Anda di halaman 1dari 9

KRISISNYA HAM DI MYANMAR TERHADAP MUSLIM ROHINGYA

Dosen Pengampu: Dra. Mujinem M.Hum

Di susun oleh
Wahidatunnisa
17513241019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
 

........................................
Alhamdulillah, segala puji dan syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami
mampu menyelesaikan penyusunan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan
maghfirah Allah SWT.
Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan kelemahan dari segala
sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami menerima saran dan kritik dari pembaca
sekalian, yang tentunya bisa menyempurnakan penyusunan karya ilmiah ini.
Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang telah ikut serta
membantu penyusunan karya ilmiah ini. Terlebih ucapan terima kasih itu kami sampaikan
kepada dosen pembimbing.
Akhirnya, dapatlah kami menadahkan tangan kehadirat Allah SWT. seraya berdoa dan
bermunajat, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya pada bidang pelajaran
“pendidikan kewarganegaraan“.

Yogyakarta, 5 desember 2017


Penyusun,

Wahidatunnisa
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap
individu. HAM dijamin oleh lembaga internasional Perserikatan Bangsa Bangsa dalam
sebuah deklarasi yang disebut Declaration of Human Right 
. Deklarasi ini menyatakan bahwa setiap manusia harus terpenuhi hak-hak
dasarnya. Selain itu, Asosiasi Negara-Negara Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) telah
membuat sebuah deklarasi HAM bersama untuk kawasan dan telah diratifikasi oleh
seluruh negara anggota ASEAN. Namun demikian, dalam kenyataan masih banyak yang
tak dapat terpenuhi haknya, terutama bagi korban konflik.

Konflik merupakan salah satu penyebab tidak terpenuhinya hak asasi seseorang.
Dalam konflik, biasanya akan terdapat korban kemudian harus mencari kehidupan yang
lebih layak dengan mengungsi. Namun, pengungsi seringkali menjadi masalah bagi
negara lain karena akan ada orang-orang yang  berpindah ke suatu tempat dalam satu
waktu.
Suku Rohingya merupakan salah satu etnis yang terdapat di Myanmar. Status etnis
Rohingya masih di anggap imigran ilegal di Myanmar. Mayoritas penduduknya
merupakan muslim, agama minoritas di Myanmar. Sejak lama, suku ini sering mengalami
diskriminasi. Pemerintah Myanmar tak mengakui dan tak memberi status
kewarganegaraan kepada mereka. Sebagai akibat tiadanya kewarganegaraan, etnis
Rohingya tak bisa mengakses  pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan
yang layak.Mereka tinggal di Arakan, tempat yang cukup terpencil karena tidak memiliki
akses transportasi yang  bagus. Di Arakan sendiri, terdapat etnis minoritas yang lain,
seperti Chin, Mro, dan Khami. Etnis-etnis minoritas ini sering bergesekan dengan
mayoritas, Rakhine yang merupakan penganut Buddha (Smith, 1995).

Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyebab terjadinya konflik di Rohingya?
2. Bagaimana dampak ke negara indonesia dengan adanya pelanggaran HAM di
Rohingya?
3. Apa saja pelanggaran HAM yang dilakukan etnis mayoritas terhadap etnis
Rohingya di Myanmar?

Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penyebab konflik Rohingya di Myanmar
2. Mengetahui pelanggaran HAM penduduk Rohingya
3. Mengetahui Peran PBB dalam penyelesaian masalah Rohingya
BAB II
ISI

Secara umum orang berpendapat,bahwa pelanggaran HAM di Rohingya disebabkan oleh


masalah agama. Namun beberapa analis mengatakan bahwa krisis tersebut lebih didorong
secara politis dan ekonomi. Siegfried O. Wolf, seorang direktur penelitian di Forum Demokrasi
Asia Selatan (SADF) mengatakan ada aspek ekonomi dan politik untuk masalah ini juga.
Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang
jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah Rakhine juga
ditempati oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Budha.
Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu
menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata tinggi.
"Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi
secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis
Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan
dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara
bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok," kata
Siegfried O Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW).
Selain itu terdapat konflik ekonomi yang melatarbelakangi peristiwa kekerasan
tersebut. Tak hanya itu, kepentingan ekonomi itu di bungkus agar seolah-olah yang terjadi
adalah konflik antar-agama. Menurut Daniel, konflik antar-etnis di Myanmar sudah terjadi sejak masa
penjajahan Inggris. Inggris, kata Daniel, memang menggunakan politik yang memecahbelah etnis dan
terus dipelihara sebagai sebuah peta konflik.

Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara politis, karena warga Rohingnya tidak
bisa memberikan suara bagi partai politik mereka. Ini menyebabkan tambah runcingnya
ketegangan. Sementara itu, pemerintah tidak mendorong rekonsiliasi, melainkan mendukung
fundamentalis Buddha dengan tujuan menjaga kepentingannya di kawasan yang kaya sumber
alam tersebut," ujar Siegfried.

"Faktor-faktor ini adalah penyebab utama di balik konflik antar kelompok etnis dan antar
agama. Ini juga jadi penyebab memburuknya kondisi hidup warga Rohingya, serta pelanggaran
hak-hak sosial-politis mereka," kata dia.

