SKRIPSI
Disusun oleh :
HERLINA DWI
SILPIANI NPM : 1219140
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
i
Program Studi Sarjana Keperawatan
Maret 2021
Latar Belakang. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah
keadaan seseorang yang merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta
dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya, Masalah sosial yang dihadapi oleh
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dipengaruhi perilaku individu
atau kelompok di masyarakat. Pengaruh modernisasi, globalisasi, industrialisasi, serta
kemajuan ilmu dan teknologi mengakibatkan perubahan sosial yang cepat ( rapid social
change) sehingga kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks dan rumit, Gangguan
jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom atau pola psikologis
atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu
dihubungkan dengan adanya distress atau disabilitas Kekambuhan pada ODGJ adalah
timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan, Kepatuhan
Pemberian obat pada orang dengan gangguan jiwa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
pengetahuan, efikasi minum obat, dukungan keluarga. Pentingnya pengetahuan keluarga
untuk mengetahui tentang orang dengan gangguan jiwa itu dapat mendukung keterlibatan
keluarga sebagai pengawas minum obat dan pencegahan terjadi atau kekambuhan pada
anggota keluarganya dengan gangguan jiwa.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan pemberian obat pada orang
dengan gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmas karawang kabupaten sukabumi. Metode.
Menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah keluarga odgj pada
bulan Januari 2021 sampai dengan febuari 2021 menggunakan total sampling yaitu sebanyak
53 keluarga odgj. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 25 januari sampai 03 febuari
2021. Uji statistik yang digunakan adalah Chie Square. hasil. hasil penelitian yang didapatkan
dengan uji Chi Square didapatkan P value = 0,035 maka p value < 0,05 sehingga H1 diterima
dan H0 ditolak. Simpulan. ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan
kepatuhan pemberian obat pada orang dengan gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmas
karawang kabupaten sukabumi..
Kata Kunci : Pengetahuan Keluarga, Kepatuhan Pemberian Obat , Orang Dengan Gangguan Jiwa
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, atas dan segala rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Pemberian Obat
Pada Pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Karawang Kabupaten Sukabumi”
Dalam penyusunan dan penulisan tugas ini terlepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat, serta bimbingan baik moril
maupun spiritual kepada penulis. Oleh karena itu, secara khusus pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus dari lubuk hati yang
paling dalam, kepada Yang Terhormat:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kep., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung dan Pembimbing Utama
2. Ibu Drg. Sri Handayani selaku Kepala UPTD Puskesmas Karawang yang
telah banyak membantu penulis dalam melengkapi data dan memberikan izin
dalam pelaksanaan penelitian
3. Ibu Istianah, S,Kep., Ners, M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung dan Sebagai Penguji
4. Ibu Lisbet Octovia Manalu S.kep.,Ners., M.Kep selaku Penanggung Jawab
Prodi Sarjana Keperawatan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
5. Bapak M. Sandi Haryanto.,S.kep.,Ners.,M.kep selaku pembimbing
pendamping yang selalu menyediakan waktu, pikiran, arahan, masukan serta
semangat yang berharga bagi penulis dalam proses pembuatan Proposal
Penelitian ini.
6. Terutama penulis ucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
orang tua, kakak, adik dan seluruh keluarga besar penulis yang tidak pernah
mengenal lelah dalam memberikan bantuan, baik moril, materil, maupun
spiritual
7. Teman-teman yang telah banyak membantu memberikan semangat,
dorongan, bantuan dan kerjasamanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
iii
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Sukabumi, Januari 2021
Penulis
DAFTAR ISI
iv
Halaman
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN............................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................. 6
1.3 Rumusan Masalah ................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian................................................................... 7
1.5 Hipotesis Penelitian............................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 9
2.1 Konsep ODGJ........................................................................ 9
2.2 Konsep Skizofrenia................................................................ 22
2.3 Konsep Kepatuhan Minum Obat........................................... 25
2.4 Konsep Pengetahuan……………………………………….. 29
2.5 Konsep Keluarga................................................................... 33
2.5 Konsep Teori......................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELIITIAN............................................ 37
3.1 Rancangan Penelitian............................................................ 37
3.2 Kerangka Penelitian............................................................... 37
3.3 Variabel penelitian................................................................. 38
3.4 Definisi Operasional ............................................................. 39
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian............................................. 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data Dan Prosedur Penelitian............ 41
3.7 Pengolahan Data Dan Analisa Data....................................... 46
3.8 Etika Penelitian...................................................................... 48
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................... 51
4.1 Hasil Penelitian...................................................................... 51
4.2 Pembahasan........................................................................... 55
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 56
5.1 Kesimpulan............................................................................ 56
5.2 Saran...................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... ix
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
2
orang dengan gangguan jiwa itu dapat mendukung keterlibatan keluarga
sebagai pengawas minum obat dan pencegahan terjadi atau kekambuhan
pada anggota keluarganya dengan gangguan jiwa .
Kepatuhan (Compliance), juga dikenal sebagai ketaatan
(adherence) adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari
dokter yang 14 mengobatinya. Contoh dari kepatuhan adalah mematuhi
perjanjian, mematuhi dan menyelesaikan program pengobatan,
menggunakan medikasi secara tepat, dan mengikuti anjuran perubahan
perilaku atau diet. Perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis
tertentu, sifat penyakit dan program pengobatan (Kaplan &
Sandock,2010). Ketidakpatuhan akan mengakibatkan pengunaan suatu
obat yang kurang. Cara demikian, pasien kehilangan manfaat terapi yang
diantisipasi dan kemungkinan mengakibatkan kondisi yang diobati
secara bertahap menjadi buruk (Kaplan & Sandock, 2010).
Dalam meningkatkan kepatuhan komunikasi merupakan cara
antara tim medis dan keluarga pasien dalam berbicara mengenai obat
yang ditulis. Keefektifan komunikasi akan menjadi penentuan utama
kepatuhan pasien, kepatuhan minum obat dari pasien tidak lepas dari
peranan penting dari keluarga, sehingga pasien yang patuh pada
pengobatan prevalensi kekambuhannya berkurang. Walaupun gangguan
jiwa adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
ditangani kekambuhannya dengan melakukan pengobatan secara tepat
jadwal berobat. Hal ini berarti dengan pengobatan yang teratur dan
dukungan dari keluarga, masyarakat dan orang disekitar penderita besar
kemungkinan penderita dapat bersosialisasi dan memiliki aktivitas
seperti orang normal, dengan demikian maka prevalensi kekambuhan
pasien dapat berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh karena proses
pengobatan pasien dilakukan sesuai dengan anjuran dan petunjuk dokter,
sehingga kepatuhan pasien minum obat baik, dan prevalensi
kekambuhan pasien berkurang bahkan tidak pernah kambuh dalam
kurun waktu 1- 2 tahun (Kaunang, 2015). Menurut penelitian Adi
Rahmandanu (2018) tentang hubungan antara pengetahuan keluarga
terhadap kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di Puskesmas Sungai
Besar Kota Banjarbaru menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan keluarga terhadap kepatuhan minum obat
3
pasien skizofrenia keluarga wilayah kerja Puskesmas Sungai Besar Kota
Banjarbaru.
4
Tabel 1.1 Data Pelayanan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Per-Puskesmas 12-Besar di Kabupaten Sukabumi tahun
2020
2019 2020
No Desa
Jumlah Jumlah
5
1 Karawang 11 11
2 Parungseha 11 12
3 Perbawati 5 5
4 Sudajaya girang 12 12
5 Sukajaya 11 11
6 Warnasari 10 10
Total 60 61
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin
dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun
psikis (psikogenik), (Maramis, 2010). Biasanya tidak terdapat penyebab
tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu
yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu
timbullah gangguan badan ataupun gangguan jiwa.
11
a) Genetika. Individu atau angota keluarga yang memiliki atau
yang mengalami gangguan jiwa akan kecenderungan memiliki
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, akan cenderung lebih
tinggi dengan orang yang tidak memiliki faktor genetik (H.
Iyus Yosep &Titin Sutini, 2014).
b) Sebab biologik.
− Keturunan.
Peran penyebab belum jelas yang mengalami gangguan
jiwa, tetapi tersebut sangat ditunjang dengan faktor
lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
− Temperamen.
Seseorang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai
masalah pada ketegangan dan kejiwaan yang memiliki
kecenderungan akan mengalami gangguan jiwa.
− Jasmaniah.
− Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seorang bisa
berhubungan dengan gangguan jiwa, seperti bertubuh
gemuk cenderung menderita psikosa manik defresif,
sedangkan yang kurus cenderung menjadi skizofrenia.
− Penyakit atau cedera pada tubuh.
Penyakit jantung, kanker dan sebagainya bisa
menyebabkan murung dan sedih. Serta, cedera atau cacat
tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri (H. Iyus
Yosep &Titin Sutini, 2014).
c) Sebab psikologik.
Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya di
kemudian hari (H. Iyus Yosep &Titin Sutini, 2014).
d) Stress.
Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus
menerus akan mendukung timbulnya gejala manifestasi
kemiskinan, pegangguran perasaan kehilangan, kebodohan dan
isolasi sosial. (H. Iyus Yosep &Titin Sutini, 2014).
e) Sebab sosio kultural.
− Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua
anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak setelah dewasa
akan sangat bersifat agresif, pendiam dan tidak akan suka
12
bergaul atau bahkan akan menjadi anak yang penurut.
− Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan
sistem nilai moral antara masa lalu dan sekarang akan sering
menimbulkan masalah kejiwaan.
− Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi,
dalam masyarakat kebutuhan akan semakin meningkat dan
persaingan semakin meningkat. Memacu orang bekerja lebih
keras agar memilikinya, jumlah orang yang ingin bekerja
lebih besar sehingga pegangguran meningkat (H. Iyus Yosep
&Titin Sutini, 2014)
f) Perkembangan psikologik yang salah
Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang lebih lanjut.
Tempat yang lemah dan disorsi ialah bila individu
mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai, gagal
dalam mencapai integrasi kepribadian yang normal ((H. Iyus
Yosep &Titin Sutini, 2014).
Menurut Stuart & Sundeen 2016 penyebab gangguan jiwa dapat
dibedakan atas :
a. Faktor Biologis /Jasmaniah
1 Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin
terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan
jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan
kejiwaan yang tidak sehat.
2 Jasmaniah
Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang
berhubungan dengan ganggua jiwa tertentu. Misalnya yang bertubuh
gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik depresif, sedang
yang kurus/ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
3 Temperamen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami
gangguan jiwa.\
4 Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker,
dan sebagainya mungkin dapat menyebabkan merasa murung dan
sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri.
13
b. Ansietas dan Ketakutan
Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan
yang tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa
terancam, ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya
terancam.
c. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan
yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya.
Pemberian kasih sayang orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku
dan keras akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta memiliki
kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap
lingkungan.
d. Faktor Sosio-Kultural
Beberapa penyebab gangguan jiwa menurut Wahyu (2012) yaitu :
1) Penyebab primer (primary cause)
Kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan
jiwa, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan jiwa
tidak akan muncul.
2) Penyebab yang pencetus (precipatating cause)
Ketegangan-ketegangan atau kejadian-kejadian traumatik yang
langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau mencetuskan
gangguan jiwa.
3) Penyebab menguatkan (reinforcing cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau mempengaruhi
tingkah laku maladaptif yang terjadi.
4) Multiple cause
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks serta saling
mempengaruhi. Dalam kenyataannya, suatu gangguan jiwa jarang
disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan
sebab akibat, melainkan saling mempengaruhi antara satu faktor
penyebab dengan penyebab lainnya.
e. Faktor Presipitasi
Faktor stressor presipitasi mempengaruhi dalam kejiwaan
seseorang. Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu
mempersepsikan dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan
untuk koping. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh
setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan.
14
Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Lingkungan dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses
patologipenyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, dan prosedur tindakan serta pengobatan.
2.2.2 Tanda dan gejala gangguan jiwa
Tanda dan gejala gangguan jiwa adalah sebagai berikut :
a. Ketegangan (Tension) merupakan murung atau rasa putus asa, cemas,
gelisah, rasa lemah, histeris, perbuatan yang terpaksa (Convulsive),
takut dan tidak mampu mencapai tujuan pikiranpikiran buruk (H.
Iyus Yosep &Titin Sutini, 2014).
b. Gangguan kognisi. Merupakan proses mental dimana seorang
menyadari, mempertahankan hubungan lingkungan baik, lingkungan
dalam maupun lingkungan luarnya (Fungsi mengenal).
Proses kognisi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Gangguan persepsi. Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu
rangsangan yang dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses
asosiasi dan interaksi macam-macam rangsangan yang masuk. Yang
termasuk pada persepsi adalah
a) Halusinasi
Halusinasi merupakan seseorang memersepsikan sesuatu
dan kenyataan tersebut tidak ada atau tidak berwujud. Halusinasi
terbagi dalam halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran,
halusinasi raba, halusinasi penciuman, halusinasi sinestetik,
halusinasi kinetic.
b) Ilusi adalah persepsi salah atau palsu (interprestasi) yang salah
dengan suatu benda.
c) Derealisi yaitu perasaan yang aneh tentang lingkungan yang
tidak sesuai kenyataan.
d) Depersonalisasi merupakan perasaan yang aneh pada diri
sendiri, kepribadiannya terasa sudah tidak seperti biasanya dan
tidak sesuai kenyataan
2) Gangguan sensasi.
Seorang mengalami gangguan kesadaran akan rangsangan yaitu rasa raba, rasa
kecap, rasa penglihatan, rasa cium, rasa pendengaran dan kesehatan. (H. Iyus
Yosep &Titin Sutini, 2014).
c. Gangguan psikomotor Gangguan merupakan gerakan badan
15
dipengaruhi oleh keadaan jiwa sehinggga afek bersamaan yang
megenai badan dan jiwa, juga meliputi perilaku motorik yang
meliputi kondisi atau aspek motorik dari suatu perilaku. Gangguan
psikomotor berupa, aktivitas yang menurun, aktivitas yang
meningkat, kemudian yang tidak dikuasai, berulang-ulang dalam
aktivitas. Gerakan salah satu badan berupa gerakan salah satu badan
berulang-ulang atau tidak bertujuan dan melawan atau menentang
terhadap apa yang disuruh (H. Iyus Yosep &Titin Sutini, 2014).
d. Gangguan kemauan. Kemauan merupakan dimana proses keinginan
dipertimbangkan lalu diputuskan sampai dilaksanakan mencapai
tujuan. Bentuk gangguan kemauan sebagai berikut :
1) Kemauan yang lemah (abulia) adalah keadaan ini aktivitas akibat
ketidak sangupan membuat keputusan memulai satu tingkah laku.
2) Kekuatan adalah ketidak mampuan keleluasaan dalam
memutuskan dalam mengubah tingkah laku.
3) Negativisme adalah bertindak dalam sugesti dan jarang terjadi
melaksanakan sugesti yang bertentangan.
4) Kompulasi merupakan dimana keadaan terasa terdorong agar
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional (H. Iyus Yosep &Titin
Sutini, 2014).
e. Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood)
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan
pengaruh pada akttivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan
kinetis. Adalah kehidupan perasaan atau nada persaan emosional
seseorang menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran,
biasanya berlangsung lama dan jarang disertai komponen
fisiologik.dikaitkan
16
mudah tersinggung.
3) Kegairahan atau eklasi adalah gairah berlebihan disertai rasa
damai, aman dan tenang dengan perasaan keagamaan yang kuat.
4) Eksaltasi yaitu berlebihan dan biasanya disertai dengan sikap
kebesaran atau waham kebesaran.
5) Depresi dan cemas ialah gejala dari ekpresi muka dan tingkah laku
yang sedih.
6) Emosi yang tumpul dan datar ialah pengurangan atau tidak ada
sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif
f. Gangguan asosiasi.
Asosiasi merupakan proses mental dalam perasaan, kesan atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau ingatan respon
atau konsep lain yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.
Kejadian yang terjadi, keadaan lingkungan pada saat
http://repository.unimus.ac.id 22 itu, pelangaran atau pengalaman
sebelumnya dan kebutuhan riwayat emosionalnya, (H. Iyus Yosep
&Titin Sutini, 2014).
g. gangguan pertimbangan.
Gangguan pertimbangan merupakan proses mental dalam
membandingkan dan menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka
kerja memberikan nilai dalam memutuskan aktivitas, (H. Iyus Yosep
&Titin Sutini, 2014).
17
Dalam buku Keliat, 2012 menyebutkan berdasarkan survei masalah
yang dilakukan di beberapa rumah sakit jiwa, ditemukan 7 diagnosa
keperawatan utama tentang gangguan jiwa, yaitu :
a. Harga diri rendah
Harga diri rendah dalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri sendiri. Tanda dan gejala dari harga diri
rendah adalah: mengkritik diri sendiri; perasaan tidak mampu; pandangan
hidup yang pesimis; penurunan produktivitas; penolakan terhadap
kemampuan diri (Keliat, 2012).
b. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berintekasi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Tanda dan gejala dari isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara adalah: pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak
oleh orang lain; pasien merasa tidak aman dengan orang lain; pasien
merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu; pasien tidak dapat
berkosentrasi dan membuat keputusan; pasien merasa tidak berguna;
pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup (Keliat, 2012).
c. Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasa sensasi berupa suara,
penglihatan, pengcapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata.
Suatu penghayatan yang dialami seperti melalui panca indra tanpa stimulus
ekternal: persepsi palsu (Keliat, 2012).
Jenis-jenis halusinasi dalam buku Kusumawati, 2010 ,yaitu :
1 Halusinasi Pendengaran : Mendengar suara atau kebisingan yang
kurang jelas ataupn yang jelas, dimana terkadang suara-suara
tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintahkan
klien utk melakukan sesuatu
2 Halusinasi Penglihatan : Stimulus visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau
kompleks. Bayangan bisa yang menyenangkan atau menakutkan.
3 Halusinasi Penghidu atau Penciuman : Membau bau-bauan tertentu
seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau bau yang lain. Ini
18
sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau
dimensia.
4 Halusinasi Pengecapan : Merasa mengecap rasa seperti rasa seperti
darah, urin, feses atau yang lainnya
5 Halusinasi Perabaan : Merasa mengalami nyeri atau ketidak
nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6 Halusinasi Cenesthetik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah
di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.
7 Halusinasi Kinestetika : Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak.
d. Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik kehilangan
harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan
menyebabkan stres bagi yang mengalami. Jika stres ini berkepanjangan
dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi:
1 Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan.
2 Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan/ menciderai dirinya dan
diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai kenyataan.
3 Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
4 Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan
berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
5 Waham nihilistik: indiviu meyakini bahwa dirinya suda tidak ada
di dunia/ meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan .
e. Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang seseorang secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
19
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasa dapat terjadi
dalam 2 bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
riwayat perilaku kekerasan.
21
d. Kelelahan dan Burn out
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang
yang dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit
yang harus terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka merasa
terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama jika
hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar diluar
kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak memiliki
batas yang ditetapkan di tingkah lakunya. Keluarga dalam hal ini perlu
dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita tidak boleh merasa
letih, karena dukungan keluarga tidak boleh berhenti untuk selalu men-
support penderita.
e. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki
penyakit mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk
berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan
sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-menerus. Keluarga dapat
menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak dapat
disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk
disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi berkurang secara
substansial bukan sebagai yang memiliki potensi berubah.
f. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan banyak
pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak
memiliki sistem pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu,
keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik,
mental, dan spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika
menghadapi anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi
bantuan yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan
mereka tidak boleh diabaikan (Kurniawan, 2016).
22
Tidak adekuatnya edukasi tentang pengobatan pada klien dan keluarga
Buruknya pengawasan efek samping minum obat
Kurang peka terhadap keyakinan, harapan, keluhan atau pikiran
berlawann klien obat harian yang terlalu banyak.
Jadwal dosis obat harian yang terlalu banyak
Polifarmasi
Riwayat ketidak patuhan
Isolasi social
Biaya pengobatan
Meningkatnya Batasan terhadap gaya hidup klien
Klien tidak dapat dukungan dari orang terdekatnya
Meningkatkan ide bunuh diri
Meningkatkan kecurigaan
23
pembatasan berpikir dan berbicara (Stuart, 2016; Lambert & Naber,
2012).
2.2.3 Penyebab Skizofrenia
Penyebab Skizofrenia jarang berdiri sendiri, biasanya terdiri dari
penyebab fisik, jiwa dan lingkungan serta kultural-spiritual yang
sekaligus timbul bersamaan sehingga akhirnya memunculkan gangguan
pada jiwa (Saddock, et al., 2015). Faktor genetik, neurodevelopmental
dan sosial berpengaruh terhadap Skizofrenia masih belum dapat
dijelaskan secara utuh. Jalur terakhir yang paling jelas adalah
peningkatan aktivitas dari dopamin, serotonin, dan glutamat (Katona, et
al., 2012).
Menurut model diatesis-stress, Skizofrenia terjadi karena
gangguan integrasi dari faktor biologis, psikososial dan lingkungan.
Seseorang yang rentan (diatesis), bila diaktifkan oleh pengaruh yang
penuh tekanan antara faktor biologis, psikososial dan lingkungan,
memungkinkan timbulnya Skizofrenia. Komponen biologis berupa
kelainan genetik, gangguan fungsi atau struktural otak, neurokimia,
infeksi, sedangkan psikologis (contohnya situasi keluarga yang penuh
tekanan atau kematian kerabat dekat), dan komponen lingkungan seperti
penyalahgunaan zat, stres psikososial, dan trauma (Sadock, et al., 2015).
25
terkait dengan interaksi ibu dan anak, peran ayah, persaingan antar
saudara kandung, hubungan keluarga, dan pekerjaan. Selain itu, faktor
konsep diri dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah (Maramis, 2010; Stuart, 2016; Townsend, 2015).
2.2.6 Jenis-jenis Skizofrenia
Skizofrenia dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-
IV atau DSM-IV-TR. Untuk mengetahui jenis-jenis skizofrenia dibagi
dalam beberapa istilah (Kaplan & Sadock, 2010; Maramis, 2010), yaitu:
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia Katatonik
26
Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa punertas. Gejala utama
pada jenis ini adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir biasanya sulit ditemukan, waham dan
halusinasi jarang sekali ditemukan.
27
taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat
patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan.
Dalam mendeskripsikan kepatuhan pasien, ada beberapa macam
terminologi yang biasa digunakan diantaranya (Osterberg & Blaschke dalam
Nurina, 2012) :
1. Compliance adalah secara pasif mengikutisaran dan perintah
dokter untuk melakukan terapi yang sedang dilakukan.
2. Adherence adalah sejauh mana pengambilan obat yang
diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan.
3. Tingkat kepatuhan (adherence) untuk pasien biasanya
dilaporkan sebagai persentase dari dosis resep obat yang benar-
benar diambil
oleh pasien selama periode yang ditentukan.
29
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat digolongkan
menjadi 4 bagian menurut Niven (2012) antara lain:
31
hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
yang lain.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan
tingkatantingkatan di atas.
32
itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapai pada masa lalu
(Notoadmodjo, 2014)
Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang
kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2017).
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut
Thomas 2007, dalam Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan berulang dan banyak tantangan (Frich 1996
dalam Nursalam, 2017).
Jenis Kelamin
Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang
melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikontruksikan secara sosial maupun cultural.
Faktor eksternal
Informasi
Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010)
informasi merupakan fungsi penting untuk membantu
mengurangi rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi
akan mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.
Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman
dan hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat)
bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku
kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman seseorang
serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)
Sosial budaya
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang
maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.
34
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
36
predisposi yang mempenaruhi kepatuhan meliputi sikap, kepercayan,
keyakinan dan pengetahuan. Faktor pendukung yang dapat memberikan
pengaruh pada
37
BAB III
METODE PENELITIAN
38
Keterangan:
: Faktor yang diteliti
: Adanya hubungan
45
Definisi operasional hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan
Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Pengetahu Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Skor 0 apabila jawaban Ordinal
an keluarga pasien gangguan salah dan skor 1
keluarga jiwa mengenai penyakitnya apabila
(Varibel dan cara penanganannya jawaban benar.
independe Skoring dibagi
Pengetahuan keluarga pasien
nt) menjadi tiga
gangguan jiwa meliputi:
tingkatan:
- Pengertian Gangguan jiwa 1. Baik : presentase
- Penyebab Gangguan jiwa 76-100%
- Ciri-ciri Gangguan jiwa 2. Cukup :
- Jenis- jenis Gangguan jiwa presentase 56-
- Dampak Gangguan jiwa Bagi 75%
keluarga 3. Kurang : preentase
0-55%
2 kepatuhan Tingkat kepatuhan klien Kuesioner Skoring dibagi Nomina
pemberia dalam Kepatuhan Pemberian menjadi dua l
n obat Obat berdasarkan Medication tingkatan:
pasien Morisky Adherence Scale-8 - Kepatuhan tinggi jika
ODGJ (MMAS-8) hasil nilai ≥ 4
- Kepatuhan rendah
(Varibel Kepatuhan pemberian obat
jika hasil nilai < 4
dependent meliputi :
)
- Perilaku seseorang
yang mendapatkan pengobatan,
- Pengikuti diet, dan atau
melaksanakan gaya hidup
sesuai dengan rekomendasi
pemberi pelayanan kesehatan.
46
3.5 Populasi data dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi data
Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orang
– orang, benda atau ukuran ketertarikan dari hal yang menjadi perhatian
(Budhiana, 2019). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2013) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga
yang mempunyai pasien ODGJ di wilayah kerja puskemas Karawang
kabupaten sukabumi sebesar 61 keluarga.
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2018). Sampel merupakan sebagian pasien yang
diharapkan dapat mewakili populasi. Dalam penelitian, kriteria sampel
meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut
menentukan dapat dan tidaknya sampel digunakan (Hidayat, 2017).
seluruh keluarga yang mempunyai pasien ODGJ di wilayah kerja
puskemas Karawang kabupaten sukabumi yang memenuhi kriteria di
wilayah kerja puskesmas Karawang kabupaten Sukabumi dengan jumlah
sample 53 sample.
47
Keluarga tidak menemani pasien ODGJ saat kontrol ke
puskesmas.
3.5.4 Teknik pengambilan sample
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah
dengan cara Total Sampling (sampling Jenuh) yaitu teknik
pengambilan sample bila jumlah populasi relatif kecil, atau istilah
lain sample jenuh yaitu dimana semua anggota populasi dijadikan
sample (Budhiana, 2015), Sampel dalam penelitian ini adalah
keluarga yang memliki pasien ODGJ yang memenuhi kriteria di
wilayah kerja puskesmas Karawang kabupaten Sukabumi yang
berjumlah 53 sample.
48
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan
beberapa pertanyaan dengan menggunakan alat yaitu Kuesioner
49
ganda. Skoring dalam skala ini dinilai jika jawaban benar maka diberi
skor 1 dan jika jawaban salah maka diberi skor 0 (Hidayat, 2012).
Instrumen untuk mengetahui kepatuhan pemberian obat. Instrumen
kepatuhan minum obat berupa pernyataan yang dirancang berdasarkan
materi dan substansi kepatuhan pemberian obat yang sudah baku dari
Medication Morisky Adherence Scale-8. Pada penelitian ini digunakan
kuesioner MMAS-8 yang sudah tervalidasi. Berdasarkan penelitian (Ika
Sulistyaningsih pada tahun 2016) Berdasarkan skala tersebut skor yang
bisa dicapai responden adalah minimal 0 sampai dengan 8. Untuk
menentukan tingkat kepatuhan didapatkan dari total skor yang
dimasukkan ke dalam kategori “tinggi” (total skor ≥ 4) dan kategori
“rendah” (total skor < 4)
3.6.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian menurut (Arikunto, 2013) yang dilakukan
oleh penulis dalam penelitian antara lain melalui tiga tahapan yaitu :
Tahap Persiapan
a. Menentukan atau memilih masalah, melalui studi pendahuluan
menyusun latar belakang.
b. Merumuskan masalah
c. Menentukan tujuan penelitian
d. Menentukan manfaat penelitian
e. Menentukan tinjauan pustaka
f. Menentukan kerangka pemikiran
g. Menyusun hipotesis
h. Menentukan jenis penelitian
i. Menentukan lokasi dan waktu
j. Menentukan variabel
k. Menentukan definisi konseptual dan operasional
l. Menentukan populasi dan sampel
m. Menyusun teknik pengumpulan data
n. Menentukan instrument penelitian
50
Tahap Pelaksanaan
a. Permohonan izin penelitian
b. Melakukan informed consent dengan responden
c. Membagikan kuesioner
d. Pengumpulan hasil kuesioner
e. Melakukan pengolahan dan analisis data
f. Penarikan kesimpulan
Tahap Pelaporan
a. Menyusun laporan
b. Penyajian
c. Sidang penelitian
d. Perbaikan sidang
3.6.3Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2013).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Product
Moment.
Uji Validitas akan menggunakan Rumus Pearson Product Moment :
Keterangan:
r hitung : Koefisien korelasi
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total
n : Jumlah responden
Untuk mempermudah perhitungan, uji Validitas dilakukan dengan
menggunakan software. Pengambilan kesimpulannya jika nilai p-value
51
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dicapai atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila
dilakukan menggunakan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan rumus
Cronbach Alpha (Hidayat, 2012)
K ∑𝜎𝑏 2
r ={ } {1 }
−
(K − 1) 𝜎𝑡²
Keterangan :
r = Koefisien reliabilitas instrument (Cronbach Alpha)
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
𝜎𝑡² = Total varians
∑𝜎𝑏 ²
= Total varians butir
Uji reliabilitas pada penelitian ini akan mengacu kepada aturan
Guilford dibawah ini :
Indeks Reliabilitas
0,00 – 0,19 Reliabilitas sangat lemah
0,20 – 0,39 Reliabilitas lemah
0,40 – 0,69 Reliabilitas cukup kuat
0,70 – 0,89 Reliabilitas kuat
0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat kuat
(Guilford’s Empirical Rule)
52
Uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian akan
dilaksanakan bersamaan dengan penelitian. Perhitungan uji validitas dan
uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan software.
53
Cleaning
Merupakan pengecekan kembali data yang dimasukan dilakukan
bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat
distribusi frekuensi dari variabel – variabel yang diteliti. Dalam proses
Cleaning peneliti memeriksa kembali data yang telah dimasukan untuk
memastikan tidak ada kesalahan.
Penganalisaan Data
Proses penganalisaan data dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS 23,0 for Windows hal ini ditujukan untuk melihat
bagaimana menginterprestasikan data, kemudian menganalisa data dari
hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.
54
Keterangan :
55
- Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan mahluk yang mulia yang
harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan
antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
- Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjungjung tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak
menjaga privesi manusia, dan tidak berhak dalam perlakuan terhadap
manusia.
- Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persejuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain:
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang
akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain.
- Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika ini memberikan jaminan dalam pengunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
- Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.
56
Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitan
4.1.1 Analisa Univariat
4.1.3.1 Data penelitian ini meliputi karakteristik responden dan univariat variabel
penelitian.
4.1.3.1.1 Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur,
pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi frekuensi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
4.1.3.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
58
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keluarga ODGJ Berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi
Tahun 2021
Kesedian Responden
Jenis Presentase
No Jumlah
Kelamin (%) Bersedia Menolak
1 Laki-Laki 24 42.9 % 23 1
2 Perampuan 32 57.1 % 30 2
Total 56 100 53 3
Kesedian Responden
Presentase
No Pendidikan Jumlah
(%) Bersedia Menolak
1 Tidak Sekolah 17 30.4 % 14 3
2 SD 16 28.6 % 16 0
3 SMP 6 10.7 % 6 0
4 SMA 11 19.6 % 11 0
5 Sarjana S1 6 10.7 % 6 0
Total 56 100 53 3
59
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Keluarga ODGJ Berdasarkan
Pekerjaan di Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi
Tahun 2021
Kesedian Responden
No Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
Bersedia Menolak
1 Tidak Bekerja 19 33.9% 16 3
2 Karyawan 5 8.9 % 5 0
3 Wiraswasta 18 32.1 % 18 0
4 PNS 3 5.4 % 3 0
5 Petani 11 19.6 % 11 0
Total 56 100 53 3
Berdasarkan table 4.5 dapat terlihat bahwa jumlah keluarga Odgj di Puskesmas
Karawang Kabupaten Sukabumi sebagian besar memiliki pengetahuan tentang ODGJ
Cukup sebanyak 26 orang (49.1%) dan sebagian kecil pengetahuan tentang ODGJ
kurang sebanyak 11 orang (20.8%).
4.1.3.1.2.2 Gambaran Hasil Kepatuhan Pemberian Obat pada ODGJ
Hasil distribusi frekuensi terhadap hasil Pemberian Obat Pada
ODGJ selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
60
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Kepatuhan Pemberian Obat Pada
ODGJ di Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun
2021`
No Hasil
Jumlah Persentase
1 Kepatuhan Tinggi 28 52.8 %
2 Kepatuhan Rendah 25 47.2 %
Total 53 100
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil Penelitian ini Dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan hasil penelitian .
4.2.1 Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang ODGj diwilayah Kerja
puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi
Hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar keluarga ODGJ di
wilayah kerja Puskesmas Karawang memiliki pebgetahuan Cukup. Menurut
Notoatmodjo (2014) adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan diantaranya yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan. Pengetahuan
ini merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bersifat dapat
ditelaah oleh umum dan selalu berkembang (Notoatmodjo, 2014 ) Hasil
didapatkan bahwa sebagian besar keluarga ODGJ berumur 31- 40 tahun.
Menurut Nursalam (2017) Semakin cukup umur tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi
kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang
yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman jiwa.
Hasil didapatkan bahwa sebagian besar keluarga ODGJ berpendidkan SD.
Walaupun pada dasarnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah orang tersebut untuk meneriama informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatakan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang di dapatkan. Menurut Nursalam
(2017), Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan
mengaham batper Kembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Namun, perlu di tekankan bahwa seseorang yang berpendidikan
62
rendah tidak bearti mutlak berpengetahuan rendah pula (Notoatmodj, 2014).
Hasil didapatkan bahwa sebagian besar keluarga ODGJ memiliki
pekerjaan wiraswasta. Pekerjaan ini merupakan suaru yang dikerjakan,
kesibukan, mata pencaharian, tugas dan kewajiban, tentang bekerjanya
(Fungsinya) sesuatu. Pekerjaan bekaitan status ekonomi seseorang juga dan
akan menentukan terjadinya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga pekerjaan ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmodj0,2014).
Uraian - uraian diatas menunjukan bahwa umur, pendidikan, dan
pekerjaan dapat menjadi acuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang. Khususnya pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan
ODGJ sehingga keluarga akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang
ODGJ. Hasil penelitian (Warsidah, 2017) yang menunjukkan bahwa keluarga
berpengatahuan kurang sehingga dapat mempengaruhi kepatuahan minum obat
pasien Gangguan jiwa/skizofrenia
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
66
Keluarga diharapkan memberikan perhatian khusus tentang
pengobatan pasien dan memberikan dukungan demi keberasilan proses
pengobatan pasien ODGJ tentang kepatuhan Pebwrian obat agar pasien ODGJ
bisa sembuh dan bisa bersosialisasi di masyarakat dan lingkungan sekitar.
67
Daftar Pustaka
Albery, Ian P. & Marcus Munafo. Psikologi Kesehatan Panduan Lengkap dan
Komprehensif Bagi Studi Psikologi Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta :
Palmall. 2011
H.Iyus Yosep & Titin Sutini. Buka Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing ; 2014
68
Keliat,Budi Anna. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta : EGC.;2012
Sadock, B.J., Sadock, V.A., & Ruiz, P.. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry (11th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer. 2015
WHO. ( 2016 ). Improving health system and service for mental health : WHO
Library Cataloguing-in-publication data.
69
Lampiran
Kepada
Silpiani NPM1219140
Obat Pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Wilayah Keja Puskesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi.
Untuk itu saya memohon kesediaan bapak/ibu untuk ikut berpartisipasi menjadi
responden dalam penelitian ini dengan mengisi daftar pertanyaan yang telah saya
sediakan. Segala hal yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan digunakan hanya
untuk kepentingan penelitian ini.
Sukabumi , 2020
Peneliti
70
SURAT PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN
Usia :
Alamat :
NPM 1219140
Sukabumi, 2020
Responden
71
DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian:
1. Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan
2. Gunakan cross check (√) pada jawaban yang dipilih
Tanggal Pengisian : ...............
SD
SMP
SMA
D3/SI
Lainnya, sebutkan.:……………………..
72
KELUARGA KUESIONER PENGETAHUAN
Pengertian
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
Gangguan Jiwa kemungkinan besar disebabkan
1
oleh masalah otak.
Penyebab
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
Penyebab Gangguan Jiwa yaitu adanya
5
kerusakan didalam otak.
73
Kecelakaan pada proses persalinan adalah awal
8 penyebab terjadinya penyakit Gangguan Jiwa
pada anak.
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
Gejala dari Gangguan Jiwa biasanya muncul
10
pada masa remaja awal atau dewasa awal.
Gejala umum dari Gangguan Jiwa adalah
11 berfikir bahwa ada orang lain yang mengawali
atau mengikuti.
74
INSTRUMEN KEPATUHAN PEMBERIAN OBAT
Petunjuk Pengisian
75
DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
76
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
77
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Keluarga
PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
78
Hasil Uji Chi-Square
KEPATUHANPEMBERIANOBAT
KEPATUHAN kEPATUHAN
TINGGI RENDAH Total
PENGETAHUAN BAIK 10 6 16
CUKUP 16 10 26
KURANG 2 9 11
Total 28 25 53
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
79