Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
 
1.1. Latar Belakang

Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta
(Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem muskulo retikulo
endotelia, mata, otot, tulang, testis dan organ lain kecuali sistem saraf pusat. Bila tidak
terdiagnosis dan diobati secara dini, akan menimbulkan kecacatan menetap yang
umumnya akan menyebabkan penderitanya dijauhi, dikucilkan, diabaikan oleh keluarga
dan sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka menjadi sangat tergantung secara fisik dan
finansial kepada orang lain yang pada akhirnya berujung pada pada kemiskinan
(Kementerian Kesehatan, 2010).
Kusta juga mendapat stigma negatif di masyarakat, sehingga penderita kusta tidak
hanya menderita karena sakitnya saja, tetapi juga mengalami penderitaan psikis dan
sosial. Penyakit kusta sangat ditakuti (leprophobia), bukan karena keganasannya
melainkan lebih karena cacat permanen yang ditimbulkannya (Awaludin, 2004).
Penyakit kusta telah dikenal sejak 2000 tahun sebelum masehi (SM). Hal ini
diketahui dari peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 tahun SM, di
Tiongkok 600 tahun SM dan di Mesopotamia 400 tahun SM. Sampai dengan abad
pertengahan, karena belum adanya pengobatan dan adanya stigma negatif tentang kusta,
penderita kusta selalu diasingkan dan dipaksa tinggal di perkampungan kusta
(Leprosaria) seumur hidup (Departemen Kesehatan (Depkes), 2007).
Kemudian pada tahun 1873, di Nigeria, Hansen menemukan kuman
Mycobacterium leprae yang menyebabkan penyakit kusta, sehingga penyakit kusta
disebut juga Hansen disease. Penemuan ini menjadi awal perkembangan pengobatan
kusta dan usaha penanggulangannya (Ginting, 2006).

Secara global terdapat 436.246 kasus di dunia pada tahun 2010, dengan India dan Brazil
sebagai penyumbang penderita tertinggi dengan jumlah penderita masing-masing
83.041 dan 29.761 kasus dan Indonesia di urutan ketiga dengan 19.785 kasus (World
Health Organization (WHO), 2011).

Prevalensi rate (PR) kusta di Indonesia pada 2010 sebesar 0,83/10.000 penduduk),
angka ini memenuhi target masional 1/10.000 penduduk. Jumlah kasus baru
ditemukan pada 2010 sebanyak 17.012 kasus (Case Detection Rate
(CDR)=7,22/100.000 penduduk) (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

1.2. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep metode epidemiologi dalam mengidentifikasi permasalahan pada
masyarakat.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Faktor host
b. Mengetahui Faktor agent
c. Mengetahui Faktor lingkungan
d. Mengetahui Interaksi antara gent, host dan lingkungan
e. Mengetahui Riwayat alamiah dari suatu penyakit pada manusia
WHO, 2010, World Health Statistics 2010
Awaluddin, 2004, Analisis Risiko Terjadinya Faktor Risiko Kontak dengan
Penderita Kusta dan Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kejadian
Kusta pada Anak, Tesis, Universitas Diponegoro

Depkes RI, 2007, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta

, 2007, Rencana Aksi Nasional Pengendalian Kusta 2008-2010

Anda mungkin juga menyukai