Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TERHADAP Nn.

S DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG MELATI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG

DISUSUN OLEH :
RUANG MELATI
ANI LESTARI ( 2011515097)
DEMA MERTA SARY ( 2011515067)
DESI SUSANTI ( 2011515053)
DINI RAMENDA NINGSIH ( 2011515045)
ELIZABETH EKA GITA MELANI ( 2011515060)
HANA YURIDHA AMALIA ( 2011515040)
KITY NADIA SARI ( 2011515049)
MEGA JULINDA WATI ( 2011515013)
NOVIA TRI ANGGRAINI ( 2011515103)
RATMIYATI ( 2011515064)
RESWANI ( 2011515079)
RISKA OKTALINA ( 2011515073)
SITI DERINA FITRIYANI ( 2011515077)
TENGKU ROS DEWI YULINA (2011515094)
VIANA MERTI ( 2011515046)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FALKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2014 ODGJ adalah orang
yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan,
dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Menurut data dari WHO (World Health Organization) perkiraan
jumlah gangguan jiwa di dunia adalah sekitar 450 juta jiwa termasuk
skizofrenia. Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018 di dapatkan data
pasien dengan gangguan jiwa di indonesia dengan gangguan mental
emosional usia ≥ 15 tahun sebanyak 9,8 %, gangguan jiwa berat ( psikis )
adalah 1,7 permil, gangguan depresi usia ≥ 15 tahun adalah 6,1 %. Provinsi
Lampung tahun 2019 di dapatkan data pasien dengan gangguan jiwa usia ≥
15 tahun sebanyak 5,6 %, gangguan jiwa berat ( psikis ) adalah 0,17 % ,
gangguan depresi usia ≥ 15 tahun adalah 3,2 %.
Berdasarkan jumlah kunjungan pasien ODGJ di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung tahun 2016 jumlah gangguan jiwa 15.720 orang
dan 7.422 orang ( 47,2% ) mengalami skizifrenia dan penderita gangguan
jiwa meningkat ditahun 2019 menjadi 17.528 orang dan 8890 orang (50,7%)
mengalami skizofrenia. Mayoritas pasien skizofrenia yang menjalani rawat
inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada tahun 2019 adalah
pasien yang mengalami kekambuhan (relapse) hingga 58 %. Hal ini berkaitan
dengan rendahnya dukungan keluarga dalam membawa pasien skizofrenia
untuk kontrol ulang.
Gangguan jiwa menyebabkan terjadinya kegagalan individu dalam
kemampuan mengatasi keadaan sosial, rendahnya harga diri, rendahnya
tingkat kompetensi, dan sistem pendukung yang beriteraksi diaman individu
berada pada tingkat stress yang tinggi ( Mahmuda 2018).
Menurut Fontaine (2009) halusinasi adalah terjadinya penglihatan,
suara, sentuhan, bau maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap organ
organ tertera. Menurut Stuart (2009) halusinasi adalah distorsi persepsi palsu
yang terjadi pada respon neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami
distorsi sensori yang nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi
stimulus internal dan eksternal tidak dapat di identifikasikan.
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang
tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak
mendengarnya (Dermawan dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut
Kusumawati (2010) halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-
suara yang jelas maupun tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak
klien berbicara atau melakukan sesuatu.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Anggri Yanti,
dkk pada tahun 2020 terhadap 22 responden di RSJ Prof M.Ildrem Provinsi
Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
Antara sebelum dan sesudah dengan hasil nilai sebelum dilakukan tindakan
terapi musik klasik. Maka ditarik kesimpulan Ada pengaruh sebelum dan
sesudah tindakan terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi
pendengaran pada penderita gangguan jiwa di RSJ Prof M. Ildrem Provinsi
Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deden Darmawan
pada tahun 2017 kepada 8 responden mengenai halusinasi adalah yang
dirasakan oleh responden umumnya memiliki ciri-ciri yang sama yaitu
mengarahkan telinga ke arah tertentu, sering mendengar suara palsu, emosi
ketika mendengar suara palsu tersebut, merasa terganggu, tidak berdaya,
tertawa sendiri, menangis tanpa sebab. Perencanaan Keperawatan untuk
diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori: auditori yaitu: melibatkan
klien dalam aktifitas berbasis realitas yang mungkin mengalihkan perhatian
dari halusinasi (dzikir). Responden mengucapkan lafal dzikir: Subhanallah,
Alhamdullilah, Allahuakbar, Lailahaillallah, bismilahirohmanirohim.
Perkembangan 8 responden setelah diberikan tindakan selama 2 minggu
sebagai evaluasi dalam tindakan keperawatan berdasarkan masalah
keperawatan sebagai berikut: dari 8 responden sebanyak 5 responden
mengatakan halusinasi berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 responden
lainnya tidak mengalami perubahan. Maka ditarik kesimpulan Ada pengaruh
sebelum dan sesudah tindakan terapi psikoreligius : dzikir terhadap
penurunan tingkat halusinasi pendengaran.
Berdasarkan hasil laporan di ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Daerah
Lampung, didapatkan data dari bulan Januari sebanyak 30% untuk RPK, 30%
Halusinasi, 20% DPD, 15% Isos dan 5% Waham. Berdarkan latar belakang di
atas penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperwatan pada klien dengan
halusinasi.

B. Tujuan Laporan Kasus


Adapun tujuan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum:
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus:
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
2. Menganalisa data pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
5. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
6. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
7. Mampu memaparkan hasil penelitian yang terkait dengan asuhan
keperawatan dengan gangguan halusinasi : pendengaran

C. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif dan metode kepustakaan.
Metode deskriptif adalah menyajikan gambaran lengkap mengenai setting
sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu
fenomena atau kenyataan sosial. Sedangkan metode kepustakaan adalah
kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau
masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam makalah ini menggunakan
jurnal dan buku buku terkait untuk menambah referensi dalam penulisan
makalah.
a. Teknik pengambilan data
1) Wawancara
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau infomasi secara lisan
dari seorang sasaran penelitian atau bercakap-cakap, berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face)
2) Observasi
Adalah suatu perbuatan secara aktif dan penuh perhatian untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam proses pengumpulan
data.
3) Studi pustaka
Adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan
topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam makalah ini
menggunakan jurnal dan buku buku terkait untuk menambah refrensi
dalam penulisan makalah.
4) Studi dokumentasi
Studi dokumentasi atau yang biasa disebut dengan kajian dokumen
merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait
objek penelitian. Menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif.

D. Manfaat Laporan Kasus


1. Penulis
1. Mampu menerapkan asuhan keperawatan yang telah diberikan.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang
telah dilakukan.
3. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Profesi
Sebagai masukan bagi perawat di rumah sakit untuk memberikan asuhan
keperawatan.
3. Rumah sakit
Sebagai masukan dalam pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien halusinasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Kasus / Masalah Utama


Gangguan sensori Persepsi : Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan, bau ,
maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indera
(Fontaine,2009)
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera
dimana tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi
merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin meluputi salah satu
dari kelima panca indera (Towsend,2009).
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respo
neurobiologis yang maladaptif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata
dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan eksternal
tidak dapat diidentifikasi (Stuart,2009).
Halusinasi merupakan perubahan dalam jumlah dan pola stimulus
yang diterima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan
respon beberapa stimulus (NANDA-I 2009-2011)
Videbeck (2008) juga menyebutkan bahwa halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas,
halusinasi dapat melibatkan panca indra dan sensasi tubuh
Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi dengar
(videbeck, 2008)
Stuart (2009) juga menyatakan bahwa halusinasi dengar merupakan
masalah utama yang paling sering dijumpai
Fontaine (2009) juga menyatakan bahwa halusinasi dengar merupakan
gejala skizofrenia yang paling sering dijumpa, mencakup 70% dari
keseluruhan halusinasi.
Sedangkan stuart dan Laraia (2005; stuart, 2009) juga menjelaskan
bahwa 70% klien skizofrenia mngalami halusinasi dengar. Presentase diatas
menunjukan bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi yang mayoritas
dijumpai pada klien skizofrenia
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami
perubahan sendiri persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan, pengecapan, perasaan, atau penciuman. Salah satu manifestasi
yang timbul adalah halusinasi tidak dapat memenuhi kehidupannya sehari-
hari. Halusinasi merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk
pisikopatologi yang paling parah dan membingungkan.

2. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Menurut Stuart (2009), pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala
dapat di karakteristik mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam
bentuk suara, rentang suara dari suara sederhana atau suara yang jelas,
suara tersebut membicarakan tentang pasien, sampai percakapan yang
komplet antara dua orang atau lebih seperti orang yang berhalusinasi.
Suara yang didengar dapat berupa perintah yang memberitahu pasien
untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang dapat membahayakan atau
mencedera.
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai
pada pasien skizofrenia. Hasil penelitian Nayani dan David ( 1996,
dalam Birchwood 2009) menunjukkan bahwa isi halusinasi
pendengaran 84 % berupa perintah untuk melakukan sesuatu, 77%
mengkritik individu, 70% menghina klien, 66% mengancam, 61%
membicarakan tentang orang lain, 53% mendebat klien , 48%
menyenagkan klien, 41% menanyakan sesuatu dan 40% menertawakan
klien. Halusinasi dengar harus menjadi fokus perhatian kita bersama
karena halusinasi dengar apabila tidak ditangani secara baik dapat
menimbulkan resiko terhadap keamanan diri klien sendiri, orang lain
dan juga lingkungan sekitaran.
b. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium
aroma atau bau tertentu seperti urine atau feces atau bau yang bersifat
lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak sedap ( Cancro &
Lehman, 2000 dalam Videbeck 2008).
c. Halusinasi penglihatan
Pada klien yang mengalami halusinasi penglihatan , isi dari halusinasi
berupa melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama seklai,
misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin
sesuatu yang bentuknya menakutkan ( Cancro & Lehman, 2000 dalam
Videbeck 2008).
d. Halusinasi pengecapan
Pada halusinasi pengecapan , isi halusinasi berupa klien mengecap rasa
yang tetap ada dalam mulut atau perasaan bahwa makanan terasa
seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau
pahit, dapat berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine
dan feces (Stuart & Laraia, 2005 ; Stuart 2009).
e. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran
listrik yang menjalar ke seluruh tubuh atau binatang kecil yang
merayap di kulit ( cancro & Lehman, 2000 dalam Videbeck 2008)
f. Halusinasi Chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klien akan merasa fungsi tubuh seperti darah
berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna makanan atau bentuk
urin ( Videbeck2008; Stuart 2009).
g. Halusinasi Kinesteteik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan
tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah.
Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergerak ( Videbeck 2008; Stuart
2009).
 Jenis Halusinasi serta Ciri Objektif dan Subjektif Klien yang
Mengalami Halusinasi
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar  Bicara atau  Mendengar suara
( klien mendengar suara / tertawa sendiri. – suara atau
bunyi yang tidak ada  Marah – marah kegaduhan.
hubungannya dengan tanpa sebab.  Mendengar suara
stimulus yang nyata /  Mendekatkan yang mengajak
lingkungan ) telinga ke arah bercakap-cakap.
tertentu.  Mendengar suara
 Menutup telinga. menyuruh
melakukan
sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk Melihat bayangan, sinar,
( klien melihat gambaran ke arah tertentu. bentuk geometris, kartun,
yang jelas / samar terhadap  Ketakutan pada melihat hantu, atau
adanya stimulus yang nyata sesuatu yang monster.
dari lingkungan dan orang tidak jelas.
lain tidak melihatnya ).
Halusinasi Penciuman  Mengendus-endus Membaui bau-bauan
( klien mencium suatu bau seperti sedang seperti bau darah, urine,
yang muncul dari sumber membaui bau- feses, dan terkadang bau-
tertentu tanpa stimulus yang bauan tertentu. bau tersebut
nyata ).  Menutup hidung. menyenangkan bagi
klien.
Halusinasi pengecapan  Sering meludah. Merasakan rasa seperti
( klien merasakan sesuatu  Muntah. darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak ).
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
( klien merasakan sesuatu permukaan kulit serangga di
pada kulitnya tanpa ada permukan kulit.
stimulus yang nyata ).  Merasa seperti
tersengat listrik.
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
( klien merasa badan nya dianggapnya bergerak melayang di udara.
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota badan
nya bergerak ).
Halusinasi Viseral Memegang badannya Mengatakan perutnya
( perasaan tertentu timbul yang di anggapnya menjadi mengecil setelah
dalam tubuhnya ). berubah bentuk dan tidak minum soft drink.
normal seperti biasanya.
Sumber: Stuart dan Sundeen (1998)

