Anda di halaman 1dari 6

Tugas UAS Ekonomi Politik Pembangunan B-SOS-6

Dosen Pengampu : DR. MOH. MUZAKKI, MSI

ANALISA EKONOMI POLITIK TENTANG PEMBANGUNAN


PERUMAHAN DI KOTA TANGERANG SELATAN

Disusun oleh :

Hafidh Eko Riyadi (145120101111053)

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
 Latar Belakang Masalah
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang memiliki tingkat dari strata ekonomi yang heterogen dan
kehidupan yang meterialistis. Kota juga dapat dikatakan tempat kelompok penduduk
bertempat tinggal bersama-sama dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki peraturan-
peraturan yang telah ditentukan sebelumnya dan didalamnya memiliki aksesibilitas seperti
pusat kegiatan ekonomi, pusat pemukiman, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik,
pusat dari terjadinya kegiatan sosial budaya dan juga terdapat penduduk didalamnya.

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota peri-peri dari Ibu Kota
Jakarta. Kota Tangerang Selatan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia pada 29
Oktober 2008, dengan luas 147.2 km2. Kota Tangerang Selatan merupakan kota dengan
kepadatan penduduk mencapai 8.766 orang/Km2. Kepadatan penduduk yang tinggi
disebabkan kecenderungan peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, tetapi juga
disebabkan masuknya para migran karena daya tarik Kota Tangerang Selatan.

Banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun sebagai daerah yang


berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan menjadi limpahan penduduk dari Kota Jakarta.
Hal tersebut menjadikan Kota Tangerang Selatan memiliki daya tarik tersendiri serta
menyebabkan dibutuhkannya ruang yang memadai dengan lapangan kerja baru untuk
mengimbangi pertambahan tenaga kerja. Berangkat dari penjelasan diatas masalah di Kota
Tangerang Selatan adalah banyak munculnya real estate / perumahan baru yang
menimbulkan kesenjangan sosial bagi penduduk asli Kota Tangerang Selatan.

Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan sumber daya yang
tersedia. Dengan demikian, secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik
untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efsien sesuai dengan kondisi
negara atau daerah bersangkutan. Sedangkan tujuan pembangunan pada umumnya adalah
untuk mendorong proses pembangunan secara lebih cepat guna mewujudkan masyarakat
yang maju, makmur dan sejahtera.

Pada dasarnya tidak semua negara memerlukan perencanaan dalam mendorong


proses pembangunan. Kebanyakan negara-negara maju tidak menggunakan perencanaan,
karena proses pembangunan didorong dan dikendalikan melalui mekanisme pasar. Berbeda
dengan negara berkembang. Terdapat 3 alasan utama negara berkembang memerlukan
perencanaan pembangunan untuk mengendalikan dan mendorong proses pembangunan baik
tingkat nasional ataupun daerah; 1. Kegagalan mekanisme pasar; 2. Ketidakpastian masa
datang; 3. Untuk mengarahkan kegiatan pembangunan.

 Analisis Ekonomi Politik

Pembangunan-pembangunan perumahan / real estate yang baru memunculkan


masalah kesenjangan sosial bagi penduduk asli dengan para migran di Kota Tangerang
Selatan. Tanah yang dimiliki oleh penduduk asli dibeli dengan harga murah dan dibangun
perumahan oleh developer dengan harga yang tinggi membuat masyarakat terpaksa
berpindah kedaerah yang lebih pinggir (kurang strategis). Karena semakin terpinggirkan
oleh pembangunan para developer dan hilangnya akses yang dimiliki oleh penduduk asli,
kesenjangan antara pemilik modal yang dapat mengakses perumahan-perumahan baru serta
infrastruktur didalamnya dengan penduduk asli yang semakin terpinggirkan akibat
pembangunan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.

Dari permasalahan diatas aktor-aktor yang terkait dalam pembangunan tersebut


adalah pihak pengembang (developer), pemerintah dan penduduk. Definisi developer / pihak
pengembang merupakan suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan
perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu kesatuan lingkungan
pemukiman yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas sosial
yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya. Dalam fenomena di atas pihak developernya
yaitu PT Sinarmas dan PT Alam Sutera. Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini pemerintah
yang bersangkutan dengan pembangunan yang terkait ialah Pemerintah Kota Tangerang
Selatan sebagai pemberi kebijakan. Aktor terakhir adalah penduduk asli dan migran, dimana
penduduk asli merupakan masyarakat setempat yang menjual tanah mereka kepada pihak
developer dan penduduk migran yang membeli rumah di Kota Tangerang Selatan dan setiap
hari bercommuter ke Kota Jakarta untuk beraktifitas.

Pihak-pihak yang yang diuntungkan oleh pembangunan ini, diantaranya pihak


developer dan pemerintah. Pihak developer ialah pihak yang memiliki rancangan serta
rencana untuk pembangunan ini dengan menitik beratkan pada keuntungan yang dapat
diperoleh, sedangkan pemerintah merupakan pihak yang mendapatkan income dari
pembangunan yang dilakukan didaerahnya dengan menggunakan kebijakan-kebijakan yang
diciptakannya. Sementara pihak yang dirugikan di dalam fenomena ini adalah masyarakat
setempat, selain tidak mendapatkan akses dari pembangunan yang dilakukan. Pihak
masyarakat setempat mulai terpinggirkan dari tanah yang dulunya ia tempati. Karena pada
dasarnya masyarakat tidak memiliki modal yang cukup untuk mengakses pembangunan
yang seharusnya dapat mengjangkau semua unsur dalam masyarakat.

 Kesimpulan

Fenomena yang terjadi di Kota Tangerang Selatan adalah dimana pembangunan


perumahan hanya dititk beratkan pada satu tempat dengan membeli tanah dari penduduk
setempat yang selanjutnya dibangun untuk dijual kembali oleh developer dengan harga
tinggi dan hanya pihak-pihak tertentu yang dapat mengakses fasilitas-fasilitas yang
dibangun. Kemudian meminggirkan penduduk asli tanpa memikirkan bagaimana
keberlanjutan dari pembangunan yang dilakukan, menyebabkan pihak penduduk setempat
merupakan pihak yang dirugikan serta menciptakan kesenjangan diantara wilayahnya.

Berdasarkan analisis dari fenomena yang terjadi di atas model pembangunan


perumahan di Kota Tangerang Selatan merupakan pembangunan yang terpusat, dimana
prioritas pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang sangat pesat dilakukan hanya di satu
titik tertentu sebagai pusatnya. Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang
dilaksanakan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi dengan
kehidupan sosial, politik yang demokratis menyebabkan kesenjangan antar wilayah yang
terjadi di Kota Tangerang Selatan.

 Rekomendasi

Setelah dijelaskan diatas, sebaiknya pembangunan yang dilakukan di Kota


Tangerang Selatan menggunakan model pembangunan pemerataan yang tersebar. Karena
pada dasarnya proses pembangunan terpusat akan cenderung melupakan kebutuhan
masyarakat pada level tertentu. Sedangkan pembangunan dengan model pemerataan adalah
pembangunan dengan ditekannya melalui teknik social engineering, seperti melalui
penyusunan rencana induk dan paket program terpadu. Sehingga aspek-aspek kebutuhan
masyarakat dapat dipertimbangkan dalam perencanaan pembangunan.

Kemudian untuk sistem politiknya, sesuai dengan perkataan Gabriel Almond


bahwa sistem politik akan dipengaruhi dan memngaruhi sistem-sistem ekonomi domestik,
sumber alam dan lingkungan alamiah mereka, sistem pendidikan dan teknologi, dan sistem-
sistem etnik dan kebudayaan mereka. Dalam hal ini, sistem politik merupakan alat dimana
masyarakat secara sadar memformulasikan dan meraih tujuan-tujuan bersama dalam
lingkungan domestik.

Berdasarkan penjelasan Almond seharusnya Kota Tangerang Selatan menyadari


bahwa sistem politik juga merupakan aspek penting untuk menjaga agar tidak terjadi
kesenjangan antar wilayah dan dapat menguntungkan menguntungkan semua pihak yang
berkepentingan; pihak developer, pemerintah, penduduk asli.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, H., Eriyatno, E., Rustiadi, E., & Mawardi, I. (2015). STATUS BERKELANJUTAN KOTA
TANGERANG SELATAN-BANTEN DENGAN MENGGUNAKAN KEY PERFORMANCE
INDICATORS (Sustainable Status of South Tangerang City-Banten Using Key
Performance Indicators). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 22(2), 260-270.

Basri, S. (2015). Perencanaan Pembangunan Partisipatif. Universitas Andalas. Padang.

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-
daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3674/kota-tangerang-selatan di akses
pada senin, 19 Juni 2017 pukul 01.40

Winarno, B. (2007). Sistem politik Indonesia era reformasi. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai