Anda di halaman 1dari 3

Tugas Movie Review "Murder on the Orient Express"

Verny Rahmadini
1751050

1. Menurut pendapat Saudara, apakah perbuatan yang dilakukan oleh Hercule Poirot pada
bagian akhir film sesuai dengan Sosiologi Hukum? Berikan analisis Saudara secara jelas!
Jawaban :
Sosiologi hukum selalu menjadi bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan
keputusan hukum, terlepas dari digunakannya pertimbangan tersebut oleh sang pembuat
keputusan atau tidak, maupun logis atau tidak logisnya sisi sosiologi hukum tersebut. Karena,
hal itu kembali lagi kepada si pembuat keputusan, apakah ingin menggunakan sisi sosiologi
itu atau hanya melihat dari sisi yuridis (semata-mata hanya memutuskan perkara
sebagaimana aturan yang berlaku). Sisi sosiologi yang dilihat dalam memutus perkara itu
antara lain, prilaku sehari-hari si pelaku dan korban, kondisi kejiwaan pelaku, alasan
melakukan suatu tindakan yang melawan hukum, serta hubungan antara pelaku dan korban.
Menurut saya, keputusan Hercule Poirot untuk tidak menghukum ketiga belas pelaku
(memanipulasi penyebab kematian korban dengan mengatakan penyebab kematian adalah
karena ulah pembunuh yang melarikan diri) sesuai dengan sosiologi hukumnya. Karena
dilihat dari prilaku korban sendiri yaitu Ratchett, ia telah melakukan pembunuhan
sebelumnya terhadap Daisy yang merupakan anak perempuan dari Kolonel Armstrong,
namun berhasil kabur dari hukuman karena menyuap/menyogok pihak berwajib dengan uang
hasil dari perolehan menjual barang-barang antik palsu. Namun, penyelidikan selama kasus
pembunuhan tersebut telah mengakibatkan hilangnya beberapa nyawa tidak bersalah. Mulai
dari ibu Daisy yang mati ketika melahirkan adik Daisy secara prematur karena shock
mendengar berita Daisy telah mati. Pembantu rumah tangga keluarga Kolonel Armstrong
yang bunuh diri karena dituduh menculik dan membunuh Daisy. Sampai Kolonel Armstrong
sendiri yang bunuh diri dengan menembakkan pistol ke tubuhnya. Inilah alasan ketiga belas
pelaku yang juga merupakan penumpang kereta. Sebab mereka semua adalah
keluarga,kerabat, pengasuh Daisy, serta teman dekat dari Kolonel Armstrong dan istrinya.
Sehingga dapat dikatakan, tindakan yang para pelaku lakukan bertujuan agar si korban
(Ratchett) mendapatkan balasan yang setimpal.
2. Seandainya pada bagian akhir film tersebut Hercule Poirot melakukan hal yang sebaliknya
dan Saudara bertindak sebagai Hakim pemutus perkara, maka bagaimana Saudara
memberikan putusan untuk menyelesaikan kasus tersebut menurut sistem hukum:
a. Eropa Kontinental (yang diterapkan di Belanda, Indonesia, dll)
b. Anglo Saxon (yang diterapkan di Amerika Serikat, Australia, dll)
Jawaban :
a. Jika Hercule Poirot melaporkan tindakan ketiga belas pelaku dan kemudian dihakimi
menurut sistem Eropa Kontinental (Civil Law System), maka keputusan hukum terhadap
kasus tersebut akan dijalankan menurut peraturan/perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
dikarenakan sumber hukum dari penganut sistem hukum Eropa Kontinental adalah Undang-
Undang sehingga lebih mengutamakan adanya kepastian berupa peraturan perundang-
undangan yang telah terkodifikasi sedangkan hakim lebih hanya kepada sebagai penegak
hukum. Walaupun tetap ada yang namanya yurisprudensi (keputusan hakim yang terdahulu),
tetap saja yurisprudensi itu tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan hanya
digunakan jika tidak terdapat peraturan Undang-Undang yang mengatur tentang suatu kasus.
Dalam kasus ini, ketiga belas pelaku dinyatakan bersalah dan akan mendapatkan
hukuman, namun Linda Arden (Nenek Daisy) sebagai otak dari tindakan pembunuhan itu
akan mendapat hukuman lebih dibanding pelaku lainnya. Namun, hakim sendiri bisa
memberikan keringanan hukuman, melihat dari tindakan korban yang sebelumnya pernah
melakukan pembunuhan atau menjadi penyebab terbunuhnya keluarga, kerabat, sahabat dari
ketiga belas pelaku. Hal ini kembali lagi kepada hakim sendiri untuk menggunakan
pertimbangan tersebut atau tidak. Jika hakim tidak menggunakan pertimbangan ini untuk
memberikan keringanan hukuman, pelaku bisa mengusulkan sendiri dengan mengajukan
banding ke tingkat pengadilan yang lebih tinggi seperti banding dan kasasi di Indonesia.

b. Berbeda dengan Eropa Kontinental, sistem hukum Anglo Saxon lebih mengutamakan
adanya suatu kepastian hukum. Sehingga yang dijadikan sumber hukum utamanya adalah
putusan-putusan hakim/ pengadilan (judicial decisions). Walaupun tetap mengakui peraturan
yang dibuat oleh legislatif, namun peraturan ini tidak terkodifikasi seperti halnya undang-
undang dalam sistem hukum Eropa Kontinental.
Kasus ini jika diadili menggunakan sistem Anglo Saxon (Common Law System) tentunya
akan lebih bergantung kepada bagaimana cara pandang seorang hakim dalam memutuskan
menetapkan hukuman. Bisa saja, hakim tersebut beraliran positivisme yang menganggap
bahwa suatu kasus harus ditetapkan hukumannya menggunakan peraturan dari negara saja
(kaku) atau ia selalu melihat sosiologi hukum sebagai acuannya dalam menetapkan hukuman.
Selain hakim terdapat judges yang berperan untuk menilai kesalahan seseorang dalam
persidangan. Biasanya, judges ini terdiri dari masyarakat awam dengan berbagai latar
belakang profesi. Sehingga mereka akan memberikan pendapat atau hakim bisa meminta
pendapat mereka. Jika dilihat dari sudut pandang mereka yang berbeda-beda latar belakang,
tentunya pendapat tersebut akan lebih cenderung kepada aspek-aspek diluar hokum,
mengingat profesi mereka yang bukan orang ahli hukum seperti halnya hakim. Namun,
pendapat judges bisa mempengaruhi keputusan hakim. Sehingga, dapat dikatakan sistem
Anglo Saxon ini lebih sering menggunakan tinjauan sosiologi hukumnya dalam memutus
suatu perkara. Dengan kemungkinan hukuman yang diterima ketiga belas pelaku dapat lebih
ringan dibandingkan sistem Eropa Kontinental yang lebih terpaku pada peraturan perundang-
undangan tertulis.

Anda mungkin juga menyukai