3. Fase Halusinasi
a. Comforting ( Halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas,
kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan.
Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
2) Menggerakkan bibir tanpa membuat suarapengerakan mata
yang cepat
3) Respon verbal yang lambat seperti asyik
4) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning ( halusinasi menjijikan, cemas sedang)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin berusaha
menjauhkan diri serta merasa malu dengan adanya pengalaman sensori
tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Perilau yang dapat diobservasi :
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic
yang menunjukan kecemasan misalnya terdapat peningkatan
nadi, pernafasan dan tekanan darah
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sendori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realitas
c. Controlling (pengalam sensori berkuasa, cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan
pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/
memikat.
Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek
saja oleh klien tetapi mungkin akan diikuti/dituruti
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringan , tremor,
tidak mampu mengikuti peritah
d. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic)
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti
perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu
empat jam atau sehari bila tidak ada intervensi terapeutik.
Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Perilaku klien tampak seperti dihantui teror dan panic
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3) Aktifitas fisik yang digambarkan klien menunjukkan isi dari
halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonia
4) Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang

e. Rentang respon neurobiologi

Rentang Respon Neurobiologis


Respon Adaptif R. Maladaptif
1. Gangguan
1. Pikiran Logis 1. Kadang
proses pikir
2. Persepsi proses pikir
(waham)
Akurat terganggu
2. Halusinasi
3. Emosi 2. Ilusi
3. RPK
konsisten 3. Emosi
4. Perilaku
dengan 4. Perilaku
tidak
pengalaman tidak biasa
terorganisir
4. Perilaku 5. Menarik diri
5. Isolasi sosial
sesuai

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Menurut Videbeck (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan
terjadinya skizofrenia yaitu :
1) Genetik
Secara genetik ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisikan individu mengalami skizofrenia (Copel,
2007). Sedangkan Buchanan dan Carpenter (2000, dalam Stuart
&Laraia, 2005; Stuart, 2009) menyebutkan bahwa kromosom yang
berperan dalam menurunkan skizofrenia adalah kromosom 6.
Sedangkan kromosom lain yang juga berpean adalah kromosom
4,8,15,dan 22, Craddock et al (2006 dalam Stuart, 2009). Penelitian
juga menemukan gen GAD 1 yang bertanggungjawab
memproduksi GABA, dimana pada klien skizofrenia tidakdapat
meningkat secara normal sesuai perkembangan pada daerah frontal,
dimana bagian ini berfungsi dalam proses berfikir dan pengambilan
keputusan Hung et al, (2007 dalam Stuart, 2009).
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak
kembar yang menunjukkan anak kembar identik berisiko
mengalami skizofrenia sebesar 50%, sedangkan pada kembar non
identik/ fraternal berisiko 15% mengalami skizofrenia, angka ini
meningkat sampai 35% jika kedua orangtua biologis menderita
skizofrenia (Cancro & Lehman, 2000; Videbeck, 2008;
Stuart,2009). Semua penelitian ini menunjukkan bahwa faktor
genetik hanya sebagian kecil penyebab terjadinya skizofrenia dan
ternyata masih ada faktor lain yang juga berperan sebagai faktor
penyebab terjadinya skizofrenia :
 Neuroanatomi
Penelitian menunjukkan kelainan anatomi, fungsional dan
neurokimia di otak klien skizofrenia hidup dan postmortem,
penelitian menunjukkan bahwa kortek prefrontal dan sistem
limbik tidak sepenuhnya berkembang pada di otak klien
dengan skizofrenia. Penurunan volume otak mencerminkan
penurunan baik materi putih dan materi abu-abu pada neuron
akson (Kuroki et al, 2006; Higgins, 2007 dalam Stuart,
2009). Hasil pemeriksaan Computed Tomography (CT) dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperliatkan
penurunan volume otak pada individu dengan skizofrenia,
temuan ini memperlihatkan adanya keterlambatan
perkembangan jaringan otak dan atropi. Pemeriksaan
Positron Emission Tomography (PET)menunjukkan
penurunan aliran darah ke otak pada lobus frontal selama
tugas perkembangan kognitif pada individu dengan
skizofrenia. Penelitian lain juga menunjukkan terjadinya
penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada
area temporalis dan frontal (Videbeck, 2008). Perubahan
pada kedua lobus tersebut belum diketahui secara pasti
penyebabnya.
Keadaan patologis yang terjadi pada lobus temporalis dan
frontalis berkolerasi dengan terjadinya tanda-tanda positif
dan negatif dari skizofrenia. Copel (2007) menyebutkan
bahwa tanda-tanda positif skizofrenia seperti psikosi
disebabkan karena fungsi otak yang abnormal pada lobus
temporalis. Sedangkan tanda-anda negatif seperti tidak
memiliki kemauan untuk motivasi dan anhedonia
disebabkan oleh fungsi otak yang abnormal pada lobus
frontalis.
Hal ini sesuai dengan Sadock dan Sadock (2007 dalam
Towsend, 2009) yang menyatakan bahwa fungsi utama
lobus frontalis adalah aktivasi motorik, intelektual,
perencanaan konseptual, aspek kepribadian, aspek produksi
bahasa. Sehingga apabila terjadi gangguan pada lobus
frontalis, maka akan terjadi perubahan pada aktivitas
motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian dan
juga emosi yang tidak stabil. Sedangkan fungsiutam adari
lobus temporalis adalah pengaturan bahasa, ingatan dan juga
emosi. Sehingga gangguan yang terjadi pada korteks
temporalis dan nukleus-nukleus limbik yang berhubungan
pada lobus temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala
halusinasi.
 Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas
hipotetsi disregulasi pada skizofrenia, gangguan terus
menerus dalam satu atau lebih neurotransmiter atau
neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic
menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak
menentu. Teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik
overaktif terhadap dopamine, sedangkan area prefrontal
mengalami hipoaktif sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara sistem neurotransmiter dopamine dan serotonin serta
yang lain (Stuart, 2009). Pernyataan ini memberi arti bahwa
neurotransmitter mempunyai peranan yang penting
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Beberapa referensi menunjukkan bahwa neurotransmiter
yang bereperan menyebabkan skizofrenia adalah dopamin
dan serotonin. Satu teori yang terkenal memperlihatkan
dopamin sebagai faktor penyebab, ini dibuktikan dengan
obat-obatan yang menyekat reseptor dopamin pascasinaptik
mengurangi gejala gejala psikotik dan pada kenyataan nya
semakin efektif obat tersebut dalam mengurangigejala
skizofrenia. Sedangkan serotonin berfungsi sebagai
modulasi dopamine, yang membantu mengontrol kelebihan
dopamine, beberapa peneliti yakin bahwa kelebihan
serotonin itu sendiri bereperan dalam perkembangan
skizofrenia, ini dibuktikan dengan penggunaan obat
antipsikotik atipikal seperti klozapin (clorazil) yang
merupakan antagonis dopamine dan serotonin. Penelitian
menunjukkan bahwa klozapin dapat menghasilkan
penurunan gejala psikotik secara dramatis dan mengurangi
tanda-tanda negatif skizofrenia (O’Connor, 1998; Marder,
2000 dalam Videbeck, 2008).
adanya overload reuptake neurotransmiter dopamin dan
serotonin mengakibatkan kerusakan komunikasi antar sel
otak, sehingga jalur penerima dan pengiriman informasi di
otak terganggu. Keadaan inilah yang mengakibatkan
informasi tidak dapat diproses sehingga terjadi kerusakan
dalam persepsi yang berkembang menjadi halusinasi dan
kesalahan dalam membuat kesimpulan yang berkembang
menjadi delusi.

 Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan “virus Skizofrenia”
telah berlangsung (Torrey et al, 2007; alman et al, 2008).
Bukti campuran menunjukkan bahwa paparan prenatal
terhadap virus influenza, terutama selama trimester pertama,
mungkin menjadi salah satu faktor penyebab skizofrenia
pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain (Brown et
al, 2004). Teori ini didukung oleh temuan riset yang
memperlihatkan lebih banyak orang dengan skiofrenia lahir
di musim dingin atau awal musim semi dan di daerah
perkotaan (Van Os et al, 2004). Temuan ini menunjukkan
musim potensial dan tempat lahir dampak terhadap resiko
untuk skizofrenia. Infeksi virus lebih sering terjadi pada
tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan awal
musing semi dan dapat terjadi in utero atau pada anak usia
dini pada beberapa orang yang rentan (Gallagher et al, 2007;
Velling et al, 2008 dalam Stuart, 2009)

2) Psikologis
Awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada hubungan dalam
keluarga yang mempengaruhi perkembangan gangguan ini, teori awal
menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua dan anak, serta
disfungsi sistem keluarga sebagai penyebab skizofrenia. Dalam
penelitian lain, beberapa anak dengan skizofrenia menunjukkan
kelainan halus yang meliputi perhatian, koordinasi, kemampuan
sosaial, fungsi neuromotordan respon emosional jauh sebelum mereka
menunjukkan gejala yang jelas dari skizofrenia (Schiffman et al, 2004
dalam Stuart, 2009). Hal di atas dukung oleh Sinaga., (2007) yang
menyebutkan bahwa lingkungan emosional yang tidak stabil
mempunyai resiko yang besar terhadap perkembangan skizofrenia,
pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma masa kecil,
kekerasan, hostilitas dan huungan interpersonal yang kurang hangat
diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal
anak sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005) faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi adalah tingkat intelegensi, kemampuan verbal, moral,
kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi. Selain
itu faktor penyebab terjadinya skizofrenia berdasarkan teori
interpersonal berpendapat bahwa s skizofrenia muncul akibat
hubungan disfungsional pada masa kehidupan awal dan masa remaja,
skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas atau ayah yang jauh dan
suka mengonbtrol (Torrey, 1995 dalam Videbeck, 2008). Halini
memberiarti bahwa anak akan belajar pada orangtua nya yang
mengalami skizofrenia dan akan mempraktekkan apa yang dilihatnya
setelah ia besar dalam setiap ia mengalami masalah.

