Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI BUDAYAa

Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencangkup barang-barang seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-
ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda-beda, perilaku tersebut akan
membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan
berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat tersebut dalam
menangani masalah. Setiap individu memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari,
budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya pertama kali didefinisikan oleh
antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia
sebagai anggota masyarakat. ( Brunner dan Suddart, 2001 ). Sedangkan petter (1993)
mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan sikap dan adat yang terbagi dalam suatu
kelompok dan berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya akan dipakai oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan nyaman dari wktu ke waktu tanpa memikirkan
rasionalisasinya. The American Herritage Dictionary mengertikan kebudayaan adalah sebagai
suatu keseluruhan dari pola prilaku yang dikirimkan melalui kerja dan pemikiran manusia dari
suatu kelompok manusia.

Banyak ahli budaya mendifinisikan arti budaya dan kebudayaan ini dengan berbagai argumen,
tetapi intinya adalah sama, koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa kebudayaan berasal dari
bahasa sangsengkerta buddayah yeng berarti budi atau akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan
kebudayaanadalah hasil cipta, rasa dan karsa. Kessing (1992) mengadopsi berbagai pengertian
kebudayaan dari para ahli yang kemudian dapat disimpulkan bahwa budaya adalah suatu yang
mengandung unsur pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, prilaku yang merupakan kebiasaan
yang diwariskan. Budayaan atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau
menegrjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang tercipta secara historis baik
eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang
potensial untuk prilaku manusia (kluckhohn dan kelly, dalam kessing, 1992). Menurut swasono
(1998), respon masyarat terhadap berbagai peristiwa kehidupan disebut budaya. Dan budaya ini
berbeda-beda pada berbagai kelompok di masyarakat. Andrews dan Boyle (2003)
mendefinisikan budaya dari Leininger (1978) bahwa budaya adalah pengetahuan yang dipelajar
dan disebarkan dengan nilai, kepercayaan, aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi
acuan bagi kelompok tertentu dalam berpikir dan bertindak dengan cara yang terpola. Purwasito
(2003) menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa sansekerta buddayah yang berarti
akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata budaya bersinonimdengan kata ‘cuture’. Kata
culture berasal dari bahasa latin ‘cultura’. Kata kultur atau kebudayaan adalah hasil kegiatan
intelektual manusia, suatu konsep mencangkup berbagai komponen yang digunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehari-hari. Pendapat ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Oliver (1981) yang juga memberikan penekanan bahwa budaya
merupakan sekumpulan ide yang digunakan manusia untuk menjawab permasalahan hidup yang
mendasar.

Zanden (1990) menjelaskan bahwa istilah kultur mengacu pada warisan sosial masyarakat yang
mempelajari pola berpikir, merasa, dan bertindak yang ditularkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya termasuk penggunaan pola-pola tersebut dalam sesuatu yang bersifat materi.
Sementara itu samovar dan poter (1995) mengutip pernyataan Adamsom dan Frost yang
mengatakan bahwa kultur merupakan pola tingkah laku yang dipelajari yang merupakan satu
kesatuan system yang bukan hasil dari keturunan. Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa
kultur atau memiliki karakteristik sendiri. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

B. KARAKTERISTIK BUDAYA
Dincker (1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan
empat ciri esensial budaya yaitu : pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan, orang yang
mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir. Kedua, budaya berbagi bersama, anggota-
anggota kelompok yang sama membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku
dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya.

Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada
sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya. Adaptasi budaya pada
negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah proses yang
selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang
partisipasi wanita dan sebagainya. Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan
suku Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya setempat.

Menuurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :

1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan hidup di
Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu
bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orangtuanya.

2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui banyak hal
tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi sebelum kita mengejarkan
kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacra penguburan placenta pada masyarakat jawa,
masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti prilaku nenek moyangnya.

3. Budaya itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang memerlukan simbol.
Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi sehingga
memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak,
manik-manik, gelang yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.

4. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan adaftif
maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat
merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi tersebut
berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.

5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat memepengaruhi prilaku seseorang
yang tinggal dilingkungan tersebut.

6. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik diantara
budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang benar, apabila melihat
perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini terjadi pada kelompok suku yang lain.
Meeskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu membedakannya
dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang
tidak sesuai denngan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam satu aspek dan
sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional
dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan antara
kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan sekumpulan harapan
realistik. Tetapi, hanya belajar tentang individu atau keluarga yang dihadapi sehingga tenaga
medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok bermakna (Leininger 2000).

C. PERILAKU BUDAYA KESEHATAN

Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara lainnya termasuk
Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau
daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah
kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan
dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam
menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil
studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan berbagai
kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.

Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan di mana berbagai
cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humoral medicine dan
elemen magis. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap
suku atau kelompok masyarakat tersebut akan mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang
berbeda-beda termasuk dalam mencari penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya.
Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia terdapat kepercayaan tradisional pada hal-
hal gaib.

D. DEFINISI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam cross-cultural atau
lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural atau banyak budaya
(Andrews,1999). Leininger merupakan ahli antropologi keperawatan sejak pertengahan lima
puluhan yang merencanakan bahwa transkultural nursing merupaer mendefinisikan
“transkultural Nursing”kan area formal yang harus diaplikasikan dalam praktik keperawatan
(leininger,1999;McFarland,2002).
Leininger mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang
spesifik dan kultur yang universasl dalam keperawatan (Andrews and Boyle,1997: Leininger dan
McFarland,2002). Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi
terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
keperawatan yang humanis sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan
universal (leininger,1978).

E. KONSEP UTAMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari hasil
penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai pedoman untuk
mencari culture care yang akan diaplikasikan.

1) Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.

2) Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak lahir , masa
perkembangan , masa pertumbuhan , masa pertahanan sampai dikala meninggal.

3) Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi
dengan klien, staff dan kelompok lain.

4) Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional, kepercayaan
dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan ontology sebagai dasar dari ilmu
keperawatan.

5) Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan
norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi tuntunan dalam berfikir,
mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.

6) Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan
pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian
serta keterbatasan.
7) Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan yang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya bertahan
dengan kultur pada periode tertentu.

8) Perbedaan kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau simbol dari
perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk
kematian.

9) Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari pemahaman
terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur mempengaruhi kesehatan atau
memperbaiki kondisi manusia.

10) Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.

11) Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk memaksakan


kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih
tinggi dari pada kelompok lain.

F. KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT

Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social
seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan
dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Penyebabnya bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh. Masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu karena pengaruh gejala alam seperti
panas atau dingin terhadap tubuh manusia, makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan
panas dan dingin, supranatural seperti roh, guna-guna, setan.

Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah, contohnya konsep
sakit menurut budaya NTT, dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar merasakan pusing dan
tidak mampu menjalankan aktifitas. Begitu pula di daerah jawa, dikatakan sakit apabila
masyarakat sekitar tidak mampu melakukan aktifitas seperti biasanya, sedangkan dikatakan sehat
apabila masyarakat sekitar mampu berjalan, berfikir, dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari
tanpa ada hambatan atau kendala.

Anda mungkin juga menyukai