Anda di halaman 1dari 24

TUGAS LAB KEPERAWATAN MATERNITAS

PENDIDIKAN KESEHATAN
Dosen Pengampu: Tutik Rahayuningsih S.Kep.,Ns MPH
Tutik Yulianti S.Kep.,Ns M.Kes

DISUSUN OLEH :
Nama : Anjarani Rahmawati
NIM : 19121081
Prodi : DIII Keperawatan Semester IV

POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO


PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMI 2020/2021
A. Pendidikan Kesehatan Penanggulangan Morning Sickness
1. Pengertian Morning Sickness
Morning sickness merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan
paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan. Hampir 50-90% wanita
hamil mengalami mual muntah pada trimester pertama. Mual dan muntah seringkali
diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi diawal kehamilan tanpa
mengikuti dampak hebat yang ditimbulkan pada wanita. Dari kebanyakan wanita hamil
yang mengalami morning sickness atau yang lebih di kenal dengan mual di pagi hari,
akan mengalami perubahan pada hormon progesteron dan eksterogen yang ada dalam
tubuh meningkat hal itulah yang menyebabkan mual di pagi hari pada kehamilan
trimester pertama. Tetapi frekuensi terjadinya morning sickness tidak hanya di pagi hari
melainkan bisa siang bahkan malam hari (Aritonang, 2010).
2. Gejala Morning Sickness
Gejala utama morning sickness adalah mual dan muntah saat hamil. Gejala ini
sering dipicu oleh beberapa hal, misalnya aroma tertentu, makanan pedas, atau suhu
panas. Morning sickness paling sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
Biasanya gejala morning sickness akan mulai mereda pada pertengahan trimester
kedua. Meski demikian, ada juga ibu hamil yang masih mengalami morning sickness
hingga akhir trimester kedua.
a. Mengalami muntah yang mengandung darah atau berwarna kecoklatan
b. Tidak dapat makan dan minum sama sekali
c. Mengalami penurunan berat badan
d. Sakit kepala yang muncul berkali-kali
e. Sakit perut
f. Tubuh terasa sangat lelah
g. Pusing atau ingin pingsan
h. Jantung berdebar-debar
Untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat, ibu hamil juga perlu kontrol secara
rutin ke dokter. Di bawah ini adalah rincian waktu kunjungan rutin yang perlu
dilakukan selama kehamilan: Minggu ke 4-28: sebulan sekali. Minggu ke 28-36: 2
minggu sekali. Minggu 36-40: seminggu sekali. Jika dirasa perlu, ibu hamil akan
diminta oleh dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih sering guna memantau
kehamilan dan mencegah komplikasi kehamilan.
3. Penyebab dan Faktor Resiko Morning Sickness
Belum diketahui penyebab pasti dari morning sickness. Namun, perubahan hormon
pada trimester awal kehamilan diduga berperan dalam memicu terjadinya kondisi ini.
Selain perubahan hormonal, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
wanita hamil mengalami morning sickness, di antaranya:
a. Mengandung atau hamil anak pertama
b. Mengalami morning sickness di kehamilan sebelumnya
c. Mengandung anak kembar
d. Memiliki anggota keluarga yang mengalami morning sickness saat hamil
e. Sering mengalami mabuk perjalanan
f. Mengandung anak kembar
Selain faktor-faktor tersebut, morning sickness juga bisa disebabkan oleh penyakit
dan kondisi lain, seperti stres, obesitas, penyakit liver, dan gangguan kelenjar tiroid.
4. Pencegahan dan Penanggulangan Morning Sickness
Morning sickness dapat dicegah dengan menghindari makanan yang bisa memicu
rasa mual, seperti makanan yang terlalu pedas, panas, atau yang mengandung banyak
gula. Selain itu, ibu hamil dianjurkan untuk makan secara perlahan, dalam porsi lebih
sedikit namun lebih sering. Saat merasa mual, ibu hamil dapat mengonsumsi makanan
yang asin, roti bakar, pisang, jagung, biskuit, perasan lemon, atau produk minuman dan
makanan yang mengandung jahe.
Cara mengatasi morning sickness di rumah:
Ibu hamil juga bisa melakukan beberapa cara berikut ini untuk meredakan keluhan
morning sickness:
a. Minum air putih atau kuah sup
b. Hindari minuman yang berkafein
c. Istirahat yang cukup
d. Pada sebagian ibu hamil, kurang istirahat juga bisa memicu mual dan muntah
e. Saat bangun tidur, konsumsi makanan ringan dulu sebelum beranjak dari tempat
tidur
f. Bila rasa mual muncul setelah minum suplemen kehamilan, seperti zat besi,
konsumsilah suplemen tepat sebelum tidur
g. Hirup udara segar dan tenangkan pikiran
h. Longgarkan bra dan selalu gunakan pakaian yang nyaman
i. Gunakan pengharum ruangan, parfum, atau pewangi pakaian dengan aroma terapi
untuk mengalihkan rasa mual
Jika keluhan mual dan muntah tidak juga berkurang atau justru semakin berat,
periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

B. Pendidikan Kesehatan Keluhan Ibu Hamil Trimester III dan Cara Mengatasinya
1. Insomnia
Kesulitan tidur alias insomnia kerap dialami wanita selama kehamilan. Namun,
pada sebagian wanita, gangguan tidur akan lebih parah terjadi di trimester tiga. Banyak
bumil juga tidak bisa tidur nyenyak pada trimester akhir kehamilan. Hal tersebut
utamanya disebabkan oleh perut yang sudah sangat membuncit sehingga sulit untuk
berganti posisi tidur. Alasan lainnya adalah pengaruh hormon estrogen dan janin yang
aktif bergerak saat ibu beristirahat.
Bumil yang menderita insomnia dapat bermeditasi atau menyetel musik sebelum
tidur untuk tenangkan pikiran. Mendapatkan pijatan ringan dengan essential oil, seperti
chamomile, lavender, atau kayu cendana juga bisa bikin rileks.
2. Kontraksi Braxton Hicks
Memasuki trimester akhir, ibu hamil umumnya akan lebih sering mengalami
kontraksi. Digambarkan, kontraksi ini berupa rasa kencang di sekitar perut yang terjadi
beberapa saat. Selama kontraksi hanya terjadi sementara, tidak sampai ganggu aktivitas,
dan tidak disertai keluarnya darah, itu adalah normal. Kontraksi yang terjadi tanpa
gejala penyerta dinamakan Braxton hicks alias kontraksi palsu.
Untuk mengatasinya, Anda hanya perlu beristirahat sejenak dan mengatur napas
panjang. Bila perlu, ambil posisi berbaring dan miring ke kiri. Posisi ini akan membuat
aliran darah ke rahim dan janin lebih lancar. Kontraksi pun lebih cepat berlalu.
3. Kaki Bengkak
Besarnya ukuran rahim saat hamil tua bisa membentuk “bendungan” pembuluh
darah di pangkal paha. Bendungan ini menyebabkan aliran darah balik dari kaki ke
jantung sedikit terhambat, sehingga menyebabkan kaki bengkak.
Untuk mengatasi kaki bengkak saat hamil tua, salah satu yang dapat dilakukan
adalah menyanggah kaki saat duduk. Anda perlu memosisikan kaki lebih tinggi dari
jantung ketika berbaring. Posisi ini akan membantu memperbaiki aliran darah balik ke
jantung, sehingga bengkak dapat berkurang. Gunakan alas kaki yang terbuka dan tidak
memiliki hak guna menghindari tekanan berlebih pada kaki. Meski umumnya terjadi
secara normal, kaki bengkak saat hamil dapat menjadi tanda bahaya, yaitu jika terdapat
protein pada urine. Bila hal itu terjadi, Anda wajib segera memeriksakan diri ke dokter
atau klinik dengan fasilitas penunjang yang lengkap.
4. Depresi
Depresi dapat terjadi sejak trimester pertama. Namun, sebagian besar bumil lebih
berat mengalaminya di trimester ketiga, bahkan bisa berlanjut pasca-melahirkan.
Perasaan sedih, cemas, atau takut berlebihan menjelang waktu persalinan sangat
dipengaruhi fluktuasi hormonal.
Untuk mengurangi risikonya, cobalah untuk tekan perasaan stres dengan
bermeditasi dan melakukan yoga prenatal. Anda juga bisa membaca buku motivasi
yang membuat hati nyaman, atau mendengar musik agar rileks.
5. Kram Otot
Masalah ibu hamil di trimester 3 yang kerap dialami lainnya adalah kram otot juga
bisa terjadi pada ibu yang sedang hamil tua. Kondisi ini utamanya terjadi di pagi hari,
saat ibu baru bangun tidur. Kram saat hamil tua terjadi akibat aliran darah yang
terhambat karena penekanan rahim. Selain itu, keluhan ini juga dilatari oleh stres otot
akibat membawa beban berat (janin).
Untuk membantu mengurangi kram otot saat hamil tua, bumil harus minum air
putih setidaknya 8 gelas sehari. Ibu hamil juga perlu melakukan olahraga ringan secara
rutin dan gerakan peregangan di area kaki. Hal tersebut dilakukan agar otot-otot yang
tegang bisa kembali rileks sehingga frekuensi kram jarang terjadi.
6. Kesulitan Bernapas
Masalah pernapasan selama trimester ketiga kehamilan terutama disebabkan oleh
pembesaran rahim. Saat rahim membengkak, hanya ada sedikit ruang bagi paru-paru
untuk mengembang, sehingga menyulitkan wanita untuk bernapas.
Keluhan saat hamil tua tersebut bisa diatasi dengan meninggikan sedikit kepala dan
bahu dengan lebih banyak bantal ketika berbaring atau istirahat.
7. Nyeri Tulang Belakang
Janin yang terus membesar membuat berat badan ibu bertambah. Kondisi ini bisa
membuat tulang belakang kewalahan dalam memberi topangan. Akibatnya, ibu hamil
akan merasa pegal dan terkadang nyeri.
Untuk membantu meredakannya, gunakan bantal hangat yang ditempelkan di area
punggung yang terasa nyeri. Selain itu, usahakan juga memilih tempat duduk yang bisa
menyanggah tulang belakang dengan baik.
8. Rasa Terbakar di Dada (Heartburn)
Keluhan saat hamil tua berikutnya adalah sensasi terbakar di dada. Kondisi ini
disebabkan oleh adanya aliran balik asam lambung ke kerongkongan. Selain karena
lambung yang tertekan oleh rahim, heartburn juga bisa terjadi akibat pengaruh hormon
kehamilan. Risiko terjadinya heartburn lebih tinggi bila ibu gemar mengonsumsi
makanan yang digoreng, pedas, dan juga asam.
Untuk mencegahnya, ibu hamil wajib menghindari makanan maupun minuman
yang bisa jadi pemicu keluhan ini. Anda juga perlu makan tepat waktu, dengan porsi
lebih kecil, tapi sering. Trimester ketiga sangat penting dan mungkin menjadi waktu
yang sangat menantang bagi Anda dan bayi yang akan lahir. Namun, jangan panik
ataupun stres sendiri karenanya.

C. Pendidikan Kesehatan Hiperemesis Gravidarum


1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan
selama hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal
sebenarnya normal. Namun pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat
terjadi sepanjang hari dan berisiko menimbulkan dehidrasi. Tidak hanya dehidrasi,
hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil mengalami gangguan elektrolit
dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu segera ditangani untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
2. Penyebab Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini
sering kali dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin
(HCG) dalam darah. Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester
pertama kehamilan dan kadarnya terus meningkat sepanjang masa kehamilan. Ada
beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami hiperemesis
gravidarum, yaitu:
a. Baru pertama kali mengandung
b. Mengandung anak kembar
c. Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum
d. Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
e. Mengalami obesitas
f. Mengalami hamil anggur
3. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang
bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan
hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat
menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual
dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat mengalami
gejala tambahan berupa:
a. Sakit kepala
b. Konstipasi
c. Sangat sensitif terhadap bau
d. Produksi air liur berlebihan
e. Inkontinensia urine
f. Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan
mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.
4. Kapan Harus Periksa Kedokter
Ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter
kandungan, sejak awal kehamilan. Tindakan ini dilakukan untuk memantau kesehatan
ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Jadwal pemeriksaan kehamilan yang
dianjurkan adalah:
a. Usia kehamilan 4-28 minggu: 1 kali tiap 1 bulan
b. Usia kehamilan 28-36 minggu: 1 kali tiap 2 minggu
c. Usia kehamilan 36-40 minggu: 1 kali tiap 1 minggu
Di samping melakukan pemeriksaan rutin, ibu hamil perlu segera memeriksakan
diri ke dokter jika mual dan muntah bertambah parah atau disertai dengan:
a. Pusing
b. Tidak mau makan atau minum selama 12 jam
c. Sakit perut
d. Timbul gejala dehidrasi, seperti lemas, jarang buang air kecil, kulit kering, dan
jantung berdebar
e. Muntah darah
f. Berat badan turun drastis.
5. Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Mual dan muntah yang berlebihan akan menyebabkan ibu hamil
kehilangan banyak cairan, sehingga berisiko mengalami dehidrasi dan gangguan
elektrolit. Jika dibiarkan tanpa penanganan, kedua kondisi ini dapat menimbulkan deep
vein thrombosis (trombosis vena dalam) pada ibu hamil. Beberapa komplikasi lain yang
dapat terjadi adalah:
a. Malnutrisi
b. Gangguan fungsi hati dan ginjal
c. Perdarahan di kerongkongan (esofagus), akibat muntah yang terjadi terus-menerus
d. Cemas dan depresi
Jika penanganan tidak segera dilakukan, hiperemesis gravidarum dapat
menyebabkan organ-organ tubuh ibu hamil gagal berfungsi dan bayi terlahir prematur.
6. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
Langkah pencegahan hiperemesis gravidarum belum diketahui. Meski begitu, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan morning sickness sehingga tidak
berkembang menjadi hiperemesis gravidarum, yaitu:
a. Memperbanyak istirahat untuk meredakan stres dan menghilangkan rasa lelah.
b. Mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, dan bertekstur halus agar
mudah ditelan dan dicerna.
c. Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil, namun sering.
d. Hindari makanan berminyak, pedas, atau berbau tajam yang dapat memicu rasa
mual.
e. Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi
minuman yang mengandung jahe untuk meredakan mual dan menghangatkan tubuh.
f. Mengonsumsi suplemen kehamilan untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan zat
besi selama hamil.
g. Menggunakan aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.
Menjaga kesehatan kehamilan selama trimester pertama juga penting dilakukan
untuk mencegah hiperemesis gravidarum. Salah satunya adalah dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pemeriksaan kehamilan umumnya dilakukan sejak
usia kehamilan 4 minggu, untuk memantau perkembangan janin dan mendeteksi secara
dini kelainan yang mungkin dialami oleh janin.
7. Pengobatan Hiperemesis Gravidarum
Berbeda dengan morning sickness yang penanganannya dapat dilakukan di rumah,
penderita hiperemesis gravidarum perlu menjalani perawatan di rumah sakit.
Pengobatan yang diberikan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala dan
kondisi kesehatan ibu hamil secara keseluruhan. Pengobatan dilakukan dengan tujuan
untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
akibat muntah berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi, serta mengembalikan nafsu
makan. Beberapa obat yang dapat dokter diberikan adalah:
a. Obat antimual, seperti promethazine.
b. Vitamin B1 atau tiamin.
c. Pyridoxine atau vitamin B6.
d. Suplemen vitamin dan nutrisi.
Jika hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu hamil tidak mampu menelan cairan
atau makanan sama sekali, obat dan nutrisi akan diberikan melalui infus. Selain melalui
infus, ibu hamil juga dapat menerima asupan makanan melalui selang makan.