3) Sosial Budaya
sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
adanya double bind didalam keluarga dan konflik dalam keluarga.
Torrey (1995 dalam Videbeck , 2008) menyebutkan bahwa salah satu
faktor sosial yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
asnya disfungsi dalam pengasuhan anak maupun dinamika keluarga.
Seaward (1997, dalam Videbeck 2008) menyebutkan bahwa fakor
budaya dan sosial dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
karena tidak adanya penghasilan, adanya kekerasan , tidak memiliki
tempat tinggal, kemiskinan dan diskriminasi ras, golongan , usia
maupun jenis kelamin.

2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang
mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimulasi pemglihatan
dan pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus dan dikirim
untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang disampaikan
terlalu banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus
frontal mengirimkan pesan overload ke ganglia basal dan di ingatkan lagi
hipotalamus untuk mmeperlambat transmisi ke lobus frontal. Penurunan
fungsi dari lobus frontal menyebabkan gangguan pada proses umpan balik
dalam penyampaian informasi yang menghasilkan proses informasi
overload ( Stuart & Laraia 2005 ; Stuart 2009). Selain itu , penurunan pintu
mekanisme / gatting proses ini ditunjukkan dengan ketidakmampuan
individu dalam memilih stimuli secara selektif ( Hong et al, 20027 dalam
Stuart 2009).

3. Penilaian Terhadap Stressor


Penilaian terhadap stressor merupakan penilaian individeu ketika
mengalami stressor yang datang. Menurut Sinaga (2007), faktor biologis,
psikososial dan lingkungan saling berintegrasi datu sama lain pada saat
individu mengalami stress sedangkan individu sendiri memilki kerentanan
(diatesis), yang jika diaktifkan oleh pengaruh stress maka akan
menimbulkan gejala skizofrenia. Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005),
penilaian terhadap stressor terdiri dari respon kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu
mengalami suatu stressor maka ia akan merespon stressor maka ia akan
merespon stressor tersebut dan akan tampak melalui tanda dan gejala yang
muncul.

4. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005), sumber koping merupakan hal yang
penting dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya.
Sumber koping tersebut meliputi aset ekonomi, sosial support, nilai dan
kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai
sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan
mengatasi stressor yang ada.
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu
ketika mengalami stress. Hal terseut sesuai dengan Videbeck (2008) yang
menyatakan bahwa keluarga memang merupakan salah satu sumber
pendukung yang utama dalam penyembuhan klien skizofrenia. Psikosis
atau skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan
yang memerlukan penyesuaian baik bagi klien dan keluarga. Proses
penyesuaian psikotik terdiri dari empat fase : (1) disonansi kognitif
(psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan, (3) stabilitas dalam semua aspek
kehidupan (ketetapan kognitif), dan (4) bergerak terhadap prestasi kerja
atau tujuan pendidikan. Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3
sampai 6 tahun (Moller, 2006 dalam Stuart,2009) :
a) Efikasi/ Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi
gejala dan menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama
memakan waktu 6 sampai 12 bulan.
b) Awal penegenalan diri/ insight sebagai proses mandiri melakukan
pemeriksaan realitas yang dapat diandalkan. Pencapaian keterampilan
ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan dan tergantung pada
keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c) Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif
meliputi keteguhan melanjutkan hubungan interpersoanl normal dan
reengaging dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan
dengansekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3 tahun.
d) Ordinariness/ kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan
kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat
dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan
sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis. Fase ini berlangsung
minimal 2 tahun. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua
terhadap penyakit, keuangan, ketersediaan waktu dan energi, dan
kemampuan untuk menyediakan dukungan yang berkelanjutan,
mempengaruhi jalannya penyesuaian pospsychotic.

5. Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia, 2005 ; Stuart, 2009), pada klien skizofrenia, klien
berusaha untuk melindungi dirinya dan pengalaman yang disebabkan oleh
penyakitnya. Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan
yang dialaminya, melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan
persepsinya dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah
membangun kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalaman internal.
C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah

Resiko perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi:


Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

2. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH


Data subjektif : Halusinasi
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk
geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau
darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin
atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan
halusinasinya
Data objektif :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah
tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak
jelas
7) Mencium sesuatu seperti membaui
bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Mengaruk-garuk permukaan kulit

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN


MASALAH UTAMA)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 4x SP 1
1) Mengontrol pertemuan, pasien 1) Membantu 1) Mencari tahu
halusinasi dapat pasien apa yang
dengan cara menjelaskan mengenal terjadi ketika
menghardik. tentang: halusinasi pasien
2) Mengontrol 1) Cara (isi, frekuensi, halusinasi.
halusinasi Menghardik waktu 2) Memberi
dengan cara 2) Cara minum terjadinya, pengetahuan
minum obat obat (6 Benar) situasi 3) Memberikan
(6 Benar) 3) Bercakap- pencetus, latihan praktik
3) Mengontrol cakap dengan perasaan saat langsung untuk
halusinasi orang lain. terjadi mencegah
dengan cara 4) Melakukan halusinasi) datangnya
bercakap- Kegiatan 2) Menjelaskan halusinasi
cakap dengan Harian. cara 4) Mengontrol/ev
orang lain. mengontrol aluasi apa saja
4) Mengontrol halusinasi : yang sudah
halusinasi hardik, obat, pasien lakukan.
dengan cara bercakap-
melakukan cakap,
kegiatan melakukan
harian. kegiatan
harian
3) Mengajarkan
pasien
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik
halusinasi
4) Masukan oada
jadwal
kegiatan
untuk latihan
menghardik
SP 2
1) Evaluasi 1) Membanding
kegiatan kan hasil dan
menghardik, harapan.
beri pujian 2) Memberikan
2) Latih cara latihan praktik
mengontrol langsung untuk
halusinasi' mencegah
3) Latih cara datangnya
mengontrol halusinasi.
halusinasi 3) Memberikan
dengan obat latihan praktik
(jelaskan 5 langsung untuk
benar : jenis, mencegah
guna, dosis, datangnya
frekuensi, halusinasi.
cara,kontinuit 4) Mengontrol/ev
as minum aluasi apa saja
obat) yang sudah
4) Masukan pada pasien lakukan.
jadwal
kegiatan
untuk latihan
menghardik
dan minum
obat

SP 3
1) Evaluasi
kegiatan 1) Membanding
harian kan hasil dan
menghardik harapan.
dan obat, beri 2) Memberikan
pujian latihan praktik
2) Latih cara langsung
mengontrol untukmencegah
halusinasi datangnya
bercakap- halusinasi.
cakap saat 3) Mengontrol/
terjadi evaluasi apa
halusinasi saja yang sudah
3) Masukkan pasien lakukan.
pada jadwal
kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat
dan bercakap-
cakap.

SP 4
1) Evaluasi 1) Membanding
kegiatan kan hasil dan
harian harapan.
menghardik, 2) Memberikan
minum obat latihan praktik
dan bercakap- langsung untuk
cakap, beri mencegah
pujian datangnya
2) Latih cara halusinasi.
mengontrol 3) Mengontrol/
halusinasi evaluasi apa
dengan saja yang sudah
melakukan pasien lakukan.
kegiatan
harian (mulai
2 kegiatan)
3) Masukkan
pada jadwal
kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat,
bercakap-
cakap dan
kegiatan
harian.

2 Keluarga mampu Setelah 4x SP 1


merawat anggota pertemuan 1) Mengetahui
keluarga yang keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang
mengalami meneruskan masalah yang dirasakan
masalah ganggua melatih pasien dirasakan dalam merawat
persepsi sensori : dan mendukung dalam klien.
halusinasi agar kemampuan merawat klien 2) Memberi
mengontrol 2) Jelaskan pengetahuan.
halusinasinya pengertian, 3) Memberi
meningkat. tanda dan pengetahuan.
gejala dan 4) Memberi
proses latihan praktik
terjadinya langusng dalam
halusinasi mengontrol
3) Jelaskan cara halusinasi.
merawat 5) Mengontrol
halusinasi apa-apa saja
4) Latih cara yang pasien
merawat lakukan untuk
halusinasi : latihannya
hardik
5) Anjurkan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberi
pujian

SP 2
1) Membanding
1) Evaluasi kan hasil dan
kegiatan harapan.
keluarga 2) Memberi
dalam pengetahuan.
merawat/mela 3) Memberi
tih klien latihan praktik
menghardik, langusng dalam
beri pujian mengontrol
2) Jelaskan 6 halusinasi.
benar cara 4) Mengontrol
memberikan
obat apa-apa saja
3) Latih cara yang pasien
memberikan/ lakukan untuk
membimbing latihannya
minum obat.

4) Anjurkan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberi
pujian

SP 3
1) Membanding
1) Evaluasi kan hasil dan
kegiatan harapan.
keluarga 2) Memberi
dalam pengetahuan.
merawat/ 3) Memberi
melatih klien latihan praktik
menghardik langusng dalam
dan mengontrol
memberikan halusinasi
obat, beri 4) Mengontrol
pujian apa-apa saja
2) Jelaskan cara yang pasien
bercakap- lakukan untuk
cakap dan latihannya
melakukan
kegiatan
untuk
mengontrol
halusinasi
3) Latih dan
sediakan
waktu
bercakap-
cakap dengan
klien terutama
pada saat
halusinasi
4) Anjurkan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberikan
pujian
SP 4
1) Membanding
1) Evaluasi kan hasil dan
kegiatan harapan.
keluarga 2) Memberi
dalam pengetahuan.
merawat/ 3) Mengontrol
melatih klien apa-apa saja
menghardik, yang pasien
memberikan lakukan untuk
obat, dan latihannya
bercakap-
cakap, beri
pujian
2) Jelaskan
follow up ke
RSJ/PKM,
tanda
kambuh,
rujukan
3) Anjurkan
membantu
klien sesuai
jadwal dan
memberikan
pujian

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RS JIWA DAERAH PROVINSI


LAMPUNG NRM : 03.09.66
Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171 Nama : Nn. SN
E-mail : rsjlampung@gmail.com
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN RAWAT Tanggal lahir: 30/05/1995
INAP PSIKIATRI DEWASA (Mohon diisi atau tempelkan stiker jika
(Dilengkapi dalam 24 jam pertama pasien masuk ruang ada)
rawat)

Tanggal : 15/02/2021 Jam : 12.00 WIB Ruang Rawat: Melati


Pendidikan : SMA Agama: Islam Suku : Jawa
 Keluarga  Lainnya
Sumber Data: Pasien
............................................
Rujukan : Tidak  Ya, dari:  RS  Puskesmas  Dokter  Diagnosa

rujukan.........................
Cara datang :  Datang sendiri  Diantar, nama pengantar : Tn. S
Hubungan : Ayah Kandung

I. ALASAN KE RUMAH SAKIT


Keluhan Utama:
Susah tidur, bicara sendiri, melantur, teriak-teriak, mengamuk, memukul
orang, marah, barang disekitar dipecahkan, gelisah, menginginkan bunuh
diri, keluyuran, kalau habis makan piringnya dibuang.

