MAJAPAHIT
Lokasi dan sumber sejarah
Pusat : Trowulan (10 km sebelah barat daya Mojokerto) Jawa Timur (diliat dr
temuan artefak)
Tanggal berdiri : hari penobatan Raden Wijaya sbg raja 10 Nov 1293.
Sumber utama :
1Pararaton (cerita Ken Arok dan lahirnya Majapahit) &
2Negarakertagama (puisi Jawa Kuno saat masa keemasan Majapahit pimpinan
Hayam Wuruk)
3Prasasti dan 4Catatan dr China
Kondisi sosial-politik kerajaan
- Oleh Raden Wijaya, semua org yang berjasa diberi tempat di pemerintahan
- Peristiwa lain
Perang Bubat perang antara Pajajaran (Sunda) dan Majapahit.
Latar belakangnya:
Hayam Wuruk berniat meminang putri Raja Pajajaran, Sri Baduga bernama
Citra Rashmi (dianggap perjanjian persek o/ pjjrn)
Namun, Gajah Mada liat ini kek kesempatan naklukin pjjrn.
Ia melarang Hayam Wuruk menjemput Sri Baduga,
ben deknen dewe sek dtg.
Neng Sri Baduga nesu.
Njuk perang.
Tp pjjrn kalah,
Citra Rashmi juga bunuh diri sbg tanda hormat ke pjjrn.
- Bhre Wengker, lalu Majapahit dikuasai oleh Demak, kerajaan Islam pertama di
jawa yang muncultahun 1522.
Sriwijaya :
Ekonomi :
* awal : tani , njuk : dagang (negara maritim) dan jd armada laut terkuad
* jadi pusat dagang di Asteng, soale letak stategis India-Cina
* laut kekuasaane :
- Laut Natuna - Selat Malaka
- Laut Jawa - Selat Sunda
* Dampak jd pusat dagang :
- byk kapal singgah dan lakukan bongkar muat (dikenai pajat) untung
*Sriwijaya ekspor : hewan liar, gading, kulit
Impor : rempah2, beras, kayu manis, emas, kemenyan, gading
*Akibat jd armada laut terkuad : mampu awasi dan jamin laut Nusantara &
pedangan.
Majapahit :
1. wilayah kekuasaannya sangat luas (Malaka, Sumatra, Jawa, Madura, Bali,
Kalimantan, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Maluku)
2. karya sastra mengalami kemajuan pesat. Femes: kitab Negarakertagama
oleh Mpu Prapanca, Sutasoma dan Arjunawijaya oleh Mpu Tantular.
3. Ma-Huan Majapahit telah mengenal kemajemukan budaya, agm, adat
istiadat. Didelok seko : penduduk Samudra Pasai & Malaka & Cina. Agm:
pendatang islam, asline hindu budha.
4. majunya pertanian lembah Sungai Brantas
5. dikuasainya jalur perdagangan rempah-rempah Maluku.
6. Majapahit mengimpor banyak uang keping perunggu dari Tiongkok. Njuk
dadi seneng nabung & ono temuan celengan babi. Celeng = babi hutan
Filsafat (maknanya secara sederhana alam pikiran, berpikir secara mendalam). Wujud
akulturasi Indonesia dan Hindu—Budha di bidang filsafat dapat ditemukan dalam cerita wayang.
Isi cerita tersebut mengandung nilai filosofis, yaitu bahwa kebenaran dan kejujuran akan berakhir
dengan kebahagiaan dan kemenangan. Sebaliknya, keserakahan dan kecurangan akan berakhir
dengan kehancuran.
Seni wayang yang sudah popular dalam kehidupan masyarakat Indonesia (khususnya
masyarakat Jawa) bersumber dari cerita Ramayana dan mahabrata yang berasal dari India.
Namun, penampilan wujud tokoh dalam wayang tersebut adalah budaya Indonesia yang antara
daerah satu dan lainnya berbeda. Baik dalam agama Hindu maupun Budha, keduanya
mempercayai adanya hukum karma dan reinkarnasi. Kedua hukum tersebut mengandung makna
filosofis, yaitu bahwa manusia harus berbuat kebaikan, kebenaran, dan kejujuran agar lepas dari
samsara atau penderitaan. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu telah
berkembang suatu konsep berupa petuah-petuah, nasehat atau pesan yang mengandung makna
filosofis tentang kebenaran, kejujuran dan kebaikan.
Fungsi candi di India adalah sebagai tempat untuk memuja dewa. Di Indonesia, candi
berfungsi sebagai makam dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Hal itu dapat dilihat dengan
lambang jasmaniah raja di dalam pripih, sedangkan arca di atasnya adalah perwujudan raja yang
telah meninggal tersebut.
Seni Rupa. Masuknya kebudayan Hindu-Budha berpengaruh terhadap perkembangan
seni rupa di Indonseia. Contoh, seni hias yang berupa relief pada dinding candi di Indonesia
menunjukkan adanya akulturasi antara budaya Indonesia dan Hindu-Budha. Hiasan relief pada
candi biasanya merupakan suatu cerita yang berhubungan dengan agama.
Relief pada dinding Candi Borobudur seharusnya adalah cerita tentang riwayat Sang
Budha Gautama. Namun, yang digambarkan adalah suasana kehidupan masyarakat Indonesia
karena ditemukannya hiasan gambar perahu bercadik, rumah panggung, dan burung merpati.
Pada Candi Jago di Jawa Timur dijumpai tokoh Punakawan, yaitu orang yang menjadi pengawal
seorang ksatria. Cerita itu hanya ditemukan di Indonesia.
Seni Sastra. Pengaruh seni sastra India juga turut memberi corak dalam seni sastra
Indonesia. Bahasa Sansekerta besar pengaruhnya terhadab sastra Indonesia. Prasasti di
Indonesia, seperti Kutai, Tarumanegara, dan prasasti di Jawa tengah pada umumnya ditulis dalam
bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Dalam perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini,
pengaruh bahasa sansekerta cukup dominan, terutama dalam istilah pemerintahan. Seperti kata-
kata patih lebet (sebuah jabatan yang mengkordinasi pemerintahan dalam istana). Pada masa
Sultan Agung Titayasa di Banten, patih lebet dijabat oleh Adipati Mandaraka.
Candrasangkala adalah angka huruf yang berupa susunan kalimat atau gambar. Setiap
kata dalam kalimat tersebut dapat diartikan dengan angka, kemudian dibaca dari belakang maka
akan terbaca tahun Saka. Beberapa gambar harus dapat diartikan ke dalam kalimat.
Contoh tahun candrasangkala adalah sirna ilang kertaning bumi yang artinya:
Sirna : berarti angka 0
Ilang : berarti angka 0
Kertaning : berarti 4
Bumi : berarti 1
Jadi, sirna ilang kertaning bumi dalam tahun Saka adalah 1400 dan sama dengan tahun 1478 M.
Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, berkembang pula kebudayaan Islam di
Indonesia. Unsur kebudayaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
Indonesia tanpa menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga lahirlah kebudayaan baru yang
merupakan akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam
itu juga mencakup unsur kebudayaan Hindu-Budha. Perpaduan kebudayaan Indonesia dan Islam,
antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
Seni Bangunan. Misalnya bangunan makam. Makam sebagai hasil kebudayaan zaman
Islam mempunyai ciri-ciri perpaduan antara unsur budaya Islam dan unsur budaya sebelumnya,
seperti berikut ini;
Fisik Bangunan. Pada makam Islam sering kita jumpai bangunan kijing atau jirat (bangunan makam
yang terbuat dari tembok batu bata) yang kadang-kadang disertai bangunan rumah (cungkup) di
atasnya. Dalam ajaran Islam tidak ada aturan tentang adanya kijing atau cungkup. Adanya bangunan
tersebut merupakan ciri bangunan candi dalam ajaran Hindu-Budha. Tidak berbeda dengan candi,
makam Islam, terutama makam para raja, biasanya dibuat dengan megah dan lengkap dengan
keluarga dan para pengiringnya. Setiap keluarga dipisahkan oleh tembok dengan gapura (pintu
gerbang) sebagai penghubungnya. Gapura itu belanggam seni zaman pra-Islam, misalnya ada yang
berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi.
Tata Upacara Pemakaman. Pada tata cara upacara pemakaman terlihat jelas dalam bentuk upacara
dan selamatan sesudah acara pemakaman. Tradisi memasukkan jenazah dalam peti merupakan
unsur tradisi zaman purba (kebudayaan megalithikum yang mengenal kubur batu) yang hidup terus
menerus sampai sekarang. Demikian pula, tradisi penaburan bunga di makam dan upacara
selamatan tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari untuk memperingati
orang yang telah meninggal merupakan unsur Islam dan juga unsur agama Hindu-Budha. Dan hingga
saat ini tetap dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Islam.
Penempatan Makam. Dalam penempatan makampun terjadi akulturasi antara kebudayaan lokal,
Hindu-Budha dan Islam. Misalnya, makam terletak di tempat yang lebih tinggi dan dekat dengan
masjid. Contohnya, makam raja-raja Mataram yang terletak di bukit Imogiri dan makam para wali
yang berdekatan dengan masjid. Dalam agama Hindu-Budha makam dalam candi.