D. Pendidikan Kesehatan Resiko Tinggi Pada Kehamilan: Anemia, Antepartum


Hemoragik, Pre Eklamsia dan Eklamsia, Asma Bronkhial dan DM
1. Anemia
Ketika seorang wanita hamil, tubuhnya akan secara alami membentuk lebih banyak
sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin. Produksi sel
darah merah dan hemoglobin membutuhkan berbagai komponen, seperti zat besi, asam
folat, dan vitamin B12. Ketika tubuh tidak memiliki bahan-bahan ini dalam jumlah
yang cukup, maka dapat terjadi anemia (kekurangan sel darah merah). Gejala anemia
pada ibu hamil dapat berupa letih, lelah, kulit tampak pucat, jantung berdebar, sesak
napas, sulit berkonsentrasi, pusing, dan hingga pingsan.
a. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Anemia sering terjadi pada ibu hamil karena adanya perubahan fisiologis yang
bisa memengaruhi kadar hemoglobin. Selain itu, asupan nutrisi dan vitamin ibu
hamil yang cenderung tidak seimbang dapat mengakibatkan tubuh kekurangan zat
besi sehingga anemia akhirnya terjadi. Selain kekurangan zat besi, beberapa
penyebab anemia pada ibu hamil lainnya, antara lain:
1) Kekurangan folat karena pola makan yang tidak seimbang
2) Kekurangan vitamin B12 akibat tidak cukup mengonsumsi produk susu, daging,
dan telur yang menyebabkan sel darah merah tidak sehat.
b. Bahaya Anemia pada Ibu Hamil
Berikut ini adalah beberapa bahaya anemia, baik terhadap kesehatan dan
keselamatan ibu yang mengandung maupun janinnya:
1) Depresi postpartum
Depresi postpartum adalah depresi yang dialami oleh ibu setelah persalinan.
Mengalami anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya
depresi postpartum.
2) Risiko fatal bila terjadi perdarahan saat bersalin
Bila seorang ibu hamil mengalami anemia saat proses persalinan dilakukan,
maka hal itu akan membahayakan keselamatannya ketika terjadi perdarahan.
Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan tubuh ibu hamil lebih sulit melawan
infeksi.
3) Bayi lahir dengan berat badan rendah
Penelitian menunjukkan bahwa anemia saat hamil berhubungan erat dengan
kelahiran bayi berbobot badan rendah, terutama bila anemia terjadi pada trimester
pertama kehamilan. Bayi dikatakan memiliki berat badan lahir rendah jika lahir
dengan bobot kurang dari 2,5 kilogram. Bayi yang lahir dengan kondisi ini lebih
berisiko mengalami gangguan kesehatan dibandingkan bayi yang lahir dengan
berat badan normal.
4) Bayi lahir prematur
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum tanggal perkiraan
persalinan atau sebelum minggu ke-37 kehamilan. Selain sejumlah masalah
kesehatan, bayi yang lahir prematur juga berisiko mengalami gangguan tumbuh
kembang. Penelitian menunjukan bahwa anemia pada trimester pertama
kehamilan meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur.
5) Bayi lahir dengan anemia
Anemia pada kehamilan dapat menyebabkan bayi ikut terlahir dengan
anemia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko bayi mengalami gangguan
kesehatan dan gangguan tumbuh kembang.
6) Kematian janin
Beberapa penelitian menunjukan bahwa anemia pada kehamilan dapat
meningkatkan risiko terjadinya kematian janin sebelum maupun sesudah
persalinan. Untuk mengatasi anemia selama kehamilan, Anda dapat
meningkatkan asupan zat besi, asam folat, dan vitamin B12, baik dalam bentuk
suplemen yang diberikan oleh dokter maupun dalam bentuk makanan yang Anda
konsumsi sehari-hari. Contoh makanan yang kaya akan zat besi, asam folat, dan
vitamin B12 adalah daging merah, sayuran berdaun hijau tua, telur, kacang-
kacangan, ayam, dan ikan. Untuk mencegah anemia dan mengatasinya sedini
mungkin sebelum menimbulkan berbagai bahaya anemia pada ibu hamil seperti
yang telah disebutkan di atas, ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan diri
secara rutin ke dokter kandungan.
c. Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil
1) Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi. Dosisnya berdasarkan instruksi
dari dokter, tetapi umumnya dianjurkan 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat.
2) Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging, ayam,
ikan, telur, dan gandum.
3) Memakan makanan yang kaya akan asam folat, seperti kacang kering, gandum,
jus jeruk, dan sayuran hijau.
4) Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C, seperti buah
dan sayur yang segar.
2. Antepartum Hemoragik atau Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan melalui vagina yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 24 minggu. Perdarahan antepartum merupakan salah satu kondisi
kegawatdaruratan yang perlu mendapatkan penanganan segera. Bila tidak cepat
ditindaklanjuti, perdarahan ini dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun
pada janin.
a. Penyebab Perdarahan Antepartum
Para ahli medis terus melakukan berbagai penelitian untuk mencari tahu
penyebab pasti pemicu terjadinya perdarahan antepartum. Namun hingga kini, dari
keseluruhan kasus perdarahan antepartum, sebagian didiagnosis akibat robekan
plasenta, plasenta previa, persalinan prematur, dan gangguan pada leher rahim.
Meski demikian secara statistik, sekitar 50 persen kasus perdarahan antepartum tidak
dapat diketahui penyebab pastinya meski telah dilakukan pemeriksaan secara
menyeluruh.
b. Gejala Perdarahan Antepartum yang Harus Diwaspadai
Gejala utama perdarahan antepartum adalah darah yang keluar melalui vagina.
Perdarahan ini dapat disertai dengan nyeri atau tidak. Jika disertai dengan nyeri,
kemungkinan perdarahan disebabkan karena robekan plasenta. Namun jika
sebaliknya, kemungkinan besar penyebabnya adalah plasenta previa. Tanda gejala
lain perdarahan antepartum yaitu timbulnya kontraksi rahim. Bisa juga terjadi tanda-
tanda syok hipovolemik pada si ibu akibat kehilangan banyak darah. Tanda-tanda
syok ini berupa linglung, pucat, bernapas dengan cepat, berkeringat dingin, produksi
urine berkurang atau tidak berkemih sama sekali, lemas, dan pingsan. Terkadang,
bagi ibu hamil yang fit dan berusia muda, tanda-tanda ini tidak tampak dan baru
diketahui ketika keadaan sudah sangat memburuk.
c. Penanggulangan Perdarahan Antepartum
Saat terjadi perdarahan hebat, keselamatan ibu akan selalu menjadi prioritas
utama. Keputusan terkait dengan kelahiran bayi pun harus menunggu sampai kondisi
ibu stabil. Mengenai kategori besar atau kecilnya perdarahan, Anda dapat melihat
gambaran ini untuk mengetahuinya:
1) Perdarahan besar, yaitu apabila tubuh kehilangan darah lebih dari 1.000 ml
dengan atau tanpa tanda-tanda syok.
2) Perdarahan sedang yaitu apabila tubuh kehilangan darah sebanyak 50 - 1.000 ml
dan tidak disertai tanda-tanda syok.
3) Perdarahan kecil yaitu apabila tubuh kehilangan darah kurang dari 50 ml dan
sudah berhenti.
Lain halnya apabila terjadi gawat janin. Timbulnya kondisi ini merupakan
indikasi adanya pengurangan volume darah. Hal tersebut merupakan situasi
mendesak, di mana bayi harus dikeluarkan tanpa perlu lagi mempertimbangkan usia
janin. Perdarahan antepartum merupakan kondisi serius yang perlu mendapat
penanganan secepat mungkin oleh dokter. Untuk mengganti darah dan cairan tubuh
yang keluar dari perdarahan, ibu perlu mendapat terapi cairan dan transfusi darah.
Pada tahap selanjutnya, penanganan lebih lanjut sangat bergantung kepada penyebab
perdarahan antepartum itu sendiri, tingkat perdarahan, keadaan gawat janin, kondisi
dan usia kehamilan, serta riwayat kesehatan Anda.
3. Pre Eklamsia
Preeklamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya
protein dalam urine. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Preeklamsia harus diberikan penanganan untuk mencegah komplikasi dan
mencegahnya berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil
dan janin. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia
adalah ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun atau di bawah 20 tahun.
a. Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada
dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi
yang berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul
gangguan pada ibu hamil dan janin. Meskipun penyebabnya belum diketahui,
sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat memicu gangguan pada plasenta:
1) Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
autoimun, dan gangguan darah
2) Pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
3) Baru pertama kali hamil
4) Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
5) Hamil di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
6) Mengandung lebih lebih dari satu janin
7) Mengalami obesitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT)
≥30 kg/m2
8) Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung (in vitro
fertilization)
9) Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga
b. Gejala Preeklamsia
Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang
akan muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:
1) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2) Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)
3) Sakit kepala berat atau terus-menerus
4) Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya
5) Nyeri di perut kanan atas
6) Sesak napas
7) Pusing, lemas, dan tidak enak badan
8) Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
9) Mual dan muntah
10) Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
11) Berat badan naik secara tiba-tiba
c. Komplikasi Preeklamsia
Jika tidak ditangani, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi, seperti:
1) Eklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi
dan kejang
2) Kerusakan organ, seperti edema paru, gagal ginjal, dan gagal hati
3) Penyakit jantung
4) Gangguan pembekuan darah
5) Solusio plasenta Stroke hemoragik
6) Sindrom HELLP Komplikasi juga bisa menyerang janin
Komplikasi pada janin meliputi:
1) Pertumbuhan janin terhambat
2) Lahir prematur
3) Lahir dengan berat badan rendah
4) Neonatal respiratory distress syndrome (NRDS)
d. Pencegahan Preeklamsia
Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:
Melakukan kontrol rutin selama kehamilan Mengontrol tekanan darah dan gula
darah jika memiliki kondisi hipertensi dan diabetes sebelum kehamilan Menerapkan
pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan ideal, mencukupi
kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi garam, rajin
berolahraga, dan tidak merokok Mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral sesuai
saran dokter
4. Eklamsia
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi dan kejang
sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului dengan
preeklamsia sebelumnya. Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia. Eklamsia
merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani karena dapat
membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.
a. Gejala Eklamsia
Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau sesudah persalinan.
Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu di dahului dengan preeklamsia.
Preeklamsia dapat timbul sejak minggu ke-20 kehamilan. Preeklampia akan ditandai
dengan tekanan darah >140/90 mm Hg, ditemukannya protein pada urin, dan bisa
disertai dengan pembengkakan pada tungkai. Jika tidak mendapatkan penanganan,
preeklampsia bisa menyebabkan eklamsia. Pada beberapa kasus, bisa terjadi
impending eclampsia yang ditandai dengan: Tekanan darah yang semakin tinggi
Sakit kepala yang semakin parah Mual dan muntah Sakit perut terutama pada bagian
perut kanan atas Tangan dan kaki membengkak Gangguan penglihatan Frekuensi
dan jumlah urin yang berkurang (oligouria) Peningkatan kadar protein di urin Jika
terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa terjadi sebelum,
selama, atau setelah persalinan. Kejang eklamsia dapat terjadi sekali atau berulang
kali. Namun, ada 2 fase kejang yang bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu:
Fase pertama Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai dengan
kedutan pada wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya kontraksi otot di
seluruh tubuh. Fase kedua Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke
otot muka, kelopak mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60 detik.
Pada fase kedua, kejang eklamsia akan membuat otot kontraksi dan rileks secara
berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Setelah kejang berhenti, penderita
umumnya akan pingsan. Setelah sadar, penderita biasanya akan merasa sangat
gelisah dan bernapas cepat karena tubuhnya kekurangan oksigen.
b. Penyebab Eklamsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum diketahui
dengan pasti. Namun, diduga kondisi ini diakibatkan oleh adanya kelainan pada
fungsi dan formasi plasenta. Faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan
risiko preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil adalah: Memiliki riwayat menderita
preeklamsia pada kehamilan sebelumnya Sedang menjalani kehamilan pertama atau
memiliki jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) Memiliki
riwayat hipertensi kronis Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal,
anemia sel sabit, obesitas, serta penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom
antifosfolipid (APS) Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih
dari satu janin atau hamil dengan program bayi tabung (IVF).
c. Pengobatan Eklamsia
Satu-satunya cara untuk mengobati eklamsia adalah dengan melahirkan bayi
yang dikandung. Pada ibu hamil dengan preeklamsia yang memiliki risiko untuk
mengalami eklamsia, dokter umumnya akan memberikan beberapa penanganan
berikut: Memberikan obat pengontrol tekanan darah dan suplemen vitamin
Menyarankan untuk bed rest di rumah atau di rumah sakit, dengan posisi tidur
menyamping ke kiri Memantau kondisi janin dan ibu hamil secara berkala Jika ibu
hamil mengalami eklamsia, dokter akan memberikan obat antikonvulsan. Suntikan
magnesium sulfat (MgSO4) menjadi pilihan pertama untuk menangani kejang pada
eklamsia. Jika kejang yang tidak membaik dengan pemberian magnesium sulfat,
dokter dapat memberikan obat golongan benzodiazepin dan phenytoin.
d. Pencegahan Eklamsia
Belum ada langkah pasti untuk mencegah preeklampsia dan eklamsia. Namun,
beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya eklamsia
pada ibu hamil: Melakukan kontrol berkala Kontrol berkala selama kehamilan perlu
dilakukan agar deteksi dini dan pengendalian hipertensi serta preeklampsia bisa
dilakukan. Dengan melakukan pengendalian terhadap preeklampsia, maka risiko
terjadinya eklamsia bisa diturunkan. Mengonsumsi aspirin dosis rendah Aspirin
dalam dosis rendah mungkin akan diberikan dokter sesuai dengan kondisi ibu hamil.
Pemberian aspirin dapat mencegah penggumpalan darah dan pengecilan pembuluh
darah, sehingga dapat mencegah munculnya eklamsia. Menerapkan gaya hidup sehat
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal dan berhenti
merokok, dapat membantu menurunkan risiko eklamsia bila ibu hamil.
Mengonsumsi suplemen tambahan Suplemen dengan arginin dan vitamin juga
diduga dapat menurunkan risiko eklamsia jika dikonsumsi mulai trimester kedua
kehamilan.
5. Asma Bronkhial
a. Pengertian
Menurut United States Tuberculosisi Association (1967), asma bronkhial
merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh peningkatan reaksi trakea dan brokhi
terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran
bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini
bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara
spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya adalah
tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma bronkhial memiliki
beberapa karakteristik :
1) Penyempitan atau obstruksi saluran napas yang reversibel, baik secara spontan
maupun dengan pengobatan
2) Kesukaran untuk bernapas
3) Peningkatan respon saluran napas terhadap berbagai rangsangan/stimulus
b. Faktor pencetus
1) Faktor alergi
2) Perubahan cuaca
3) Stress
4) Olahraga/aktivitas jasmani yang berat
c. Tanda dan gejala
1) Sesak napas (dispnea)
2) Batuk yang disertai lendir/batuk kering
3) Nyeri dada
4) Adanya suara nafas mengi/wheezing, yang bersifat paroksismal, yaitu membaik
pada siang hari dan memburuk pada malam hari
5) Gelisah
6) Kemerahan pada jaringan
Pada serangan asma yang lebuh berat gejala yang timbul : barrel chest, sianosis,
gangguan kesadaran, takikardi, peningkatan tekanan darah, dan pernafasan yang
cepat dan dangkal.
d. Pencegahan asma bronkhial
1) Mengenali faktor presipitasi dan tanda terjadinya asma bronkhial
2) Menghindari penyebab serangan asma bronkhial
3) Menghindari stress
4) Menghindari kegiatan yang melelahkan
5) Persediaan obat – obatan, jika terjadi serangan asma
e. Penanganan serangan asma bronkhial
1) Kenali tanda – tanda akan terjadinya serangan asma
2) Berika obat asma yang telah diberikan oleh dokter sebelumnya
3) Atur posisi duduk yang dapat meringankan keluhan sesak nafas, seperti posisi
setengah duduk
4) Longgarkan pakaian
5) Tempatkan penderita pada ruangan dangan sirkulasi udara yang baik
6) Jika nafas semakin sesak dan kondisi semakin parah, segera bawa ke puskesmas
atau rumah sakit.