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Pernah dirawat? Tidak Ya , jika ya jelaskan tempat dan waktu

perawatan
Jelaskan: di RSJD Provinsi Lampung, tahun 2017 dan tahun 2019.
2. Penyakit yang pernah dialami : Skizofrenia
3. Riwayat Operasi : Tidak pernah

4. Riwayat alergi : Tidak  Ya, Sebutkan ...................................

Reaksi alergi : tidak ada


5. Riwayat penggunaan/ketergantungan terhadap zat (waktu, jenis,
frekuensi, jumlah dan lama penggunaan)
 Obat-obatan  Rokok  NAPZA Lainnya,
sebutkan
Jelaskan: Tidak ada

III. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?  Tidak Ya

2. Pengobatan sebelumnya  Berhasil Kurang berhasil

Tidak berhasil
3. Riwayat Pelaku/Usia Korban/ Usia Saksi/ Usia
Aniaya Fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan: pasien menolak minum obat, pasien putus obat kurang lebih 1 tahun
yang lalu, psien tidak mengikuti anjuran minum obat secara teratur
Masalah keperawatan : ketidakpatuhan
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Jelaskan: pasien pernah gagal menyelesaikan kuliah, pasien merasa tidak
puas dengan nilainya, pasien mengatakna malu dan merasa kepikiran, tidak
memikirkan pola hidup, rasa sedih dan bersalah
Masalah Keperawatan : Berduka kompleks

IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:  Ya Tidak

(Jika Ya hubungan keluarga, gejala, riwayat pengobatan)

Genogram
Laki – laki

Perempuan
Pasien
Meninggal
Tinggal
dalam
satu rumah
Keterangan Genogram
Pasien adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara, pasien tinggal bercerai
bersama keluarga, pasien belum menikah, pasien pernah kuliah
namum tidak selesai, pasien tampak tidak dapat memecahkan
masalah keluarganya, pasien hanya diam, merasa tidak
didukung oleh keluarganya, merasa diabaikan dan tidak
memenuhi kebutuhannya.
Masalah keperawatan : koping keluarga tidak efektif

V. PERSEPSI KESEHATAN

Pasien mengatakan masalah yang dialami dirinya adalah sakit fikiran,


akan tetapi saat dikaji lebih lanjut pasien tidak menegtahui masalah
kesehatan yang dialaminya, selama ini klien selalu ingin pulang
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keluhan fisik :

Tidak Ya, jika ya sebutkan :

..................................................................................................
TD: 110/ 80 mmhg Nadi: 85 x/m RR : 23 x/m Suhu :35,4o C

2. Penilaian Skala Nyeri

Keluhan nyeri: Tidak  Ya Skor Nyeri.................../10

 Nyeri Kronis: Lokasi : ……………Kualitas : ................


Frekuensi : …………. Durasi ………......…..
 Nyeri Akut:Lokasi : ……Kualitas : ....... Frekuensi : …….
Durasi ………......….
Nyeri Hilang :  Minum Obat  Istirahat  Mendengar Musik
 Berubah Posisi Tidur  Lainnya, .….......
(Lingkari skala sesuai dengan parameter penilaian)
Sangat Tak
Tidak Sedikit Agak Mengganggu
Mengganggu tertahankan
Nyeri Sakit Mengganggu Aktivitas

Kategori:  1 – 3: Nyeri ringan  4 – 6: Nyeri


Katagori :1-3 Nyeri ringan 4-6 Nyeri Sedang 7 – 10: Nyeri berat
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3. Skrining Status Nutrisi (berdasarkan Malnutrition Screening Tool /


MST) Berat badan: 50Kg..................Tinggi badan: 150cm

Sudah dilaporkan ke Tim Terapi Gizi:  Tidak Ya, tanggal &

jam 12/02/2021, 12.00 WIB


(Lingkari skor sesuai dengan parameter penilaian. Total skor adalah jumlah skor
yang dilingkari)

No Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir?
a. Tidak penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2
c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan?
a. Tidak 0
b. Ya 1
TOTAL SKOR 2
3. Pasien dengan diagnosa khusus : Tidak  Ya ( DM  Ginjal 

Hati  Jantung
 Paru  Stroke  Kanker Penurunan Imunitas  Geriatri..........
Lain-lain
Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis / kondisi khusus
dilakukan pengkajian lanjut oleh Tim Terapi Gizi
Masalah keperawatan :

4. Penilaian Fungsional (berdasarkan status fungsional Barthel ADL


Indeks)
× Mandiri Perlu bantuan, sebutkan ........................................
Ketergantungan Total
(Bila ketergantungan total kolaborasi ke DPJP untuk konsul ke Rehabilitasi
Medik)

No FUNGSI PENILAIAN SKOR


1 Mengendalikan Tak terkendali/tak teratur (perlu 0
rangsang pencahar)
pembuangan tinja Kadang-kadang tak terkendali 1
(1xseminggu)
Terkendali teratur 2

2 Mengendalikan Tak terkendali atau pakai kateter 0


rangsang berkemih Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x / 1
24jam)
Mandiri 2
3 Membersihkan diri Butuh pertolongan orang lain 0
(seka muka, sisir Mandiri 1
rambut, sikat
gigi)
4 Penggunaan Tergantung pertolongan orang lain 0
jamban,masuk dan Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan 1
keluar tetapi dapat mengerjakan sendiri
(melepaskan, beberapa kegiatan yang lain
memakai celana, Mandiri 2
membersihkan,
menyiram)
5 Makan Tidak mampu 0
Perlu ditolong memotong makanan 1
Mandiri 2
6 Berubah sikap dari Tidak mampu 0
berbaring ke duduk Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk 1
(2 orang)
Bantuan minimal 1 orang 2
Mandiri 3
7 Berpindah/berjalan Tidak mampu 0
Bisa (pindah) dengan kursi roda 1
Berjalan dengan bantuan 1 orang 2
Mandiri 3
8 Memakai baju Tergantung orang lain 0
Sebagian dibantu (mis:mengancing) 1
Mandiri 2
9 Naik turun tangga Tidak mampu 0

Butuh pertolongan 1
Mandiri 2
10 Mandi Tergantung orang lain 0
Mandiri 2
TOTAL SKOR 21

Kategori: 20 = Mandiri  5 – 8 = Ketergantungan berat

 0 – 4 = Ketergantungan total  12 - 19 = Ketergantungan ringan

 9 – 11 = Ketergantungan sedang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

XII. Resiko Jatuh/Cedera ( berdasarkan Edmonson Scale)

Tidak  Ya, Jika Ya, pasang stiker warna kuning dilengan yang dominan

(Lingkari skor sesuai dengan parameter penilaian. Total skor adalah jumlah skor yang
dilingkari)

Parameter Skor
< 50 Tahun 8
Usia 50 - 79 Tahun 10
≥ 80 Tahun 26
Sadar penuh dan orientasi waktu baik -4
Status Agitasi/ cemas 13
Mental Sering bingung 13
Bingung dan disorientasi 14
Mandiri untuk BAB dan BAK 8
Memakai kateter/ ostomy 12
Eliminasi BAB dan BAK dengan bantuan 10
Gangguan eliminasi (inkonensia, banyak BAK di 12
malam hari, sering BAB dan
BAK
Inkonensia tetapi bisa ambulasi mandiri 12
Tidak ada pengobatan yang diberikan 10
obat obatan jantung 10
Medikasi Obat psikiatri termasuk benzodiazepin dan 8
antidepresan
Atau
Meningkatnya dosis obat yang dikonsumsi/ 12
ditambahkan dalam 24 jam
Terakhir
Bipolar/ gangguan scizoaffective 10
Penyalahgunaan zat terlarang dan alkohol 8
Diagnosis Gangguan depresi mayor 10
Dimensia/ delirium 12
Ambulasi mandiri dan langkah stabil atau pasien 7
imobil
Ambulasi/ penggunaan alat bantu yang tepat (tongkat, wolker, 8
keseimbangan tripod, dll)
Vertigo/ hipotensi ortostatik/ kelemahan 10
Langkah tidak stabil, butuh bantuan dan menyadari 8
kemampuannya
Langkah tidak stabil, butuh bantuan dan tidak 15
menyadari
Ketidakmampuannya
Hanya sedikit mendapatkan asupan makan/ minum 12
Nutrisi dalam 24 jam terakhir
Nafsu makan baik 0
Tidak ada gangguan tidur 8
Gangguan
Ada gangguan tidur yang dilaporkan keluarga 12
pasien /staf
Tidur
Tidak ada riwayat jatuh 8
Riwayat Jatuh
Ada riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir 14
TOTAL SKOR 80
KATEGORI RESIKO  RT RR
Kategori: < 90 = Resiko rendah (RR) ≥ 90 = Resiko tinggi (RT)
Masalah keperawatan : tida ada masalah
XIII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
pasien mengatakn menyukai semua bagan tubuhnya dan tidak ada yang
tidak di sukainya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

b. Identitas diri :
pasien merasa tidak puas sebagai perempuan, pasien belum menikah,
pasien anak ke-3 dari 4 bersaudara, pasien sempat kuliah namun tidak
selesai berhenti kuliah semester 6 karena tidak puas dengan nlainya,
pasien tinggal bersama orangtua
Masalah keperawatan: gangguan identitas diri

c. Peran:
persepsi trhadap diri sendiri berubah-ubah, bingung, pasien berperan
sebagai anak perempuan sendiri, da merasa sebagai anak tidak dapat ia
jalani karena angguan yang ada pada dirinya dan saat ini sedang dirawat
di RSJD Provinsi Lampung.
Masalah keperawatan : ketidakefektifan penempilan peran

d. Ideal diri :
pasien berharap bisa sembuh, bisa menjadi lebih baik lagi, pasien bisa
menikah dan menjadi anak yang baik serta bisa bermanfaat bagi
keluarganya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

e. Harga diri :
pasien mengatakan merasa malu dan minder terhadap penilaian orang
terhadap dirinya dan keluarganya, malu bahwa dirinya tidak lulus kuliah
dan sekarang masuk RSJ
Masalah keperawatan : harga diri rendah
2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
pasien mengatakan penyakitnya adalah ujian dari allah swt dan yakin bisa
sembuh, pasien selalu sholat dan berdo’a agar diberi kesembuhan oleh
allah swt

b. Kegiatan ibahah :
pasien selalu beribadah dan berdo’a kepada allah swt meminta
kesembuhan penyakitnya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : orang tua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/sekolah :
pasien mengatakn tidak mengikuti kegiatan kelompok
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain :
pasien mengatakan tidak mau berbicara dan kumpul dengan orang lain
Masalah keperawatan . Isolasi sosial