Bangunan Masjid. Bangunan masjid merupakan salah satu wujud budaya Islam yang
berfungsi sebagai tempat ibadah. Dalam sejarah Islam, masjid memiliki perkembangan yang
beragam sesuai dengan daerah tempat berkembangnya. Di Indonesia, masjid mempunyai bentuk
khusus yang merupakan perpaduan budaya Islam dengan budaya setempat. Perpaduan budaya
pada bangunan masjid terlihat pada;
Bentuk Bangunan. Bentuk masjid di Indonesia, terutama di pulau Jawa, bentuknya seperti pendopo
(balai atau ruang besar tempat rapat) dengan komposisi ruang yang berbentuk persegi dan beratap
tumpang. Cirri khusus bangunan masjid di Timur Tengah biasanya bagian atapnya berbentuk kubah,
tetapi di Jawa diganti dengan atap tumpang dengan jumlah susunan bertingkat dua, tiga, dan lima.
Menara. Menara merupakan bangunan kelengkapan masjid yang dibangun menjulang tinggi dan
berfungsi sebagai tempat menyerukan azan, yaitu tanda datangnya waktu shalat. Di Jawa terdapat
bentuk menara yang dibuat seperti candi dengan susunan bata merah dan beratap tumpang, seperti
menara masjid Kudus (Jawa Tengah).
Letak Bangunan. Dalam ajaran Islam, letak bangunanmasjid tidak diatur secara khusus. Namun, di
Indonesia, penempatan masjid khususnya masjid agung, diatur sedemikian rupa sesuai dengan
komposisi mocopat (yaitu masjid ditempatkan di sebelah barat alun-alun), dan dekat dengan istana
(keraton) yang merupakan symbol tempat bersatunya rakyat dengan raja di bawah pimpinan imam.
Selain itu, adanya kentongan atau bedug yang dibunyikan di masjid Indonesia sebagai pertanda
masuknya waktu shalat. Hal itu juga menunjukkan adanya unsur Indonesia asli. Bedug atau
kentongan tidak ditemukan pada masjid di Timur Tengah.
Seni Rupa. Wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan islam pada seni rupa dapat
dilihat pada ukiran bangunan makam. Hiasan pada jirat (batu kubur) yang berupa susunan bingkai
meniru bingkai candi. Pada dinding rumah, makam dan gapura terdapat corak dan hiasan yang
mirip dengan corak dan hiasan yang terdapat pada Pura Ulu Watu dan Pura Sakenan Duwur di
Tuban (Jawa Timur). Salah satu cabang seni rupa yang berkembang pada awal penyebaran
agama Islam di Indonesia adalah seni kaligrafi. Kaligrafi tersebut biasanya digunakan untuk
menghias bangunan makam atau masjid.
Aksara. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam dalam hal aksara diwujudkan dengan
berkembangnya tulisan Arab Melayu di Indonesia, yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menulis
dalam bahasa Melayu. Tulisan Arab Melayu tidak menggunakan tanda a, i, u seperti lazimnya
tulisan Arab. Tulisan Arab Melayu disebut dengan istilah Arab gundul.
Seni Sastra. Kesusastraan pada zaman Islam banyak berkembang di daerah sekitar selat
Malaka (daerah Melayu) dan Jawa. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra pada zaman Islam
berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, dn Cerita 1001
Malam. Di samping itu, pengaruh budaya Hindu-Budha juga terlihat dalam karya sastra Indonesia.
Misalnya, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama, Hikayat Kuda Semirang, dan Syair Panji
Semirang.
Cara penulisan karya sastra pada zaman Islam dilakukan dalam bentuk gancaran dan tembang. Di
Jawa, tembang merupakan suatu bentuk yang lazim, tetapi di daerah Melayu, tembang dan gancaran
ada semua. Cerita yang ditulis dalam bentuk gancaran disebut hikayat, sedangkan cerita yang ditulis
dalam bentuk tembang disebut syair. Di daerah Melayu, karya sastra itu ditulis dengan menggunakan
huruf Arab, sedangkan di Jawa, naskah itu ditulis dengan menggunakan huruf Jawa dan Arab
(terutama yang membahas soal keagamaan).
Sistem Pemerintahan. Pengaruh agama Islam di Indonesia juga terjadi dalam bidang
pemerintahan sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dan kebudyaan pra-Islam.
Sebelum masuknya agama Islam, di Indonesia telah berkembang sistem pemerintahan dalam
bentuk kerajaan. Raja mempunyai kekuasaan besar dan bersifat turun-temurun. Masuknya
pengaruh Islam mengakibatkan perubahan struktur pemerintahan dalam penyebutan raja. Raja
tidak lagi dipanggil maharaja, tetapi diganti dengan julukan sultan atau sunan (susuhunan),
panembahan, dan maulana. Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama Islam
(Arab).
Akulturasi dalam penyebutan nama raja di Jawa lebih kelihatan karena raja tetap memakai nama
Jawa dibelakang gelar sultan, sunan, atau panembahan, seperti Sultan Trenggono. Di samping itu,
juga muncul tradisi baru di Jawa, yaitu pemakaian gelar raja secara turun-temurun, sedangkan untuk
membedakan raja yang satu dengan yang lainnya ditentukan dengan menambah angka urutan di
belakang gelar, seperti Hamengkubuwono I, II, III, dan seterusnya.