6. DM
a. Dengan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila :
1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi besar
2) Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu – minggu
terakhir
3) Ditemukan glukosa pada air seni (Glikosuria)
b. Bahaya yang dapat terjadi :
1) Persalinan prematur
2) Hydramnion
3) Kelainan bawaan
4) Makrosomia
5) Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
6) Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji
Rochjati, 2003).
c. Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut :
1) Pre eklamsia
2) Kelainan letak janin
3) Insufisiensi plasenta
d. Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah :
1) Inersia uteri dan atonia uteri
2) Distosia bahu karena anak besar
3) Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sasarea
4) Lebih mudah terjadi infeksi
5) Angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat
penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi
(Wiknjosastro, 2006).
E. Pendidikan Kesehatan Nutrisi Pada Ibu Hamil
Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara normal
melaui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan metabolism dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dari organ-
organ serta menghasilkan energy (Elya, 2010).
Ibu hamil membutuhkan tambahan asupan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan
oleh ibu dan untuk perkembangan janin agar lebih optimal. Beberapa zat gizi yang perlu
ditambahkan sehingga asupan sesuai dengan standar yang dibutuhkan sehingga kesehatan
ibu tidak terganggu dan perkembangan janin pun bisa optimal. Zat-zat gizi penting yang
dibutuhkan ibu selama hamil terdiri dari :
1. Karbohidrat, merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama
kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan
membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama. Selain mengandung vitamin
dan mineral, karbohidrat juga meningkatkan asupan serat serta untuk serta untuk
menegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar.
2. Protein, tamabahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus, jaringan
payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi. 2/3 dari
protein yang dikomsumsi sebaiknya berasal dari protein hewani seperti daging, ikan,
unggas, telur, kerang yang banyak memiliki nilai biologi tinggi serta sumber energi
nabati banyak terdapat pada kacang-kacangan. Tambahan protein yang diperlukan
selama kehamilan sebanyak 12 gr/hari.
3. Lemak, merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan
energi tubuh bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin A, D, E, K dan asam lemak.
Asam lemak omega 3 dan 6 juga diperlukan untuk perkembangan sistim saraf, fungsi
penglihatan dan pertumbuhan otak bayi juga sebagai bantalan lagi organ-organ tertentu
seperti biji mata dan ginjal. Sumber lemak antara lain daging, susu, telur, mentega, dan
minyak tumbuhan.
4. Vitamin A, diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan
vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah.
Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara lain kuning telur, mentega,
wortel, tomat dan nangka.
5. Vitamin B6, penting untuk pembuatan asam amino yaitu bahan protein di dalam tubuh.
Makanan yang mengandung vitamin B6 antara lain hati sapi, daging ayam tak
berlemak, ikan salmon, beras merah, pisang, tomat dan lain-lain.
6. Vitamin C, jika kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan keracunan kehamilan,
ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya ruptur
membran, sebagai bahan semen jaringan ikat dan pembuluh darah. Sumber vitamin C
terdapat dalam beberapa makanan seperti tomat, jeruk, jambu biji dan brokoli.
7. Asam folat, wajib dikomsumsi bagi ibu yang sedang hamil khususnya pada trimester
1. Asam folat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan putih, mencegah
anemia. Beberapa bahan olahan yang banyak mengandung asam folat adalah bayam,
brokoli, jus jeruk, pisang dan lain-lain.
8. Kalsium, sebagian besar digunakan untuk perkembangan tulang dan gigi janin yang
banyak terdapat pada produk susu, keju, udang, teri, ikan, kacang-kacangan, tahu,
tempe dan sayuran berdaun hijau.
9. Zat besi, bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah
merah. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi, seperti
daging berwarna merah, hati, ikan, kuning telur, sayuran berdaun hijau, kacang-
kacangan, tempe dan roti.
10. Fosfor, cukup diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor berhubungan erat dengan
kalsium. Jika jumahnya tidak seimbang maka akan menimbulkan gangguan. Sumber
makanannya adalah susu, keju dan daging.
11. Seng, jumlah seng dalam tubuh jumlahnya kecil. Kebutuhan seng terpenuhi dari
makanan sehari-hari. Kekurangan mineral ini dapat menimbulkan cacat bawaan seperti
pembentukan tulang dan selubung saraf tulang belakang yang tidak normal.
12. Yodium, fungsi utama yodium adalah untuk pembentukan tiroksin terdapat dalam
garam dan diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Berfungsi dalam
pertumbuhan. Jika kekurangan terjadi kemudian pertumbuhan anak akan terhambat.
13. Natrium, memengang peranan penting dalam metabolism air dan bersifat mengikat
cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbangan cairan pada ibu hamil.
Sehingga ibu hamil cenderung menderita oedema.
14. Flour, diperoleh dari air putih. Flour diperlukan untuk pembentukan gigi bayi jika
ketika hamil ibu mengalami kekurangan flour, maka bayi tidak normal pertumbuhan
giginya. Demikian juga dengan warna serta bangunan gigi (Chomariah, 2012).
Kebutuhan makanan yang dibutuhkan untuk ibu hamil bila kondisi badan si ibu tidak
terganggu, maka jumlah atau besar makanan yang dapat dimakan adalah :
1. Trimester I
Pada umur kehamilan 1-3 bulan kemungkinan terjadi berat badan menurun. Hal ini
disebabkan adanya gangguan pusing, mual, muntah. Untuk itu ibu dianjurkan porsi
makan kecil tapi sering.
