Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ulva Reveriza Reja

Nim : 180504004

PERPUSTAKAAN KHALIFAH FATIMIYYAH

A. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Fatimiyyah

Setelah lama membangun kekuatan dan menjalankan pemerintahan yang semula di Afika
Utara, kemudian ke Mesir, dan Syiriah. Pada mulanya pusat pemerintahannya adalah di al-Mahdiyah
yang kemudian melakukan ekspansi ke Barat juga ke Timur, dan ke Mesir. Kemudian di Mesir
mereka membangun kota baru dengan nama Kairo. Dinasti Fatimiyah dapat menguasai Mesir boleh
dikatankan dalam waktu yang relatif cepat dari sejak berdirinya, yang mana keadaan ini kemudian
mendorong sesegera mungkin melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupan. Kejayaan Dinasti
Fatimiyah ini terjadi setelah berhasil menguasai Mesir, bahkan kejayaannya lebih kuang selama 200
tahun. Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, Pesisir Laut Merah
Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz. Kairo kala itu memang benar-benar maju, selain menjadi
pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudera Hindia, Kairo juga menggabungkan Fustat
sebagai bagian dari wilayah adminitratifnya. Kairo menjadi kota metropolis modern yang
mengundang perhatian dunia. Kemajuan yang terjadi di Kairo sebagaimana yang telah dipaparkan dan
digambarkan oleh salah seorang penulis dalam blognya (warungbaca.blogspot.com).

Pada era itu Kairo menjelma menjadi pusat intelektual dan kegiatan ilmiah baru. Bahkan,
pada masa pemerintahan Abu Mansur Nizar Al-Aziz (975 M - 996 M), Kairo mampu bersaing dengan
dua ibu kota Dinasti Islam lainnya yakni, Baghdad di bawah Dinasti Abbasiyah dan Cordoba pusat
pemerintahan Umayyah di Spanyol. Kini, Universitas Al-Azhar menjadi salah satu perguruan tinggi
terkemuka yang berada di kota itu. Sejarah telah menjadi saksi bahwa Dinasti Fatimiyah perlu
diperhitungkan dalam keikutsertaannya mewarnai peradaban Islam yang gemilang. Di berbagai
bidang Dinasti ini memberikan khazanah yang berbeda dari yang sebelumnya, meskipun sedikit-
banyak memiliki kesamaan pola, misalnya dalam hal administrasi yang menyerupai tata pemerintahan
Umayyah dan Abbasyiyah.Selain itu, Dinasti Fatimiyah ini sudah banyak mengenal tata pemerintahan
dan tata kenegaraan. Hal ini dapat dilihat dari segi perpolitikannya, sistem adminitrasi, pengelolaan
keuangan, sistem kemeliteran, serta tata peradilan. Kemajuan ini sebenarnya tidak lepas dari strategi-
strategi yang telah didapatkan dari pengalamannya berhadapan dengan Berber dan juga Abbasiyah.
Ini menunjukkan bahwa Dinasti Fatimiyah mampu memilah dan memilih sesuatu yang dimungkinkan
dapat memberi keberuntungan baginya.

B. Latar Belakang Berdirinya Daulah Fatimiyah

Dinasti Fatimiyah berdiri pada tahun 909 sampai 1172 M. Dinasti ini mengklaim sebagai
keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah. Menurut
mereka, Ubaidillah al-Mahdi sebagai pendiri dinasti ini merupakan cucu Ismail bin Ja’far ash-Shadiq.
Sedangkan imam Ja’far ash-Shadiq wafat, Syi’ah terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
meyakini Musa al-Kazim sebagai imam ketujuh pengganti imam Ja’far, sedangkan kelompok lainnya
mempercayai Ismail bin Muhammad al-Maktum sebagai imam Syi’ah ketujuh. Kelompok Syi’ah
kedua ini dinamai Syi’ah Ismailiyah. Syi’ah Ismailiyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas
sehingga muncullah Abdullah bin Maimun yang membentuk Syi’ah Ismailiyah sebagai sebuah sistem
gerakan politik keagamaan. Ia berjuang mengorganisir propaganda Syi’ah dengan tujuan menegakkan
kekuasaan Fatimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionari kesegala penjuru wilayah Muslim
diantaranya negara Tunisia dan negara Afrika lainya seperti Mesir.

