilkan individu
utopis, penghayal untuk kehidupan yang semuanya indah, ideal keteraturannya, ketentramannya,
keadilannya, ketinggian nilai budayanya, kebahagiaan yang sempurna, semua orang mengikuti nilai dan
moral yang diterima bersama, dan sebagainya. Tidak ada pertentangan, semuanya tenang, aman, tentram,
tanpa tahu dari mana datangnya dan bagaimana caranya membuat semua suasana indah itu terjadi.
Dominasi dimensi keberagaman yang ekstrim akan menegasikan faktor akal, faktor sosial, dan faktor
etika sebagai sumber kehidupan dan perkembangan manusia itu sendiri. Jangan-jangan hidup ini tidak
dipandang sebagai jalan untuk kebahagiaan dunia-akhirat, melainkan sekedar sebagailalan untuk math
Jangan-jangan nilai akal, sosial dan moral itu, yang sebenarnya dengan sangat kental menjadi isi kaidah-
kaidah keagamaan, dianggap sebagai racun yang akan menjegal kehidupan beragama. Kata hatipun, yang
menjadi kandungan inti dimensi kefitrahan, menjadi beku.
Sebenarnyalah, kelima dimensi dengan pancadayanya itu dapat dikembangkan secara serempak dan
bersinergi sesamanya. Keindividualan menyokong tumbuhnya kesosialan yang penuh dengan nilai-nilai
kesusilaan. Komunikasi dan kebersamaan menunjang berkembangnya potensi individu sesuai dengan
nilai-nilai dan moral yang berlaku. Nilai dan moral yang dianut dalam kehidupan bersama secara dinamis,
tetapi konsisten, akan memberikan kepastian berkembangnya potensi individu secara jelas, terarah dan
optimal. Kata hati yang menjadi fitrah manusia menemukan penyaluran yang tepat, positif dan dinamis
bagi berkembangnya kebenaran yang memenuhi kaidah akal, sosial dan moral. Akal individu, aspek-
aspek sosial dan moralnya mengarah kepada kebenaran dan keluhuran yang dicita-citakan oleh dimensi
kefitrahan.
Dalam kondisi tertentu, sebenarnya hanya melalui berkembangnya secara sinergis dan optimal keempat
dimensi saja (kefitrahan, keindividualan, kesosialan, dan kesusilaan) individu akan dapat hidup sehat.
Demikian jugs kiranya manusia secara keseluruhan. Manusia akan mampu menjalani dan
memperkembangkan kehidupannya dengan ilmu, teknologi dan seni yang sangat tinggi dan semakin
tinggi (dimensi keindividualan); dengan komunikasi dan kebersamaan yang semakin alturistik dan sating
menghormati (dimensi sosial); dengan ketentuan moral yang semakin serasi penuh kebijakan dan
kebajikan (dimensi kesusilaan); serta dengan penghormatan akan kebenaran dan keluhuran yang semakin
kental (dimensi kefitrahan). Namun, perlu dicatat bahwa hidup sehat semacam itu sebetulnya belum
sempurna.
Tanpa diaplikasikannya kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (dimensi
keberagamaan), hidup em. pat dimensi itu barulah hidup di dunia, belum menjangkau kehidupan di
akhirat. Masalah kehidupan akhirat terkait langsung dengan isi dimensi keberagamaan. Dimensi kelima
ini akan menyempurnakan kehidupan manusia seutuhnya. Manusia-manusia utuh seperti itu tinggi akal
pikirannya, sejuk dan dinamis kehidupan sosialnya, teguh dan konsisten dalam memegang nilai-nilai dan
moral yang mereka anut, kuat dalam mengukir kebenaran dan keluhuran budi, serta taat dalam keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dimensi kelima membingkai kehidupan individu yang
bersumber dari kefitrahannya, keindividualannya, kesosialan, dan kesusilaannya yang telah berkembang
dengan penuh. Dari arah yang lain, pengembangan keempat dimensi yang terdahulu itu, kalau mau
ditingkatkan mutu dan kesempurnaannya, periu mendapat arah dan energi yang terkandung di dalam
dimensi kelima, keberagamaan.
Peran Pendidikan dalam Pengembangan Sifat Hakikat Manusia
Pendidikan bukanlah sekedar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan
bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif.
Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh di perlukan adanya kajian
yang bersifat mendasar, sistematis dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif
karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia
tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur dan menjadi suatu keharusan. Maka dari itu seorang
pendidik harus memahami gambaran yang jelas dan benar tentang manusia agar dapat memberi
arah yang tepat kemana peserta didiknya harus dibawa.
Lalu setelah itu pada proses pengembangan pun harus melalui 4 unsur dimensi hakikat
manusia tanpa terkecuali. Setiap anak memliki potensi untuk menjadi berbeda sejak ia dilahirkan
dan itu perlu ditumbuhkembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan bukan
hanya sekedar potensi saja. Jika potensi atau kepribadian seseorang tidak akan terbentuk dengan
semestinya, maka orang tersebut tidak memiliki suatu kekhasan. Dan orang-orang seperti itu
biasanya tergolong orang yang tidak berpendirian serta mudah dibawa oleh arus masa. Bukankah
tugas pendidikan adalah membantu para peserta didik untuk menemukan kediriannya sendiri.
Dan pola yang cocok untuk mendorong bertumbuhkembangnya potensi individualitas ini adalah
pola pendidikan yang bersifat demokratis.
Yang telah banyak kita ketahui bahwa manusia itu akan menjadi manusia jika hidup
bersama manusia. Sebab manusia hanya dapat mengembangkan individualitasnya di dalam
pergaulan sosial. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di
dalamnya terdapat unsur saling memberi dan menerima. Di dunia pendidikan dimensi ini adalah
dimensi utama yang sangat di perlukan dalam menerapkan sistem pengajaran. Dimana akan ada
sebuah hasil jika peserta didik mampu menerima apa yang di berikan oleh pendidik, dengan
catatan pendidik harus berpegang pada pola pendidikan demokrasi.

Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan


kewajiban di samping menerima hak pada peserta didik. Pendidikan kesusiaan ini memiliki
rentangan yang luas penggarapannya, selain itu memliki konsekuensi yang membutuhkan waktu
panjang dalam pemrosesannya, berkesinambungan, dan memerlukan kesabaran serta ketekunan
dari pihak pendidik. Selain pendidikan kesusilaan dibutuhkan pula pendidikan agama dalam
proses pembentukan manusia seutuhnya namun subjek kali ini lebih di tujukan pada orang tua
yang sebagaimana memiliki hubungan darah pada peserta didik. Sebab pesan-pesan agama harus
tersalur dari hati ke hati, terpancar dari ketulusan serta kesungguhan hati orang tua yang
menembus ke anak. Tetapi pengkajian agama di sekolah tetap di manfaatkan sebagaimana pada
GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah sejak SD sampai dengan
perguruan tinggi. 
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri, dan
tuhan
 Dimensi kemanusiaan adalah hal ikhwal yang berhubungan dengan misi kehidupan yang dilalui oleh
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang mesti dikembangkan secara serasi dan seimbang
melalui pendidikan terutama pendidikan keluarga (rumah tangga) yang kemudian dilanjutkan melalui
jenis dan jenjang pendidikan formal lainnya di samping pendidikan nonformal lainnya yang akan
mewarnai perilaku kehidupan melalui pengembangan dimensi-dimensi tersebut
 dimensi-dimensi kemanusiaan terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:
 Dimensi Kefitrahan
 Dimensi individual
 Dimensi kesosilaan
 Dimensi kesusilaan
 Dimensi Keberagamaan

Peran pendidikan dalam hakikat kemanusiaan sangatlah penting.Pendidik dapat membantu untuk
menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia.

DAFTAR PUSTAKA
https://sites.google.com/site/deryindragandi/dimensi-dimensi-hakikat-manusia
https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98465960431725761#:~:text=Dimensi
%20kemanusiaan%20adalah%20hal%20ikhwal,jenis%20dan%20jenjang%20pendidikan
%20formal
https://riyadiscorpio-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/riyadiscorpio.wordpress.com/2014/02/19/manusia-kemanusiaan-dan-
pendidikan/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16048478000509&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Friyadiscorpio.wordpress.com
%2F2014%2F02%2F19%2Fmanusia-kemanusiaan-dan-pendidikan%2F
http://jihanjibol.blogspot.com/2014/10/peran-pendidikan-dalam-
pengembangan.html#:~:text=Bersifat%20normatif%20karena%20pendidikan
%20mempunyai,luhur%20dan%20menjadi%20suatu%20keharusan.

Anda mungkin juga menyukai