Begitu pula, dengan sistem pengangkatan raja pada masa berdirinya kerajaan Islam di Nusantara
tetap tidak mengabaikan cara-cara pengangkatan raja pada masa sebelumnya. Di Kerajaan Aceh,
tata cara pengangkatan raja diatur dalam permufakatan hukum adat.
LATIHAN SOAL
1. Bagaimana kondisi Kerajaan Sriwijaya jika dilihat dari sudut
pandang politiknya?
•Kemunduran Sriwijaya :
- Bhre Wengker, lalu Majapahit dikuasai oleh Demak, kerajaan Islam pertama di
jawa yang muncultahun 1522.
u/ atur agama dibentuk badan Dharmadyaksa (2): atau disebut Sang Pamegat
a. Dharmasyaksa ring Kasaiwan agama Syiwa/ Hindu
b. Dharmsyaksaring Kasogatan budha
Antara 2 agama itu sama2 bersatu dalam Bhineka tunggal ika yg udah dikenal saat
itu.
- Hayam Wuruk (puncak kejayaan) si Gajah juga bantu dalam wujudin itu
Karena jalur melalui Selat Malaka sudah dikuasai Portugis, maka mereka membuka
jalur perdagangan baru melalui sepanjang Pantai Barat Sumatera. Pedagang-
pedagang Islam berangkat dari bandar Banten lalu masuk selat Sunda terus
berlayar ke luar melalui pantai barat Sumatera. Sebaliknya, Banten juga didatangi
pedagang-pedagang dari luar seperti Gujarat, Persia, Cina, Turki, Myanmar
Selatan, dan Keling.
Kapal-kapal yang berasal dari Banten ataupun ke Banten banyak juga yang singgah
ke Aceh. Sementara itu, pedagang-pedagang Islam dari Malaka juga banyak yang
mengalihkan kegiatannya ke Aceh sebagai akibat jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis. Sehingga Aceh juga berkembang menjadi pusat perdagangan dan pusat
kekuasaan Islam. Sedangkan di bagian Timur, ada dua pusat perdagangan dan
kekuasaan Islam yang penting, yakni Ternate dan Tidore.
u/ persebaran agama, perluasan wilayah, jalin hub sm kerjaan lain, kuasai daerah
yang menguntungkan missal penghasil komoditas & jalur pelayaran(pajak kapal)
SRIWIJAYA
Prasasti (huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno) :
6. KEDUKAN BUKIT
@ lokasi : Sungai Tatang
Isi : perjalanan suci Dapunta Hyang (siddhayatra) dengan perahu dari
Minangtamwan dengan 20.000 tentara.
7. TALANG TUO
@ lokasi : Talang Tuo
Isi : pembangunan taman Srisetra oleh Dapunta Hyang
8. TELAGA BATU
@ lokasi : Palembang
Isi : kutukan bagi yang berbuat jahat
9. KOTA KAPUR
@ lokasi : Pulau Bangka
Isi : permintaan ke dewa u/ jaga sriwijaya dan hukum buat org yang
bermaksud jahat
10.KARANG BERAHI
@ lokasi : Jambi
Isi : sama seperti KOTA KAPUR
ISLAM
1. Cakra Donya
Cakra Donya adalah sebuah lonceng unik peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang diberikan oleh Kaisar
China di pertengahan abad ke 15 Masehi. Lonceng yang dibuat pada tahun 1409 Masehi ini dibawa oleh
Laksamana Cheng Ho dalam pelayarannya ke Nusantara dan diberikan kepada Raja Pasai saat itu sebagai
lambang persahabatan Kerajaan China.
Cakra Donya dahulunya diletakan di kompleks istana Sultan Aceh, tepatnya di dekat Masjid Raya
Baiturrahman. Namun, untuk menjaga kelestariannya, ia kemudian dipindahkan ke halaman Museum Aceh
pada tahun 1915 Masehi.
4. Dirham Pasai
Dalam urusan ekonomi, kerajaan Samudera Pasai yang menjadi pusat perdagangan di masa silam juga
mengeluarkan mata uangnya sendiri. Mata uang dirham digunakan pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik Al Zahir sebagai alat pembayaran yang syah pada masa itu. Mata uang yang terbuat
dari 70% emas murni 18 karat dengan diameter 10 mm dan berat 0,6 gram ini diperkirakan sebagai salah
satu mata uang tertua yang digunakan di Asia Tenggara.
15. Apa hikmah dan manfaat yang bisa anda peroleh ketika
mempelajari Kerajaan Hindu Buddha di Nusantara saat ini?
Lamis aja