Anda di halaman 1dari 10

SISTEM KONTROL

PADA TOREN AIR


Aldiansyah Nuzuar
13112058

 Controlled variable : water level


 Reference value : Initial setting of sinker
 Comparison element : sinker
 Error signal : different settings
 Control unit : sinker
 Correction unit : switch
 Process : water level in tank
 Mesuring device : sinker
Mekanisme :

Saat air mencapai setengah dari pemberat yang bawah (level low) maka dua pemberat (sinker)
akan menggantung dimana total beratnya akan mampu menarik  switch yang ada pada switch body  di
bagian atas. Switch yang tertarik pemberat akan membuat kontak relay menjadi close dan arus listrik
akan mengalir melalui kabel ke mesin pompa air yang kemudian start dan mengisi air ke dalam toren
hingga mencapai level high.

Saat air mendekati level high, maka pemberat bagian bawah akan mengambang dan saat level air
mencapai setengah dari pemberat bagian atas maka  level switch  akan kembali ke posisi awal (dengan
bantuan pegas yang ada dalam switch body) sehingga kontak relay akan menjadi open dan arus listrik
terputus sehingga mesin pompa air  stop secara otomatis.

Batas level high dan level low dalam toren ini dapat di-setting sesuai keinginan, dengan mengatur
ketinggian dari dua pemberat ini. Cukup dengan mengatur panjang talinya dan kemudian
dikencangkan kembali ikatannya.
Sistem Kontrol Smoke Detector

Mega Pradipta Fainallazi

13112074

 Controlled variable : Alarm


 Reference value : Setting awal Photo-cell
 Comparison element : Light Source + Lens
 Error signal : different setting
 Control unit : Photo-cell
 Correction unit : Receiver Lens
 Process : Light reflected by smoke particle
 Mesuring device : Photo-cell
Mekanisme:

Saat Smoke detector dalam keadaan aktif, Light source akan menyala dan cahayanya akan diterima
hingga Light Catcher. Lalu saat ada asap di ruangan tersebut dan asapnya masuk ke smoke detector,
partikel dari asap tersebut akan memantulkan sebagian cahaya dari light source sehingga ada cahaya
yang menuju ke photo-cell. Jika photo-cell menerima cahaya yang cukup sesuai dengan setting yang
ditentukan maka alarm akan berbunyi.
SISTEM KONTROL PADA PINTU OTOMATIS
Oleh : Sofi an Kurniawan (13112054)

Pintu geser otomatis umumnya menggunakan sensor PIR (Passive Infra Red) yang
mendeteksi panas tubuh. Pintu geser otomatis dengan sensor PIR merupakan suatu perangkat
yang dapat mendeteksi kehadiran manusia atau objek hidup lainnya melalui suhu tubuh yang
dihasilkan. Pintu geser ini akan membuka secara otomatis saat ada objek hidup yang
mendekat dan akan menutup setelah objek itu menjauh atau saat tidak ada objek yang
mendekatinya.

Cara Kerja:

Ketika manusia berada di depan sensor PIR dalam kondisi diam, maka sensor PIR
akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang
gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan digambarkan hampir
sama dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka
tubuh manusia itu akan menghasilkam pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang
gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas yang berbeda. Panas yang
dihasilkan ini akan dideteksi sensor Pyroelectric dan diubah dalam bentuk arus yang berbeda-
beda.

Arus yang dihasilkan diteruskan menuju ADC (Analog to Digital Converter) untuk
dilanjutkan ke microcontroller. Microcontroller memproses sinyal dari ADC kemudian
menentukan tindakan yang harus dilakukan, yaitu membuka atau menutup pintu. Keputusan
ini dikirimkan dalam bentuk sinyal digital sehingga harus diubah oleh DAC (Digital to
Analog Converter) agar dapat dimengerti sistem aktuator.
Pada sistem pintu geser otomatis ini digunakan motor DC sebagai aktuator untuk
menggerakan pintu geser. Tegangan yang dihasilkan DAC umumnya hanya 0 sampai 5 Volt
sehingga diperlukan catu daya tambahan sebesar 12 VDC untuk dapat menggerakan motor
DC.

Proses kerja pintu geser ini dapat dilihat dari diagram di bawah ini :

Sistem Kontrol:

Pintu Geser Otomatis menggunakan sensor infra merah ini terdiri atas beberapa
komponen yaitu :

1. Rangkaian Sensor
Berfungsi sebagai indikator ada atau tidak adanya objek yang dideteksi. Sensor ini terdiri
dari : Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator.

2. Microcontroller
Berisi program aplikasi yang berfungsi untuk mengendalikan kinerja keseluruhan sistem.
3. Rangkaian Driver Motor
Berfungsi sebagai pengendali polaritas motor DC (sehingga motor dapat digerakkan
dengan dua arah untuk membuka dan menutup pintu).
4. Rangkaian Power Supply
Berfungsi untuk mengubah arus 220 VAC menjadi tegangan 5 Volt DC yang digunakan
sebagai sumber tegangan pada rangkaian sistem kontroler dan sistem sensor serta
tegangan 12Volt DC pada rangkaian sistem aktuator/motor.
5. ADC (Analog to Digital Converter)
Berfungsi agar sinyal input dapat diolah oleh microcontroller, dan DAC (Digital to
Analog Converter) agar sinyal output microcontroller dapat dimengerti oleh sistem
aktuator.
Shell and Tube Heat Exchanger

by : Fajar Fathiawan Pambudi 13112125


Mekanisme Kerja :

Shell and Tube Heat Exchanger pada prakteknya digunakan untuk suatu proses misal
pembuatan biodiesel yang melibatkan pemanasan air pada toleransi temperatur yang ketat. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka digunakanlah uap (biasanya dalam keadaan superheated)
untuk memberikan kalor pada air yang menuju ke reaktor. Peran closed loop system disini adalah
menjaga agar temperatur air yang dipanaskan tetap konstan pada temperatur tertentu misal 65 ± 1
o
C. Caranya adalah dengan mengatur flowrate dari uap yang melalui mekanisme negative feedback
yang diberikan oleh sinyal hasil pengukuran sensor temperatur RTD (Resistive Temperature
Dependance).

Bila temperatur air yang dipanaskan lebih besar dari temperatur referensinya, maka laju
aliran uap akan dikurangi dengan dikirimkannya sinyal untuk menutup katup. Sedangkan apabila
temperatur air yang dipanaskan lebih kecil dari yang dingiinkan, maka sinyal akan dikirimkan oleh
RTD untuk membuka katup sehingga flowrate uap membesar. Dengan demikian meskipun ada
gangguan (disturbance) pada elemen Plant yang menyebabkan proses pemanasan tidak berlangsung
dengan sempurna, hasil dari pemanasan ini dapat diperbaiki secara otomatis dalam jangka waktu
yang relatif singkat untuk memenuhi target temperatur air yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Joseph, Mario.”Pintu Geser Otomatis Seri Pemantauan Gerakan”.

http://depokinstruments.com/2010/08/21/aplikasi-003-pintu-geser-otomatis-seri-

pemantauan-gerakan-i-dalam-pengembangan/ (diakses tanggal 29 Januari 2015 pukul

17.33 WIB)

Londong, Dedy.”Sensor Passive Infra Red pada Pintu Otomatis”.

http://electronical-instrument.blogspot.com/2010/07/sensor-passive-infra-red-pir-

pada-pintu.html (diakses tanggal 29 Januari 2015 pukul 17.34 WIB)

Najib, Muhammad.”Rangkaian Miniatur Rumah dengan Pintu Otomatis”.

http://octavianopratama.wordpress.com/2011/01/24/rangkaian-miniatur-rumah-

dengan-pintu-otomatis-dan-atap-otomatis-menggunakan-mikrokontroler-at89s51-

basic-compiler/ (diakses tanggal 29 Januari 2015 pukul 17.35 WIB)

Anda mungkin juga menyukai