Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di
dunia, angka kejadian penyakit tropis di Indonesia yang terjadi pada anak
cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah tropis yang cukup
tinggi serta masyarakat yang heterogen dalam hal tingkat sosial ekonomi
maupun pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang masih relatif
rendah. Penyakit tropis ini umumnya merupakan penyakit infeksi yang mudah
menular (Nursalam, 2008).
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan
anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai penerus
bangsa yang memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Bedasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak diproritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (Hdayat, 2009).
Salah satu penyakit yang sering menyerang pada anak adalah infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, pneumonia, diare, dan demam tyfoid.
Bila ditinjau dari tahapan tumbuh kembang bayi menurut Sigmund Freud,
bayi berada pada fase oral dimana kepuasan anak ada pada daerah mulut,
sehingga apapun dimasukkan kedalam mulut, ini mengakibatkan anak mudah
mengalami pnyakit infeksi terutama pada saluran pencernaan. (Sigmund dalam
Cholid, 2010). Demam tyfoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.(Nursalam,dkk, 2008).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005). Demam

1
2

thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat
endemic yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono,2010).
Menurut WHO (2012) memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di
seluruh dunia mencapai 17 juta kasus demam thypoid. Data surveilans saat ini
memperkirakan di Indonesia ada 600.000 – 1,3Juta kasus demam thypoid tiap
tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata- rata di Indonesia, orang
yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus
demam thypoid (WHO, 2012).Menurut Depkes RI, (2013) Demam tifoid akan
sangat berbahaya jika tidak segera di tangani secara baik, bahkan menyebabkan
kematian. yang telah diteliti pada data WHO memperkirakan angka insidensi di
Indonesia sendiri, bahwa penyakit tifoid berkisar mencapai 81 % per 100.000.
Berdasarkan penelitian Cyrus H. Simanjuntak., di Paseh (Jawa Barat)
tahun 2009, insidens rate demam thypoid pada masyarakat di daerah semi
urban adalah 357,6 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden demam tifoid
bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan; di
daerah Jawa Barat, terdapat 157 kasus per 100.000 penduduk sedangkan di
daerah urban di temukan 760-810 per 100.000 penduduk. Profil kementrian
Kesehatan Indonesia pada tahun 2011 memperlihatkan bahwa gambaran 10
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, prevalensi
kasus demam thypoid sebesar 5,13% . Penyakit ini termasuk dalam kategori
penyakit dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%. (Kemenkes,
2011).
Kesejahteraan anak dapat terganggu karena anak mengalami sakit dan
harus dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu
proses yang karena alasan tertentu mengharuskan anak tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi (Supartini, 2004).
Hospitalisasi dan perawatan bisa menimbulkan stres bagi anak. Anak
bisa dihospitalisasi dengan berbagai alasan seperti menjalani tes diagnostik,
prosedur tindakan, pembedahan, perawatan medis di unit gawat darurat,
pemberian medikasi dan stabilisasi (Costello, 2008).
3

Stresor yang dialami anak yang dihospitalisasi meliputi kecemasan


terhadap perpisahan dengan orangtua, ketakutan karena ketidaktahuan,
kehilangan kontrol dan otonomi, cidera tubuh yang mengakibatkan
ketidaknyamanan, nyeri dan mutilasi, serta ketakutan akan kematian. Kondisi–
kondisi tersebut membuat anak menjadi takut dan cemas sehingga bisa
mempengaruhi lamanya hari perawatan dan bisa memperburuk kondisi anak
karena anak menolak perawatan dan pengobatan (Hockenberry & Wilson,
2007).
Reaksi anak terhadap hospitalisasi bersifat individual dan sangat
tergantung pada usia perkembangan, pengalaman sebelumnya terhadap sakit,
sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki anak
(Hockenberry & Wilson, 2007). Berdasarkan hal tersebut, anak usia sekolah
mempunyai respon tersendiri dalam menghadapi stres hospitalisasi sesuai
dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
Keadaan stress yang dialami anak akan menimbulkan reaksi tubuh
dalam menghantarkan rangsangan keatas melalui median hipotalamus.
Selanjutnya hipotalamus akan merangsang kelenjar hipofisis anterior
melepaskan Adreno Cartio Tropic Hormone (ATCH) yang berperan dalam
pelepasan kortisol secara cepat yang menyebabkan rangsangan susunan saraf
pusat otak yang berakibat tubuh menjadi waspada dan sulit tidur (Guyton &
Hall, 2008).
Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan untuk anak yang mengalami
gangguan tidur adalah Sleep Hygiene. Sleep Hygiene merupakan suatu latihan
atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi tidur. Perbaikan Sleep Hygiene pada
anak merupakan cara yang sederhana namun efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur anak pada saat menjalani hospitalitasi atau dirawat di rumah sakit
( Puspitosari, 2008).
Melihat dari berbgai data informasi diatas, maka peneliti sangat tertarik
untuk mengambil judul “Pengaruh Terapi Sleep Hygiene Terhadap Gangguan
Tidur Pada Anak Usia Sekolah Dengan Thypoid di RSUD Sayang Cianjur”
4

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Pengaruh Terapi Sleep
Hygiene Terhadap Gangguan Tidur Pada Anak Usia Sekolah Dengan
Thypoid di RSUD Sayang Cianjur”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan terapi Sleep Hygiene terhadap gangguan tidur
pada anak usia sekolah dengan thypoid di RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan Thypoid di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan Thypoid di
RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Thypoid di RSUD
Sayang Kabupaten Cianjur.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada anak dengan Thypoid di
RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
e. Melaksanakan evaluasi pada klien dengan Thypoid di RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi penuslis
Asuhan keperawatan anak dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan
keperawatan anak khususnya pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan demam Thypoid.
2. Bagi instansi
a. Pendidikan
5

Asuhan keperawatan anak dapat menjadi bahan pertimbangan dan


sumber kepustakaan dalam proses pembelajaran dan perkembanagan
ilmu keperawatan khususnya anak dengan Thypoid.
b. Rumah Sakit
Asuhan keperawatan anak sebagai bahan masukan Institusi dan evaluasi
dalam pemberdayaan pemberian asuhan keperawatan terhadap anak
dengan Thypoid.
c. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan informasi di
bidang keperawatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dan kemajuan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai