Anda di halaman 1dari 8

Strata Norma Roman Ingarden dalam Apresiasi Puisi Roman

Ingarden’s Norm Strata in Poetry Appreciation

Dian Susilastri
Balai Bahasa Sumatera Selatan
Email : dian.susilastri@kemdikbud.go.id

Keyword : Abstract. Appreciating poetry is started from reading it, then


appreciation, poetry, understanding its meaning. It needs a special means to understand
Roman Ingarden’s poetry since poetry is a structure consisting of elements or layers of
norms strata norms. For this reason poetry needs to be analyzed and interpreted.
Poetry also implies something indirectly, which states one thing and
means another. Besides , poetry holds 'a world' written through
meaningful language symbols. This paper aims to suggest an
literature appreciation of poetry genre using Roman Ingarden's
norm strata theory. Roman Ingarden's poetry analysis theory views
poetry as meaningful layers or norms strata. These meaningful
layers include the sound layer, the meaning layer, the object layer,
the 'world' layer, and the metaphysical layer. To carry out an
analysis with this theory of the norms strata is used a scientific
approach and then presented with a descriptive analytic method.
With Roman Ingarden’s norms strata in understanding poetry, it is
hoped that poetry readers can understand the literary works of
Kata kunci : poetry better.
apresiasi, puisi, Strata
norma Roman Abstrak. Mengapresiasi puisi dimulai dari membaca kemudian
Ingarden memahami maknanya. Perlu sarana khusus untuk memahami puisi
karena puisi itu merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-
unsur atau lapis-lapis norma. Karena itulah puisi perlu dianalisis
dan ditafsirkan. Puisi juga menyatakan sesuatu secara tidak
langsung, yaitu menyatakan suatu hal dan berarti yang lain. Di
samping itu, puisi menyimpan ‘sebuah dunia’ yang dituangkan
lewat simbol-simbol bahasa yang bermakna. Makalah ini bertujuan
menyarankan apresiasi sastra genre puisi dengan menggunakan
teori strata norma Roman Ingarden. Teori analisis puisi Roman
Ingarden memandang puisi sebagai lapisan-lapisan atau strata
norma yang bermakna. Lapisan yang bermakna tersebut meliputi
lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis ‘dunia’, dan lapis metafisis.
Untuk melakukan analisis dengan teori strata norma ini digunakan
pendekatan saintifik dan disajikan dengan metode deskriptif
analitik. Dengan analisis strata norma Roman Ingarden dalam
memahami puisi, diharapkan pembaca puisi dapat lebih
memahami karya sastra puisi dengan baik.

JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96 ------------------------ 89
I. PENDAHULUAN 1998) keberadaannya hingga kini tidak
Puisi merupakan sebuah karya sastra diketahui karena puisi-puisinya sangat
yang terdiri atas rangkaian kata-kata hasil keras dan lugas, serta begitu provokatif di
renungan penulisnya. Kata-kata tersebut dalam melawan rezim Orde Baru. Puisi-
disusun sedemikian rupa agar terbentuk puisi yang berpengaruh karya para
sebuah rangkaian kata bermakna. Karya sastrawan Indonesia tersebut menjadi
sastra (termasuk puisi) merupakan karya fenomenal karena sudah dipahami
imajinatif bermedium bahasa yang unsur maknanya. Artinya, lepas dari sikap
estetiknya dominan (Wellek & Warren, pemerintah yang reaktif terhadap puisi
2014). Menurut Riffatere, puisi itu para sastrawan tersebut, aparat pemerintah
menyatakan sesuatu secara tidak langsung, telah memberi apresiasi karena memahami
yaitu menyatakan suatu hal dan berarti isi puisi.
yang lain (Pradopo, 2014). Puisi akan Di dalam KBBI apresiasi diartikan
menjadi memiliki makna bila diapresiasi sebagai kesadaran terhadap nilai seni dan
oleh pembaca/penikmatnya. Ada beberapa budaya; penilaian (penghargaan) terhadap
ciri kebahasaan yang mengikat puisi. sesuatu. Mengapresiasi berarti melakukan
Wahyu menyebut enam hal tentang itu, pengamatan, penilaian, dan penghargaan
yaitu pemadatan bahasa, penggunaan kata (misalnya terhadap karya seni)
yang khas, kata yang nyata/konkrit, cara (Pengembang KKBI Daring, 2016). Dengan
mengimajinasi, irama, dan tipografi demikian, mengapresiasi puisi berarti
(Herlistianti, Surjakusuma, & Nurjamin, mengamati, menilai, dan memberi
2018). penghargaan terhadap puisi tersebut.
Seorang sastrawan Rusia, Boris Untuk dapat menilai diperlukan strategi
Leonidovich Pasternak (1890—1960), atau pendekatan tertentu. Seperti
peraih Nobel Perdamaian di bidang Sastra dikemukakan oleh Knoc C. Hill bahwa
(puisi dan prosa), membuat puisi dan novel suatu tulisan yang kompleks dapat
yang membuat Kerajaan Rusia pada dipahami dengan baik hanya jika dianalisis
masanya menjadi berang. Kerajaan Rusia (Pradopo, 2007).
melarang terbit karya-karyanya karena Pendekatan atau strategi untuk
dianggap tidak sejalan dengan ideologi memahami puisi mengalami berbagai
negara komunis. Pelarangan tersebut, tentu perubahan tiap masa. Perubahan itu terjadi
saja, karena pihak yang melarang akibat ditemukan kekurangan-kekurangan
memahami makna karya Pasternak. dan yang utama adalah karena kesalahan
Di Indonesia, Chairil Anwar (1922— dalam memandang puisi. Seperti yang
1949) merupakan tokoh puisi Indonesia disampaikan oleh Wellek dan Warren
modern yang puisi-puisinya melegenda. Ia bahwa situs ontologis atau modus
dijuluki sebagai Pelopor Angkatan 45. keberadaan karya sastra (puisi) perlu
Namun, karena dianggap melawan ditelusuri agar karya sastra dapat dianalisis
pemerintah, puisinya dibredel bahkan ia dengan layak (Wellek & Warren, 2014).
harus mendekam di penjara. Si Burung Untuk penelusuran modus
Merak, W.S. Rendra (1935—2009), keberadaan karya sastra (puisi), Wellek dan
sastrawan Indonesia yang puisinya Warren menemukan empat pendekatan
dianggap mampu memprovokasi yang semuanya berupa pendekatan
masyarakat dan dapat mengganggu tradisional. Pendekatan tersebut dianggap
stabilitas nasional. Ia ditangkap dan tidak memberi penjelasan mengenai modus
menjadi tahanan resmi pada tahun 1974. keberadaan puisi secara benar dan tidak
Widji Thukul (lahir 1963, hilang misterius dapat menunjukkan struktur dan nilai

90 ---------------------- JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96
karya. Pendekatan pertama menganggap sudah lewat. Dengan demikian, dapat
puisi sebagai sebuah artefak, artinya puisi diasumsikan bahwa pengalaman membaca
dianggap sebagai sebuah karya seperti puisi sama dengan pengalaman ketika
halnya lukisan, patung, atau coretan dalam pengarang mencipta puisi.
kanvas atau kertas dan benda-benda yang Dari sekian pengalaman untuk
lain. Jika benda artefak tersebut memberi batasan puisi, baik pengarang,
dimusnahkan, musnah pula puisi itu, pembaca, maupun pembaca kolektif, puisi
sedangkan puisi itu masih ada. Pendekatan sesungguhnya hanya merupakan suatu
selanjutnya, yaitu menganggap puisi itu penyebab potensial dari pengalaman
sebagai urutan bunyi yang diucapkan oleh (Wellek & Warren, 2014). Sedangkan puisi
pembaca puisi. Padahal gaya dan tekanan yang sebenarnya memiliki ciri-ciri normatif
suara pembacaan puisi satu orang berbeda yang berstruktur. Pengalaman pembaca
dengan pembacaan orang lain dan tersebut hanya merupakan upaya untuk
perbedaan itu dapat menyarankan makna memaknai satu set norma dari puisi.
yang berbeda, bahkan pada orang yang Dengan demikian, puisi dipandang sebagai
sama di yang waktu berbeda. Setiap struktur norma. (Wellek & Warren, 2014).
pembacaan puisi sesungguhnya Struktur norma ini membentuk lapis-lapis
merupakan penyajian puisi, bukan sebagai atau strata yang oleh filsuf asal Polandia,
puisi itu sendiri. Roman Ingarden (dalam bukunya Das
Pendekatan ketiga merupakan Literische Kustwerk (1931)) dibagi dalam
pendekatan psikologis yang menganggap lima lapis, yaitu lapis bunyi, lapis arti, lapis
puisi merupakan pengalaman pembacanya objek, lapis ‘dunia’, dan lapis metafisis.
atau proses mental masing-masing Masing-masing norma menimbulkan lapis
pembacanya. Ada faktor lain yang norma di bawahnya. Dalam penyusunan
menyebabkan puisi itu menjadi berbeda lima lapis tersebut, Ingarden memakai
ketika latar belakang (background) metode fenomenologi untuk membedakan
pembaca pun berbeda-beda. Pengalaman strata-strata (Pradopo, 2007). Istilah norma
(membaca atau mendengarkan) tidak menurut Wellek dan Warren bukanlah
dapat disamakan dengan puisi itu. Setiap norma klasik atau romantik, etika atau
pembaca puisi dapat menambah atau politik. Norma tersebut harus dipahami
mengurangi secara pribadi puisi tersebut sebagai norma implisit yang harus
karena latar belakang yang berbeda dan dikeluarkan dari setiap pengalaman
pengalaman membaca yang berbeda pula. membaca karya sastra dan secara
Pendekatan keempat fokus berada pada keseluruhan membentuk karya sastra
posisi penyair atau penulis puisi. Puisi (Wellek & Warren, 2014).
merupakan pengalaman penyair ketika Lapis atau strata pertama adalah lapis
mencipta puisi. Penyair akan menjadi bunyi (sound stratum). Suara ini bukan
pembaca saat puisi itu sudah selesai ditulis seperti bunyi pada waktu puisi dibacakan.
dan dilempar kepada pembaca. Sulit Namun, suara sebagai konvensi bahasa,
mengukur dan merekonstruksi disusun sedemikian rupa hingga
pengalaman penyair, apa lagi pemyairnya menimbulkan arti. Suara tersebut ada yang
sudah meninggal sehingga tidak bisa berupa eufoni atau kombinasi bunyi yang
dikorek maksud penulisan puisinya. enak didengar dari asonansi (pengulangan
Bahkan, maksud pengarang bisa jadi bunyi vokal) dan aliterasi (pengulangan
melebihi karyanya. Pengalaman pengarang bunyi konsonan), suara kokofoni atau
dianggap pengalaman subjektif yang suara yang sumbang atau kasar dan

JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96 ------------------------ 91
menyakitkan pendengaran, pola Pietro, semiosis berusaha mengidentifikasi
persajakan (ab-ab atau aa-bb), lambang tanda berdasarkan keterhubungannya.
suara/rasa (klanksymboliek, vokal a,o,u Selanjutnya, tanda dilihat dalam satu mata
untuk menunjukkan perasaan sedih, rantai signifikasi (proses pemahaman
gundah dan sebagainya),. Suara itu tidak berdasarkan tanda-tanda yang mudah
hanya sekadar suara tidak berarti. Dengan terlihat) yang lebih kompleks (Christomy &
adanya suara-suara itu, akan bisa Yuwono, 2004).
ditangkap artinya atau maksud dari puisi Penelitian tentang analisis puisi
tersebut. dengan menggunakan strata norma sudah
Lapis kedua adalah lapis arti atau unit banyak dilakukan. Salah satunya
makna (unit of meaning), yaitu berupa dilakukan oleh Irfai, Teguh, Agus, dan
rangkaian fonem, suku kata, kata, frase, Subyantoro (2018) yang mengkaji tentang
dan kalimat yang mempunyai makna. puisi-puisi mbeling dari Remi Sylado. Dari
Semuanya merupakan satuan-satuan arti penyebutan genre puisi yang mbeling
dalam konteks dan menjadi sintagma dan tersebut, pada kenyataannya setelah
pola kalimat. Lapis ketiga, yaitu objek yang dianalisis berdasarkan strata norma Roman
berupa latar, pelaku atau tokoh-tokoh, dan Ingarden, ditemukan bahwa puisi-puisi
dunia pengarang yang berupa cerita atau mbeling Remi Sylado berisi anonimitas dan
lukisan. Lapis keempat adalah lapis aliterasi, puncak keagungan, ironi
“dunia” yang dipandang dari titik pandang kemegahan, nasihat dalam bentuk
tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi perumpamaan. Hal ini tercermin dari
terkadung di dalamnya secara tersirat karya, pandangan imajiner, gerakan
(implied). Seperti kata Teeuw bahwa dunia imajiner, dan citraan auditori yang muncul
sajak/puisi adalah dunia rekaan yang dari puisi mbeling karya Remi Sylado
hanya dapat diartikan dengan memakai tersebut. Temuan lainnya adalah bahwa
kata-kata yang dipakai dalam sajak/puisi permasalahan-permasalahan kemanusiaan
itu sendiri (Teeuw, 1991). terkait dengan permasalahan sosial,
Lapis kelima, yaitu lapis metafisis atau humanitarian, dan kebebasan berekspres
kualitas metafisika, berupa sifat-sifat tersirat di dalam puisi-puisi mbeling
metafisis yang sublim, tragis, mengerikan tersebut. Permasalahannya banyak
atau menakutkan, dan suci. Melalui sifat- didominasi oleh keinginan untuk
sifat seni ini dapat memberikan renungan memberikan perubahan atas gejala-gejala
filosofis dan kontemplasi kepada pembaca. yang dianggap merusak dan tidak
Tidak semua karya sastra memiliki muatan menciotakan inovasi. Elemen yang begitu
lapis metafisis ini (Pradopo, 2014; Wellek & tertata rapi muncul karena adanya aturan-
Warren, 2014) aturan di dalam penulisan dan
Strata norma Roman Ingarden ini kepercayaan pada diri seseorang memicu
merupakan strategi menganalisis puisi konflik yang terjadi baik secara langsung
dengan memandang puisi sebagai sebuah maupun tidak langsung (Fathurohman,
struktur norma yang tidak meninggalkan Supriyanto, Nuryatin, & Subyantoro, 2018).
hakikat puisi yang oleh Pradopo disebut Peneliti lain yang juga melakukan
sebagai kepadatan dan ekspresi tidak penelitian terhadap suatu karya sastra
langsung (Pradopo, 2014). Tentu saja sesuai puisi dengan menggunakan teori strata
dengan hakikat puisi,, dalam menganalisis norma Roman Ingarden adalah
puisi tidak meninggalkan semiosis. Hal ini Herlistianti, Yoyo, dan Asep (2018). Mereka
sangat disarankan dalam rangka melakukan penelitian tersebut terhadap
memahami dan menilai puisi. Menururt puisi-puisi Maman S. Mahayana yang

92 ---------------------- JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96
tergabung dalam antologi Jejak Seoul. Yang yaitu puisi ‘Doa’ karya Chairil Anwar
mereka teliti adalah pengalaman jiwa atas (Anwar, 2000).
antologi puisi tersebut. Ada sepuluh puisi Pendekatan saintifik (scientific
dengan tiga tema yang berbeda yang approach) merupakan salah satu model
digunakan di dalam penelitian mereka, pembelajaran. Pendekatan ini sudah
yaitu Jejak yang Berserak, Langkah Musim, digunakan di Amerika pada akhir abad ke-
dan Perjalanan Panjang. Hasilnya adalah 19 dan di Indonesia dikenal dengan cara
bahwa puisi-puisi tersebut memiliki nilai belajar siswa aktif (learning by doing) serta
artistik yang tinggi dengan pengalaman diaplikasikan dalam Kurikulum 1975 serta
jiwa yang sangat dalam (Herlistianti et al., Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik
2018). menggunakan kaidah-kaidah keilmuan
Penelitian yang menggunakan teori yang memuat serangkaian aktivitas
strata norma Roman Ingarden terhadap pengumpulan data melalui observasi,
puisi dilakukan juga oleh Yusuf Maulana bertanya, eksperimen, olah informasi atau
Hanafi, Endang Dwi Sulistyowati, Syamsul data, kemudian dikomunikasikan (Riadi,
Rijal (2017). Mereka menganalisis puisi 2019).
Mahakam karya Korrie Layun Rampan. Pola kerja pendekatan saintifik
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan yang investigatif dan cara berpikir analitis,
bahwa penulis puisi menceritakan dunia diadopsi dalam strategi analisis puisi
penulis itu sendiri dalam menjalani hidup dengan strata norma Roman Ingarden.
di perantauan meninggalkan Sungai Pendekatan saintifik dipergunakan ketika
Mahakam tanpa keluarga. Seluruh bait menelusuri makna dari lapis satu ke lapis
yang terdapat pada puisi tersebut berikutnya secara analitis. Diharapkan
menggunakan ragam bunyi eufoni, berisi hasil analisis tersebut dapat diperoleh
lukisan-lukisan atau cerita yang makna puisi dengan baik.
menceritakan kerinduannya kepada Puisi mengandung permasalahan
keluarga disaat ia sedang merantau yang kompleks. Puisi-puisi yang
(Hanafi, Sulistyowati, & Rijal, 2017). diciptakan oleh pengarang di dunia ini
Berdasarkan latar belakang yang memiliki berbagai masalah atau topik yang
dikemukakan tadi, masalah dalam artikel untuk menganalisisnya memerlukan
ini, yaitu bagaimanakah penerapan analisis pengetahuan yang kompleks pula. Dalam
strata norma Roman Ingarden dalam pendekatan saintifik ini pembaca
menganalisis puisi dengan pendekatan diharapkan memiliki bekal pengetahuan
saintifik? yang cukup agar pemaknan puisi dapat
dilakukan secara optimal. Misalnya, puisi
II. METODE “Asmaradana” karya Goenawan
Muhamad memiliki lapis objek yang
Penelitian ini merupakan penelitian berlatar budaya Jawa (kisah dalam
kualitatif dengan tujuan penyaranan pewayangan Ramayana). Goenawan
strategi analisis puisi dengan pendekatan Muhamad secara kreatif menggubah karya
saintifik. Metode yang digunakan adalah sastra klasik ke dalam karya sastra modern
studi pustaka dan dianalisis secara (Santosa & Djamari, 2015). Di situlah
deskriptif analitik, yaitu dengan dituntut kemelitan penganalisis puisi. Hal
mendeskripsikan fakta-fakta kemudian tersebut termasuk dalam salah satu hal
disusul dengan analisis. Data yang penting dalam pendekatan saintifik.
dipergunakan merupakan puisi canon
yang dipergunakan sebagai contoh analisis,

JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96 ------------------------ 93
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sungguh – seluruh // suci – sunyi // Tuhanku –
bentuk – remuk // Tuhanku – asing – Tuhanku
Proses analisis puisi dengan
– mengetuk – berpaling//. Dalam keseluruhan
menggunakan pendekatan saintifik dalam
puisi itu bunyi u dan a sangat dominan,
analisis strata norma Roman Ingarden
sangat membantu menimbulkan perasaan
dilakukan secara bertahap lapis per lapis.
sedih, gundah, menderita dan haru.
Dalam tahap lapis-lapis itu
Kemudian, sajak akhir itu dikombinasikan
pembaca/penganalisis diminta untuk
dengan asonansi a-u yang memberi
selalu berpikir kritis dan analitis dalam
gambaran angan tentang dalamnya rasa
memaknai puisi sesuai dengan normanya.
gundah si aku lirik.
Berikut ini contoh analisis puisi
Bunyi lain yang mendukung suasana
berjudul ‘Doa’ karya Chairil Anwar dengan
itu adalah bunyi berat yang
strata norma Roman Ingarden.
dikombinasikan dengan bunyi h: /biar susah
sungguh/ mengingat Kau penuh seluruh/, dan
Doa
diperkeras dengan orkestrasi bunyi parau
Kepada pemeluk teguh
(kakofoni atau bunyi konsonan yang tidak
bersuara) k penutup: /…hilang
(Karya Chairil Anwar)
bentuk/remuk. Kakofoni ini untuk
memperkuat suasana yang tidak
Tuhanku
menyenangkan.
Dalam termangu
Selain suasana di atas, bunyi lain
Aku masih menyebut nama-Mu
seperti dalam: /caya-Mu panas suci/tinggal
kerdip lilin di kelam sunyi/. Kombinasi vokal
Biar susah sungguh
i dan s yang liris dan menimbulkan irama
mengingat Kau penuh seluruh
tertentu menyarankan suasana keharuan
dan kesucian yang bersifat religius.
Caya-Mu panas suci
Dalam puisi ‘Doa’ terasa ada jaringan
tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
efek bunyi yang menimbulkan gambaran
angan tertentu. Unsur kepuitisan ini tidak
Tuhanku
dapat ditinggalkan dalam setiap bentuk
apresiasi terhadap puisi “Doa”, Suasana
aku hilang bentuk
gundah, menderita, religius yang
remuk
ditimbulkan oleh kombinasi efek bunyi
tersebut didukung oleh bunyi-bunyi yang
Tuhanku
ditimbulkan oleh kombinasi vokal dan
konsonan yang dipilih oleh Chairil Anwar.
aku mengembara di negeri asing
Lapis kedua dalam strata norma
adalah lapis arti (units of meaning), yang
Tuhanku
menyangkut pemaknaan fonem, kata,
di pintu-Mu aku mengetuk
maupun kalimat. Judul puisi “Doa” sendiri
aku tidak bisa berpaling
merupakan sebuah kata yang dapat
diartikan sebagai “permohonan kepada
(dalam buku Deru Campur Debu (Anwar,
Tuhan”. Jika diperhatikan kata-kata pada
2000))
keseluruhan puisi tersebut tidak secara
eksplisit dinyatakan oleh pengarangnya
Dalam puisi tersebut unsur bunyi
suatu bentuk permohonan yang
(lapis bunyi) tampak pada persajakan akhir
diharapkan pada Tuhan. Si aku lirik hanya
seperti //Tuhanku – termangu – nama-Mu –

94 ---------------------- JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96
mengatakan secara implisit mengenai kondisi atau keadaan diri sendiri, sehingga
keputusasaannya hingga meminta ia harus berdoa kepada Tuhan. Gambaran
pertolongan atau perhatian Tuhan, yaitu angan ini menjadi utuh terangkai dan
pada bait terakhir: /di pintu-Mu aku tertata dari kata, baris, bait hingga kesatuan
mengetuk/. tubuh puisi.
Dalam bait pertama: /Tuhanku/dalam Lapis kelima berupa lapis metafisis,
termangu/aku masih menyebut nama-Mu/, adalah upaya sebuah puisi memberikan
memberi arti termenung-menung karena kontemplasi/perenungan pada pembaca
sedih dan bingung tetapi masih berusaha puisi. Puisi “Doa” memberikan suatu
menyebut nama Tuhan. Bait ketiga perenungan bahwa manusia tidak lepas
mengandung arti kebesaran Tuhan sebagai dari dosa, dan seberapa pun besar dosa
penerang (cahaya) hati manusia, dan di manusia cahaya Tuhan tetap hidup di
dalam si aku lirik cahaya itu diibaratkan dalam batin manusia. Kekerdilan manusia
hanya tinggal sinar lilin di dalam di mata Tuhan yang Mahaagung
kegelapan yang sunyi. Dalam keadaan mengharuskan manusia tidak bisa
seperti ini si aku lirik “mengadukan” berpaling untuk selalu berdoa (memohon)
nasibnya kepada Tuhan bahwa dia ibarat kepada Tuhan.
kehilangan bentuk bahkan remuk (bait Dari analisis strata norma pada puisi
keempat). Dalam kesendirian dan “Doa” akan terasa gambaran angan atau
pengaduannya pada Tuhan di kelam sunyi, imaji-imaji dalam puisi itu. Imaji itu antara
si aku lirik merasa “mengembara di negeri lain keadaan kebimbangan, nafas religius
asing”. Pengembaraan itu menuntunnya atau suasana keagamaan, keheningan, dan
untuk “mengetuk” pintu Tuhan. penderitaan.
Dengan pengungkapan lapis kedua itu
secara tidak langsung timbul lapis ketiga, IV. KESIMPULAN
yang berupa objek-objek yang
dikemukakan, latar, pelaku dan dunia Analisis puisi dengan strata norma
pengarang (dunia si aku lirik).Objek yang Roman Ingarden dan pendekatan saintifik
dikemukakan itu antara lain Tuhan, caya dilakukan secara bertahap karena lapis-
(cahaya), lilin, dan negeri asing. Latar lapis norma dalam puisi merupakan urutan
tampak pada caya-Mu panas suci, tinggal struktu, mulai dari lapis bunyi, diikuti lapis
kerdip lilin di kelam sunyi, negeri asing, arti, kemudian menimbulkan lapis objek,
dan di pintu-Mu. Pelaku adalah si aku lirik lalu lapis dunia, dan terakhir dapat
dan dunianya adalah dalam termangu, ditemukan lapis metafisis. Namun, tidak
hilang bentuk, remuk, dan tak bisa semua puisi memiliki lapis metafisis. Tidak
berpaling pada Tuhan. semua puisi memiliki kekuatan metafisis
Dari uraian lapis-lapis di atas maka yang kuat. Hal tersebut diketahui jika
akan timbul pula “dunia” yang cukup sudah melalui analisis lapis demi lapis.
dinyatakan secara implisit, yakni lapis Puisi ‘Doa’ karya Chairil Anwar sebagai
keempat. Hal itu terlihat dalam gambaran contoh analisis menunjukkan strata norma
angan suasana religius, dan “dunia” si aku berlapis yang bertahap. Meskipun tidak
lirik yang penuh dosa. Lebih jauh lagi, hal memerlukan referensi yang khusus untuk
yang implisit adalah gambaran angan menjabarkan makna lapis demi lapis puisi
tentang pengembaraan batin si aku lirik, ‘Doa’, pengetahuan tentang keimanan,
mulai dari kegundahannya, penyadaran kadar religiositas, dan kejiwaan dapat
akan keagungan Tuhan, penyadaran akan membantu dalam rangka pemaknaan puisi.

JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96 ------------------------ 95
Pendekatan saintifik yang cenderung dan Pengalaman Jiwa Puisi-Puisi
dipergunakan dalam dunia pendidikan Maman S. Mahayana dalam Antologi
sangat sesuai diaplikasikan dalam proses Jejak Seoul. Jurnal Linguasastra, 1(1),
analisis strata norma Roman Ingarden. 1–11.
Cara analisis terhadap puisi dengan Pengembang KKBI Daring. (2016). KBBI
pendekatan saintifik sekaligus untuk Daring/KBBI Edisi Kelima. Jakarta:
memberi sentuhan kedisplinan, Badan Pengembangan Bahasa dan
kekonsistenan, dan kemelitan pembaca Perbukuan.
dalam mencari makna puisi yang terbaik Pradopo, R. D. (2007). Prinsip-prinsip
dan bernilai. Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
DAFTAR PUSTAKA Pradopo, R. D. (2014). Pengkajian Puisi (14
Anwar, C. (2000). Deru Campur Debu. ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada
Jakarta: Dian Rakyat. University Press.
Christomy, T., & Yuwono, U. (Ed.). (2004). Riadi, M. (2019). Pengertian, Prinsip dan
Semiotika Budaya. Depok: Pusat Langkah Pendekatan Saintifik.
Penelitian Kemasyarakatan dan Diambil dari
Budaya, Direktorat Riset dan https://www.kajianpustaka.com/2019
Pengabdian Masyarakat, Universitas /05/pengertian-prinsip-dan-langkah-
Indonesia. pendekatan-saintifik.html?m=1
Fathurohman, I., Supriyanto, T., Nuryatin, Santosa, P., & Djamari. (2015). Strategi
A., & Subyantoro, M. (2018). Human Pembelajaran Sastra pada Era
Problems in Remy Sylado Mbeling Globalisasi (D. P. Prabowo, Ed.).
Poetry: the Analysis of Norm Srata by Yogyakarta: Azzagrafika.
Ingarden. 247(Iset), 255–258. Teeuw, A. (1991). Membaca dan Menilai
https://doi.org/10.2991/iset- Sastra (2 ed.). Jakarta: Gramedia
18.2018.54 Pustaka Utama.
Hanafi, Y. M., Sulistyowati, E. D., & Rijal, S. Wellek, R., & Warren, A. (2014). Teori
(2017). Analisis Strata Norma Puisi Kesusastraan (V). Jakarta: PT
Mahakam. Ilmu Budaya, 1(April Gramedia Pustaka Utama.
2017), 159–170.
Herlistianti, E., Surjakusuma, Y., &
Nurjamin, A. (2018). Lapis Norma

96 ---------------------- JSSH P-ISSN:2579-9088 Vol. 4 Nomor 2, September 2020 | Dian Susilastri 89 –96

Anda mungkin juga menyukai