PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa ini keadaan alam tidak stabil dan sering berganti bentuk fisik,
iklim dan sebagainya telah dihadapi manusia yang terus menerus mengalami
perkembangan bentuk fisik dan perkembangan akal budinya. Manusia dalam
hidup dan kehidupannya ditengah-tengah alam yang penuh tantangan itu
memfokuskan perhatiannya pada upaya mempertahankan diri dengan
kemampuannya yang masih serba terbatas. Karena itu, manusia pada itu,
manusia pada masa itu melakukan kegiatan perburuan dan pengumpulan
makanan sebagai kegiatan pokok sehari-hari dengan menggunakan peralatan
dari batu, kayu, dan tulang.
Cara hidup berburu dan meramu makanan dalam kala plastosen, mula-
mula dilakukan secara sederhana, kemudian berangsur-angsur mengalami
kemajuan sesuai dengan pengalaman yang diperoleh manusia dalam
mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapinya dari masa ke masa. Proses
perkembangan tingkat kehidupan manusia tersebut, berlangsung dalam kurung
waktu yang panjang dan kemajuannya sangat lambat serta memperlihatkan
ketergantungannya kepada alam lingkungannya.
1
bumi di kala Plastosen yang merupakan tantangan kehudupan, keadaan
binatang (fauna) dan tumbuh-tumbuhan (flora), keadaan manusia purba pada
masa itu dan bagaimana kemampuannya membuat alat-alat kebutuhan
hidupnya, serta kehidupan sosialnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan bumi pada kala Plastosen?
2. Bagaimana keadaan binatang dan tumbuh-tumbuhann pada kala Plastosen?
3. Apakah jenis-jenis manusia purba di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keadaan bumi pada kala Plastosen.
2. Untuk mengetahui keadaan binatang dan tumbuh-tumbuhan pada kala
Plastosen.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadaan Bumi
Keadaan bumi umumnya dan Indonesia Khusunya pada kala Plastosen
adalah keadaan lingkungan fisik yang memberikan gambaran keadaan alam
yang bersifat anorgenis, seperti: tanah, iklim, air dan segala macam peristiwa
alam yang berkaitan dengan tanah, air, dan iklim. Keadaan lingkungan fisik
tersebut, sangat mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia.
Keadaan alam fisik pada kala Plastosen, menurut hasil-hasil penelitian
para ahli geologi, paleontology, dan arkeologi, berkesimpulan bahwa pada
kala itu muka bumi sering mengalami perubahan oleh gerakan endogen
( gerakan – gerakan dari dalam bumi ) dan gerakan eksogen ( gerakan yang
berasal dari luar bumi ), atau oleh perubahan iklim. Pada kala plastosen ini
hewan dan tumbuh – tumbuhan telah hidup merata di muka bumi, sedangkan
beberapa daerah, antara lain di Afrika,Eropa dan Asia, termasuk kepulauan
Indonesia.
Unsur – unsur lingkungan yang terentuk pada kala Plastosen,
berupa daratan baru yang terangkat dari bawah muka laut ( gerakan
pengangkatan atau orogenesa ) serta undak – undak sungai dan pantai. Undah
– undak ini terjadi sebagai akibat naik turunnya dasar Denudasi yakni
berbagai proses pelapukan, transportasi, dan erosi yang berlangsung bersama
– sama serta dalam keseluruhan menyebabkan suatu daratan menjadi rendah.
B. Keadaan Binatang Dan Tumbuh-Tumbuhan
Keadaan binatang dan tumbuh-tumnuhan pada kala plastosen dapat
diketahui dari fosil-fosil hewan dan tumbuhan yang ditemukan dan pada
umumnya merupakan hasil evolusi dari masa sebelumnya. Dalam proses
perkembangan hewan dari zaman ke zaman, ternyata ada beberapa jenis
hewan yang punah atau mengalami perkembangan bentuk fisik pada satu
jaman tertentu, misalnya kuda(equus), gajah(elephas), dan sebagainya.
3
Keadaan kehidupan hewan dikala plastosen pada prinsipnya tidak banyak
berbeda dengan manusia, dalam arti kata bahwa hewan juga terikat oleh iklim
dan tumbuhan. Tiap perubahan iklim, dapat mengakibatkan berubah atau
berpindahnya kelompok hewan. Karena itu, disamping bencana alam dan
ancaman manusia serta sesame hewan, ancaman yang terbesar berasal dari
manusia. Hal ini disebabkan kemampuannya berburu dan mengumpul
makanan dari hasil alam sekelilingnya. Penangkapan hewan adalah kegiatan
pokok sehari-hari manusia ank arena itu dapat menyebabkan lenyapnya sebagian
hewan pada kala plestosen.
4
Tengah), dan Fauna (Plestosen Atas). Sedangkan di luar Jawa seperti di
Sulawesi, Flores, Sumba, dan Timor tidak diketahui letak stratigrafinya secara
jelas.
Fauna lain yang ditemukan dan berasal dari kala Pleistosen akhir,
antara lain ditemukan di Cabbenge (SulSel) yang ditemukan oleh Van
Heekeren 1946-1947 dan 1950 di desa Sompoh dan Celeko antara lain:
archidiskodon celebensis (jenis gajah purba) stegodon sampoensis (jenis
gajah katai), Celebochoerus Heekeren (jenis babi raksasa), anoa, hiu, dan
buaya di Timor ditemukan Stegodon Timorensis di Flores ditemukan
Stegodon Trigonocephalus florensis dan ditemukan Stegodon Subanensis.
