Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Daftar Isi
BAB 1..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
1.1 PENDAHULUAN...............................................................................................2
1.2 SATUAN, STANDAR, dan SISTEM SI...........................................................2
1.3 MENGKONVERSI SATUAN...........................................................................3
1.4 PENGUKURAN.................................................................................................3
BAB 2..................................................................................................................................7
BIOMEKANIK..................................................................................................................7
2.1 HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.......................................................7
2.2 GAYA PADA TUBUH DIDALAM TUBUH....................................................9
2.3 ANALISIS GAYA DAN KEGUNAAN KLINIK...........................................10
2.3 PUSAT MASSA................................................................................................10
2.4 ENERGI POTENSIAL GRAVITASI.............................................................11
2.5 ENERGI KINETIK..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 PENDAHULUAN

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan


dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika biasanya dibagi menjadi
gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet dan topik-topik modern
seperti relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel
elementer dan astrofisika. Dalam buku ini pembahasan dibatasi pada materi
fisika yang berkaitan dengan ilmu kesehatan khususnya ilmu kedokteran,
keperawatan, kebidanan dan kesehatan masyarakat atau lingkungan. Praktik
klinik baik kedokteran, keperawatan maupun kebidanan telah banyak
memanfaatkan kemajuan sains atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) di mana ilmu fisika mempunyai peran yang sangat besar. Maka dari
itu ada baiknya kita melihat sekilas bagaimana aktivitas yang disebut sains,
termasuk fisika ini dipraktikkan. Dengan pemahaman oleh mahasiswa ilmu
keperawatan, kebidanan dan kesehatan masyarakat maupun lingkungan
terhadap materi yang ada di buku ini, diharapkan dapat menjadi bekal dalam
menekuni profesinya di kemudian hari.

1.2 SATUAN, STANDAR, dan SISTEM SI

Satuan, Standar, dan Sistem SI Besaran-besaran fisika selalu dinyatakan


relative terhadap suatu standar atau satuan tertentu, dan satuan yang
digunakan harus selalu 3 diikutsertakan. Satuan yang diterima secara umum
saat ini adalah System International (SI), di mana satuan standar: panjang,
massa dan waktu adalah: meter, kilogram dan sekon. Standar internasional
yang pertama adalah meter (disingkat m), dinyatakan sebagai standar panjang
oleh French Academy of Sciences pada tahun 1790-an. Dalam semangat
rasionalitas, 1 meter standar pada awalnya ditentukan sebesar: Jarak antara
dua goresan pada meter standar sehingga jarak dari kutub utara ke
khatulistiwa melalui Paris adalah 10 juta meter. Meter standar adalah sebuah
batang yang terbuat dari campuran platina-iridium.

Pada tahun 1889, meter didefinisikan dengan lebih tepat sebagai jarak antara
dua tanda yang dibuat jelas pada sebuah penggaris campuran platinum-
iridium. Tahun 1960, untuk memberikan ketepatan yang lebih tinggi dan agar
bisa diproduksi ulang, meter didefinisikan kembali sebagai 1.650.763,73
panjang gelombang dari suatu cahaya jingga tertentu yang dipancarkan oleh
atom-atom gas Krypton-86 (Kr86). Tahun 1983, meter kembali didefinisikan
ulang, kali ini dalam hubungannya dengan kecepatan cahaya (yang nilai
pengukuran terbaiknya dalam definisi meter yang lama adalah 299.792.458
m/s, dengan ketidakpastian sebesar 1m/s). Definisi yang baru adalah: “satu
meter adalah panjang jalur yang dilalui oleh cahaya pada ruang hampa udara
selama selang waktu 1/299.792.458 sekon”.

Satuan Inggris untuk panjang (inci, foot, mil) sekarang didefinisikan dalam
meter Inci (in), didefinisikan tepat sebesar 2,54 centimeter (cm); dimana 1 cm
= 0,01 m. Standar massa adalah massa sebuah silinder platina-iridium, yang
disebut sebagai satu kilogram, disimpan di International Bureau of Weights
and Measures di Sevres, dekat Paris.

1.3 MENGKONVERSI SATUAN

Besaran apapun yang kita ukur, seperti panjang, kecepatan ataupun arus
listrik, harus terdiri dari suatu bilangan dan suatu satuan. Jika besaranbesaran
tersebut dijumlahkan, dikurangi, dikalikan atau dibagi dalam suatu persamaan
aljabar, maka satuannya juga harus diperlakukan sama seperti bilangan
lainnya. Sering kita diberikan besaran dalam satu set satuan , tetapi kita ingin
menyatakan dalam set satuan yang lain. Sebagai contoh, kita mengukur
bahwa tinggi badan seorang pasien 21,5 inci, dan kita ingin menyatakannya
dalam centimeter.

1.4 PENGUKURAN
Pengukuran memainkan peranan penting pada fisika, tetapi hasil pengukuran
tidak akan pernah tepat secara sempurna. Adalah penting untuk menentukan
ketidakpastian suatu pengukuran, baik dengan menyatakan langsung dengan
± , dan atau dengan memakai angka signifikan yang tepat. Fisika maupun
disiplin ilmu lain seperti ilmu kesehatan, pengukuran kuantitas merupakan
dasar utama guna mencari korelasi atau interpretasi dan juga untuk
membandingkan hasil pengukuran dengan prediksi teoritis. Pengukuran
adalah tindakan yang bertujuan untuk menentukan kuantitas dimensi suatu
besaran pada suatu sistem, dengan cara membandingkan dengan satu satuan
dimensi besaran tersebut, menggunakan alat ukur yang terkalibrasi dengan
baik.

1. Jenis & Faktor Penyebab Timbulnya Kesalahan atau Ralat

a. Ralat sistematik, ralat kelompok ini bersifat tetap adanya, penyebabnya :

1) Alat, kalibrasi, harga skala, kondisi alat yg berubah, pengaruh alat


terhadap besaran yang diukur, dan sebagainya.

2) Pengamat, misal karena ketidak cermatan pengamat dalam membaca.

3) Kondisi fisis pengamatan, misal karena kondisi pada saat pengamatan


tidak sama dengan kondisi fisis pada saat peneraan alat.

4) Metode pengamatan, ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan


berpengaruh terhadap hasil pengamatan. Misalnya sering terjadi kebocoran
pada besaran fisis seperti panas, cahaya, dan sebagainya.

b. Ralat Kebetulan, kesalahan yang terjadi pada pengamatan yang dilakukan


secara berulang-ulang terhadap besaran fisis yang dianggap tetap.
Penyebabnya adalah:

1) Salah menaksir, misal kesalahan penaksiran terhadap nilai skala


terkecil.

2) Kondisi fisis yangg berubah (berfluktuasi); misal karena perubahan


temperatur atau perubahan listrik ruang yang tidak stabil.
3) Gangguan, misal adanya medan magnet yang kuat, dapat
mempengaruhi penunjukkan jarum penunjuk alat ukur listrik.

4) Definisi; misal karena penampang pipa tidak bulat betul maka


penentuan diameternya pun akan menimbulkan kesalahan.

c. Ralat kekeliruan tindakan, bagi pengamat dapat terjadi dalam 2 bentuk:

1) salah berbuat, misalnya salah membaca, pengaturan situasi/ kondisi.

2) Salah anggapan; misal terjadi pada pembulatan angka perhitungan.

2. Perhitungan Ralat

Kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari sehingga nilai


sebenarnya tidak akan pernah dapat ditentukan. Usaha yang dapat dilakukan
hanyalah dengan memperkecil kesalahan tersebut sampai sekecil-kecilnya.
Ralat berdasarkan bagaimana data diperoleh, dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Ralat dari hasil pengamatan (pengukuran secara langsung)

1) Untuk satu kali pengukuran, nilai ralatnya adalah 0,5 skala terkecil dari
alat ukur yang digunakan.

2) Untuk pengukuran berulang, nilai terbaik besaran terukur adalah nilai


rata- ratanya. Misalnya suatu besaran x diukur sebanyak n kali dengan
nilai terukur: x1 , x2 , x3 ,…,x.

b. Ralat dari hasil perhitungan (pengukuran tidak langsung atau ralat


rambatan) Adalah ralat yang timbul sebagai hasil perhitungan, berlaku
pada besaran-besaran yang tidak dapat diukur secara langsung. Misal pada
penentuan luas suatu meja melalui pengukuran panjang dan lebar (tak
ditentukan pengukuran masing-masing satu kali atau lebih). Pengukuran
panjang akan menghasilkan ketidak pastian yang sebanding dengan
kesalahan pengukuran, demikan pula pada penentuan lebar meja.
Ketidakpastian pengukuran panjang dan lebar meja pasti akan memberi
kontribusi pada penentuan luas meja.

3. Accuracy, Precision, Error dan Uncertainty


Penting sekali untuk membedakan beberapa istilah yang sering dijumpai
dari hasil pengukuran.

Accuracy (akurasi – ketepatan), adalah suatu ukuran seberapa dekat hasil


pengukuran dengan nilai sebenarnya. Jadi nilai ini sebanding dengan
ketepatan hasil.

Precision (presisi – ketelitian), adalah ukuran seberapa baik hasil


pengukuran telah ditentukan tanpa mengacu pada nilai sebenarnya.
Ketelitian lebih mengarah pada pengertian seperti kekonsistenan hasil.
Alat yang menghasilkan data seperti angka sebelumnya dikatakan alat
yang teliti, tidak peduli apakah hasil tersebut tepat atau tidak dengan nilai
sebenarnya.

Error (ralat – kesalahan), adalah perbedaan antara hasil observasi atau


pengukuran dengan nilai sebenarnya.

Uncertainty (ketidakpastian), berkaitan dengan fluktuasi simpangan data xi


terhadap nilai pendekatan terbaik x , sebagai gambaran kualitas hasil
pengukuran atau perhitungan.
BAB 2

BIOMEKANIK

2.1 HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

Hukum gerak Newton menghubungkan konsep gaya dan konsep gerak. Gaya
didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu benda sehingga
menyebabkan benda mengalami perubahan gerak atau perubahan bentuk.
Gaya adalah besaran yang memiliki arah, misalnya gaya berat yang arahnya
ke bawah. Gaya untuk menggeserkan meja arahnya mendatar. Jadi gaya
termasuk besaran vektor (mempunyai nilai dan arah). Untuk menjumlahkan
dan mengurangkan suatu gaya dengan gaya lain, berlaku aturan-aturan
berhitung vektor. Demikian pula halnya dengan penguraian gaya menjadi
komponen-komponennya. Jumlah gaya disebut resultan gaya-gaya yang
dijumlahkan.

1. Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan: “Sebuah benda dalam keadaan diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan, akan tetap diam atau akan terus
bergerak dengan kecepatan konstan, kecuali ada gaya-gaya eksternal yang
bekerja pada benda itu”. Kecenderungan ini digambarkan dengan
mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan
itu, Hukum I Newton disebut juga hukum kelembaman. Secara matematis
Hukum I Newton dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑F = 0
Berdasarkan Hukum I Newton tersebut, berarti untuk benda yang semula
diam maka benda tersebut selamanya akan tetap diam. Sedangkan untuk
benda yang bererak, akan bergerak terus, kecuali ada gaya yang
menghentikannya. Contohnya pada waktu berada di atas kendaraan yang
bergerak, kemudian tiba-tiba kendaraan direm, maka penumpang akan
terdorong ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa penumpang yang sedang
bergerak bersama kendaraan cenderung ingin bergerak.
2. Hukum II Newton
Hukum II Newton menyatakan: “Percepatan sebuah benda berbanding
lurus dengan gaya total yang bekerja padanya, dan berbanding terbalik
dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang
bekerja padanya”:
Hukum II Newton menghubungkan antara deskripsi gerak dengan
penyebabnya, yaitu gaya. Hukum ini merupakan hubungan yang paling
dasar pada fisika.

3. Hukum III
Newton Hukum III Newton menyatakan: “Ketika suatu benda
memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua akan memberikan gaya
yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda yang pertama”.
Hukum ini terkadang dinyatakan juga dengan kalimat :”Untuk setiap aksi
ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Maka hukum III Newton
sering dinamakan hukum interaksi atau hukum aksi reaksi. Hukum ini
menggambarkan sifat penting dari gaya yaitu bahwa gaya-gaya selalu
terjadi berpasangan. Untuk menghindari kesalahpahaman perlu diketahui
bahwa gaya aksi reaksi yang berpasangan bekerja pada benda yang
berbeda. Sebagai contoh, seseorang yang mendorong mobil yang
terpasang rem tangannya, selama itu pula ia merasakan adanya dorongan
ke belakang. Hal ini terjadi karena orang tersebut mendapat gaya reaksi
dari mobil yang menurut hukum III Newton, sama besar namun
berlawanan arah dengan gaya yang diberikan pada mobil tersebut.
a. Gaya Gravitasi
Menurut Galileo bahwa benda-benda yang dijatuhkan di dekat
permukaan bumi akan jatuh dengan percepatan yang sama, (g) jika
hambatan udara dapat diabaikan. Gaya yang dapat menyebabkan
percepatan g disebut gaya gravitasi. Jika diterapkan hukum II Newton
untuk gaya gravitasi, maka untuk percepatan a digunakan percepatan
ke bawah atau g yang disebabkan oleh gravitasi.
b. Gaya Normal
(N) Gaya gravitasi bekerja pada sebuah benda ketika benda tersebut
jatuh. Ketika benda dalam keadaan diam di bumi, gaya gravitasi pada
benda tersebut tidak hilang, sebagaimana dapat diketahui jika
ditimbang dengan neraca pegas.

2.2 GAYA PADA TUBUH DIDALAM TUBUH

Gaya didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu benda sehingga
menyebabkan benda mengalami perubahan gerak atau perubahan bentuk.
Demikan juga pada tubuh manusia, setiap gerak pada tubuh pasti ada suatu
gaya yang bekerja. Ada gaya yang bekerja pada tubuh dan ada gaya yang
bekerja di dalam tubuh kita. Gaya pada tubuh dapat diketahui apa bila kita
menabrak suatu objek. Sedangkan gaya di dalam tubuh, sering kali tidak kita
sadari, misal gaya otot jantung yang menyebabkan mengalirnya darah dan
gaya otot paru-paru saat inspirasi dan ekspirasi. Sistem otot dan tulang pada
manusia bekerja sebagai sistem pengumpil. Ada tiga macam sistem pengumpil yang
bekerja pada tubuh manusia, yaitu :

1. Klas pertama sistem


pengumpil Titik tumpuan terletak di antara gaya berat dan gaya otot.
2. Klas kedua sistem
pengumpil Gaya berat di antara titik tumpuan dan gaya otot.
3. Klas ketiga sistem
pengumpil Gaya otot terletak di antara titik tumpuan dan gaya berat

Keuntungan Mekanik

Keuntungan mekanik didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya otot (M) dan
gaya berat (W).

Keuntungan mekanik

M
(K M) =
W
Oleh karena momen gaya terhadap titik tumpu = 0, maka:
W.IW = 0

W.IM = 0

Atau :

W.IW = M.M

M IW
Keuntungan Mekanik (KM) = =
W IM
Dengan :

W = gaya berat (N)

M = gaya otot (N)

I = momen inersia (kg.m2 )

2.3 ANALISIS GAYA DAN KEGUNAAN KLINIK

Gaya adalah konsep pokok dalam ilmu fisika. Bila kita mendorong atau
menarik suatu benda, dikatakan kita memberi gaya (force) pada benda
tersebut. Gaya merupakan besaran vektor (mempunyai nilai dan arah). Untuk
membahas suatu gaya, kita perlu membahas arah beraksinya, maupun
besarnya, yang merupakan pernyataan kuantitatif berapa banyak atau berapa
kuat gaya tersebut mendorong atau menarik, dalam standar satuan gaya. Gaya
yang bekerja pada suatu benda atau juga tubuh manusia bisa gaya vertikal,
gaya horizontal dan gaya yang membentuk sudut dengan bidang vertikal atau
horizontal.

2.3 PUSAT MASSA

Pengamatan-pengamatan pada gerak benda menunjukkan bahwa walaupun


benda berotasi, atau ada beberapa benda yang bergerak relatif satu dengan
yang lainnya, ada satu titik yang bergerak dalam lintasan yang sama dengan
yang dilewati partikel jika mendapat gaya yang sama. Titik ini disebut pusat
massa (PM). Jadi pusat massa sebuah benda (atau kelompok benda)
merupakan titik di mana gaya total dapat dianggap bekerja untuk tujuan
menentukan gerak translasi benda sebagai satu kesatuan. Gerak umum benda
yang diperluas (atau sistem benda) dapat dianggap sebagai: jumlah gerak
translasi dari pusat massa, ditambah gerak rotasi, getaran (vibrasi), atau gerak
lainnya di sekitar pusat massa.

Sebuah konsep yang hampir sama dengan pusat massa adalah pusat gravitasi
(PG). Pusat gravitasi sebuah benda adalah titik di mana gaya gravitasi bisa
dianggap bekerja. Tentu saja gaya gravitasi sebenarnya bekerja pada semua
bagian atau partikel pada benda, tetapi untuk tujuan menentukan gerak
translasi benda sebagai satu kesatuan, kita dapat menganggap bahwa seluruh
berat benda tersebut (yang merupakan jumlah berat semua bagiannya) bekerja
pada pusat gravitasi. Jadi terdapat perbedaan konseptual antara pusat gravitasi
dengan pusat massa, tetapi untuk tujuan praktis, keduanya biasanya
merupakan titik yang sama.

