Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Cong Davit Sucipto

NIM : 2121921039
MATA KULIAH : Youth leadership.

1. Youth leadership
Adalah bentuk pelayanan yang berfokus pada develop people atau mengembangkan
hidup orang lain, memberi dampak, menanamkan nilai-nilai dalam hidup mereka. Jadi bukan
fokus pada pemberian tugas, cek list, dan pekerjaan-pekerjaan administratif belaka.
2. 10 cara menjadi pemimpin dalam youth leadership:
I. Give up the pride
 Ada 3 racun yang menunjukkan kita self-preservation leader yaitu sibuk, takut,
dan rasa tidak aman. Seharusnya dalam pelayanan kita perlu menanggalkan pride
kita.
 Selama spotlight itu terus dikenakan kepada kita, maka pelayanan itu tidak
membuahkan apapun. Seharusnya spotlight diberikan kepada orang lain.
Membawa orang untuk mengerti kelebihan, talenta mereka, dst. Membawa orang
bisa mengembangkan dirinya untuk melayani atau berguna bagi Tuhan.
 Dan hal ini harus dikerjakan dengan sadar, setiap hari dan dengan rendah hati.
II. Give up the perfectionism
 Dalam pelayanan kita tidak bisa mengontrol semua orang. Maka kita tidak bisa
memaksakan orang lain bekerja sesuai dengan cara kita. Cara terbaik agar mereka
meneladani kita ialah dengan kita melakukannya terlebih dulu atau memberi
contoh.
 Beri ruang bagi mereka untuk gagal atau salah. Dan mungkin dari situlah kita bisa
menemukan ada kebaikan lain dalam diri orang tersebut. Mereka tidak mungkin
langsung bisa ahli dalam sekali coba. Berikan banyak waktu dan kesempatan
untuk mereka mencoba dan menjadi lebih baik.
III. Give them your genuine believe
 Jika kita ingin mengembangkan orang, kita harus percaya kepada mereka. Dan
kita gak bisa pura-pura. Kepercayaan itu tidak bisa dipalsukan.
 Pengikut kita harus tahu bahwa kita dukung dan percaya mereka.
 Believe is intangible. Maka kita harus komunikasikan kepercayaan kita secara
nyata. Misalnya melalui dukungan secara verbal. Mengkritik mereka secara
private, dan dukung mereka di depan publik (tentunya dukung mereka juga in
private).
IV. Give them delegation
 Berani memberikan tanggungjawab kepada mereka. Kita ajari mengenai risk and
reward yang akan mereka terima, dst.
 Jangan membandingkan dengan orang lain. Setiap orang unik sesuai talenta
masing-masing. You are not good in everything. You are not bad in everything.
But you are great in something. Ketika kita memberi kesempatan kepada mereka
untuk banyak menghabiskan waktu di dalam talenta atau keahlian mereka, maka
mereka akan semakin tajam dan berkembang. Dan disinilah peran kita
membimbing mereka.
 Jangan mendelegasikan tugas yang kita sendiri tidak suka. Mereka bisa membaca
sikap kita ini dan kehilangan kepercayaan terhadap kita.
V. Give them a meaningful relationship
 Jika ingin mengembangkan orang lain, harus dilakukan dalam jarak dekat, bukan
jauh. Invite them to your life.
 Give them access to your life. Jika mereka hanya merasa bahwa diri mereka
sekedar hiasan atau alat, maka keberadaan mereka tidak akan tahan lama. Mereka
harus merasa yakin dikasihi. Untuk itu membangun relasi sangatlah penting.
 Relasi yang dimaksud adalah hubungan saling mengasihi dengna tulus, baik
melalui perkataan maupun perbuatan. Jadi develop people bukan hanya sharing
atau transfer firman Tuhan, tapi juga sharing life.
 Ketika kita memberi contoh membangun relasi yang tulus, maka mereka akan
menjadi loyal dan meneladani perilaku kita lalu menerapkannya dalam grup
mereka. Selain itu, mereka pun akan lebih terbuka dan sharing lebih dalam
mengenai hidup mereka. Hal ini tentu membutuhkan waktu. Sebab itu kita perlu
menyediakan banyak waktu untuk mereka.
VI. Give the practical help.
 Jika kita hanya transfer pengetahuan atau pendalaman alkitab saja tanpa
memberikan mereka guide atau clear step, maka kita justru memberi jalan buntu
kepada mereka.
 Kita tidak boleh berasumsi bahwa pengikut kita secara otomatis tahu langkah
nyata dari pengetahuan yang kita berikan. Sebaliknya, kita harus memberi langkah
nyata kepada mereka.
 Untuk itu harapan kita sebagai seorang pemimpin harus dapat ditangkap jelas oleh
mereka. Misalnya: waktu masuk ruangan memberi senyum, lalu menyapa orang-
orang, lalu menjabat tangan mereka, dst… semua langkah ini tidak harus
dihapalkan, namun setidaknya pengikut kita tahu jelas harapan kita sebagai
pemimpin dan bagaimana menerapkannya secara langsung.
VII. Give them accountability
 Ini bersifat aktif dan seimbang. Artinya kita jangan hanya memberi teori saja
kepada mereka, namun perlu memberi mereka kesempatan mengambil
tanggungjawab, baik dalam hal kecil maupun besar. Sekaligus memberikan ruang
untuk mereka berbuat kesalahan. Disitulah proses pembelajaran terjadi.
VIII. Give them freedom
 Kita harus belajar mempercayakan orang lain bekerja dengan caranya. Kita
mungkin bisa tidak setuju dengan gaya kerja mereka, namun kita perlu menaruh
kepercayaan bahwa mereka sanggup mengerjakannya dan telah memikirkan yang
terbaik.
 Kalaupun mereka gagal tidak masalah. Disitulah anugerah diberikan. Jangan
permalukan mereka atau membenarkan diri kita. Kita harus terbuka terhadap
ruang kesalahan. Sebaliknya, jika mereka berhasil, maka kita harus hargai bahkan
merayakannya.
IX. Give them challenge.
 Tantangan ini akan membuat mereka mendorong diri untuk bertumbuh dan
berkembang.
X. Give them credit.
 Berikan penghargaan dan apresiasi terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.
Pastikan bahwa mereka tahu kalau kita mendukung mereka.

3. Yang paling sulit dijalani dalam youth leadership di tempat pelayanan saya.
Give up the perfectionism
 Sebagai pribadi perfeksionis, saya terbiasa bekerja dengan sistematis, terstruktur
dan terencana. Ditambah lagi dengan budaya gereja Tionghoa yang menerapkan
aturan-aturan yang tidak bisa diubah dalam hal-hal tertentu, membuat saya
semakin kaku terhadap perencanaan. Tujuannya agar semuanya dapat berjalan
lancar. Jika ada sesuatu yang mengejutkan atau diluar rencana, seringkali ini
membuat saya kebingungan. Sifat ini tanpa saya sadari saya tuntut kepada para
leaders dibawah saya.
 Sayangnya, perilaku seperti ini lebih banyak memberikan efek negatif daripada
positif. Tidak jarang akhir dari pelayanan adalah penyesalan bahkan menyalahkan
satu sama lain. Melalui artikel ini saya belajar untuk menggunakan sikap ini lebih
tepat dan bijaksana, demi membangun orang lain dan memberi dampak positif.

Anda mungkin juga menyukai