2. Trimester II
Nafsu makan membaik, maka makanan yang baik diberikan 3 kali sehari ditambah
1 kali makanan selingan, hidangan lauk pauk hewan seperti telur, ikan, daging dan
hati.
3. Trimester III
Pada umur kehamilan 6-7 bulan, dimana pada trimester ini makanan harus
disesuaikan dengan keadaan ibu, bila ibu hamil mempunyai berat badan lebih,
maka makanlah yang mengandung sumber energy dan lemak harus dikurangi dan
memperbanyak mengkomsumsi sayur dan buah segar.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan gizi ibu
kurang yaitu dengan memantau status gizi ibu hamil antara lain memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10-12 kg,
dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg,
dan trimester III sekitar 6 kg. kenaikan tersebut disebabkan Karena adanya
pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban (Chomariah, 2012)

F. Proses Persalinan
1. Pengertian
Menurut Syafrudin ( 2012 ) posisi dalam persalinan adalah posisi yang digunakan
untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat bersalin dan dapat
mempercepat proses persalinan. Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa
yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung Saat ibu
memberikan dukungan fisik ,aupun emosional dalam persalinan, atau membantu
keluarga untuk memberikan dukungan persalnan, bidan tersebut harus melakukan
semuanya itu dengan cara yang bersifat saying ibu meliputi :
a. Aman sesuai dengan evidence Base pada keselamatan ibu
b. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta merasa didukung
dan didengarkan
c. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami
Keuntungan dan manfaat pilihan posisi meneran/ mengejan berdasarkan keinginan ibu:
a. Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
b. Lama kala II lebih pendek
c. Laserasi Perinium lebih sedikit
d. Nilai APGAR lebih baik
2. Posisi-posisi pada proses persalinan antara lain
a. Setengah Duduk Atau Duduk
Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di RS atau
klinik diseluruh Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung
bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka kearah samping, tangan pasangan
membantu memegang perut ibu ( Rohani, dkk, 2011 : 52). Posisi ini akan membantu
dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin ke
dalam panggul dan terus turun kedasar panggul.
Keuntungan :
1) Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi
2) Memberi kesempatan untuk beristirahat diantara dua kontraksi
3) Memudahkan melahirkan bayi
4) Suplay oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal
5) Posisi ini bagus untuk posisi bayi besar
Kekekurangan :
1) Posisi ini menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan apalagi kalau
2) Proses persalinan berlangsung lama.
b. Lateral
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring ke kiri atau kekanan. Salah satu kaki diangkat
sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasanya dilakukan bila kepala bayi
belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi
tidak normlal ,bila posisi ubun ubun bayi berada dibelakang atau disamping. Miring
ke kiri atau kekanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika dikanan, ibu diminta
miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa
digunakan bila persalinan berlangsung lama an ibu sudah kelelahan dngan posisi
lain.
Keuntungan :
1) Peredarah darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah ibu
ke janin melalui plasenta tidak terganggu karena tidak terlalu menekan
2) Proses pembukaan berlangsung perlahan – lahan sehingga persalinan relative
lebih nyaman dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan :
1) Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses
persalinan
2) Kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan
3) Bila harus melakukan episiotimi prosesnya lebih sulit
c. Berdiri Atau Jongkok
Posisi persalinan ini jarang dilakukan karena praktisi penoong tidak bisa fleksibel.
Variasai berdiri tegak adalah posisi saling berdiri tegak dan berhadapan dengan
bertahapan menggoyangkan dengan tujuan memepermudah bagian janin segera
turun ke jalan lahir. Posisi ini sangat baik pada kala aktif dan melebarkan untuk
melebarkan panggul.
Keuntungan:
1) Possi menguntungkan karena pengaruh gravitasi sehingga ibu tidak susah payah
mengejan bayi akan keluar lewsat jalan lahir dengan sendirinya ( mempercepat
pada kala II) sehingga oksitosin kurang diperlukan untuk mempercepat
persalinan, sehingga dengan posisi ini mengurangi terjadinya induksi dalam
persalinan
2) Membantu dalam pengosongan kandung kemihn dan rasa nyeri
3) Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis menyebabkan peregangan pada
simfis pubis akubat berat badan sehiungga 28% terjadinya perluasan pintu
panggul
Kekurangan:
1) Bila tidak disiapkan dengan baik posisi ini sangat berpeluang membuat kepala
bayi cedera sebab bayi dapat meluncur dengan cepat
2) Dokter dan bidan sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui
episiotomy atau memantau perkembangan pembukaan
d. Merangkak
Posisi ini dengan lengan vertikal dengan bahu anda tidak jauh kebelakang atau
kedepan dan tidak lebih lebar dengan bahu anda sehingga tidak membuang energi,
namun memungkinkan tubuh untuk lebih rileks dengan posisi yang paling nyaman.
Keuntungan:
1) Meringankan rasa sakit
2) Lebih sedikit resiko robek poerine
3) Posisi terbaik untuk bayi besar
4) Mengurangi keluhan hemorid
e. Posisi telentang
Kelebihan:
1) Perawat atau bidan leluasa membantu persalinan
2) Prediksi pembukaan dan waktu lebih akurat
3) Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan
Kelemahan
1) Proses persalinan berlangsung lama
2) Terjadinya robekan pada perineum
3) Peredaran darah balik ke ibu ke janin melaui plasenta menjadi berkurang
sehingga bayi menjadi hypoxia

Anda mungkin juga menyukai