Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

merupakan penyakit menular jenis baru yang disebabkan oleh coronavirus. Virus penyebab

penyakit ini dinamakan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan

belum pernah ditemukan pada manusia sebelumnya.

2.2 Epidemiologi Coronavirus Disease (Covid-19)

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang

tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Indonesia melaporkan kasus

pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang.

Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus

konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi.

Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-

54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan

pada pasien dengan usia 55-64 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China, diketahui bahwa kasus paling

banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada

usia <10 tahun (1%). Sebanyak 81% kasus merupakan kasus yang ringan, 14% parah, dan 5%
kritis. Orang dengan usia lanjut atau yang memiliki penyakit bawaan diketahui lebih berisiko

untuk mengalami penyakit yang lebih parah. Usia lanjut juga diduga berhubungan dengan

tingkat kematian. CDC China melaporkan bahwa CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun

adalah 14,8%, sementara CFR keseluruhan hanya 2,3%. Hal yang sama juga ditemukan pada

penelitian di Italia, di mana CFR pada usia ≥ 80 tahun adalah 20,2%, sementara CFR

keseluruhan adalah 7,2%. Tingkat kematian juga dipengaruhi oleh adanya penyakit bawaan pada

pasien. Tingkat 10,5% ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, 7,3% pada pasien

dengan diabetes, 6,3% pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis, 6% pada pasien dengan

hipertensi, dan 5,6% pada pasien dengan kanker.

2.3 Patogenesis dan Patofisiologi Coronavirus Disease (Covid-19)

Coronavirus merupakan jenis virus single-stranded RNA yang memiliki kapsul dan

mampu menginfeksi berbagai macam spesies. Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan

bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan

ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke

manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk

penyakit menular tertentu.

Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk

Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute

respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Namun pada

kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih

dahulu dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut
ditemukan bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe

bars) sebagai host alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari

manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.

Berdasarkan materi genetiknya, virus corona dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu , , 

dan . Virus corona  dan  diketahui hanya menginfeksi mamalia. Virus corona yang

menyebabkan penyakit salesma dan croup termasuk dalam virus corona , sedangkan virus

corona yang menyebabkan penyakit Middle East Respiratory Syndrome dan COVID-19

disebabkan oleh virus corona . Jalur transmisi virus SARS-CoV-2 adalah melalui droplet /

percikan, kontak langsung dengan penderita COVID-19 atau kontak dengan benda-benda yang

terkontaminasi virus. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S

berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen

utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam

penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel

inang).

Siklus hidup virus meliputi 5 tahap: perlekatan, penetrasi, biosintesis, maturisasi, dan

pelepasan. Saat virus melekat pada sel inang, virus akan masuk ke dalam sel dengan melakukan

endositosis atau fusi membran. Virus RNA yang telah masuk ke dalam sel selanjutnya akan

masuk ke dalam inti sel untuk melakukan replikasi dan menghasilan protein virus (biosintesis).

Kemudian, partikel-partikel virus yang baru akan mengalami maturasi dan selanjutnya akan

dilepaskan. Berdasarkan penelitian, virus SARS-CoV-2 menempel pada reseptor Angiotensin

Converting Enzyme 2 (ACE 2). ACE 2 dapat ditemukan pada berbagai organ seperti paru-paru,

jantung, usus, ginjal, sel endotel pembuluh darah dan kantung kemih. Dikarenakan ACE 2
banyak diekspresikan di apikal sel epitel paru-paru, sehingga memudahkan virus untuk dapat

masuk dan merusak sel epitel. Sistem imun tubuh kemudian merespon akibat adanya pathogen

yang masuk ke dalam tubuh. Dengan demikian, adanya respon inflamasi untuk melawan

pathogen berkontribusi pada timbulnya gejala-gejala penyakit COVID-19.

2.4 Manifestasi Klinis Coronavirus Disease (Covid-19)

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.

Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala

covid-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien

mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis,

sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit. Menurut data dari

negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan,

40% akan mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami

penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan

dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory

Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal atau

gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan

kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan

paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan.


2.5 Penularan Coronavirus Disease (Covid-19)

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian

menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS

dari unta ke manusia. Adapun hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih

belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari

namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama

penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat

langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan

sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi melaporkan bahwa 12,6%

menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik

karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang

terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala

(asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan

kecil untuk terjadi penularan.

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa Covid-19

utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak

dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm.

Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan

seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet

berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat

terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang

terinfeksi.
Penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang

terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang

yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi

melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan

suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,

pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi

tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non invasif, trakeostomi, dan

resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui

udara.

2.6 Diagnosis Coronavirus Disease (Covid-19)

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga

terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT

(Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT - PCR.

Gambar 2. Contoh pengambilan sampel RT-PCR.


2.7 Klasifikasi Kasus Coronavirus Disease (Covid-19)

Definisi operasional pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional kasus COVID-19 yaitu

kasus suspek, kasus probable, kasus konfirmasi, kontak erat.

1. Kasus Suspek

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:

a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir sebelum

timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang

melaporkan transmisi lokal.

b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul

gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.

c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumahsakit

dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

2. Kasus Probable

Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang

meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.

3. Kasus Konfirmasi

Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan

pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2 :

a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

4. Kontak Erat

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19.

Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:


a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi

dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.

b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti

bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).

c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau

konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.

d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian

risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.

2.8 Protokol Kesehatan Coronavirus Disease (Covid-19)

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 agar

tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluste pada tempat-tempat dimana terjadinya

pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang. Peran masyarakat

untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan menularkan) harus

dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Protokol Kesehatan individu secara umum

harus memuat:

a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakainsabun dengan air mengalir

atau menggunakan cairan antiseptic berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari

menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin

terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut hingga

dagu, jika keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status

kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19). Apabila menggunakan masker

kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.


c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet dari

orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan

berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai

rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan

jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain

dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lainnya.

2.9 Pelayanan Imunisasi di Posyandu pada Masa Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19)

a. Ketentuan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi:

Diselenggarakan sesuai prinsip penceghan dan pengendalian infeksi (PPI) dan menjaga jarak

aman 1 – 2 meter:

1) Menggunakan ruang/tempat yang cukup besar dengan sirkulasi udara yang baik (dapat juga

mendirikan tenda di lapangan terbuka). Bila menggunakan kipas angin, letakkan kipas angin

di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga

kesehatan ke sasaran imunisasi;

2) Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih dengan membersihkan sebelum dan

sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan;

3) Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer;

4) Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2 meter.

5) Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani bayi dan anak sehat;

6) Jika memungkinkan sediakan jalan masuk dan keluar yang terpisah bagi orang tua atau pengantar.

Apabila tidak tersedia, atur agar sasaran imunisasi dan pengantar keluar dan masuk bergantian;
7) Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua atau pengantar untuk menunggu

sebelum dan 30 menit sesudah imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter.

Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum imunisasi terpisah. Jika

memungkinkan tempat untuk menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka.

b. Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi:

1) Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi di posyandu;

2) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani dalam satu kali sesi

pelayanan. Jika jumlah sasaran banyak bagi menjadi beberapa kali sesi pelayanan

posyandu agar tidak terjadi penumpukan atau kerumunan orang. Jika memungkinkan dan

sasaran cukup banyak pelayanan posyandu dapat dilakukan lebih dari sekali sebulan;

3) Koordinasi dengan lintas program lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan lain

bersamaan dengan imunisasi jika memungkinkan;

4) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader yang dapat dihubungi oleh orang

tua atau pengantar untuk membuat jadwal janji temu imunisasi yang akan datang.

c. Peran orang tua atau pengantar:

- Persiapan Sebelum Hari Posyandu

a) Memastikan anak dalam kondisi sehat untuk diimunisasi. Jika anak sakit seperti demam,

batuk, pilek, diare, ada riwayat kontak dengan OTG/ODP/PDP/ COVID-19 dan lain-lain

segera hubungi petugas kesehatan untuk menunda dan membuat jadwal ulang sesudah

anak sehat kembali;

b) Menyiapkan buku KIA atau buku catatan imunisasi anak untuk dibawa ke posyandu;
c) Memastikan orang tua atau pengantar dalam keadaan sehat ke posyandu (tidak batuk,

pilek, demam, dan lain-lain) dan tidak ada riwayat kontak dengan

OTG/ODP/PDP/konfirmasi COVID-19;

d) Mengatur dan menyiapkan cara dan rute untuk ke posyandu esok hari agar datang tepat

waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan;

e) Menyiapkan masker kain bagi pengantar untuk dikenakan ke posyandu (anak dibawah

usia 2 tahun tidak perlu menggunakan masker).

- Hari H Pelayanan di Posyandu

a) Menggunakan masker kain bagi orang tua atau pengantar ke posyandu dan bawa buku

KIA atau buku catatan imunisasi anak;

b) Datang sesuai jadwal imunisasi yang telah ditentukan oleh petugas Kesehatan;

c) Pada saat tiba di Posyandu segera cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand

sanitizer sebelum masuk ke dalam ruang posyandu;

d) Lakukan pendaftaran ke kader dan sesudah itu duduk di ruang tunggu sebelum imunisasi

dan 30 menit sesudah imunisasi dengan prinsip menjaga jarak aman 1 – 2 meter;

e) Sesudah pelayanan imunisasi di posyandu selesai, segera cuci tangan pakai sabun dan air

mengalir atau menggunakan hand sanitizer dan segera pulang ke rumah;

f) Segera membersikan diri atau mandi dan cuci rambut serta mengganti semua kain/linen

anak dan pengantar (pakaian, bedong, gendongan) dan lain – lain yang dibawa ke

posyandu;

g) Menyimpan buku KIA atau buku catatan imunisasi di tempat yang aman dan mudah

ditemukan untuk dibawa kembali pada jadwal yang ditentukan oleh petugas Kesehatan;

h) Menghubungi petugas kesehatan atau kader apabila terdapat keluhan sesudah imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Data Covid-19 Denpasar Bali. Cited on site 14 Oktober 2020.

https://safecity.denpasarkota.go.id/id/covid19

2. Mustakim. The Effectiveness of E-learning Using Online Media During The Covid-19 Pandemic

in Mathematics. Al asma: Journal of Islamic Education. ISSN 2715-2812 (Online) Vol. 2, No. 1,

May 2020.

3. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and

Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.

4. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease Kementrian

Kesehatan RI. Juli 2019.

5. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection

(SARI) when COVID-19 disease is suspected.Interim Guidance, 13 March 2020.

6. Cascella M, Rajnik M, Cuomo A. Features, evaluation and treatment Coronavirus

(Covid-19). Treasure Island (FL): StatPeals Publishing 2020

7. Erlina B, Fathiyah I, Agus Dwi Susanto dkk. Pneumonia COVID-19. Diagnosis dan

Tatalaksana di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta, 2020.

8. Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi

Pada Masa Pandemi COVID-19.2020

Anda mungkin juga menyukai