5
C. Manusia Purba
1. Megantropus
Megantropus Paleojavanicus adalah fosil manusia yang paling
primitive yang pernah ditemukan di Indonesia, oleh Von Koeningswald,
berupa rahang bawah dan atas serta gigi lepas pada 1936-1941 di sangiran,
Surakarta. Megantropus di perkirakan hidup pada dua juta sampai satu juta
6
tahun yang lalu. Badannya sangat tegap, gerahamnya besar, dagu tidak
ada. Mereka hidup dengan mengumpulkan makanan terutama tumbuh –
tumbuhan.
Megantropus belum dapat ditemukan kedudukannya yang pasti dalam
evolusi manusia dan hubunganya dengan Pithecantropus. Ada juga yang
menggolongkan sebagai spesies Homo Bilis, Homo Paleojavanicus, Homo
Erectus atau Homo Sapiens Erectus, dan ahli menganggapnya
Australopthecus.
2. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus paling banyak ditemukan pada kala
plastosen di Indonesia ( domain ), hidup pada plastosen awal dan plastosen
tengah, dan mungkin juga plastosen akhir. Fosilnya ditemukan di Perning,
Kedungburs, Trinil, Sangiran, Sambung Macam, dan Ngandong.
Ciri-ciri tubuhnya: tinggi 165-180 cm, badan tegap ( tidak setegap
Megantropus ) geraham besar,rahang kuat,tonjolan kening sangat
nyata,atap tengkorak tebal,dagu tidak ada,hidup lebar,isi tengkorak di atas
tulang belakang belum menyamai keadaan pada manusia.
Jenis – jenis Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia, antara
lain : Pithecanthropus Mojokerto atau Robustus, Pithecanthropus Erectus
dan Pithecanthropus soloensis. Mojokertensis ditemukan di Perning
Mojokerto 1936, di Sangiran ( Surakarta ). Pithecanthropus Erectus
ditemukan di Trinil ( Ngawi ) serta di sangiran dan Pithecanthropus
Soloensis ditemukan di Sangiran dan Sambung Macan – Sragen, dan
ngandong ( blora ). Pithecanthropus Mojokertensis diperkirakan hidup
½ – ¼ juta tahun yang lalu, bersamaan dengan Megantropus, sedangkan
Pithecanthropus Soloensis memperlihatkan persamaan dengan
Pithecanthropus Erectus dan Pithecanthropus Mojokertensis, tetapi Chou –
Kou – Tien, Dekat beijin. Sebagian ahli menganggap Pithecanthropus
Soloensis termasuk Homo Neanderthalensis, bahkan Homo Sapiens.
7
3. Homo
Fosil manusia jenis homo yang berasal dari kala Plastosen si
Indonesia adalah Homo Wajakensis, ditemukan di dekat Campurdarat,
Tulungagung ( Jawa Timur ) oleh Van Rietchoten tahun 1889. Homo
wajakensis ini mempunyai ciri – ciri Mongoloid dan Australomelanesid.
Mungkin dari ras wajak inilah berasal Subras Melayu Indonesia kemudian
berevolusi ras Australomelanesid.
Ras Wajak hidup antara 40.000 – 250.000 tahun yang lalu, sejenis
dengan manusia niah di serawag ( Malasyia ). Homo Wajakensis adalah
Homo Sapiens yang menurunkan Ras Wajak, yang hidup sekitar 40.000
tahun yang lalu, namun belum sama dengan manusia sekarang. Ras Wajak
tidak dapat dipastikan berevolusi langsung dari Pithecantropus, karna ada
jarak 250.000 tahun. Mungkin saat itulah Pithecantropus setengah
berevolusi menjadi Homo.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kala Plastosen, yang berlangsung selama beberapa juta tahun,
merupakan masa yang terpanjang yang dilalui manusia dalam sejarah
kehidupannya. Keadaan alam yang tidak stabil serta silih berganti dalam
bentuk fisik, Iklim dan sebagainya telah dihadapi oleh manusia yang terus
mengalami perkembangan bentuk lahiriya dan perkembangan akal
budinya. Penghidupan terpusat pada mempertahankan diri di tengah –
tengah alam yang serba penuh tantangan, dengan kemampuannya yang
masih serba terbatas. Perburuan dan pengumpulan makanan menjadi
kegiatan poko sehari – hari dan peralatan dari abut, kayu,dan tulang di
pakai untuk keperluan kegiatan tersebut. Di Indonesia, cara hidup berburu
dan meramu makanan secara sederhana di alami oleh manusia jenis
Pithecantropus ( Homo Erectus ) dan manusia Wajak ( Homo Sapiens )
selama kala Plasteson ini.
Tingkat penghidupan di kala Plastosen, yang mula – mula bersifat
sangat sederhana itu berangsur – angsur mengalami kemajuan sesuai
dengan pengalaman – pengalaman yang di peroleh manusia dari masa ke
masa. Kemajuan- kemajuan dalam masa kehidupan manusia yang panjang
itu tanpak sangat lambat dan memperlihatkan juga ketergantungannya
kepada alam lingkungannya.
B. Saran
Diharapkan agar Mahasiswa dapat memahami maksud dari
makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang
kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
9
DAFTAR PUSTAKA
10