Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
A. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang


dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata
[ CITATION Zel15 \l 1057 ] . Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan [ CITATION Dar14 \l
1057 ]
Menurut [ CITATION Pam15 \l 1057 ] halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan
dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal [ CITATION Stu14
\l 1057 ].

B. Patofisiologi Halusinasi
Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami
stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan
tidak daapat diselesaikan. Kien mulai melamun dan memikirkan hal hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. 8 Perilaku klien:
tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik:
pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
Fase ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu
pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya. Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase keempat
Disebut juga fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi
takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata
dengan orang lain dilingkungannya. Perilaku klien: perilaku teror akibat panik,
potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik,
tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespons lebih dari satu orang[ CITATION Muh15 \l 1057 ].

C. Pengkajian Halusinasi

Menurut [ CITATION Stu14 \l 1057 ] Faktor-faktor terjadinya halusinasi meliputi:


1. Faktor predisposisi Faktor predisposisi atau faktor yang mendukung
terjadinya halusinasi adalah :
a. Faktor biologis Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak
yang diadopsi menunjukkan peran genetik pada schizophrenia.Kembar
identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian
schizophrenia lebih tinggi dari pada saudara sekandung yang dibesarkan
secara terpisah.
b. Faktor psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang berakhir dengan gangguan
orientasi realita.
c. Faktor sosial budaya Stress yang menumpuk awitan schizophrenia dan
gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.
2. Faktor presipitasi Faktor presipitasi atau faktor pencetus halusinasi menurut
Stuart (2009) adalah:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif adalah gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan balik
otak dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak, yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus.
b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c. Stres sosial / budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, terpisahnya dengan orang terpenting atau disingkirkan dari
kelompok.
d. Faktor psikologik
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah dapat menimbulkan perkembangan
gangguan sensori persepsi halusinasi.
e. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis
maladaptif meliputi : regresi, berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit
energi untuk aktivitas sehari-hari. Proyeksi, sebagai upaya untuk
menejlaskan kerancuan persepsi dan menarik diri.
f. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak–anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping
karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Disumber
keluarga dapat pengetahuan tentang penyakit, finensial yang cukup,
faktor ketersediaan waktu dan tenaga serta kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi
Batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara teratawa sendiri, bersikap
seperti memdengar sesuatu, berhenti bicara ditengah – tengah kalimat
untuk mendengar sesuatu, disorientasi, pembicaraan kacau dan merusak
diri sendiri, orang lain serta lingkungan.

D. Analisa Data (Pathway)


E. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul yaitu Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi

F. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah …..x pertemuan, SP 1
- Mengenali pasien dapat - Bantu pasien mengenal
halusinasi menyebutkan: halusinasi (isi, waktu
yang - Isi, waktu, frekuensi, terjadinya, frekuensi, situasi
dialaminya situasi pencetus, pencetus, perasaan saat terjadi
- Mengontrol perasaan. halusinasi)
halusinasinya - Mampu - Latih mengontrol halusinasi
memperagakan cara dengan cara menghardik
dalam mengontrol Tahapan tindakannya meliputi:
halusinasi. - Jelaskan cara menghardik
halusinasi
- Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan
ulang
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah …..x pertemuan, SP 2
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan (SP 1)
kegiatan yang sudah - Latih berbicara/ bercakap
dilakukan dengan orang lain saat
- Memperagakan cara halusinasi muncul
bercakap-cakap - Masukan dalam jadwal
dengan orang lain kegiatan pasien
Setelah …..x pertemuan, SP 3
pasien mampu: - Evaluais kegiatan yang lalu
- Menyebtukan (SP I dan SP 2)
kegiatan yang sudah - Latih kegiatan agar halusinasi
dilakukan tidak muncul
- Menyebutkan Tahapannya:
manfaat dari program - Jelaskan pentingnya aktivitas
pengobatan yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang
biasanya dilakukan oleh pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas sehari-
hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih (dari bangun
tidur sampai tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku yang (+)
Setelah …..x pertemuan, SP 4
pasien mampu: - Evaluais kegiatan yang lalu
- Menyebutkan (SP 1, 2, dan 3)
kegiatan yang sudah - Tanyakan program pengobatan
pernah dilakukan - Jelaskan pentingnya
- Menyebutkan penggunaan obat pada
manfaat dari program gangguan jiwa
pengobatan - Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
- Jelaskan akibat bila putus obat
- Jelaskan cara mndapatkan
obat/ berobat
- Jelaskan pengobatan (5 B)
- Latih pasien minum obat
- Masukandalam jadwal harian
pasien
Keluarga Setelah …..x pertemuan SP 1
mampu: keluarga mampu - Identifikasi masalh keluarga
Merawat pasien menjelaskan tentang dalam merawat pasien
di rumah dan halusinasi - Jelaskan tentang halusinasi
menjadi system - Pengertian halusinasi
pendukung yang - Jenis halusinasi yang
efektif untuk dialami pasien
pasien - Tanda dan gejala
halusinasi
- Cara merawat pasien
halusinasi (cara
berkomunikas, pemberian
obat dan pemberian
aktivitas pada pasien)
- Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa
dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencan tindak lanjut
keluarga, jadwal keluarga
untuk merawat pasien.
Setelah …..x pertemuan SP 2
keluarga mampu: - Evaluasi kemampuan keluarga
- Menyelesaikan (SP 1)
kegiatan yang sudah - Latih keluarga merawat pasien
dilakukan - RTL keluarga/ jadwal keluarga
- Memperagakan cara unutk merawat pasien
merawat pasien
Setelah …..x pertemuan SP 3
keluarga mampu: - Evaluasi kemampuan keluarga
- Menyebutkan (SP 2)
kegiatan yang sudah - Latih keluarga merawat pasien
dilakukan - RTL keluarga/ jadwal keluarga
- Memperagakan cara untuk merawat pasien
merawat pasien serta
mampu membuat
RTL
Setelah …..x pertemuan SP 4
keluarga mampu: - Evaluasi kemampuan keluarga
- Menyebutkan - Evaluasi kemampuan pasien
kegiatan yang sudah - RTL keluarga:
dilakukan - Follow up
- Melaksanakan follow - Rujukan
up rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Darmaja, I. K. (2014). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang Kenari
Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

Pambayun, A. H. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati) RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Stuart, G. W. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5 ed.). Jakarta: EGC.

Zelika, Dermawan, A., & Deden. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa
Halusinasi Pendengaran. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia .

Anda mungkin juga menyukai