Orang-orang Syi’ah memilih Tunisia sebagai pusat gerakan pertamanya mempunyai alasan
yang kuat, karena Tunisia letaknya Jauh dari Baghdad. Namun sebelumnya, ketika Tunisia di perintah
oleh Aghlabiyah kondisi negara tersebut sudah terlihat melemah, sehingga orang Syi’ah membuat
propganda-propaganda. Setelah orang Afrika termakan isu-isu dari para propagandis, maka para
propagandis mendatangkan imam Ubaidillah al-Mahdi yang sebelumnya bersembunyi di Sijilmasa
sebagai basis Syi’ah. Setelah Dinasti Aghlbiyah hancur, Ubaidillah al-Mahdi memproklamirkan
dirinya sebagai pemimpin di Tunisia dan mengambil nama Fatimiyah sebagai nama dinastinya. Selain
itu, Dinasti Fatimiyah melakukan ekspedisi yang dipimpin oleh Jauhar. Pada tahun 358 H/969 M ia
meninggalkan ifriqiyat dengan pasukan yang lebih kurang 100.000 orang. Ketika mendekati Mesir, ia
berunding dengan berbagai kelompok yang hasilnya ialah jaminan posisi yang aman bagi kalangan
elit sipil, namun gagal. Kemudian pada bulan Sya’ban 458 H/ 969 M, Jauhar memasuki ibu kota dan
nama khalifah Fatimiyah disebut dalam khutbah.

Para khalifah yang memimpin Daulah Fatimiyah adalah :

1. Ubaidillah al-Mahdi (909-934)


2. Al-Qaim (934-946)
3. Al-Mansur (946-953)
4. Al-Muiz (95975)
5. Al-Aziz (975-996)
6. Al-Hakim (996-1021)
7. Al-Zahir (1021-1036)
8. Al-Mustansir (1036-1094)
9. Al-Musta’li ( 1094-1101)
10. Al-Amir (1101-1130)
11. Al-Hafiz (1130-1149)
12. Al-Zahir (1149-1154)
13. Al-Faiz (1154-1160)
14. Al-Adhid (1160-1171)

C. Faktor Kemunduran dan Kehancuran Daulah Fatimiyah

Kesuksesan dalam menjaga harmonisasi internal dan eksternal -dalam berbagai aspek- dalam
sebuah Negara akan menjadikan seorang pemimpin bijaksana dalam pandangan masyarakat. Tak
ayal sebuah kemunduran akan terjadi, jika keseimbangan itu hilang. Hal ini juga terjadi pada
Daulah Fatimiyah, di mana titik bermulanya kemunduran terjadi pada masa Khalifah al-Hakim
(996-1021 M) yang mengklem dirinya sebagai ‘Titisan Tuhan’, sehingga menimbulkan
kemarahan rakyat.

Kemunduran ini juga berkepanjangan sampai masa al-Muntashir, sehinggga terjadi perpecahan
dalam pemerintahan. Kemunduran inilah yang pada akhirnya menyebabkan kehancuran. Daulah
Fatimiyah dihancurkan oleh Dinasti bani Ayyubiyah pada tahun 1171 M.

D. Kesimpulan

Daulah fatimiyah didirikan pada tahun 909 M oleh Ubaidillah al-Mahdi. Dinasti i Fatimiyah
lahir sebagai manifestasi dari ideologi Syi’ah Ismailiyah yang berpaham bahwa yang berhak
memangku jabatan sebagai imamah adalah keturunan Fatimah binti Rasulullah SAW. Dinasti ini
lahir di antara dua kekuatan politik khalifah yaitu Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah II di
Spanyol. Pada masa Muiz, Mesir merupakan target yang akan dikuasainya sebelum awalnya pusat
Pemerintahannya di Tunisai. Akhirnya Mesir menjadi pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah
setelah Muiz berhasil menaklukkannya pada tahun 953 M.

Selama pemerintahan Dinasti Fatimiyah berkuasa, telah banyak memberikan sumbangan


dalam berbagai bidang. Kontribusi tersebut bisa kita rasakan hasilnya sampai saat ini terutama
Masjid al Azhar dan universitasnya sebagai pusat peradaban islam yang gemilang dari dulu
samapi saat ini. puncak kemajuan tersebut ketika di bawah pemerintahan khalifah al-Aziz.

Anda mungkin juga menyukai