Dosen Pembimbing :
Ns. Siti Nurjanah, M.Kep., Sp.Kep.J
Disusun Oleh :
Nama : Siti Syarifatunisa
Nim : 1911020073
Kelas : 4B Keperawatan S1
Stres dapat terjadi karena perubahan lingkungan di sekitar kita, sehingga tubuh akan bereaksi
dan meresponnya sebagai upaya perlindungan. Tubuh bereaksi terhadap stres dengan
memberi respon fisik, mental, dan emosional.
Tubuh bereaksi terhadap segala hal yang dianggapnya sebagai bahaya, entah itu benar-benar
membahayakan atau tidak. Ketika tubuh merasa terancam, maka di dalam tubuh akan terjadi
reaksi kimia yang memungkinkan Anda untuk mencegah cedera. Reaksi ini disebut dengan
“fight-or-flight” atau respon stres. Saat tubuh Anda merespon stres, Anda akan merasakan
denyut jantung meningkat, pernapasan lebih cepat, otot menegang, dan tekanan darah Anda
naik.
Sistem saraf pusat adalah yang paling bertanggung jawab dalam merespon stres, mulai
dari pertama kali stres muncul sampai stres menghilang. Sistem saraf pusat menghasilkan
respon “fight-or-flight” saat tubuh mengalami stres. Juga, memberikan perintah dari
hipotalamus ke kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin dan kortisol.
Saat kortisol dan adrenalin dilepaskan, hati menghasilkan lebih banyak gula dalam darah
untuk memberi energi pada tubuh Anda. Jika tubuh Anda tidak menggunakan semua
energi tambahan ini, maka tubuh akan menyerap gula darah kembali.
Stres membuat pernapasan Anda lebih cepat sebagai upaya untuk mengalirkan oksigen ke
seluruh tubuh. mungkin tidak masalah bagi banyak orang, tetapi bisa menyebabkan
masalah pada orang dengan asma atau emfisema. Napas cepat atau hiperventilasi juga
dapat menyebabkan serangan panik.
3. Pada sistem kardiovaskular
Saat Anda mengalami stres akut (stres dalam waktu singkat ) detak jantung akan
meningkat, serta pembuluh darah yang menuju ke otot besar dan jantung akan melebar.
Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan
meningkatkan tekanan darah. Pada saat stres, darah perlu dialirkan dengan cepat ke
seluruh tubuh (terutama otak dan hati) untuk membantu menyediakan energi bagi tubuh.
saat Anda mengalami stres kronis (stres dalam jangka waktu lama), detak jantung Anda
akan meningkat secara konsisten. Tekanan darah dan kadar hormon stres juga akan
meningkat secara berkelanjutan. Sehingga, stres kronis dapat meningkatkan risiko Anda
terkena hipertensi, serangan jantung, atau stroke.
Saat stres, peningkatan detak jantung dan pernapasan dapat mengganggu sistem
pencernaan mungkin akan makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya.
mengalami heartburn, refluks asam, mual, muntah, atau sakit perut juga meningkat. Stres
juga dapat memengaruhi pergerakan makanan dalam usus Anda, sehingga Anda bisa
mengalami diare atau sembelit.
Otot-otot Anda akan menegang saat stres dan kemudian akan kembali normal lagi saat
Anda sudah tenang. Jika mengalami stres yang berkelanjutan, maka otot tidak
mempunyai waktu untuk rileks. Sehingga, otot-otot yang tegang ini akan mengakibatkan
mengalami sakit kepala, nyeri punggung, serta nyeri di seluruh tubuh.
Saat stres, tubuh merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bekerja. Jika stres yang
dirasakan bersifat sementara, ini akan membantu tubuh dalam mencegah infeksi dan
penyembuhan luka. Namun, jika stres terjadi dalam waktu lama, maka tubuh akan
melepaskan hormon kortisol yang akan menghambat pelepasan histamin dan respon
peradangan untuk melawan zat asing. Sehingga, orang yang mengalami stres kronis akan
lebih rentan untuk terkena penyakit, seperti influenza, flu biasa, atau penyakit infeksi
lainnya. Stres kronis juga membuat lebih lama untuk sembuh dari sakit atau cedera.
B. MACAM-MACAM KOPING
Coping adalah istilah khusus untuk individu ataupun cara mengatasi situasi pada saat
mengalami stress. Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau
menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya.
Coping yang berfokus pada masalah Coping yang berfokus pada emosi
(problem focused coping) ( emotion focused coping)
Yaitu mencakup bertindak secara Merujuk pada berbagai upaya untuk
langsung untuk mengatasi masalah atau mengurangi berbagai reaksi emosional
mencari informasi yang relevan dengan negatif terhadap stres, contohnya dengan
solusi. mengalihkan perhatian dari masalah,
melakukan relaksasi, atau mencari rasa
nyaman dari orang lain.
Referensi
Karriem-Norwood, Varnada. (2015). Stress Symptoms: Effects of Stress on the Body.
[online] Available at: http://www.webmd.com/balance/stress-management/stress-
symptoms-effects_of-stress-on-the-body [Accessed 18 Nov. 2016].
Pietrangelo, Ann. (2014). The Effects of Stress on the Body. [online] Healthline.
Available at: http://www.healthline.com/health/stress/effects-on-body [Accessed 18 Nov.
2016].