PERTEMUAN 14
PENDAFTARAN TANAH
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
yang membebaninya.
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan
pendaftaran tanah berdasarkan Pasal 19 Ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 yang hanya meliputi: pengukuran, pemetaan dan
pembukuan tanah, pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian
tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat.4
4
Mhd. Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Op.cit. hlm. 138.
5
Boedi Harsono, op cit, hlm. 73.
6
Boedi Harsono, Op Cit, hlm 73
7
Ibid, hlm 73
Agraria/ Kepala BPN No. 3 Tahun 1999, Permen Agraria/Kepala BPN No.
9 Tahun 1999, dan sebagainya.
5. Bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun.
Kegiatan pendaftaran tanah dilakukan terhadap Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, Tanah
Wakaf, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, Hak Tanggungan, dan
Tanah Negara.
6. Pemberian surat tanda bukti hak.
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya menghasilkan
surat tanda bukti hak berupa sertipikat atas bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan sertipikat hak milik atas satuan rumah susun.
Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah
wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang
masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
7. Hak-hak tertentu yang membebaninya.
Dalam pendaftaran tanah dapat terjadi objek pendaftaran tanah
dibebani dengan hak yang lain, misalnya Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun dijadikan jaminan utang dengan dibebani utang Hak Tanggungan,
atau Hak Milik atas tanah dibebani dengan Hak Guna Bangunan atau
Hak Pakai.
Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pendaftaran tanah
dikenal 2 macam asas, yaitu:8
1. Asas Specialiteit
Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas
dasar peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis
menyangkut masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran
peralihannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendaftaran tanah
dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu
memberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah, letak, dan batas-
batas tanah.
8
Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Karunika-Universitas Terbuka, Jakarta, 1988,
hlm. 99.
Berdasarkan asas ini, setiap orang berhak mengetahui data yu- ridis
tentang subjek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak, dan pembebanan
hak atas tanah yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, termasuk
mengajukan keberatan sebelum sertipikat diterbitkan, sertipikat
pengganti, sertipikat yang hilang atau sertipikat yang rusak.
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dinyatakan bahwa
pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas:
1. Asas sederhana.
Asas ini dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun
prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.
2. Asas aman.
Asas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah
perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat
memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah
itu sendiri.
3. Asas terjangkau.
Asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan
kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan
dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa
terjangkau oleh pihak yang memerlukan.
4. Asas mutakhir.
Asas ini dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaanya
dan berkesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia
harus menunjukkan keadaan yang muktahir. Untuk itu diikuti kewajiban
mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian
atas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu disebabkan dari
pembayaran biaya-biaya tersebut." Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah,
Pemerintah tidak mampu membebaskan seluruh biaya pendaftaran tanah
yang menjadi kewajiban bagi pemohon pendaftaran tanah, disebabkan
oleh keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah. Pemerintah hanya
dapat memberikan subsidi biaya pendaftaran tanah kepada pemohon
pendaftaran tanah.
Dua cara Pendaftaran tanah untuk pertama kali menurut PP No. 24
Tahun 1997 adalah sebagai berikut:
1. Pendaftaran tanah secara sporadik
Yaitu pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah
suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
Pelaksanaan pendaftarannya dilaksanakan atas permintaan pihak yang
berkepentingan (pemegang hak) dan dilaksanakan oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
2. Pendaftaran tanah secara sistematis
Yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan
secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang
belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan
Pendaftaran tanah secara sistematis umumnya bersifat massal dan besar-
besaran, maka untuk pelaksanaannya, Kepala Kantor Pertanahan perlu
dibantu oleh Panitia yang khusus dibentuk, sehingga tugas rutin Kantor
Pertanahan tidak terganggu. Contoh pendaftaran tanah secara sistematis
yang biayanya disubsidi oleh Pemerintah adalah Proyek Operasi
Nasional Agraria (PRONA) berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria,
dan pendaftaran tanah secara sistematik melalui Ajudikasi.
Program yang terbaru, dalam rangka percepatan Pendaftaran
Tanah telah diterbitkan Peraturan Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap Jo. telah diterbitkan Peraturan Menteri
Agaria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 01 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPn
11
Waskito, Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang, Kencana, Jakarta, 2017, hlm.111
12
Ibid
13
Boedi Harsono, op cit, hlm. 480.
14
Ibid
d. Untuk hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan
bersama beberapa orang atau badan hukum diterbitkan satu sertipikat,
yang diterimakan kepada salah satu pemegang hak bersama atas
penunjukan tertulis para pemegang hak bersama yang lain.
e. Untuk Hak Tanggungan, sertipikat diterimakan kepada pihak yang
namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan alms kepada
pihak lain yang dikuasakan olehnya.
Ada bermacam-macam sertipikat berdasarkan objek pendaftaran tanah
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997, yaitu:
1. Sertipikat Hak Milik.
2. Sertipikat Hak Guna Usaha.
3. Sertipikat Hak Guna Bangunan atas tanah negara.
4. Sertipikat Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan.
5. Sertipikat Hak Pakai atas tanah Negara.
6. Sertipikat Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan.
7. Sertipikat tanah Hak Pengelolaan.
8. Sertipikat tanah Wakaf.
9. Sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
10. Sertipikat Hak Tanggungan.
Sifat pembuktian sertipikat sebagai tanda bukti hak dimuat dalam
Pasal 32 PP Nomor 24 Tahun 1997, yaitu:
1. Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat
di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
data yang ada dalam surat incur dan buku tanah yang bersangkutan.
2. Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara
sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan iktikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak
lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa dimaksud dan tujuan dengan adanya Pendaftaran Tanah ?
2. Siapa Pelaksanaan pendaftaran tanah ?
3. Asas apa saja yang ada dalam Pendaftaran Tanah ?
4. Jelaskan mengenai Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap?
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah,
Mandar Maju, Bandung, 2003
Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah