Anda di halaman 1dari 61

METODA TEKNIK PERENCANAAN

(ANALISIS KESESUAIAN LAHAN)

Magister Perencanaan Kota dan Daerah,


Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Menata Ruang:
Menata “wadah kehidupan” manusia dan makhluk lain agar dapat hidup, menjalankan
kehidupan dan memelihara keberlanjutan kehidupannya

Manusia sebagai pelaku utama


Pengelolaan:
-Perencanaan (tata ruang: pola dan struktur ruang)
karena manusia dianugerahi akal
-Pengendalian pelaksanaan
budi dan hati nurani oleh Tuhan

Tata Ruang:
SDM SDA - Pola ruang: alokasi ruang/wadah kegiatan
sesuai kemampuannya/kesesuaiannya
- Struktur ruang: penyediaan infrastruktur
(secara berhirarkhi-efektif efisien- agar
kegiatan dapat berlangsung dengan optimal

SDB
Hasil Akhir: KEGIATAN
Kesejahteraan Manusia (dan Makhluk Hidup lain) (Tergambar dalam PDRB)
- Merata/berkeadilan
- Berkelanjutan
BEBERAPA PENGERTIAN DASAR

• Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.(UU 26/2007)

• Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, vegetasi
dan benda-benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap
penggunaan lahan (Arsyad, 2006 dalam Muta’ali 2012)

• Kesesuaian Lahan: Kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk penggunaan


tertentu

• Peruntukan lahan harus sesuai dengan kesesuaian lahan untuk menjamin


keberlanjutan kehidupan dari makhluk hidup yang berkehidupan di dalamnya.
Jika tidak sesuai:
• Ganti/evaluasi peruntukan,
• Pindahkan kegiatan di ruang (..lahan) yang sesuai
• Rekayasa ruang (..lahan) (jika dimungkinkan).
BEBERAPA PENGERTIAN DASAR (Lanjutan)

• Dua analisis penting dalam analisis sumberdaya lahan: analisis


kemampuan lahan dan analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian
lahan merupakan spesifikasi kemampuan lahan.

• Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat


tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk
mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan.

• Kesesuaian Lahan: Kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk


penggunaan tertentu

• Satuan Lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang
spesifik. Sembarang bagian dari lahan yang menggambarkan karakteristik
lahan yang jelas dan nyata, tidak peduli bagaimana caranya dalam
membuat batas-batasnya. FAO (1990) menggunakan lereng, bentuk lahan,
jenis tanah, guna lahan eksistiing.
Contoh: Kriteria Kawasan Lindung dan Budidaya menurut RTRWN dan PermenPU 41/2007
Jenis Kawasan Lindung Kriteria Penetapan/Parameter

Hutan Lindung Hutan dengan jumlah bobot >175 terhadap lereng, jenis tanah, intensitas
hujan, lereng lebih dari 40% , ketinggian di atas 2000 m apl
Kawasan Bergambut Kawasan bergambut dengan ketebalan lebih dari 3 m, terletak di hulu
atau rawa
Kawasan Resapan Air Hujan tinggi, tanah mudah diresapi air, bentuk yang
memudahkan peresapan air banyak
Kawasan Sempadan Mata Air 200 m sekeliling mata air

Sempadan Sungai 5 m sebelah luar tanggul sungai, 100 meter dari tepi sungai besar tak
bertanggul diluar permukiman, 50 meter dari tepi anak sungai tak
bertanggul di luar permukiman
Kawasan Sempadan Danau atau Waduk 50-100 m dari tepi danau waktu pasang

Sempadan Pantai Daratan 100 m dari titik pasang tertinggi sepanjang pantai atau daratan
sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik
pantainya curam atau terjal
Kawasan Suaka Alam (Laut) Memilki keanekaragaan biota, ekosistem, gejala dan keunikan alam
Kawasan Suaka Margasatwa (Laut) Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi, tempat kehidupan satwa
migran tertentu
Cagar Alam (Laut) memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe Ekosistemnya,
kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau
belumdiganggu manusia, merupakan satu-satunya contoh dan
membutuhkan konservasi
Jenis Kawasan Lindung Kriteria Penetapan/Parameter

Kawasan Pantai Berhutan Bakau Lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air
pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis
air surut terendah ke arah darat
Taman Nasional Luasan cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami,
berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang
beragam, memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis
tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih
utuh, memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang
secara materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun
pendudukan manusia
Taman Hutan Rakyat memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli; merupakan kawasan dengan ciri
khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih
utuh maupun kawasan yang sudah berubah; memiliki keindahan alamdan/atau
gejala alam
Taman Wisata Aam memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; memiliki daya
tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli serta
formasi geologi yang indah, unik, dan langka; memiliki akses yang baik untuk
keperluan pariwisata
Cagar Budaya Hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan
Jenis Kawasan Lindung Kriteria Penetapan/Parameter

Cagar Biosfer

Ramsar

Taman Buru

Kawasan Perlindungan Plasma Nuftah

Kawasan Pengungsian Satwa

Terumbu Karang

Koridor Jenis Satwa /Biota Laut yang dilindungi

Kawasan Unik Batuan/Fosil

Kawasan Unik Bentang Alam

Kawasan Unik Proses Geologi

Rawan Letusan Gunung Api, Rawan Gempa Bumi,


Rawan Gerakan Tanah, Rawan Longsor, Rawan
Tsunami, Rawan Gelombang Pasang, Rawan
Abrasi, Rawan Bajir, Rawan Genangan, Rawan Gas
Beracun,
Kawasan Imbuhan Air
Jenis Kawasan Budidaya Kriteria Penetapan

Hutan Produksi Tetap,


Hutan Produksi Terbatas,
Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi)
Hutan Rakyat

Pertanian

Pertambangan

Industri

Pariwisata

Permukiman
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN

Kesesuaian Lahan adalah kecocokan Kecocokan suatu jenis lahan tertentu


untuk penggunaan tertentu
TEKNIK ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DENGAN METODE TUMPANG TINDIH

1. Tumpang-tindih Perkalian 1-0 (Boolean):


• Sesuai (1) atau Tidak sesuai (0)
• 1x1=1, 1x0=0, 0x0=0

2. Tumpang-tindih dengan Pengharkatan (Penambahan – Pembobotan):


• Kelas kesesuaian lahan untuk budidaya, penyangga, atau lindung.
• Gradasi kesesuaian lahan bagi peruntukan tertentu (misal pertanian,
permukiman):
Sangat sesuai (S1): lahan tidak mempunyai pembatas yag berat atau pembatas kurang berarti
dan tak berpengaruh secara nyata untuk penggunaan tertentu secara lestari
Cukup sesuai (S2): lahan mempunyai pembatas agak berat yang mengurangi produktivitas dan
keuntungan yang diperoleh pada penggunaan tertentu secara lestari
Sesuai marginal/hampir sesuai (S3): lahan mempunyai pembatas sangat berat untuk
penggunaan tertentu secara lestari
Tidak sesuai saat ini (N1): lahan mempunyai pembatas sangat berat yang belum dapat diiatasi
saat ini dengan biaya yang rasional.
Tidak sesuai permanen (N2): lahan mempunyai pembatas sangat berat dan tidak mungkin untuk
penggunaan tertentu secara lestari.
• Pemberian bobot / pembobotan sesuai besar-kecil pengaruh suatu
parameter dibanding parameter lain terhadap faktor yang dianalisis.
Pertanian subur Lereng Sungai

0 = Tidak memenuhi kriteria/Tidak Sesuai


1 = Memenuhi kriteria/Sesuai

Contoh Tumpang-tindih Boolean:


Kesesuaian Lahan untuk Industri
Kriteria lahan untuk Industri:
• Bukan tanah subur untuk pertanian
• Lereng kurang dari 5%
• Dekat jalan raya, maksimal 1 km
• Jauh dari badan air/sungai, minimal 150 m
• Guna lahan eksisting
bukan permukiman dan hutan lindung
• ---------
Contoh Tumpang-tindih dengan Pengharkatan Penambahan – Pembobotan:
Kesesuaian Lahan Untuk Hutan Lindung-Hutan Produksi
Kesesuaian Lahan untuk Lindung – Penyangga - Budidaya
Jenis Hutan Total Skor Keterangan

Hutan Lindung >174 Apaba dipenuhi salah satu syarat berikut:


• Lereng >40%,
• Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah regosol,
litosol, organosol dan renzina dengan lereng lapangan lebih dari
15%,
• Jalur pengamanan aliran sungai/air, sekurang-kurangnya 100
meter di kanan-kiri sungai/aliran air tersebut
• Pelindung mata air sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200
meter di sekeliling mata air tersebut,
• Mempunyai ketinggian di atas permukaan laut ≥ 2.000 meter.
Hutan Produksi Terbatas 125-174 Tebang Pilih

Hutan Produksi Bebas <125 Tebang pilih atau tebang habis


Dikonversi
Sumber:
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Kriteria dan Penetapan Kawasan Hutan Lindung
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/KPTS/UM/8/1981 Tentang Kriteria dan Penetapan Kawasan Hutan Produksi

Parameter yang digunakan:


(pengharkatan disertai pembobotan)

• Kelerengan
• Jenis Tanah
• Intensitas Hujan
Klasifikasi Kesesuaian Lahan (menurut sumber lain)

Total Skor Keterangan

>174 Kawasan Lindung, termasuk hutan lindung


125-174 Kawasan Fungsi penyangga
Kawasan hutan produksi terbatas

<125 lereng <15% Kawasan hutan produksi tetap


Kawasan hutan produksi konversi
Budidaya tanaman tahunan
<125 lereng <8% Kawasan tanaman semusim dan permukiman
Sumber: Muta’ali (2012)

Catatan: Informasi lain menyebutkan bahwa Permukiman dapat diadakan pada lahan dengan
kelerengan 0-25%

Parameter yang digunakan:


(pengharkatan disertai pembobotan)

• Kelerengan
• Jenis Tanah
• Intensitas Hujan
Proses Analisis Kesesuaian Lahan dengan Teknik Tumpang-tindih disertai Pembobotan:
a. Buat peta Satuan Lahan.


LS

+
R L C RC
RS LD
S
A P D AC AS PS PD

b. Buat kelas harkat parameter yang akan digunakan, beri bobot jika perlu.
(Lihat halaman berikut)
Kelas 6Jenis Tanah Keterangan Harkat Kelas Kisaran Lereng Keterangan Harkat
(Kepekaan Erosi) Kelas x Bobot 2 (%)

1 Aluvial, dsb Tidak Peka 15 1 0-8 Datar 20

2 Latosol Agak Peka 30 2 8-15 Landai 40

3 Brown Forest Soil, dsb Kurang Peka 45 3 15-25 Agak curam 60


4 Andosol, Laterit, dsb Peka 60 4 25-45 Curam 80
5 Regosol, Litosol , dsb Sangat Peka 75 5 >45 Sangat curam 100

c. Buat pengharkatan masing-masing Satuan Lahan.


Parameter Satuan Lahan
Satuan Lahan adalah bagian dari lahan yang
RC RS AC AS ... ... mempunyai karakteristik yang spesifik. Sembarang
bagian dari lahan yang menggambarkan
Lereng 80 .. 60 karakteristik lahan yang jelas dan nyata, tidak
Jenis Tanah 75 .. 15 peduli bagaimana caranya dalam membuat batas-
batasnya. FAO (1990) menggunakan lereng,
Curah hujan 20 .. 10 bentuk lahan, jenis tanah, guna lahan eksistiing.
Skor Total 175 .. 85
Proses Analisis Kesesuaian Lahan dengan Teknik Tumpang-tindih disertai Pembobotan:

d. Buat klasifikasi kesesuaian lahan (Lindung, Penyangga, Budidaya)


Total Skor Keterangan
>175 Kawasan Lindung, termasuk hutan lindung
Parameter yang digunakan:
(pengharkatan disertai pembobotan)
125-174 Kawasan Fungsi penyangga

Kawasan hutan produksi terbatas • Kelerengan


• Jenis Tanah
<124 lereng <15% Kawasan hutan produksi tetap
• Intensitas Hujan
Kawasan hutan produksi konversi
Budidaya tanaman tahunan
<124 lereng <8% Kawasan tanaman semusim dan permukiman

e. Tentukan kesesuaian lahan dari masing-masing Satuan Lahan.


Parameter Satuan Lahan

RC RS AC AS ... ...
Lereng 80 .. 60
Jenis Tanah 75 .. 15
Curah hujan 20 .. 10
Skor Total 175 .. 85
Kesesuaian Lahan Lindung Permukiman dan
Tanaman Semusim
Kelas Lereng Kisaran Lereng (%) Keterangan Harkat
Kelas x Bobot 20
Bobot 20 1 0-8 Datar 20
Lereng

2 8-15 Landai 40
3 15-25 Agak curam 60
4 25-45 Curam 80
5 >45 Sangat curam 100

Kelas Tanah Jenis Tanah Keterangan Harkat


(Kepekaan Terhadap Erosi) Kelas x Bobot 15
1 Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Tidak Peka 15
Kelabu, Literita Air Tanah
2 Latosol Agak Peka 30
Jenis Tanah
Bobot 15

3 Brown Forest Soil, Non Calcis Kurang Peka 45


Brown, Mediteran
4 Andosol, Laterit, Grumosol, Peka 60
Podsolik
5 Regosol, Litosol ,Organosol, Sangat Peka 75
Renzina

Kelas Intensitas Kisaran Curah Hujan Keterangan Harkat


Hujan (mm/hari hujan) Kelas x Bobot 10
Intensitas Hujan

1 8 - 13,6 Sangat rendah 10


Bobot 10

2 13,6 - 20,7 Rendah 20


3 20,7 - 27,7 Sedang 30
4 27,7 - 34,8 Tinggi 40
5 > 34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/UM/11/1980
Contoh kasus A
Parameter Kondisi Lahan Harkat
Lereng 20% 60
Jenis tanah Latosol 30
Curah hujan 12 mm/hari hujan 10
Jumlah Harkat 100
Lahan A sesuai untuk hutan produksi bebas yang dapat dikonversi / permukiman

Contoh kasus B
Parameter Kondisi Lahan Harkat
Lereng 20% 60
Jenis tanah Andosol 60
Curah hujan 12 mm/hari hujan 10
Jumlah Harkat 130
Lahan B sesuai untuk hutan produksi terbatas, tidak cocok untuk permukiman
Contoh kasus C
Parameter Kondisi Lahan Harkat
Lereng 20% 60
Jenis tanah Regosol 75
Curah hujan 12 mm/hari hujan 10
Jumlah Harkat 145
Lahan C jika menggunakan jumlah harkat, sesuai untuk hutan produksi terbatas, tapi jika dilihat
dari kriteria bahwa tanah regosol dengan lereng >15% harus dijadikan sebagai kawasan lindung,
maka peruntukan Lahan C sebaiknya adalah kawasan lindung.

Contoh kasus D
Parameter Kondisi Lahan Harkat
Lereng 20% 60
Jenis tanah Andosol 60
Curah hujan 35 mm/hari hujan 50
Jumlah Harkat 170
Lahan D sesuai untuk hutan produksi terbatas.
SOAL LATIHAN:
1. Tentukan Kesesuaian Lahan di Lahan A, B, C, D, E (Tuliskan penghitungan analisisnya di halaman sebalik).
2. Lakukan langkah yang sama pada satuan lahan yang lain.

>45% 25-45%
Latosol
` kekuningan >65%
Podsolik kuning
Regosol 15-25%
` 0-8%
`
`
`
Podsolik merah 8-15%
Aluvial kelabu tua

15-25%

20 mm/hari hujan ` A
`
D C
`
25 mm/hari hujan `
`
E
F
B
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERTANIAN
Kriteria Teknis Kawasan Pertanian (PermenPU 41/2007):
Type Iklim menurut Schmidt & Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi

A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika


B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika
C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim
kemarau
D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim
E 100,0 – 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana
F 167,0 – 300,0 Daerah kering, hutan sabana
G 300,0 – 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang
H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang

(Q = BK / BB x 100%).
BK = bulan kering, curah hujan <60 mm
BB = bulan basah, curah hujan >100 mm
BL = bulan lembab, curah hujan 60-100 mm
Penanganan Lahan Pertanian berdasar Kelerengan menurut PermenPU 41/2007

Kriteria Umum Kawasan Kelerengan dan Penanganan


Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah: • Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir;
• Ketinggian <1000 m • Tindakan konservasi secara vegetatif: pola tanam sepanjang
• Kelerengan <40% tahun, penanaman tanaman panen atas air tersedia dengan
• Kedalaman efektif lapisan tanah >30 cm jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5 - 20 L/detik/ha untuk
• Curah hujan 1500-4000 mm pertahun mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23 - 30ºC, oksigen larut 3 -
7 ppm, amoniak 0.1 ppm dan pH 5 - 7;
(Kelerengan <8%) • Tindakan konservasi secara mekanik: pembuatan pematang, teras,
dan saluran drainase.
Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering: • Kemiringan 0 - 6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan,
• Ketinggian <1000 m tanpa tindakan konservasi secara mekanik;
• Kelerengan <40% • Kemiringan 8 - 15%: Tindakan konservasi secara vegetatif ringan
• Kedalaman efektif lapisan tanah >30 cm sampai berat yaitu pergiliran tanaman, penanaman menurut
• Curah hujan 1500-4000 mm pertahun kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik, tanaman
penguat keras; Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras
(Kelerengan <15%) gulud disertai tanaman penguat keras; Tindakan konservasi secara
mekanik (berat), teras gulud denganinterval tinggi 0,75 – 1,5 m
dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air ditanami
rumput.
• Kemiringan 15 - 40%: Tindakan konservasi secara vegetatif (berat),
pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian
mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisipan
tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak; Tindakan
konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi
tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran
pembuangan air ditanami rumput.
Penanganan Lahan Pertanian berdasar Kelerengan menurut PermenPU 41/2007
Kriteria Umum Kawasan Kelerengan dan Penanganan
Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah: .......Lihat halaman sebelumnya

Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering: .......Lihat halaman sebelumnya

Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan: • Kemiringan 0 -6 %: pola tanam monokultur, tumpang sari,


• Ketinggian <1000 m interkultur atau campuran. Tindakan konservasi, vegetatif
• Kelerengan <40% tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah
• Kedalaman efektif lapisan tanah >30 cm minimum. Tanpa tindakan konservasi secara mekanik;
• Curah hujan >1500 mm pertahun • Kemiringan 8 - 15%: Pola tanam, monokultur, tumpang sari,
• Memiliki Skor <124 serta cocok bagi interkultur atau campuran; Tindakan konservasi secara vegetatif,
tanaman tahunan tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah
minimal; Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase,
rokrak teras bangku, diperkuat dengan tanaman penguat atau
rumput.
• Kemiringan 25 - 40%: Pola tanam, monokultur, interkultur atau
campuran; Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman
penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal;
Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak
teras individu.
Kesesuaian Lahan Model “Wilayah Tanah Usaha“
Oleh Dr. I. Made Sandy (1977)
Model sederhana menggunakan dua komponen:
• Ketinggian tempat
• Lereng (budidaya <40o , Lindung > 40o )
Ketinggian Perwilayahan Keterangan
0-2 m Tanah Usaha Terbatas • Elevasi 0-2 m wajib dilindungi sebagai kawasan perlindungan pantai

2-7 Tanah Usaha Terbatas I • Tambak ikan


• Dimungkinkan pengembangan sawah meski hasilnya tak sebaik pada
ketinggian di atasmya.

7-25 m Tanah Usaha Utama 1 • Umumnya merupakan daerah padat penduduk, terutama di Pulau
Jawa.
• Potensi ancaman banjir sangat besar. Garis bendungan pada
ketinggian 25 m. Pada ketinggian tersebut banyak dbuat bendungan
untuk pengendalian air sekaligus untuk irigasi
• <12,5 m sawah 1xpanen; >12,5m sawah 2xpanen

25-100 Tanah Usaha Utama 1 • Guna lahan pertanian lahan kering, perkebunan
• Sawah hasilnya masih cukup baik
• Banyak permukiman tapi tak sepadat ketinggian di bawahnya

100-500 Tanah Usaha Utama 1 • Guna lahan pertanian lahan kering, tanaman keras, buah-buahan,
perkebunan
• Sawah jika masih ada air
• Permukiman mulai jarang, topografi mulai sulit untuk pembuatan jalan

500-1000 Tanah Usaha Utama 2 • Bergelombang dan berbukit.


• Peralihan iklim panas ke sedang (nb. Suhu di pantai 25-27o C setiap
naik 100 m suhu turun 0,61-1o)
• Padi masih bisa tumbuh meski tidak sebaik di bawah 500 m
• Tanah datar yang luas sebaiknya untuk hortikultura dan sayur-sayuran,
tanah bergelombang untuk tanaman keras beriklim sejuk: cengkeh,
kopi, kemiri, jeruk

>1000 Tanah Usaha Terbatas • Suhu cukup rendah, beriklim sedang


• Tanaman iklim sedang dapat tumbuh dengan baik
• Tanah datar luas sangat sesuai untuk bunga-bungaan, sayur-sayuran
dan buah-buahan iklim dingin.

>2000 harus ditetapkan sebagai Hutan Lindung


ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah,


topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung
kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan.

• Teknik Pemerian : Deskripsi = tabularis


• Teknik Pengharkatan: Penjumlahan dan Pengurangan (yang menguntungkan dikurangi yang merugikan)
• Teknik Pembandingan: Tabularis
Teknik Pengharkatan: Penjumlahan dan Pengurangan

Faktor Yang Menguntungkan (nilai +) Faktor Yang Merugikan (nilai -)

Kandungan unsur hara Penghambat:


N, P2O5, K2O Singkapan batuan
Kebatuan
Kelembaban tanah terhadap tanaman
Konkresi
Tekstur, Struktur, Kandungan bahan organik
Muka air tanah
Kapasitas penyerapan hara Mikro relief
Kemasaman (pH), Fraksi Lempung, Bahan Makrorelief
Organik Lereng
Kedalaman tanah efektif

Permeabilitas

Kepekaan tanah terhadap erosi Bahaya:


Kandungan debu, Bentuk Struktur, Taraf Kekeringan
perkembangan struktur Kegaraman/salinitas
Banjir
Erosi

Kemampuan lahan = Σ(Faktor Menguntungkan) – Σ (Faktor Merugikan)


Faktor Menguntungkan:
Kandungan Unsur Hara (N, P2O5 dan K2O):
Kandungan N (%)
• <0,1 amat rendah harkat 1
• 0,1–0,2 rendah harkat 2
• 0,2–0,3 sedang harkat 3
• 0,3-0,5 tinggi harkat 4
• >0,75 amat tinggi harkat 5

Kandungan P2O5 (%)


• <0,0021 amat rendah harkat 1
• 0,021-0,040 rendah harkat 2
• 0,040-0,060 sedang harkat 3
• 0,060-0,100 tinggi harkat 4
• >0,100 amat tinggi harkat 5

Kandungan K2O (%)


• <0,0021 amat rendah harkat 1
• 0,021-0,040 rendah harkat 2
• 0,040-0,060 sedang harkat 3
• 0,060-0,100 tinggi harkat 4
• >0,100 amat tinggi harkat 5

Harkat Kandungan Unsur Hara merupakan penjumlahan harkat kandungan N, P2O5 dan K2O:
• <4 harkat 1+
• 4-7 harkat 2+
• 8-11 harkat 3+
• 12-15 harkat 4+
• >15 harkat 5+
Kelembaban Tanah Terhadap Tanaman
(Tekstur, Struktur, Kandungan bahan organik)

Tekstur Tanah
• Kasar harkat 1
• Agak kasar harkat 2
• Sedang harkat 3
• Agak halus harkat 4
• Halus harkat 5

Struktur Tanah
• Butir tunggal harkat 1
• Gumpal/pejal/kubus/prisma harkat 2
• Remah harkat 3

Kandungan bahan organik


• <2 rendah harkat 1
• 2-6 sedang harkat 2
• 6-10 agak tinggi harkat 3
• 10-30 tinggi harkat 4
• >30 harkat 5

Harkat kelembaban tanah terhadap tanaman merupakan penjumlahan harkat dari


tekstur tanah, struktur tanah, dan kandungan bahan organik
• <4 harkat 1+
• 4-6 harkat 2+
• 7-9 harkat 3+
• 10-11 harkat 4+
• >12 harkat 5+
Kapasitas Penyerapan Unsur Hara

Keasaman
• <4,5 sangat asam harkat 1
• 4,5-5,5 asam harkat 2
• 5,5-6,5 agak asam harkat 3
• 6,5-7,5 netral harkat 4
• 7,5-8,5 agak basa harkat 3
• 8,5-9,0 basa harkat 2
• >9,0 sangat basa harkat 1

Fraksi Lempung (%)


• <20 rendah harkat 1
• 20-40 sedang harkat 2
• 40-60 agak tinggi harkat 3
• >60 tinggi harkat 4

Bahan Organik
1. Perbandingan C/N 2. Kandungan bahan
• <7 rendah harkat 1 <2 rendah harkat 1
• 7-10 sedang harkat 2 2-6 sedang harkat 2
• 10-14 agak tinggi harkat 3 6-10 agak tinggi harkat 3
• 14-20 tinggi harkat 2 10-30 tinggi harkat 4
• >20 amat tinggi harkat 1 >30 sangat tinggi harkat 5

Harkat Kapasitas Penyerapan Unsur Hara:


• <5 harkat 1+
• 5-6 harkat 2+
• 7-8 harkat 3+
• 9-10 harkat 4+
• >10 harkat 5+
Kedalaman Tanah Efektif (cm)
• <25 dangkal harkat 1
• 25-50 sedang harkat 2
• >50 dalam harkat 3

Permeabilitas (cm/jam)
• >12,50 cepat/sangat cepat harkat 1+
• 6,25-12,50 agak cepat harkat 2+
• 2,00-6,25 sedang harkat 3+
• 0,50-2,00 agak lambat harkat 2+
• <50 lambat/sangat lambat harkat 1+

Kepekaan Tanah Terhadap Erosi


1. Kandungan Debu (%) 2. Bentuk Struktur Tanah
• >50 tinggi harkat 1 - lempeng/prisma/tiang/gumpal harkat 1
• 30-50 agak tinggi harkat 2 - butir tunggal harkat 2
• 15-30 sedang harkat 3 - remah harkat 3
• <15 rendah harkat 4 - kubus harkat 4

3. Taraf Perkembangan Struktur Tanah


• Tanpa struktur harkat 1
• Lemah harkat 2
• Sedang harkat 3 Jumah Harkat Kepekaan Tanah Terhadap Erosi
• Kuat harkat 4 • <5 harkat 1+
• 5-6 harkat 2+
• 7-8 harkat 3+
• 9-10 harkat 4+
• >10 harkat 5+
Faktor Merugikan: Faktor Penghambat
Batu Besar/Singkapan Batuan (%) Mikrorelief (khusus untuk dataran)
• 0 tanpa batu besar harkat 0 • 0 tanpa mikrorelief harkat 0
• 1-10 sedikit harkat 1- • 1-10 sedikit harkat 1-
• 10-25 sedang harkat 2- • 10-50 sedang harkat 2-
• >25 banyak harkat 3- • >50 banyak harkat 3-

Batu Kecil/Kebatuan (%) Makrorelief (khusus perbukitan/pegunungan)


• 0 tanpa batu kecil harkat 0 • datar harkat 0
• 1-3 sedikit harkat 1- • berombak harkat 1-
• 3-15 sedang harkat 2- • bergelombang harkat 2-
• >15 banyak harkat 3- • Berbukit-bergunung harkat 3-

Konkresi (khusus untuk dataran (%)) Lereng (khusus perbukitan/pegunungan)


• 0 tanpa konkresi harkat 0 • <3 datar harkat 0
• 1-3 sedikit harkat 1- • 3-8 landai harkat 1-
• 3-50 sedang harkat 2- • 8-15 miring harkat 2-
• >50 banyak harkat 3- • >15 curam harkat 3-

Muka Air Tanah (khusus untuk dataran (cm)


• tanpa glei harkat 0
• >100 dalam harkat 1-
• 50-100 agak dalam harkat 2-
• <50 dangkal harkat 3-
Faktor Merugikan: Faktor Bahaya
Kekeringan (indikator pasir kedalaman <100 cm)
• <40% sedikit pasir harkat 0
• 40-60% cukup pasir harkat 1-
• 60-80% agak banyak pasir harkat 2-
• >80% banyak pasir harkat 3-

Banjir (bulan per tahun) Erosi


• 0 tanpa harkat 0 • tanpa harkat 0
• <2 jarang harkat 1- • e1 ringan harkat 1-
• 2-6 sering harkat 2- • e2 sedang harkat 2-
• >6 selalu harkat 3- • e3, e4 berat harkat 3-

Kadar Garam/Salinitas
1. Kadar garam (%)
• <0,15 tanpa harkat 0
• 0,15-0,35 sedikit harkat 1-
• 0,35-0,65 sedang harkat 2- Harkat Kadar Garam (Penjumlahan
• >65 banyak harkat 3- dari harkat kadar garam dengan
harkat rata-rata luas wilayah)
2. Rata-rata luas wilayah (%) • 0 harkat 0
• 0 tanpa harkat 0 • 1-2 (-) harkat 1-
• 1-5 sedikit harkat 1- • 3-4 (-) harkat 2-
• 5-35 sedang harkat 2- • 5-6 (-) harkat 3-
• >35 banyak harkat 3-
Kemampuan Lahan (Sumber: Analisis Kemampuan Lahan untuk Pertanian dengan Teknik Penjumlahan-Pengurangan, fakultas Geografi UGM 1994)
Jumlah Kelas Arti Kelas Kemampuan Tanah
harkat Kemampuan
>20 I Lahan baik sekali, hampir tidak ada penghambat, dapat digunakan Aluvial (bahan vulkanik), regosol
untuk segala macam usaha pertanian (abu vulkanik) di kaki gunung api
15-19 II Lahan baik, ada sedikit penghambat, dapat digunakan untuk berbagai Aluvial (bahan tersier) dan latosol
usaha pertanian dengan sedikit intensifikasi (agakkurus), andosol (di lembah)
dan non calcc brown (kurang air)
12-14 III Lahan agak baik, beberapa penghambat memerlukan investasi untuk Latosol (vulkanik), bergelombang
usaha pertanian
8-11 IV Lahan sedang, beberapa penghambat perlu diatasi untuk suatu usaha Mediteran pada gunung api,
pertanian grumosol di dataran (agak jelek,
kurang air)
4-7 V Lahan agak jelek, beberapa penghambat memerlukan usaha Latosol pada breksi (kurus,
intensifikasi lebeh banyak,usaha pertanian mekanis tidak mungkin banyak tonjolan batu, berbukit)
0-3 VI Lahan jelek, berbagai penghambat alam membatasi penggunaan lahan Regosol dan andosol di kerucut
untuk pertanian biasa, baik untuk tanaman tahunan, hutan produksi vulkan, renzina dan grumosol di
dan peternakan bukit (berbatu, dangkal, peka
erosi), podsolik merah kuning di
dataran (kurus, masam, jelek,
konkresi), organosol eutrof (air
tanah, udah terbakar,
irreversible)
-3 - 0 VII Jelek sekali, pertumbuhan tanaman/penggunaan lahan sangat terbatas Podsolik merah kuning di bukit
oleh faktor alam, agak baik untuk tanaman tahunan, hutan produksi. dan lateritik di dataran (kurus,
jelek, peka erosi, konkresi,
dangkal, curam), organosol,
oligotrof (kurus, air tanah, udah
terbakar, peka erosi, ireversible)
<= -4 VIII Lahan amat jelek, faktor-faktor alam tidak memungkinkan untuk suatu Podsol (kurus sekali, masam,
usaha pertanian, hanya baik untuk hutan lindung atau margasatwa jelek, air tanah, peka erosi,
konkresi)
Teknik Pembandingan/Tabularis
Kemampuan Lahan (Sumber: PermenLH 17/2009) ttg Analisis daya Dukung Lahan)
Kelas Kriteria Rekomendasi
Penggunaan Lahan
I 1. Tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan yang membatasi Pertanian:
penggunaannya. a. Tanaman pertanian
2. Sesuai untuk berbagai penggunaan, terutama pertanian. semusim.
3. Karakteristik lahannya antara lain: topografi hampir datar - datar, b. Tanaman rumput.
ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, drainase baik, mudah c. Hutan dan cagar alam.
diolah, kapasitas menahan air baik, subur, tidak terancam banjir

II 1. Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang Pertanian:


mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan a. Tanaman semusim.
konservasi yang sedang. b. Tanaman rumput.
2. Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk c. Padang penggembalaan.
mencegah kerusakan. d. Hutan produksi.
e. Hutan lindung.
f. Cagar alam.

III 1. Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang mengurangi pilihan 1. Pertanian:
penggunaan lahan dan memerlukan tindakan konservasi khusus dan a. Tanaman semusim.
keduanya. b. Tanaman yang memerlukan
2. Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan jika dipergunakan Pengolahan tanah.
untuk tanaman perlu pengelolaan tanah dan tindakan konservasi lebih c. Tanaman rumput.
sulit diterapkan. d. Padang rumput.
3. Hambatan dimaksud pada angka 1 membatasi lama penggunaan e. Hutan produksi.
bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau f. Hutan lindung dan cagar
kombinasi dari pembatas tersebut. alam.

2. Non-pertanian.
Kelas Kriteria Penggunaan
IV 1. Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari kelas III, 1. Pertanian:
dan pilihan tanaman juga terbatas. a. Tanaman semusim dan
2. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, tindakan Tanaman pertanian pada
konservasi lebih sulit diterapkan. umumnya.
b. Tanaman rumput.
c. Hutan produksi.
d. Padang penggembalaan.
e. Hutan lindung dan suaka
alam.

2. Non-pertanian.

V 1. Tidak terancam erosi tetapimempunyai hambatan lain yang tidak 1. Pertanian:


mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi pilihan penggunaannya. a. Tanaman rumput.
2. Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan b. Padang penggembalaan.
dan tanaman. c. Hutan produksi.
3. Terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi sering terlanda d. Hutan lindung dan suaka
banjir, berbatu atau iklim yang kurang sesuai. alam.

2. Non-pertanian

VI 1. Mempunyai faktor penghambat berat yang menyebabkan 1. Pertanian:


penggunaan tanah sangat terbatas karena mempunyai ancaman a. Tanaman rumput.
kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. b. Padang penggembalaan.
2. Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika dipergunakan c. Hutan produksi.
untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik d. Hutan lindung dan cagar
untuk menghindari erosi. alam.

2. Non-pertanian.
Kelas Kriteria Penggunaan
VII 1. Mempunyai faktor penghambat dan ancaman berat yang tidak dapat a. Padang rumput.
dihilangkan, karena itu pemanfaatannya harus bersifat konservasi. Jika b. Hutan produksi.
digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan
pencegahan erosi yang berat.

VIII 1. Sebaiknya dibiarkan secara alami. a. Hutan lindung.


2. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin dilakukan b. Rekreasi alam.
tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi. c. Cagar alam.

Kelompok 1 adalah kelas kemampuan lahan yang cocok untuk usaha tani yaitu
kelompok I sd IV
• Dua kelas pertama (kelas I dan kelas II) merupakan lahan yang cocok untuk
penggunaan pertanian
• Kelas III sampai dengan kelas VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai
pemanfaatan lainnya. Meskipun demikian, lahan kelas III dan kelas IV masih
dapat digunakan untuk pertanian.

Kelompok 2 adalah kelas kemampuan lahan yang tidak bisa digunakan untuk
usaha tani.
• 2 (dua) kelas terakhir (kelas VII dan kelas VIII) merupakan lahan yang harus
dilindungi atau untuk fungsi konservasi.
Skema
Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan Penggunaan Lahan
Kelas Hutan Penggembalaan Pertanian
Kemampuan
Lahan Lindung/ Produksi Terbatas Sedang Intensif Terbatas Sedang Intensif Sangat
Cagar Alam Terbatas Intensif

II

III

IV

VI

VII

VIII

Sumber: Rayes (2007) dalam Muta’ali (2012)


Kelas Kemampuan Lahan dalam Tingkat Unit Pengelolaan:
Klasifikasi pada kategori unit pengelolaan memperhitungkan faktor-faktor penghambat yang bersifat permanen atau
sulit diubah seperti tekstur tanah, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang telah terjadi,
liat masam (cat clay), batuan di atas permukaan tanah, ancaman banjir atau genangan air yang tetap. Faktor-faktor
tersebut digolongkan berdasarkan besarnya intensitas faktorpenghambat atau ancaman

Faktor Penghambat/ Kelas Kemampuan Lahan


Pembatas I II III IV V VI VII VIII
Lereng permukaan (l) A B C D A E F G
Kepekaan Erosi (KE) KE1-2 KE3 KE4-5 KE6 (*) (*) (*) (*)
Tingkat Erosi (e) e0 e1 e2 e3 (**) e4 e5 (*)
Kedalaman Tanah (k) k0 k1 k2 k2 (*) k3 (*) (*)
Tekstur Lapisan Atas (t) t1-3 t1-3 t1-4 t1-4 (*) t1-4 t1-4 t5
Tekstur Lapisan Bawah (t) t1-3 t1-3 t1-4 t1-4 (*) t1-4 t1-4 t5
Permeabilitas Tanah (P) P2-3 P2-3 P2-4 P1 (*) (*) (*) P5
Drainase (d) d1 d2 d3 d4 d5 (**) (**) d0
Kerikil/Batuan (b) b0 b0 b1 b2 b3 (*) (*) B4
Ancaman Banjir (o) o0 o1 o2 o3 o4 (**) (**) (*)
Garam/Salinitas (g) (***) g0 g1 g2 g3 (**) g3 (*) (*)

Keterangan: (*) = sembarang sifat, (**) = tidak berlaku, (***) umumnya di daerah beriklim kering
KELOMPOK PARAMETER:

Lereng Permukaan (peta topografi)


l0 = (A) = 0-3% : datar.
l1 = (B) = 3-8% : landai/berombak.
l2 = (C) = 8-15% : agak miring/bergelombang.
l3 = (D) = 15-30% : miring berbukit.
l4 = (E) = 30-45% : agak curam.
l5 = (F) = 45-65% : curam.
l6 = (G) = > 65% : sangat curam.

Kepekaan Erosi (uji laboratorium sampel tanah)


KE1 = 0,00-0,10 : sangat rendah
KE2 = 0,11-0,20: rendah
KE3 = 0,21-0,32:sedang
KE4 = 0,33-0,43: agak tinggi
KE5 = 0,44-0,55: tinggi
KE6 = 0,56-0,64 sangat tinggi

Tingkat Erosi (perhitungan)


e0 = tidak ada erosi.
e1 = ringan: < 25% lapisan atas hilang.
e2 = sedang: 25-75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.
e3 = agak berat: > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang.
e4 = berat: sampai lebih dari 25% lapisan bawah hilang.
e5 = sangat berat: erosi parit
Kedalaman sampai Kerikil, Padas (pengukuran lapangan)
k0 = dalam: > 90 cm.
k1 = sedang: 90-50 cm.
k2 = dangkal: 50-25 cm.
k3 = sangat dangkal: < 25 cm.

Tekstur tanah (uji laboratorium sampel tanah)


t1 = halus: liat, liat berdebu.
t2 = agak halus: liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir.
t3 = sedang: debu, lempung berdebu, lempung.
t4 = agak kasar: lempung berpasir.
t5 = kasar: pasir berlempung, pasir.

Permeabilitas (uji laboratorium sampel tanah)


p1 = lambat: < 0.5 cm/jam.
p2 = agak lambat: 0.5 – 2.0 cm/jam.
p3 = sedang: 2.0 – 6.25 cm/jam.
p4 = agak cepat: 6,25 – 12,5 cm/jam
p5 = cepat: >12,5 cm/jam
Drainase Tanah (pengukuran/pengamatan lapangan)
d0 = berlebihan, air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman
akan segera mengalami kekurangan air
d1 = baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai lapisan bawah berwarna
terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak.
d2 = agak baik: tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau
kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.
d3 = agak buruk: lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning,
kelabu, atau coklat. Terdapat bercak-bercak pada saluran bagian lapisan bawah.
d4 = buruk: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat
dan kekuningan.
d5= sangat buruk: seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat
bercak-bercak kelabu, coklat dan kekuningan.

Ancaman Banjir/Genangan (data sekunder)


o0 = tidak pernah: dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam.
o1 = kadang-kadang: banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur dalam periode kurang dari
satu bulan.
o2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
o3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir lamanya lebih dari 24 jam.
o4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.

Garam/Salinitas (uji lab sampel tanah, umumnya di daerah beriklim kering)


g0 = bebas, 0-15% garam larut pada suhu 25o
g1 = terpengaruh sedikit, 0,15-0,35 garam larut pada suhu 25o
g2 = terpengaruh sedang, 0,35-0,65% garam larut pada suhu 25o
g3 = terengaruh hebat, >65% garam larut pada suhu 25o
Kerikil/Batuan (pengukuran/pengamatan lapangan)
Batuan Kerikil (diameter 2-7,5 mm jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng.
Batuan Kecil (diameter 7,5-25 mm jika berbentuk bulat atau sampai 15-40 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng.
Dalam lapisan 20 cm:
b0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.
b1 = sedang: 15-50% volume tanah.
b2 = banyak: 50-90% volume tanah.
b3 = sangat banyak: > 90 % volume tanah.

Batuan Lepas (diameter lebih besar dari 25 cm jika berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm jika
berbentuk gepeng)
b0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal.
b1 = sedikit : 0.01%-3% permukaan tanah tertutup.
b2 = sedang : 3%-15% permukaan tanah tertutup.
b3 = banyak : 15%-90% permukaan tanah tertutup.
b4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi
pertanian.

Batuan terungkap merupakan batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah, yang merupakan bagian dari satuan besar
yang terbenam di dalam tanah (batuan tertutup)
b0 = tidak ada: kurang dari 2% permukaan tanah
tertutup.
b1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup.
b2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup.
b3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup.
b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digarap.
Contoh Identifikasi Kelas Kemampuan Lahan

 Pilih kelas yang paling besar pembatasnya: Lahan sampel 1


masuk dalam kategori Kelas III dengan faktor penghambat
kepekaan erosi (ke) dan drainase (d)
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN untuk PERTANIAN

1. Tumpang-tindih dengan penambahan-pembobotan:


• Jumlah bobot terhadap lereng, jenis tanah dan curah hujan <125
(Lihat SK Menteri Pertanian no 837/1980 dan 683/1981)

2. Tumpang-tindih hasil 1 (Lahan sesuai untuk budidaya)


dengan:
• Kelerengan (simak analisis kemampuan lahan)
• 0-3%
• 3-8%
Lahan Sesuai • 8-15%
untuk Pertanian • 15-30%
• >30%

• Ketinggian (simak analisis wilayah tanah usaha)


• 7-25 m
• 0-7; 25-100 m
• 100-500 m
• 500-1000 m
• >1000 m
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN untuk PERMUKIMAN
Proses Analisis dan Kriteria Teknis Kawasan Permukiman:
1. Tumpang-tindih dengan penambahan-pembobotan:
• Jumlah bobot terhadap lereng, jenis tanah dan curah hujan <125
(Lihat SK Menteri Pertanian no 837/1980 dan 683/1981)

2. Tumpang-tindih dengan metode boolean:


• Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
Sumber lain (Muta’ali, 2012) menyarankan kelerengan lahan ≤ 15%

• Tidak berada pada kawasan lindung;


• Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
• Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/
Lahan Sesuai danau/mata air/saluran pengairan
• Bukan tanah organosol, glay humus, laterit air tanah atau jenis tanah
untuk Permukiman dengan kadar liat tinggi
• Tidak berada di jalur rel kereta api; daerah aman penerbangan;

• Bukan sawah irigasi teknis.

3. Pastikan:
• Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air
60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
• Drainase baik sampai sedang;
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN untuk PERMUKIMAN

1. Analisis Kesesuaian Lahan dengan Teknik Tumpang-tindih Penambahan-


Pembobotan menghasilkan peta kesesuaian untuk budidaya (skor <125)
2. Analisis Kesesuaian Lahan dengan Teknik Tumpang-tindih Boolean:
Peta yang ditumpang tindih:
• Peta Lahan Sesuai untuk Budidaya
• Peta Guna Lahan Saat Ini (Singkirkan lahan sawah irigasi teknis)
• Peta Lereng (Singkirkan lahan dengan kelerengan >15%, sumber lain menggunakan kriteria >25%)
• Peta Kawasan Lindung (Singkirkan lahan yang harus dilindungi)
Hasil:
Peta Lahan Sesuai untuk Permukiman yang tidak berada di kawasan lindung dan sawah beririgasi teknis
dengan kelerengan <15%.

3. Yakinkan hasil kesesuaian lahan permukiman yang dIperoleh dari langkah 2 di


atas dengan informasi tentang kemudahan mendapatkan air bersih dan
drainase.
Lahan datar (0-15%) kemampuan drainasenya sedang, lahan bergelombang (15-
40%) kemampuan drainasenya baik (Muta’ali 2012, halaman 208)
REFERENSI TAMBAHAN UNTUK
KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN
Contoh Proses Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman

Sumber: Nusha, Fakultas Geografi, UMS, 2009, Evaluasi kesesuaian lahan untuk Sumber: Setyowati, Geografi-FIS UNNES, 2007: Kajian Evaluasi
lokasi permukiman diKecamatan selogiri kabupaten wonogiri Propinsi jawa tengah Kesesuaian Lahan Permukiman Dengan Teknik GIS)
Contoh Parameter Yang Digunakan pada Analisis Kesesuaian Lahan Untuk
Permukiman Oleh Fajar Dania Nusha K, Fakultas Geografi UMS, 2009
No Data /parameter Keterangan

1 Kemiringan Lereng Sudut lereng: semakin datar lereng semakin mudah dalam penempatan pondasi
bangunan dan semakin rendah biaya pembangunan. Dihitung dari peta topografi
dan survei lapangan.
2 Kerapatan Alur Sungai Kedalaman dan panjang alur: semakin renggang alur sungai semakin kecil resiko
bahaya banjir. Dihitung dari peta topografi dan survei lapangan.
3 Banjir atau Penggenangan Frekuensi banjir: semakin jarang banjir semakin nyaman untuk bermukim. Survei
lapangan, wawancara dengan penduduk.
4 Erosi Permukaan Kenampakan erosi: semakin bebas erosi semakin nyaman untuk bermukim. Survei
lapangan identifikasi ada tidaknya singkapan batuan, alur/parit akibat air
permukaan, kenampakan akar tanaman
5 Bahaya Longsor Gerakan massa batuan. Semakin stabil semakin aman untuk bermukim.
Diidentifikasi dari peta topografi, jenis tanah/batuan dan survei lapangan.
6 Drainase Genangan air: tanah lembab tergenang tidak sehat untuk bermukim. Survei
lapangan.
7 Kekuatan Batuan Batuan yang kuat akan menopang pondasi bangunan dengan kokoh. Survei
lapangan, test kekuatan batuan dengan pukulan.
8 Pelapukan Batuan Batuan sangat lapuk kuang kuat menopang bangunan di atasnya. Survei lapangan,
pengamatan kesegaran batuan.
9 Daya Dukung Tanah Kekuatan tanah menahan beban. Pengukuran lapangan menggunakan
penetrometer
10 Kedalaman Air Tanah Kemudahan mendapatkan air tanah dangkal. Survei lapangan, pengukuran pada
sumur yang ada, pengeboran.
11 Tekstur Tanah Tanah yang mudah kembang-kerut akan cepat merusak bangunan di atasnya.
Survei laboratorium dari sampel.
1. Kemiringan lereng
Sudut Lereg Kriteria Nilai

0-2 Datar 5

2-8 Landai 4

8 - 21 Miring 3

21 - < 40 Terjal 2

> 40 Sangat terjal 1

2. Alur sungai
Kedalaman Alur Sungai Jumlah Alur Sungai Nilai

<1 0–1 5

2–4 2–4 4

5–8 5 – 10 3

9 – 15 11 – 15 2

> 16 > 15 1
3. Kerawanan banjir/genangan
Kriteria Nilai

Tidak pernah banjir 5

Tergenang <2 bulan/tahun 4

Tergenang 2-6 bulan/tahun 3

Tergenang 6-8 bulan/tahun 2

Tergenang >8 bulan/tahun 1

4. Erosi permukaan
Kriteria Nilai

Tdak ada kenampakan erosi 5

Kenampakan erosi ringan 4

Kenampakan erosi sedang 3

Kenampakan erosi berat 2

Kenampakan erosi sangat berat 1


5. Kerawanan longsor
Kriteria Nilai

Tanpa bahaya longsor 5

Ada gerakan massa batuan/tanah voume 4


kecil
Gerakan massa batuan/tanah resiko 3
sedang
Gerakan massa batuan/tanah resiko tinggi 2

Gerakan massa batuan/tanah resiko 1


sangat tinggi

6. Drainase/pengatusan
Kriteria Nilai

Lahan kering, pengatusan sangat baik 5

Pengatusan baik 4

Pengatusan sedang 3

Pengatusan jelek 2

Pegatusan sangat jelek 1


7. Kekuatan batuan
Kriteria Nilai

Tidak mudah pecah oleh pukulan palu 5


geologi sangat kuat
Sukar pecah oleh pukulan palu geologi 4

Pecah oleh pukulan palu geologi 3

Mudah pecah oleh pukulan palu geologi 2


ringan

Mudah dipecah dengan tangan 1

8. Pelapukan batuan
Kriteria Nilai

Batu segar 5

Batu lapuk ringan 4

Batu lapuk sedang 3

Batu lapuk kuat 2

Batu lapuk sangat kuat 1


9. Daya dukung tanah
Beban titik (kg/cm2) Kriteria Nilai

> 1,5 Sangat kuat 5

1,4 - 1,5 Kuat 4

1,2 - 1,4 Sedang 3

1,1, - 1,2 Lemah 2

<1,1 Sangat lemah 1

10. Kedalaman air tanah


Kedalaman air tanah (m) Kriteria Nilai

<7 Sangat dangkal 5

7-14 Dangkal 4

15-25 Sedang 3

26-50 Dalam 2

>50 Sangat Dalam 1


11. Tekstur tanah
Kriteria Nilai

Geluh 5

Geluh berpasir 4

Geluh berlempung 3

Lempung berpasir 2

Lempung, pasir 1
Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman
Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Harkat
(Jumlah harkat dari seluruh
parameter)
I (S1,S2) Sangat baik hingga baik, lahan sangat sesuai untuk permukiman >35

II (S3) Sedang, lahan mempunyai beberapa faktor penghambat non 31-35


permanen
III (N1,N2) Jelek hingga sangat jelek, lahan memiliki banyak faktor 25-30
penghambat atau beberapa faktor penghambat mutlak dan
permanen.

Jumlah nilai dari masing-masing satuan lahan


(kemiringan lereng + kerapatan alur sungai + Banjir atau Penggenangan +
Tingkat erosi permukaan + Tingkat bahaya longsor + Drainase +
Kekuatan Batuan + Pelapukan Batuan + Daya dukung tanah +
Kedalaman air tanah + Tekstur tanah).

Jumlah nilai tertinggi – jumlah nilai terendah


Interval kelas =
Jumlah kelas

Sumber: Nusha, Fakultas Geografi, UMS, 2009, Evaluasi kesesuaian lahan untuk
lokasi permukiman diKecamatan selogiri kabupaten wonogiri Propinsi jawa tengah
Contoh Lain Parameter Kesesuaian Lahan untuk Permukiman (pada penelitian lainnya)
Kriteria Kesesuaian Lahan
No Parameter
S1 S2 S3 N1 N2

KEKASARAN MEDAN
1 Kemiringan Lereng 0% - 8% > 8% - 25% > 25% - 40% > 40 % > 40 %
KEKUATAN BATUAN
2 Posisi jalur patahan tidak ada tidak ada ada pengaruh Tepat pada Tepat pada
jalur jalur
3 Kekuatan batuan (kg/cm2) > 75 > 30 - 75 > 10 - 30 > 3 - 10 <3
KEKUATAN TANAH
4 Kembang kerut tanah (nilai cole) < 0,001-0,03 0,031-0,060 0,061-0,090 > 0,091 > 0,091
5 Daya dukung tanah (kg/cm2) > 7,11 - 8,53 > 5,69 - 7,11 > 4,27 - 5,69 0 - 4,27 0 - 4,27
PEMATUSAN DRAINASE
6 Saluran permukaan tanah Baik Sekali Baik Agak baik Tidak teratur Tidak ada

KETERSEDIAAN AIR
7 Kedalaman Air Tanah < 15 m 15-25 25-50 >50 >50
BAHAYA ALAM
8 Erosi Tidak ada < 25 % erosi > 75% erosi erosi berat erosi berat

9 Longsor/Gerakan Tanah Tidak ada Tidak ada Ada, ringan Ada, resiko
berat
10 Banjir Tidak pernah Pernah ada Tergenang Tergenang Tergenang
Ringan, < 2 berat, 2-6 sangat berat,
bulan per tahun bulan >6 bulan per
pertahun tahun
Sumber: Setyowati, Geografi-FIS UNNES: Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Dengan Teknik GIS, 2007)
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai