PENDAHULUAN
Pengendalian kadar glukosa darah sendiri dapat berupa dengan pemberian obat
bisa dengan terapi yang diberikan serta tergantung dengan tingkat keparahan
penyakit yang diderita pasien. Terapi farmakologis dapat juga diberikan bersama
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat) (PERKENI,
pengendalian gula darah dengan metode terapi akupunktur ini, sehingga perlu
adanya penelitian.
melaporkan bahwa jumlah penderita DM di dunia telah mencapai 425 juta jiwa,
dimana prevalensi diabetes cenderung lebih tinggi pada pria (221 juta jiwa)
dibanding wanita (204 juta jiwa). Angka kematian akibat dari DM yang
dilaporkan adalah sebesar 4 juta jiwa, diprediksi jumlah penderita DM Pada tahun
2045 mengalami peningkatan yang mencapai 629 juta jiwa. Amerika Serikat
1
menempati urutan ke tiga dunia dengan pravalensi penderita diabetes melitus 30,2
juta jiwa. Tahun 2045 diperkirakan terjadi peningkatan 35,6 juta jiwa. Di Asia
timur negara cina menempati posisi tertinggi pertama dunia dengan jumlah
penderita diabetes melitus sebanyak 114,4 juta jiwa. Pada tahun 2045
diperkirakan meningkat 134,3 juta jiwa (IDF, 2017). Indonesia menempati urutan
China, India, United States, Brazil dan Mexico. Berdasarkan area geografis,
2,6%, disusul oleh DKI Jakarta 2,5%, dan Sulawesi Utara sebanyak 2,4% (Riset
Kesehatan Dasar, 2013). Pada Provinsi Jawa Timur diabetes sendiri cukup tinggi
terdapat 21.992 kasus penderita Diabetes Melitus pada tahun 2016 (Dinkes
Magetan, 2016). Dalam studi pendahuluan yang terdapat dalam penelitian yang
bahwa terdapat 30 pasien penderita Diabetes Mellitus dengan kadar glukosa darah
dengan rata-rata ≥ 200 mg/dL. Maka peneliti ingin meneliti di Klinik Akupunktur
Diabetes Federation (IDF), 2015). Menurut WHO sendiri Diabetes tipe I terjadi
Melitus tipe II terjadi penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel
beta pankreas secara progresif yang menimbulkan resistensi insulin (WHO, 2016).
2
Terapi komplementer merupakan suatu bentuk terapi non konvensional
sebagai suatu bentuk pengobatan yang berasal dari berbagai sistem, modalitas dan
praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada teori dan kepercayaan. Saat
tidak berhasil. Penggunan obat non konvensional juga dianggap memiliki efek
samping yang ringan dan dapat mengurangi kerugiaan pasien (Artana, 2017).
Terdapat beberapa fungsi meridian dalam pengobatan tradisional Cina antara lain:
masuk penyebab penyakit, serta penghubung bolak balik antar organ. Meridian ini
mengandung titik-titik akupunktur yang dapat dirangsang dengan alat tumpul atau
3
jari-jari tangan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menembus bagian
pengobatan lain yang tersedia di rumah sakit. WHO pada tahun 1979
modern pada tahun 1991. Akupunktur mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1963
merupakan metode non invasive. Akupunktur merupakan salah satu bentuk terapi
teori Ying/Yang dalam ilmu filsafat timur (Williams & Hopper, 2015). Roohallah
4
bahwa terapi akupunktur terhadap penderita Diabetes Melitus masih mempercayai
5
1.2. Rumusan Masalah
Magetan?
kelompok perlakuan.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan studi literatur
3. Bagi peneliti
terapi akupunktur.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari
karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam
hati dan otot rangka (Tandra, 2014). Menurut Callista Roy, Kadar gula darah
adalah jumlah glukosa yang beredar dalam tubuh (Tandra, 2014). Diabetes
mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara cukup, atau saat tubuh tidak dapat secara efektif
Glukosa merupakan salah satu sumber energi cadangan dan sebagai bentuk
dasar bahan bakar utama karbohidrat yang di gunakan oleh tubuh untuk
beraktivitas (Lari, Terhadap, & Hidayat, 2016). Kadar gula darah dipengaruhi
oleh berbagai enzim dan hormon yang paling penting adalah insulin. (Tandra,
2014).
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes mellitus menurut (Damayanti, 2015),
1. Genetik
8
kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsangan
2. Obesitas
Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat
insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan
keaktifannya.
3. Usia
Faktor yang beresiko adalah usia diatas 30 tahun, hal ini karena ada perubahan
tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg% tiap tahun setelah makan.
4. Aktifitas
mellitus. individu yang aktif memiliki insulin dan profil glukosa yang lebih
5. Kadar Kolesterol
Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas dan diabetes
9
mellitus. salah satu mekanisme yang di duga menjadi predisposisi diabetes
adalah terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal
dari suatu lemak visceral yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya
kemampuan hati untuk mengikat dan mengestrak insulin dari darah menjadi
6. Stres
Stres pemicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur yaitu neural dan neuro
endokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi system syaraf sipatis
10
Fase pertama dari sekresi insulin melibatkan fusi membran plasma menjadi
kelompok granula kecil yang siap dilepaskan. Granula tersebut melepaskan isinya
saat berespon. Sebaliknya sekresi insulin fase kedua dibangkitkan secara terpisah oleh
sel beta (Donelly & Bilous, 2014). Sel beta tersebut mempunyai sejumlah besar
metabolisme glukosa di sel beta dan dianggap sebagai mekanisme utama untuk
Zat nutrisi lain, seperti asam amino, dapat juga dimetabolisme oleh sel beta
memiliki pengaruh yang besar terhadap sekresi insulin tanpa adanya glukosa (Gayton,
2008).
Menurut Price & Wilson (2005) karbohidrat yang sudah dicerna menjadi
monosakarida dan diabsorpsi, kadar glukosa darah akan menigkat untuk sementara
waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan fisiologis kadar
gula darah sebagain besar bergantung pada hati yang mengekstraksi glukosa,
jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan ekstrak glukosa sebagai
11
sumber sumber energi yang nantinya berperan mempertahankan kadar glukosa darah.
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati yang digunakan oleh jaringan-
oleh sel- sel beta pulau Langerhans pankreas. Jaringan di insulin mampu
ambilan glukosa pada GLUT-4 (ambilan glukosa dirangsang insulin pada otot
dan penggunaan glukosa yang cepat oleh hampir semua jaringan tubuh
terutama oleh otot, jaringan adiposa dan hati. Selanjutnya glukosa diserap oleh
b. Insulin menigkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel hati. Keadaan ini
12
c. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim- enzim yang meningkatkan
sintesis glikogen.
b. Epinefrin yang disertai oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin, dan
Menurut Donelly & Bilous (2014) dan Ganong (2012) Pengangkut glukosa
yang berperan dalam difusi fasilitasi glukosa melintasi membran sel adalah
sekelompok protein. Pengaturan kadar glukosa darah secara normal berlangsung atas
kerjasama yang harmonis antara mekanisme sekresi insulin dengan mekanisme aksi
insulin di jaringan tubuh. Tujuannya adalah agar glukosa dalam darah memasuki sel
2. GLUT-2 berfungsi menyerap glukosa terdapat pada sel beta pankreas dan hati,
hlukosa sel beta. Selain itu, GLUT- 2 mempunyai kecepatan tinggi untuk
glukosa ekstrasel.
13
3. GLUT-3 berfungsi dalam ambilan glukosa basal terdapat pada sel otak, ginjal
4. GLUT-4 berperan dalam ambilan glukosa dirangsang insulin pada otot dan
permukaan sel.
Darah Sewaktu (GDS), jika pengambilan sampel darah tidak dilakukan puasa
sebelumnya. Gula darah Puasa (GDP), jika pengambilan sampel darah dilakukan
setelah klien puasa selama 8-10 jam, Gula Darah 2 jam Post Pradinal
(Soegondo,2011).
14
Berdasarkan Soegondo dan Sidartawan (2011), ada beberapa macam
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.
Faktor yang dapat mempengaruhi gula darah acak pada adalah kurang
pertambahan berat badan dan usia, serta dampak perawatan obat misalnya
steroid.
Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setelah
15
Pemantauan kadar gula darah adalah cara yang lazim untuk menilai
gula darah tersebut digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai
pegangan penyesuaian diet, olahraga dan obat – obatan untuk mencapai kadar gula
hipoglikemia. Parameter yang dapat digunakan untuk penentuan kadar gula darah
Price & Wilson (2005), Smeltzer & Brunner (2001) dapat diklasifikasikan 4, yaitu
sebagai berikut:
oleh proses autoimun dan idiopatik, tanpa adannya bukti autoimun dan tidak
16
diketahui sumbernya.
darah pada masa kehamilan. Faktor resiko yang dapat menyebabkan diabetes
mellitus gestasional ini antara lain usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,
darah pada wanita yang mengalami diabetes mellitus gestasional akan kembali
Manifestasi klinis kadar gula darah pada diabetes melltius berkaitan dengan
defisiensi insulin yang ditimbulkan oleh destruksi sel- sel beta di pulau pankreas
(Ganong, 2012). Defisiensi insulin menyebabkan kadar glukosa plasma dalam kondisi
17
tidak normal (hiperglikemia). Hiperglikemia yang berat dan melebihi ambang ginjal
yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Saat
glukosa hilang bersama urin, individu akan mengalami keseimbangan kalori negatif
dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia) akan
terjadi sebagai akibat kehilangan kalori. Gejala lain yang dapat terjadi pada klien
diabetes mellitus antara lain mengeluh lelah, mengantuk, berat badan turun, lemah
diabetes mellitus memiliki gejala khas awal berupa polifagia (banyak makan),
poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), lemas, dan berat badan turun.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita. Menurut Rondhianto (2013)
keluhan lain yang terjadi adalah gangguan saraf tepi seperti kesemutan, pandangan
kabur-katarak, kelainan kulit seperti gatal terutama di daerah kemaluan dan lipatan
infeksi, gusi bengkak, telinga berdengung, rambut tipis dan mudah rontok, sering
batuk dan lama, perut kembung, mual, konstipasi atau diare, hipertensi sehingga
18
1. Patofisiologi diabetes Mellitus Tipe 1
insulin karena sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun dari
sel beta penghasil insulin pada pankreas (Donelly & Bilous, 2014).
Hiperglikemia terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Glukosa dari makanan juga tidak disimpan didalam hati meskipun tetap
Wilson, 2005).
dari asam amino) bila insulin tidak bekerja secara normal maka akan terjadi
gejala sepeeti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan bila tidak
Pada diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
19
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
terganggu akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan jika sel beta tidak bias
mellitus II. Paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
Ganong (2012) Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa kadar darah unutk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes
mellitus. Caranya menjaga kadar glukoas dalam batas normal tanpa terjadi
hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada enam komponen dalam
1. Manajemen Diet
mempertahankan berat badan dalam batas normal atau kurang lebih 10% dari
20
Standar komposisi makanan unutk pasien diabetes mellitus yang diajukan
lemak 20-25%, kolesterol <300mg/dL, serat 25g/hr, garam dan pemanis saat
dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan dapat di terima
sesuaikan dengan status gizi, umur, ada tidaknya setres akut, kegiatan
jasmani ).
darah, dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar
Pemantaun kadar glukosa darah secara mandiri atau Self Monitoring Blood
21
atau hipoglikemia dan pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetes
4. Terapi Farmakologi
Terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan diet,
latihan fisik dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat menjaga gula
5. Terapi Komplementer
hypnotherapy ), terapi biologis ( herbal, terapi nutrisi, terapi jus ) dan terapi
sentuhan modalitas seperti akupresure, pijat bayi, refleksi dan terapi lainnya.
6. Pendidikan Kesehatan
22
khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar keterampilan untuk merawat
diri sendiri, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup
Menurut Price & Wilson (2005), Smeltzer & Brunner (2001) komplikasi
kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
23
meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah dibawah 50-60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insuin atau preparat oral
diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja obat telah habis.
mellitus tipe 2 pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang
24
2. Komplikasi kronis/Jangka Panjang Diabetes
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ
dalam tubuh. Komplikasi kronis diabetes yang lazim ada dua yaitu penyakit
a. Mikrovaskuler
1) Retinopati diabetikum
Retinopati diabetikum terjadi karena kerusakan pembuluh darah kecil
2) Nefropati diabetikum
Nefropati terjadi akibat kenaikan tekanan dalam pembuluh darah
3) Neuropati diabetikum
Neuropati mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang
b. Makrovaskuler
25
1) Penyakit jantung koroner
2) Penyakit serebrovaskuler
penyakit serebrovaskuler terjadi karena perubahan aterosklerosis
dan stroke.
26