Buku Pembanding
Buku Pembanding
1. Klasifikasi Limbah
Menurut Murtadho dan Said (1988), Sugiharto (1987), serta Djajadiningrat dan Amir(1991),
limbah dapat berupa benda padat, cair, maupun gas.
Limbah padat dapat berasal dari :
1. Limbah domestik yang berasal dari pemukiman
2. Limbah komersial (commercial wastes) yang berasal dari perdagangan
3. Limbah industri (industrial wastes) yang berasal dari buangan hasil proses industri
4. Limbah yang berasal dari bencana alam
Dari keempat macam limbah tersebut ada yang bersifat organik yang mudah busuk, tetapi ada
pula yang anorganik yang sulit membusuk.
Limbah cair berasal berbagai sumber, yaitu :
1. Limbah cair industri
2. Limbah cair rumah tangga
3. Limbah cair rembesan
Limbah gas berasal dari :
1. Pembakaran hutan ataupun sampah
2. Pembakaran dari pabrik (industri)
3. Kendaraan bermotor
Jenis industri yang menghasilkan limbah cair antara lain yaitu industri pulp, rayon, crum
rubber, minyak sawit, minyak goring, kertas plywood, tepung tapioca, dan pati sagu. Industri
pulp yang diproduksi , pengelolaan karet (crum rubber) 100-2.000 m3 limbah cair/hari dan
minyak sawit menghasilkan 120 m3 limbah cair/hari. Sesuai dengan sifatnya, limbah dipilahkan
menjadi tiga kelompok, yaitu limbah cair, gas/asap, dan limbah padat. Ketiga kelompok limbah
tersebut memiliki karakteristik kimia, fisika, dan biologi yang berbeda.
Limbah padat dapat berasal dari kebun atau pabrik dari pabrik. Limbah padat dari kebun
berupa sisa-sisa tanaman (daun, ranting, batang), sedangkan limbah padat dari pabrik berupa
padatan, lumpur, ataupun bubur yang merupakan sisa proses pengolahan.
Limbah padat dari kebun ada yang mudah lapuk dalam beberapa hari tetapi ada juga yang
baru lapuk setelah 3-4 bulan. Daun kelapa dan tandan kosong kelapa sawit baru lapuk setelah
beberapa bulan. Limbah padat di perkebunan kelapa sawit, semula dibakar tetapi karena
dampaknya mencemari udara disekitarnya maka usaha pembakaran tersebut untuk perkebunan
klapa sawit telah dihentikan. Limbah padat tersebut ditempatkan diantara gawangan tanaman
kelapa sawit dan berfungsi sebagai mulsa.
Umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari penggunaan bahan bakar, proses, dan sisa
pembakaran. Saat proses pengolahan, limbah gas timbul sebagai akibat reaksi kimia dan fisika
yang kemudian dibuang ke udara. Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang
pembakaran yang kemudian dibuang lewat cerobong asap. Jenis gas yang bersifat antara SO2,
CO, NO, amoniak, asam sulfat, dan hidrokarbon.
II. PENANGANAN LIMBAH DI KEBUN KELAPA SAWIT
Kebun kelapa sawit baik yang memiliki pabrik pengolahan minyak maupun tidak, memiliki
potensi yang besar dalam mencemari lingkungan, dalam satu hektar, setiap tahunnya dihasilkan
25 ton tandan buah segar. Padahal yang menjadi minyak dan inti sawit hanya sekitar 25%,
dengan demikian 19 ton tandan kosong, tempurung, sabut, dan padatan (sludge), padahal limbah
padat selain diakibatkan oleh pabrik minyak kelapa sawit juga dihasilkan dari kebun berupa
pelepah daun. Dahulu limbah padat (pelepah, tandan kosong, tempurung, dan sabut) dibakar
sampai habis atau dibuang ke tempat yang cekung/rendah. Saat ini di perkebunan kelapa sawit
pembakaran limbah padat sudah tidak dilakukan lagi, melainkan diletakkan di gawangan
(diantara pohon kelapa sawit). Khusus tempurung kelapa sawit digunakan sebagai energi pada
ketel uap.
Pabrik minyak kelapa sawit disamping menghasilkan limbah padat (tandan kosong, tempurung,
sabut, dan sludge) juga menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari lingkungan. Menurut
Ruspendi (1992) dan Hidayati (1993) limbah cair dari PMKS jauh di atas normal yang telah
ditetapkan(yang tidak membahayakan) (Tabel 25), tetapi setelah diproses, air limbah tersebut
menjadi tidak membahayakan makhluk hidup, bahkan dapat digunakan untuk menyiram
tanaman.
Untuk menangani limbah tersebut PMKS Rejosari menggunakan sistem kolam (ponding system)
yang terdiri atas 13 kolam yang ukurannya disesuaikan dengan fungsinya. Sebelum memasuki
sistem kolam, limbah cair yang baru keluar dari pabrik ditampung lebih dulu di kolam pengilang
minyak (fat pit) yang berukuran 20x10x1,5 m3. Minyak di kolam fat pit tersebut diambil
berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Minyak yang mengambang di permukaan kolam akan
mengalir ke dalam piringan yang terletak di kolam tersebut. Letak piringan disesuaikan dengan
ketinggian permukaan minyak. Minyak yang masuk ke dalam kemudian dialirkan ke tangki
minyak.
Suhu larutan yang keluar dari pabrik masih sangat tinggi, yaitu lebih dari 50 0C, padahal bakteri
anaerob yang akan menguraikan limbah dapat hidup dan bekerja maksimal pada suhu 30-45 0C.
oleh karena itu, suhu air limbah tersebut harus diturunkan (didinginkan) dengan cara
menyalurkannya dalam parit terbuka yang panjang. Pada setiap tingkat terdapat saringan.
Tepat di bawah menara pendingin terdapat 2 kolam pengasaman yang masing-masing berukuran
20x10x1,5 m3. Air limbah tersebut bersifat asam dan dibiarkan di kolam tersebut dalam 2 hari.
Suhu air limbah di kolam pengasaman sekitar 30-400C.
Tujuan pengasaman yaitu agar permukaan kolam tidak tertutup semacam kerak (casing). Suasana
asam dan suhu tinggi menyebabkan minyak di permukaan air limbah tetap cair, sehingga dapat
diambil untuk dijual. Kadar minyak di kolam pengasaman sekitar 0,5%.
Air limbah di fat pit memiliki pH 4,5-5,5, terbentuknya VHA (Volatile Fatty Acid) dan CO2
yang cepat akan menurunkan pH. Agar nilai pH tidak turun, kedalam kolam tersebut dimasukkan
kapur tohor (CaO), soda api (NaOH) atau abu janjang hasil pembakaran tandan kelapa sawit.
Tujuan pengendalian pH yaitu agar pH menjadi netral, sehingga bakteri pengurai bahan organik
dapat berkembang dengan baik. Di PMKS Rejosari untuk keperluan pengendalian/menaikkan pH
digunakan abu janjang sebanyak 2,5 g/l air limbah. Pencampuran air limbah dan abu janjang
dilakukan di dalam kolam khusus, agar endapannya tidak masuk ke dalam kolam berikutnya
(kolam pemeraman) yang dapat menimbulkan pendangkalan. Air limbah yang sudah matang
(pHnya lebih dari 6) dapat digunakan untuk pembiakan bakteri anaerob.
Daftar pustaka
Djoefrie, B. 2019. Pencegahan, Pengendalian, dan Pemanfaatan Limbah Organik. Bogor : IPB
Science Park Taman Kencana.