Siegfried memandang kekerasan terhadap warga Rohingya juga memiliki aspek ekonomi.
Rakhine, lanjut Siegfried, adalah salah satu negara bagian dengan warga paling miskin,
walaupun kaya sumber daya alam.
Warga Rohingya dianggap menjadi beban ekonomi tambahan, jika mereka bersaing untuk
mendapat pekerjaan dan kesempatan untuk berbisnis. Pekerjaan dan bisnis di negara bagian itu
sebagian besar dikuasai kelompok elit Burma.

"Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja masalah
agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," ucapnya.

Dampak ke Indonesia dari kasus HAM yang terjadi di Rohingya yaitu,Indonesia memiliki imigran
yang banyak,orang-orang imigran mungkin belum mendapat pekerjaan dan menjadi
tanggungan pemerintah Indonesia,masyarkat perlu berinteraksi yang lebih lagi kepada mereka.

Amnesty International mengklaim lebih dari 80 lokasi etnis Rohingnya di Rakhine, Myanmar,
dibakar. Aksi keji ini diduga dilakukan militer dan kelompok tertentu di negara itu. Serangan itu
bertujuan agar warga Rohingya bisa segera meninggalkan meninggalkan Rakhine. Tidak hanya
itu mereka juga banyak memperkosa perempuan-perempuan di Rohingya.

Sekjen PBB peringatkan Myanmar agar warga Buddha akhiri serangan terhadap minoritas
muslim di negerinya. Dan juga desak Myanmar untuk mengakui Rohingya sebagai warganya.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon mengatakan :”Adalah
penting bagi pemerintah Myanmar untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk
menanggapi keluhan sah dari warga minoritas, termasuk tuntutan kewarganegaraan Rohingya.”
Selanjutnya dikatakan bahwa bila tidak berhasil, “ini akan mengganggu proses reformasi dan
memicu dampak negatif di daerah-daerah.” Demikian kata Ban, Rabu (10/7) pada pertemuan
dengan para wakil “Group of Friends on Myanmar”.1[6]
  Penolakan Myanmar terhadap Resolusi PBB Soal Kewarganegaraan Rohingya

Myanmar menolak resolusi PBB yang mendesak negara itu memberikan status dan hak
kewarganegaraan kepada kelompok minoritas Mulim Rohingya. Negara tersebut bahkan juga
menuduh organisasi internasional itu telah mengusik kedaulatannya.
“Kewarganegaraan tidak akan diberikan kepada mereka yang tidak berhak di bawah
undang-undang. Tidak peduli siapa pu yang menekan kami. Ini adalah hak kedaulatan kami.”
kata juru bicara pemerintah Myanmar, Ye Htut, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir World
Bulletin, Kamis (21/11).
Sebelumnya, Komisi III Majelis Umum PBB meminta Myanmar untuk mengembalikan hak-
hak kewarganegaraan komunitas Muslim Rohingya. komisi# sosial, kemanusiaan, dan hak asasi
manusia (HAM) tersebut pun telah menyetujui rancangan resolusi yang fokus pada berbagai
pelanggaran di negara itu.

BAB III
1
Penutup

A.      Kesimpulan
      

  HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa
Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM
diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM
baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara
akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.
Pengungsi merupakan persoalan klasik yang timbul dalam peradaban umat manusia sebagai akibat
adanya rasa takut yang sangat mengancam keselamatan mereka.

B. SARAN

         Adanya pemahaman dan penerapan tentang Hak Asasi Manusia (HAM) kepada setiap pembaca
khususnya para mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah Pendidikan Pancasila.

         Dapat diberlakukan penerapan sanksi yang jelas dan tegas kepada setiap pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM)
Daftar Pustaka
Achmad Romsan, dkk, 2003, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional, Bandung : Sanic Offset.
Aris Pramono, Peran UNHCR dalam Menabgani Pengungsi Myanmar Etnis Rohingya di Bangladesh
(Periode 1978-2002), Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Enni Soeprapto,2000, Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Pegungsi Internasional, Surabaya.
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume1, Nomor 2, 2013 : 217-230
http://demokrasiindonesia.wordpress.com/2012/07/29/kisah-tragedi-pembagntaian-etnis-muslim-
rohingya-dari-dulu-hingga--kini/
http://m.okezone.com/read/2012/08/01/413/671606/kisah-pelarian-muslm-rohingya-hindari-
pembantaian
http://m.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/11/22/mwnbkp-myanmar-tolakresolusi-pbb-soal-
kewarganegaraan-rohingya
http://m.voaindonesia.com/a/16955.html
http://www.dw.de/sekjen-pbb-desak-myanmar-akui-hak-rohingya/a-16944669

2
[1] Achmad Romsan, dkk, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional, (Bandung : Sanic Offset,
2003), hal.3
3
[2] Enni Soeprapto,, Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Pegungsi Internasional, (Surabaya,
2000), hal..28.
4
[3] http://demokrasiindonesia.wordpress.com/2012/07/29/kisah-tragedi-pembagntaian-etnis-
muslim-rohingya-dari-dulu-hingga--kini/
5
[4] http://m.okezone.com/read/2012/08/01/413/671606/kisah-pelarian-muslm-rohingya-
hindari-pembantaian
6
[5] http://m.voaindonesia.com/a/16955.html
7
[6] http://www.dw.de/sekjen-pbb-desak-myanmar-akui-hak-rohingya/a-16944669

Anda mungkin juga menyukai