2.4 ENERGI POTENSIAL GRAVITASI

Suatu sistem dikatakan mempunyai energi jika sistem tersebut memiliki


kemampuan untuk melakukan usaha. Dari ketentuan di atas maka ada hubungan
yang erat antara energi dan usaha, yaitu energi adalah usaha yang akan timbul.
Dengan kata lain besarnya energi suatu sistem sama dengan besarnya usaha yang
mampu ditimbulkan sistem tersebut. Dengan demikian satuan energi sama dengan
satuan usaha. Energi pun juga merupakan besaran skalar (besaran yang mempunyai
nilai tetapi tidak mempunyai arah).

Jika massa benda m dan letaknya di atas tanah setinggi h maka besarnya energi
potensial benda sama dengan usaha yang dilakukan gaya beratnya selama jatuh,
atau dapat dituliskan dengan persamaan:

Ep = w.h

Ep = ( m.g .h)

Ep = m .g.h

di mana:

E p = energi potensial dalam Joule(J)

m = massa benda dalam kilogram (kg)

g = percepatan gravitasi dalam m.s-2 h = tinggi benda di atas tanah dalam meter
(m)
2.5 ENERGI KINETIK

Setiap benda yang berada dalam keadaan bergerak selalu memiliki kemampuan
untuk melakukan usaha. Suatu contoh misalnya sebuah mobil yang bergerak, tiba-
tiba menumbuk benda di depannya, maka benda tersebut akan didorong oleh gaya
tekan mobil hingga menggeser, maka mobil tersebut telah melakukan usaha. Jadi
mobil yang berada dalam keadaan bergerak, memiliki tenaga atau energi. Tenaga
yang dimiliki oleh benda yang bergerak disebut tenaga gerak atau energi kinetik
(EK).

Jika massa benda m, kecepatan gerak v,menurut hasil eksperimen besarnya energi
kinetik dirumuskan sebagai berikut :

1
Ek = m. v 2
2
dengan:

Ek = energi kinetik dalam Joule (J)

m = massa benda (kg)

v = kecepatan benda (ms-1)


DAFTAR PUSTAKA

Alvin, H., 1998, 3000 Solved Problem in Physics, New York: Mc Graw-Hill Book Company

Brown, M.E., 1999, Theory and Problems of Physics Engineering and Sciences, New York:
Mc Graw-Hill, Inc.

Cameron, J.R., Skofronick, J.G., 1978, Medical Physics, Newyork: John Wiley & Sons Inc.

Claytons and Scott, Pauline M., 1975, Elektro Theraphy and Actino Theraphy, Seventh
Edition, London : Bailliera Tindall.

Cromer A.H., 1977, Physics for the Life Sciences, United States of America: Mc Graw-Hill
Book Company.

Devereaux M.D., Parr G., Hazleman B.L., 1985, Thermogarphy in Reumatology


Therapeia, Vol. IV

Gabriel, J.F., 1996, Fisika Kedokteran, Jakarta: EGC.

Giancoli D.C., 2001, Fisika, Alih Bahasa Yuhilza Hanum, edisi kelima, Jakarta: Erlangga.

Guyton M.D, Arthur C., 1964, Function of the Human Body, Philadelpia and London:
Saunders Company, Second edition.

Hickman, R, and Canon, M.(1995). Nursing science matter: Matter and Energy in the
Human Body. Melbourne: Mac Milla Education Australia.

Hilyard N.C., Biggin H.C., 1977, Physics for Applied Biologists, 25 Hill Street: Edward
Arnold (Publisher).

Johanes H., 1980, Bahan Kuliah Thermodinamika, Yogyakarta: UGM.

Kanginan M, 2002, Fisika 1A Untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga.

Mac Donald, Simon G.G., Burns D.M., 1975, Physics for the Life and Health Sciences,
Phillippinens: Adison Wesley Publishing Company

Richardsons I.W, 1972, Neergaard E.B, Physics for Biology and Medicine, Wiley & Sons
Ltd.

Ryan, B and Pedder, M. (1990). Basic Science for Nurse. Sydney: Mc Graw Hill Book Co.

Sears F.W and Zemansky M.W, 1954, Physics for Univeresity Cambridge
Surway, R.A. dan Faughn, J.S., 1999, College Physics, USA: Harcourt Brace College
Publisher.

Sutedjo, 2005, Fisika Teknologi dan Industri, Bogor:Yudhistira.

Tippler P.A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Alih Bahasa Lea Prasetio & Rahmad
W.A., edisi ketiga, Jakarta: Erlangga.

Toifur M., 2001, Fisika-3 (untuk Mahasiswa Teknik), UAD Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai