DISUSUN OLEH :
MAKASSAR
2020/2021
PENGERTIAN TEORI OKUPASI
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak
hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang
mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang
langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada
sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan
menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan
pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi
serta mempunyai tujuan yang jelas.
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber
kesenangan. Dengan bekerja, seseorang akan menggunakan otot-otot dan
pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan,
kerajinan tangan dan lain-lain, dimana hal ini akan mempengaruhi kesehatannya
juga.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di Cina berpendapat bahwa penyakit timbul
karena ketidakaktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai
adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu
menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu
cara pengobatan pasiennya. Di Mesir dan Yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa
rekreasi dan permainan adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya
menari, bermain musik, bermain boneka untuk anak-anak, dan bermain bola.
Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik
manusia.
Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja
secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan
sebagai pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk
memikirkan hal-hal yang lain. Dengan okupasi/pekerjaan, pasien jiwa akan
dikembalikan ke arah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya
sekaligus memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit
sehingga dia akan tetap sebagai seseorang yang produktif.
Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Therapy. Occupational berati suatu
pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan
antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas
selektif, agar kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah
kecacatan melalui kegiatan dan kesibukan kerja untuk penderita cacat mental
maupun fisik. (American Occupational therapist Association). Terapis okupasi
membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik,
kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan
dalam melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan dalam aktivitas
untuk mengisi waktu luang. Tujuan dari pelatihan Terapi Okupasi itu sendiri adalah
untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal
ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan
memberikan aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi penderita
sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga maupun
masyarakat.
Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang telah dianalisis dan
adaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai dengan kebutuhan
khususnya. Secara garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut :
1. Kemampuan (abilities)
a. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
b. Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength)
c. Kesadaran anggota tubuh (body awareness)
d. Kemampuan ketrampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
memegang/melepas, ketrampilan manipulasi gerak jari, misal penggunaan
pensil, gunting, ketrampilan, dan lain-lain.
e. Kemampuan ketrampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari,
lompat, naik turun tangga, jongkok, jalan, dan lain-lain.
f. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
g. Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration)
h. Perilaku termsuk level kesadaran, atensi, problem solving skill, dan lain-
lain
2. Ketrampilan (skill)
a. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan lain-lain
b. Pre-academic skill
c. Ketrampilan sosial
d. Ketrampilan bermain
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Situasi keluarga
c. Dukungan dari komunitas
Anak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu penanganan terapi
okupasi :
a. Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola, dan lain-
lain
b. Ketrampilan motorik halus seperti ketrampilan memegang pensil, hasil tulisan
tidak rata tebal tipisnya, dan lain-lain
c. Hiperaktif atau hipoaktif
d. Tidak mampu menjaga proses berbahasa
e. Tidak mampu menjaga dan mengatur posisi saat belajar
f. Gangguan persepsi visual seperti tidak lengkap dalam menyalin tulisan
g. Gangguan atensi dan konsentrasi
h. Menarik diri
i. Kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya
j. Keterlambatan dalam bermain
k. Tidak disiplin
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua prinsip kerja,
yaitu sebagai berikut :
Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan medis untuk tujuan
rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain di rumah
sakit. Dalam pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping
dengan terapi lainnya sehingga dibutuhkan adanya kerja sama yang terkoordinir dan
terpadu.
Peran Terapi
PELAKSANAAN
1. Metode
Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dll.
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak
informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien.
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan
cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan
mengganggu kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukkan
dalam kelompok tersebut.
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar
terapis dapat mengevaluasi pasien leih efektif.
b. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan
masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas
untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai
kegiatan baik secara individual maupun kelompok, maka terapis harus
mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang menyangkut
pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu diperkan dengan cara
memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan
tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut
aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis
aktivitas yang akan dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi.
2. Waktu
Okupasi terapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu
maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung
tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu ½-1 jam untuk menyelesaikan kegiatan- kegiatan
dan 1- 1 ½ jamuntuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai
pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan
mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai tujuan terapi.
3. Terminasi
Keikutsertaan seorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri
dengan dasar bahwa pasien:
Dianggap telah mampu mengawasi permasalahannya
Dianggap tidak akan berkembang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi
LAMPIRAN GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Available:
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi.html.