IX. STATUS MENTAL


1. Penampilan

 Bersih Tidak rapi  Cara berpakaian tidak seperti

biasanya
 Rapi  Kotor  Penggunaan pakaian tidak sesuai
Jelaskan : pasien tidak rapih, rambut acakan, mandi 1x sehari
menggunakan shampoo, tidak menggunakan sabun, menggosok gigi
1x sehari
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

 Sesuai  Cepat Keras  Apatis  Inkoheren 


Mendominasi
 Mengancam  Lambat  Gagap
 Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : saat diajak bicara kontak mata tajam, nada bicara keras
Masalah keperawatan : resiko prilaku kekerasan

3. Aktifitas motorik/perilaku
 Normal  Agitasi  Konfulsif  Lesu/tidak
bersemangat  Grimasem

Tegang Gelisah  Tremor  Melamun/banyak diam

 Sulit diarahkan  TIK


Jelaskan : pandangan tajam , mengungkapkan kkesalan dan emosi
Masalah keperawatan : resiko prilaku kekerasan

4. Alam perasaan

 Sesuai Putus asa  Sedih  Merasa tidak mampu

 Marah  Ketakutan  Labil  Gembira berlebihan


 Tertekan  Khawatir  Malu  Tidak
berharga/berguna
Jelaskan : pasien megatakan putus asa, ingin mengakhiri hidupnya
karena tidak mendapatkan nilai yang besar saat kuliah dan tidak
berguna bagi kerluarganya
Masalah keperawatan : keputusasaan

5. Interaksi selama wawancara


 Kooperatif  Bermusuhan  Curiga  Tidak
kooperatif

Kontak mata kurang Mudah tersinggung  Defensif

Jelaskan : pasien menunduk, pasien tidak ada kontak mata saat


berbicara dengan orng lain
Masalah keperawatan : isolasi social
6. Afek

 Sesuai  Datar Tumpul  Labil  Tidak sesuai

Jelaskan : pasien mengatakan ingin mengakhiri hidupnya


Masalah keperawatan : resiko bunuh diri

7. Persepsi

Halusinasi Pendengaran  Penghidu

 Penglihatan  Pengecapan  Perabaan


Jelaskan : pasen mengatakan mendengar suara-suara yang memojokan
dirnya dan menjelek-jelekan dirinya dan orang lain, suara tersebut sering
terdengar 5x sehari, suara tersebut muncul saat melamun
Masalah keperawatan : GSP halusinasi pendengaran

8. Proses pikir

Sesuai Sirkumsial Flight of ideas

Tangensial Bloking Kehilangan asosiasi Pengulangan


pembicaraan
Jelaskan : Saat diajak berbincang-bincang jawaban pasien berbelit tapi
sampai pada tujuan
Masalah keperawatan : gangguan proses fikir

9. Isi Pikir
 Sesuai Obsesi Fobia Hipokondria
 Pikiran magis  Ide yang terkait  Depersonalisasi

Waham :  Kebesaran Curiga  Agama  Nihilistik

Jelaskan : pasien curiga pada saat pertama kali berkenalan karena takut
diancam
Masalah keperawatan : waham curiga
10. Tingkat kesadaran
Compos Mentis  Apatis  Stupor Bingung 

Sedasi

Disorientasi : T idak  Ya:  Waktu Tempat 

Orang

Jelaskan : tingkat kesaran composmentis, tetap pada saat interaksi


pasien tampak kebingungan sendiri menjawab pertanyaan
Masalah keperawatan : kebingungan

11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka pendek  Gangguan daya ingat
jangaka pendek

 Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : pembicaraan pasien tidak sesuai dengan kenyataan dengan


memasukan cerita yang tidak benar untuk menutup gangguan daya
ingatnya
Masalah keperawatan : kerusakan memori

12. Tingkat kosentrasi dan berhitung


 Kosentrasi baik  Tidak mampu berkosentrasi

Mudah beralih  Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : tngkat konsentrasi pasien mudah beralih dan tidak dapat fokus
pada lawan bicaranya
Masalah keperawatan : kebingungan

13. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : pasien bingung mengambil mengambil keputusan saat ditanya


apakah pasien mau makan atau mandi terlebih dahulu
Masalah keperawatan : kebingungan
14. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal-hal di luar

dirinya
Jelaskan : pasien mengingkari penyakit yang dideritanya, pasien perah
berfikir ingin mengakhiri hidupnya, skor RBD 2 memikirkan bunuh diri
dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Masalah keperawatan : resiko bunuh diri

X. SUMBER KOPING
Pasien mengatakan yakin bisa sembuh, pasien mengatakan bosan minum
obat, pasien memiliki BPJS dan setelah putus obat pasien kambuh lagi dan
akhirnya keluarga mengantarkan pasien ke RSJ.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif

XI. PERSIAPAN PULANG / DISCHARGE PLANNING


No Komponen yang dibutuhkan Ya Tidak
1. Tempat tinggal
2. Care giver
3. Layanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas/ CMHN)
4. Group support
Pasien kurang didukung oleh keluarganya, hanya ayah nya saja yang
menyayanginya
Masalah keperawatan : koping keluarga tidak efektif

XII. ASPEK MEDIS


Diagnosa Medis : Skizofrenia
Therapi Medis :
Risperidone 2x2 mg
THP 2x2 mg
Hdoperidol 2x1,5 mg
Sertraline 1x25 mg
Thiampenicol 3x500 mg
XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Tulis hasil pemeriksaan penunjang yang
abnormal)

Darah Rutin Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 19,5 Lk 14 -18 g/dl
Pr 12.16 g
Eritrosit 5,3 Lk 4,5- 6,0 juta
sel/mm
Leukosit 15,400 Pr 4,0- 5,5 juta
sel/mm
5.000-10.000
Trombosit 439.000 sel/mm
150-500 ribu sel/mm
Laju endap darah Lk 0-10 mm/jam
Pr 0-20 mm/jam
Basofil 0.1 %
Eosonofil 0 1-3 %
N batang 0 2-6 %
N segmen 0 50-70 %
Limfosit 20-40%
Monosit 2-8%
1-6 menit
Masa perdarahan 2-6 menit
Lk 40-54 %
Masa pembekuan darah Pr 34 -47%
Hemotokrit 41%
MCV 76 -97 fl
MCH 27 -33 pg
MCHC 32-36 %
Motoria Tidak ditemukan
Golongan Darah
Rresus
A. DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


 Pasien mengatakan mendengar suara  Pasien tampak terganggu
yang menggangu suara itu sering
muncul  Pasien tampak tersenyum
 pasien mendengar busikan saat sendiri
melamun, pasien merasa takut dan
terganggu  Pasien tampak kesal sendiri
 pasien mengatakan marah dan kesal  Pasien tampak bingung
saat mendengar suara / bisikan itu
 pasien mengatakan melempar  Pasien mengalami putus obat
baranng saat marah dan menyerang dan tidak kontrol
orang lain
 pasien mengatakan ia pernah berfikir  Pasien tampak malu
untuk mengakhiri hidupnya  Pasien tampak berfikir
 pasien mengatakan pernah di rawat
di Rs J  Pasien tampak sedih
 Pasien mengatakan bosan minum  Pasien tampak diam
obat
 pasien mengatakan tidak dapat  Pasien tampak ketakutan
memecahkan masalah keluarganya
 Pasien tampak berfikir
 pasien mengatakan tidak puas
dengan statusnya karena ia tidak  Pasien tampak menyesal
lulus kuliah
 Pasien tampak kecewa
 pasien mengatakan tidak dapat
menjalankan tugas sebagai anak  Pasien tampak menunduk
dalam keluarganya
 pasien mengatakan merasa malu  Pasien mengingkari
terhadap penilaian orang tetang penyakitnya Pasien tampak
dirinya karena masuk ke rsj
 pasien mengatakan tidak bicara sendiri
bersemangat karena ia ingin pulang
 pasien mengatakan bingng saat
menjawab pertanyaan
 pasien mengatakan bingng karena
tidak pulang pulang
 pasien mengatakan tampak curuga
pada orang karena takut diancam
 pasien mengatakan penyakit yang
dideritanya karena orang lain
B. ANALISA DATA
No. DATA MASALAH
1 Ds: GSP halusinasi
-klien mengatakan mendengar suara suara pendengaran
yang menggangguny
-klien mengatakan suara suara setiap saat
-klien mengatakan suara itu menjelekkannya
dan klien merasa terganggu

Do :
-klien tampak terganggu
-klien tampak ketakutan
-klien tampak menjawab suara itu
-klien bertanya pada perawat apakah
ada yang mejelek-jelekkanya

2 Ds : Resiko perilaku
- klien mengatakan pernah melempar barang kekerasan
saat marah dan menyerang orang lain
-klien mengatakan marah dan kesal saat
mendengar suara suara
-klien mengatakan kesal saat membahas
tentang kuliah

Do :
-klien tampak tegang
-klien tampak kesal
-klien tampak mendengar suara suara
-klien ingin pulang

3 Ds: Resiko Bunuh Diri


-klien mengatakan ia pernah berpikir untuk
mengakhiri hidupnya
-klien mengatakan bosan
-klien mengatakan takut suara suara itu muncul

Do:
- klien tampak lesu
-klien tampak tegang
-klien tampak terganggu

4 Ds : Waham curiga
-klien mengatakan curiga pada orang lain
-klien mengatakan takut pada orang lain
-klien mengatakan dia di ancam
Do:
-klien tampak ketakutan
-klien tampak curiga
-klien tampak meyakinkan perawat

5 Ds : Ketidakpatuhan
-klien mengatakan putus obat
-klien mengatakan jarang kontrol
-klien mengatakan makan minum obat

Do :
- klien tidak tenang
-klien mengalami kekambuhan

6 Ds : Harga Diri Rendah


-klien mengatakan tidak sesuai kuliah
-klien mengatakan malu karena tidak selesai
kuliah
-klien mengatakan malu karena di rawat di RS
-klien mengatakan kepikiran

Do:
- klien tampak kecewa
-klien tampak menunduk
-klien tampak banyak pikiran

7 Ds : Koping keluarga tidak


-klien mengatakan tidak selesai kuliah efektif
-klien mengatakan kurang puas dengan hasil
nilainya
-klien merasa kurang dukungan dari orang tua
nya

Do:
- klien tampak sedih
-klien tampak diam
-klien tampak kurang dukungan dari keluarga
8 Ds: Koping individu tidak
-klien mengatakan pernah dirawat di RSJ efektif
-klien mengatakan bosan minum obat
-klien mengatakan yakin bisa sembuh

Do:
-klien pernah dirawat di RSJ
-klien putus obat
-klien tampak yakin
9 Ds: Gangguan indentitas diri
-klien mengatakan tidak selesai kuliah
-klien mengatakan tidak puas dengan nilainya
-klien mengatakan tinggal dengan orangtua

Do:
-klien tamoak malu menceritakannya
-klien tampak tidak puas
-klien tampak bicara pelan

10 Ds : Isolasi sosial
-klien mengatakan tidak bersemangat
-klien mengatakan merasa lesu
-klien mengatakan diam saja

Do:
-klien tampak lesu
-klien tampak diam
-klien tampak ingin pulang

11 Ds : Gangguan proses pikir


-klien saat diajak bicara jawaban berbelit belit
namun sampai tujuan
-klien mengatakan bahwa orang orang
disekelilingnya menjelek jelekkanya

Do:
- klien tampak ketakutan
-klien tampak bingung
-klien tampak cemas

12 Ds : Kebingungan
-klien mengatakan bingung memilih sesuatu
-klien mengatakan susah berkonsentrasi

Do :
-klien sempat bingung menjawab
-klien mudah beralih
-klien tampak lambat saat berbicara

13 Ds : Kurang pengetahuan
- klien mengatakan tidak sakit
-klien mengatakan masalahnya dikarenakan
orang lain dan lingkungan

Do :
-klien tampak bingung
-klien menginginkan penyakitnya sembuh
-klien menyalahkan orang lain

14 Ds : Ketidakefektifasn peran
-klien mengatakan tidak dapat menjalankan diri
peran anak dengan baik
-klien mengatakan berharap bertemu orangtua
nya
-klien mengatakan ingin kumpul dengan
keluarga

Do :
- klien tampak sedih
-klien klien tampak malu
-klien idelanya ingin berperan sebagai anak
yang berbakti

15 Ds : DPD
-klien mengatakan mandi sekali sehari
-klien mengatakan jarang menyisir rambut

Do:
-klien tampak tidak rapi
-klien tampak tidak semangat
-klien tampak hanya mandi sehari sekali

16 Ds: Masalah kerusakan


-klien berbicara sendiri memori
-klien bingung
-klien terbata bata

Do:
-klien berbicara tidak sesuai
-klien mudah lupa
-klien mengingkari penyakitnya
-klien cerita tidak benar

17 Ds : Keputusasaan
-klien merasa putus asa
-klien mengatakan ingin mengakhiri hidup
-klien mengatakan kuliah tidak selesai
Do:
-klien tampak lesu
-klien tampak putus asa
-klien tampak lemas

18 Ds: Berduka komplex


-klien mengatakan tidak lulus kuliah
-klien mengatakan tidak puas dengan nilai
-klien mengatakan halusinasi

Do:
-klien tampak malu
-klien tampak menyadari
-klien tampak sedih
C. POHON MASALAH

Kerusakan memori RPK RBD

Kebingungan HALUSINASI Keputusasaan

Waham curiga isolasi soasial DPD

Harga diri rendah

Berduka complex

Ketidakpatuhan Koping individu tidak gangguan identitas


efektif diri

Kurang pengetahuan Koping keluarga tidak gangguan penampilan


efektif peran

D. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Prilaku Kekerasaan
3. Resiko Bunuh Diri
E. INTERVENSI KEPERAWATAN BE/IRJ/0003/Kep/01

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : 03.99.66
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : Nn. S

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA


Tanggal lahir: 30/05/1995
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

RISIKO TUJUAN UMUM:


PERILAKU Pasien mampu
KEKERASAN mengontrol perilaku
(RPK) kekerasan yang dialami

15/02/ 2 TUJUAN KHUSUS:


2021 Pertemuan Pengkajian 1. Setelah 1X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pasien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada
perawat dan mengenali masalah yang Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non
menunjukkan tanda-
dialami, dengan kriteria: verbal
tanda percaya kepada
o Ekspresi wajah bersahabat.
perawat dan mengenali Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
o Menunjukkan rasa senang.
masalah yang dialami o Ada kontak mata. tujuan perawat berinteraksi
o Mau berkenalan.
Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
o Bersedia menceritakan masalah yang
dialami.
Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dialami
pasien
Buat kontrak interaksi yang jelas

Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan


kebutuhan dasar pasien
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
masalah pasien
16/01/ 2 Pertemuan I
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien menjelaskan Bantu pasien mengidentifikasi perilaku kekerasan:
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, dengan
Motivasi pasien untuk menceritakan penyebab rasa
perilaku kekerasan dan kriteria:
mampu mengendalikan o Menceritakan penyebab perasaan kesal atau jengkelnya
perilaku kekerasan yang jengkel/kesal baik dari diri sendiri Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian
dilakukan dengan cara maupun lingkungannya.
o Menceritakan tanda-tanda saat terjadi setiap ungkapan perasaan pasien
fisik
perilaku kekerasan, baik tanda fisik, Motivasi pasien menceritakan kondisi fisik (tanda-
emosional dan sosial saat terjadi
perilaku kekerasan. tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi
o Menceritakan perilaku atau jenis Motivasi pasien menceritakan kondisi emosinya
ekpresi kemarahan yang telah
dilakukan (tanda-tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan
o Menceritakan akibat tindakan Motivasi pasien menceritakan kondisi hubungan
kekerasan yang dilakukan terhadap
diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi
perilaku kekerasan
Motivasi pasien menceritakan jenis-jenis tindak
kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya.
Diskusikan dengan pasien akibat negatif (kerugian)
cara yang dilakukan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
2. Setelah 1 X pertemuan pasien 1. Latih pasien mengendalikan perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku kekerasan yang dengan cara fisik: TND dan PB/PK
dilakukan dengan latihan cara fisik, Peragakan cara melaksanakan latihan fisik
dengan kriteria:
yang dipilih.
o Mempraktikkan Tarik Nafas Dalam
(TND). Tarik Nafas perlahan dan dalam melalui
o Mempraktikkan Pukul Bantal atau
hidung, perut mengembang dan dada bergerak
Pukul Kasur (PB/PK). minimal, tahan beberapa detik (4-5 hitungan),
o Mempraktikkan Olah Raga untuk mulailah menghembuskan napas perlahan melalui
menyalurkan energi. mulut, sambil mengerucutkan bibir seolah-olah
akan bersiul (Pursing Lips) 4-5 hitungan.
Dengan tehnikyang sama, Tarik Nafas dalam
sambil pejamkan mata, lakukan 1-3 siklus sampai
pasien rileks, setelah rileks provokasi pasien
dengan penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan, tampak rasa jengkel pasien muncul,
lalu lampiaskan rasa jengkel dan marah pasien
pada bantal atau kasur
Anjurkan pasien menggunakan cara yang
sudah dilatih saat jengkel/marah
Masukan pada jadwal kegiatan untuklatihan
cara fisik

17/02/ 2 Pertemuan II
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 2. Latih pasien mengendalikan perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku mengendalikan perilaku kekerasan yang dengan memanfaatkan obat
kekerasan yang dilakukan dengan latihan memanfaatkan Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
dilakukan dengan obat, dengan kriteria:
memanfaatkan obat o Mengungkapkan prinsif 6 benar obat Latih cara mengontrol RPK dengan obat
o Menjelaskan prinsif: Benar (jelaskan 6 benar: pasien, obat, dosis, waktu, cara
pasien,obat,dosis, waktu, cara dan kontinuitas minum obat)
o Mengungkapkan kontinuitas minum
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
obat dan pengobatan.
fisik dan minum obat

18/02/ 2 Pertemuan III


2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 3. Latih pasien mengendalikan perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku mengendalikan perilaku kekerasan yang dengan cara verbal
kekerasan yang dilakukan dengan latihan cara fisik, Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri
dilakukan dengan cara dengan kriteria:
pujian
verbal/ asertif o Mengungkapkan perasaan
kesal/jengkel pada orang lain tanpa Latih cara mengontrol RPK secara verbal (3
menyakiti
cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak
o Mengungkapkan keingginan secara
dengan benar)
asertif disertai alasan
o Mengungkapkan penolakan secara Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
asertif disertai alasan fisik, minum obat dan verbal
19/02/ 2 Pertemuan IV
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 4. Latih pasien mengendalikan perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku mengendalikan perilaku kekerasan yang dengan cara spritual
kekerasan dengan cara dilakukan dengan latihan cara spiritual, Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat &
spiritual dengan kriteria:
verbal. Beri pujian
o Mengungkapkan kegiatan spiritual
yang dapat mengurangi rasa Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
jengkel/marah
o Melakukan wudhu, dzikir, berdoa, Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
meditasi fisik, minum obat, verbal dan spiritual
o Menjalankan ibadah sesuai agama
dan keyakinannya

20/01/ 2 Pertemuan V dst


2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 5. Latih pasien mengendalikan perilaku kekerasan
mengendalikan perilaku mengendalikan perilaku kekerasan yang dengan cara fisik, obat, verbal dan spiritual
kekerasan dengan cara dilakukan dengan latihan cara fisik, obat, Evaluasi kegiatan latihan fisik1,2 & obat &
fisik, obat, verbal dan verbal dan spiritual, dengan kriteria:
spiritual o Mempraktikkan latihan fisik verbal & spiritual. Beri pujian
o Mempraktikkan latihan obat Nilai kemampuan yang sudah mandiri
o Mempraktikkan latihan verbal
o Mempraktikkan latihan spiritual Nilai apakah RPK sudah terkontrol

BE/IRI/0003/Kep/02

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : 03.99.66
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : Nn. S

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA


Tanggal lahir: 30/05/1995
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

GANGGUAN TUJUAN UMUM:


PERSEPSI Pasien mampu
SENSORI: mengontrol halusinasi
HALUSINASI... yang dialami
(GSP):
HALUSINASI

15/02/ 1 TUJUAN KHUSUS:


2021 Pertemuan Pengkajian 2. Setelah 1 X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pasien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada
perawat dan mengenali masalah yang Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non
menunjukkan tanda-
dialami, dengan kriteria: verbal
tanda percaya kepada
o Ekspresi wajah bersahabat.
perawat dan mengenali Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
o Menunjukkan rasa senang.
masalah yang dialami o Ada kontak mata. tujuan perawat berinteraksi
o Mau berkenalan.
Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
o Bersedia menceritakan masalah yang
dialami.
Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dialami
pasien
Buat kontrak interaksi yang jelas

Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan


kebutuhan dasar pasien
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
masalah pasien
16/02/ 1 Pertemuan I
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien menjelaskan Bantu pasien mengidentifikasi halusinasi:
mengidentifikasi halusinasi yang dialami dengan kriteria:
Adakan kontak sering dan singkat secara
halusinasi dan mampu o Menceritakan isi halusiansi yang
mengendalikan dialami bertahap
halusinasi yang dialami o Menceritakan waktu halusiansi yang Observasi tingkah laku pasien terkait dengan
dengan latihan dialami
o Menceritakan frekwensi halusiansi halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu /raba
menghardik /kecap), jika menemukan pasien yang sedang
yang dialami
o Menceritakan situasi halusiansi yang halusinasi:
dialami  Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu
o Menceritakan perasaan dan respon ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/
dari halusiansi yang dialami kecap )
 Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang
sedang dialaminya
 Katakan bahwa perawat percaya pasien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada pasien lain yang
mengalami hal yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu
pasien
Jika pasien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan pasien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi
( pagi, siang, sore, malam atau sering dan
kadang – kadang)
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan halusinasi
 Perasaan dan respon waktu halusinasi
muncul

2. Setelah 1X pertemuan pasien 6. Latih pasien mengendalikan halusinasi dengan


mengendalikan halusianasi yang dialami menghardik
dengan latihan menghardik, dengan Diskusikan cara yang digunakan pasien
kriteria:
(membiarkan, tidur, marah, menyibukkan ditri,
o Menutup kedua telinga
dll)
o Memejamkan mata Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
o Melawan halusiansi yang dialami Jika cara yang digunakan maladaptif
dengan menghardik diskusikan kerugian cara tersebut
Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik,
obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan
Diskusikan cara baru untuk memutus/
mengontrol timbulnya halusinasi : Katakan pada
diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( “saya tidak
mau dengar/ lihat/ penghidu/ raba /kecap pada
saat halusinasi terjadi)
Menghardik sambil tutup mata dan tutup
telinga
Anjurkan pasien menggunakan cara yang sudah
dilatih saat halusinasi muncul
Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik

17/02/ 1 Pertemuan II
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 7. Latih pasien mengendalikan halusinasi dengan
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami memanfaatkan obat
halusinasi yang dialami dengan latihan memanfaatkan obat, Evaluasi kegiatan latihan menghardik. Beri
dengan memanfaatkan dengan kriteria:
pujian
obat o Mengungkapkan prinsif 6 benar obat
o Menjelaskan prinsif: Benar Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
pasien,obat,dosis, waktu, cara (jelaskan 6 benar: pasien, obat, dosis, waktu, cara
o Mengungkapkan kontinuitas minum dan kontinuitas minum obat)
obat dan pengobatan.
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat

18/02/ 1 Pertemuan III


2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 8. Latih pasien mengendalikan halusiansi dengan
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami cara bercakap-cakap
halusinasi yang dialami dengan latihan cara fisik, dengan kriteria: Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat.
dengan dengan cara o Mengungkapkan halusinasi yang
Beri pujian
verbal/bercakap-cakap muncul kepada orang lain (sesama
pasien,perawatdan anggota keluarga) Latih cara mengontrol halusinasi dg bercakap-
o Bercakap-cakap dengan sesama
cakap saat terjadi halusinasi
pasien
o Bercakap-cakap dengan perawatdan Menemui orang lain (perawat/teman/anggota
anggota keluarga
keluarga) untuk menceritakan tentang
o Meminta perawat/sesama
halusinasinya.
pasien/anggota keluarga
menyapa/mengajak bercakap-cakap Meminta perawat/sesama pasien/anggota
keluarga menyapa/mengajak bercakap-cakap saat
halusinasi muncul
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
19/02/ 1 Pertemuan IV
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 9. Latih pasien mengendalikan halusinasi dengan
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami cara kegiatan terjadwal
halusinasi yang dialami dengan latihan cara spiritual, dengan Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
dengan cara latihan kriteria:
bercakap-cakap. Beri pujian
kegiatan terjadwal o Mengungkapkan kegiatan aktivitas
sehari-hari dari bangun tidur sampai Latih cara mengontrol halusinasi dg melakukan
tidur lagi
kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
o Mengisi kegiatan yg bisa dilakukan
pd waktu halusinasi muncul Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan
o Memilih kegiatan dan sehari hari yang telah di susun.
mempraktikkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
kegiatan harian
20/02/ 1 Pertemuan V dst
2021 Pasien mampu 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 5. Latih pasien mengendalikan halusinasi dengan
mengendalikan mengendalikan halusinasi yang dialami cara menghardik & obat & becakap-cakap &
halusinasi yang dialami dengan latihan cara fisik, obat, verbal dan kegiatan terjadwal.
spiritual, dengan kriteria:
Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat &
o Mempraktikkan latihan menghardik
o Mempraktikkan latihan obat becakap-cakap & kegiatan terjadwal. Beri pujian
o Mempraktikkan latihan bercakap- Nilai kemampuan yang sudah mandiri
cakap
o Mempraktikkan latihan kegiatan Nilai apakah halusinasi sudah terkontrol
terjadwal

Keterangan :
* Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus , memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah – olah ada teman bicara

* Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan

* Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengengdus

* Halusinasi Raba : Menyatakan merasa sesuatu berjalan di kulitnya, mengosok – gosok tangan/kaki/wajah dll

* Halusinasi Kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah


BE/IRI/0003/Kep/03

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : ..........................................................
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : ..........................................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Tanggal lahir: .........................................................
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

ISOLASI TUJUAN UMUM:


SOSIAL (ISOS) Pasien mampu
bersosialisasi secara
bertahap

TUJUAN KHUSUS:
Pertemuan Pengkajian 3. Setelah … X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pasien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada  Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
menunjukkan tanda- perawat dan mengenali masalah yang non verbal
dialami, dengan kriteria:  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
tanda percaya kepada
o Ekspresi wajah bersahabat. tujuan perawat berinteraksi
perawat dan mengenali
o Menunjukkan rasa senang.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
masalah yang dialami o Ada kontak mata.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
o Mau berkenalan. setiap kali berinteraksi
o Bersedia menceritakan masalah yang  Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang
dialami. dialami pasien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
masalah pasien
Pertemuan I
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien Bantu pasien mengidentifikasi isolasi sosial:
mengidentifikasi isolasi menjelaskan isolasi sosial yang dialami  Diskusikan dengan pasien:
sosial dan mampu dengan kriteria:  Orang yang tinggal serumah / teman sekamar
mengatasi isos yang o Menyebutkan siapa orang terdekat pasien
dialami dengan latihan o Menyebutkan penyebab isolasi sosial  Orang yang paling dekat dengan pasien di
berkenalan yang dialami rumah/ di ruang perawatan
o Menyebutkan kerugian isolasi sosial  Apa yang membuat pasien dekat dengan
yang dialami orang tersebut
o Menyebutkan manfaat berhubungan  Orang yang tidak dekat dengan pasien di
sosial/sosialisasi rumah/di ruang perawatan
 Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul dengan orang lain.
 Tanyakan pada pasien tentang :
 Manfaat hubungan sosial.
 Kerugian menarik diri.
 Diskusikan bersama pasien tentang manfaat
berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.
 Beri pujian terhadap kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya.

2. Setelah … X pertemuan pasien mengatasi 10. Latih pasien mengatasi isolasi sosial dengan
isolasi sosial yang dialami dengan latihan berkenalan
berkenalan, dengan kriteria:  Diskusikan cara berkenalan
 Beri contoh berkenalan
o Mengucapkan salam
 Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat
o Menyebutkan nama lengkap, nama
atau tamu
panggilan, asal dan hobi  Anjurkan pasien menggunakan cara yang sudah
o Menanyakan yang diajak berkenalan dilatih saat berkenalan
nama lengkap, nama panggilan, asal  Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dan hobi berkenalan
o Mau jabat tangan
o Ada kontak mata

Pertemuan II
Pasien mampu mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 11. Latih pasien mengatasi isolasi sosial dengan
mengatasi isos yang mengendalikan isolasi sosial yang dialami berkenalan 2-3 orang
dialami dengan latihan dengan latihan berkenalan dengan 2-3  Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang).
berkenalan dengan 2-3 orang, dengan kriteria: Beri pujian
orang o Mengucapkan salam  Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan
o Menyebutkan nama lengkap, nama harian (latih 2 kegiatan)
panggilan, asal dan hobi  Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
o Menanyakan yang diajak berkenalan berkenalan 2- 3 orang pasien, perawat dan tamu,
nama lengkap, nama panggilan, asal berbicara saat melakukan kegiatan harian
dan hobi
o Mau jabat tangan
o Kontak mata dipertahankan,
tersenyum
o Berkenalan dgn 2-3 orang dan bicara
2 topik kegiatan

Pertemuan III
Pasien mampu mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 12. Latih pasien mengatasi isolasi sosial dengan
mengatasi isos yang mengendalikan isolasi sosial yang dialami berkenalan 4-5 orang
dialami dengan cara dengan latihan berkenalan dengan 4-5  Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa
orang) & bicara saat melakukan dua kegiatan
verbal/bercakap-cakap orang, dengan kriteria:
harian. Beri pujian
o Mengucapkan salam  Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan
o Menyebutkan nama lengkap, nama harian (2 kegiatan baru)
panggilan, asal dan hobi  Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
o Menanyakan yang diajak berkenalan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4
nama lengkap, nama panggilan, asal kegiatan harian
dan hobi
o Mau jabat tangan
o Kontak mata dipertahankan,
tersenyum
o Berkenalan dgn 4-5 orang dan bicara
2 topik kegiatan

Pertemuan IV
Pasien mampu mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 13. Latih pasien mengatasi isolasi sosial dengan
mengatasi isos yang mengendalikan isolasi sosial yang dialami berkenalan . 5 orang
dialami dengan cara dengan latihan berkenalan dengan > 5  Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat
latihan kegiatan orang, dengan kriteria: melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian
terjadwal o Mengucapkan salam  Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu,
o Menyebutkan nama lengkap, nama menjawab pertanyan
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan
panggilan, asal dan hobi
berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara saat
o Menanyakan yang diajak berkenalan
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi
o Mau jabat tangan
o Kontak mata dipertahankan,
tersenyum
o Berkenalan dgn > 5 orang dan bicara
2 topik kegiatan

Pertemuan V dst
Pasien mampu mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 14. Latih pasien mengatasi isolasi sosial dengan
mengatasi isos yang mengendalikan isolasi sosial yang dialami berkenalan, berkenalan 2-3 orang, 4-5 orang, > 5
dialami dengan latihan berkenalan dengan 2-3 orang
 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berkenalan
orang, dengan kriteria:
2-3 orang, 4-5 orang, > 5 orang dan bicara saat
o Mengucapkan salam melakukan empat kegiatan harian.. Beri pujian
o Menyebutkan nama lengkap, nama  Nilai kemampuan yang sudah mandiri
panggilan, asal dan hobi  Nilai apakah isolasi sosial sudah teratasi
o Menanyakan yang diajak berkenalan
nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi
o Mau jabat tangan
o Kontak mata dipertahankan,
tersenyum
o Berkenalan dalam kelompok
BE/IRI/0003/Kep/04

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : ..........................................................
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : ..........................................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Tanggal lahir: .........................................................
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

HARGA DIRI TUJUAN UMUM:


RENDAH (HDR) Pasien memiliki harga
diri yang positif

TUJUAN KHUSUS:
Pertemuan Pengkajian 4. Setelah … X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pasien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada  Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
menunjukkan tanda- perawat dan mengenali masalah yang non verbal
dialami, dengan kriteria:  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
tanda percaya kepada
o Ekspresi wajah bersahabat. tujuan perawat berinteraksi
perawat dan mengenali
o Menunjukkan rasa senang.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
masalah yang dialami o Ada kontak mata.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
o Mau berkenalan. setiap kali berinteraksi
o Bersedia menceritakan masalah yang  Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang
dialami. dialami pasien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
masalah pasien
Pertemuan I
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien Bantu pasien mengidentifikasi HDR:
mengidentifikasi HDR menjelaskan HDR yang dialami dengan  Mendiskusikan pikiran/ evaluasi/penilaian diri
dan mampu kriteria: yang negatif
mengendalikan HDR o Menceritakan evaluasi/penilaian diri  Aspek negatif yang dimilik pasien, keluarga,
yang negatif lingkungan
yang dialami dengan
o Membuat daftar evaluasi/penilaian  Membuat daftar evaluasi/penilaian diri yang
latihan kegiatan positif negatif
pertama diri yang negatif
 Memilih evaluasi/penilaian diri yang negatif
o Memilih penilaian negatif yang paling
yang paling menganggu
menganggu
 Mendiskusikan pikiran/ evaluasi/penilaian diri
o Mengganti penilaian negatif diri dgn
yang positif untuk mengganti penilaian negatif
penilaian positif dimasa lalu  Aspek positif yang dimilik pasien, keluarga,
o Membuat daftar kemampuan/kegiatan lingkungan
positif yang masih dimiliki  Membuat daftar evaluasi/penilaian diri yang
o Memilih kemampuan/kegiatan positif positif
yang akan dilatih  Membuat daftar kegiatan/kemampuan positif
yang masih dimiliki
 Memilih kemampuan/kegiatan positif yang akan
dilatih
 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif

2. Setelah … X pertemuan pasien 15. Latih pasien mengendalikan HDR dengan latihan
mengendalikan HDR yang dialami dengan kegiatan pertama
latihan kegiatan positif pertama, dengan  Diskusikan kemampuan/kegiatan positif yang
mendukung evaluasi/penilaian diri yang positif
kriteria:
 Meminta pasien memilih satu kegiatan positif
o Menyebutkan pengertian kegiatan yang mendukung evaluasi/penilaian diri yang
pertama positif
o Menjelaskan alat dan bahan yang  Diskusikan pengertian kegiatan posistif pertama
dibutuhkan  Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhkan
o Menyebutkan cara melakukan  Diskusikan cara melakukan kegiatan positif
kegiatan positif  Memberi contoh cara melakukan kegiatan positif
o Mempraktikkan kegiatan positif yang  Anjurkan pasien Mempraktikkan kegiatan positif
dicontohkan yang dicontohkan
 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kegiatan positif pertama

Pertemuan II
mampu mengendalikan 1. Setelah … X pertemuan pasien 16. Latih pasien mengendalikan HDR dengan latihan
HDR yang dialami mengendalikan HDR yang dialami dengan kegiatan kedua
dengan latihan kegiatan latihan kegiatan positif kedua, dengan  Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan
berikan pujian
positif kedua kriteria:
 Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan
o Menyebutkan pengertian kegiatan dilatih
pertama  Diskusikan pengertian kegiatan posistif yang
o Menjelaskan alat dan bahan yang akan dilatih
dibutuhkan  Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhkan
o Menyebutkan cara melakukan  Diskusikan cara melakukan kegiatan positif
kegiatan positif  Memberi contoh cara melakukan kegiatan positif
o Mempraktikkan kegiatan positif yang  Anjurkan pasien mempraktikkan kegiatan positif
dicontohkan yang dicontohkan
 Beri pujian yang realistis, untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang positif
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan:
dua kegiatan masing2 dua kali per hari

Pertemuan III
mampu mengendalikan 1. Setelah … X pertemuan pasien 17. Latih pasien mengendalikan HDR dengan
HDR yang dialami mengendalikan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan ketiga
dengan latihan kegiatan latihan kegiatan positif ketiga, dengan  Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah
dilatih dan berikan pujian
positif ketiga kriteria:
 Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan
o Menyebutkan pengertian kegiatan dilatih
pertama
o Menjelaskan alat dan bahan yang  Diskusikan pengertian kegiatan posistif yang
dibutuhkan akan dilatih
o Menyebutkan cara melakukan  Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhkan
kegiatan positif  Diskusikan cara melakukan kegiatan positif
o Mempraktikkan kegiatan positif yang  Memberi contoh cara melakukan kegiatan positif
dicontohkan  Anjurkan pasien mempraktikkan kegiatan positif
yang dicontohkan
 Beri pujian yang realistis, untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang positif
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan:
dua kegiatan masing2 dua kali per hari

Pertemuan IV
mampu mengendalikan 1. Setelah … X pertemuan pasien 18. Latih pasien mengendalikan HDR dengan latihan
HDR yang dialami mengendalikan HDR yang dialami dengan kegiatan keempat
dengan latihan kegiatan latihan kegiatan positif keempat, dengan  Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga
yang telah dilatih dan berikan pujian
positif keempat kriteria:
 Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang
o Menyebutkan pengertian kegiatan akan dilatih
pertama  Diskusikan pengertian kegiatan posistif yang
o Menjelaskan alat dan bahan yang akan dilatih
dibutuhkan  Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhkan
o Menyebutkan cara melakukan  Diskusikan cara melakukan kegiatan positif
kegiatan positif  Memberi contoh cara melakukan kegiatan positif
o Mempraktikkan kegiatan positif yang  Anjurkan pasien mempraktikkan kegiatan positif
dicontohkan yang dicontohkan
 Beri pujian yang realistis, untuk meningkatkan
evaluasi/penilaian diri yang positif
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan:
dua kegiatan masing2 dua kali per hari

Pertemuan V dst
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 5. Latih pasien mengendalikan HDR dengan cara
mengendalikan HDR mengendalikan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan 1,2,3,4 dan kegiatan terjadwal.
yang dialami latihan kegiatan positif pertama, kedua,  Evaluasi kegiatan. Beri pujian
ketiga dan keempat, dengan kriteria:  Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
o Mempraktikkan latihan pertama  Nilai kemampuan yang sudah mandiri
o Mempraktikkan latihan kedua  Nilai apakah HDR pasien meningkat
o Mempraktikkan latihan ketiga
o Mempraktikkan latihan keempat
o Mempraktikkan latihan kegiatan
terjadwal

BE/IRI/0003/Kep/05

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : ..........................................................
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : ..........................................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Tanggal lahir: .........................................................
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

DEFISIT TUJUAN UMUM:


PERAWATAN Pasien mampu
DIRI (DPD) melakukan perawatan
diri secara mandiri

TUJUAN KHUSUS:
Pertemuan Pengkajian 5. Setelah … X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pasien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada  Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
menunjukkan tanda- perawat dan mengenali masalah yang non verbal
dialami, dengan kriteria:  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
tanda percaya kepada
o Ekspresi wajah bersahabat. tujuan perawat berinteraksi
perawat dan mengenali
o Menunjukkan rasa senang.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
masalah yang dialami o Ada kontak mata.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
o Mau berkenalan. setiap kali berinteraksi
o Bersedia menceritakan masalah yang  Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang
dialami. dialami pasien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
masalah pasien
Pertemuan I
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien Bantu pasien mengidentifikasi DPD:
mengidentifikasi DPD menjelaskan DPD yang dialami dengan  Mendiskusikan dengan pasien
dan mampu melakukan kriteria:  Masalah perawatan diri: mandi, mandi,
perawatan diri dengan o Menceritakan masalah perawatan diri: berdandan, makan/minum, BAB/BAK
mandi, berdandan, makan/minum,  Penyebab pasien tidak merawat diri
latihan kebersihan diri: BAB/BAK  Manfaat menjaga perawatan diri untuk
mandi o Penyebab tidak merawat diri keadaan fisik, mental dan sosial
o Manfaat menjaga perawatan diri  Tanda-tanda perawatan diri yang baik
o Tanda-tanda perawatan diri yang baik  Mendiskusikan penyakit atau gangguan
o Gangguan yang dialami jika kesehatan yang bisa dialami oleh pasien bila
perawatan diri tidak diperhatikan perawatan diri tidak adekuat

2. Setelah … X pertemuan pasien melakukan 19. Latih pasien mengendalikan DPD dengan latihan
perawatan diri dengan latihan mandi, mandi
dengan kriteria:  Diskusikan masalah perawatan diri dan frekwensi
mandi,gosok gigi, keramas, berpakaian,
o Menyebutkan pengertian mandi
berhias,potong kuku.
o Menjelaskan alat dan bahan yang
 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri: mandi
dibutuhkan  Jelaskan pengertian kebersihan diri: mandi
o Menyebutkan cara melakukan mandi  Jelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan
o Mempraktikkan mandi, ganti pakaian,  Jelaskan cara melakukan kebersihan diri: mandi
sikat gigi, cuci rambut dan potong  Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi,gosok
kuku dengan benar dan bersih gigi, keramas, berpakaian, berhias,potong kuku.
 Anjurkan pasien mempraktikkan kebersihan diri
yang sudah dilatih
 Beri pujian untuk setiap respon pasien yang
positif
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kebersihan diri mandi

Pertemuan II
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien melakukan 20. Latih pasien mengendalikan DPD dengan latihan
melakukan perawatan perawatan diri dengan latihan mandi, berdandan
diri dengan latihan dengan kriteria:  Evaluasi latihan mandi yang telah dilatih dan
berdandan o Menyebutkan pengertian berdandan berikan pujian
o Menjelaskan alat dan bahan yang  Diskusikan masalah dan frekwensi berdandan
dibutuhkan  Menjelaskan pentingnya berdandan
o Menyebutkan cara melakukan  Jelaskan pengertian berdandan
berdandan  Jelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan
o Mempraktikkan cara berdandan  Jelaskan cara melakukan berdandan
setelah kebersihan diri  Latih cara melakukan berdandan setelah
kebersihan diri, yaitu sisiran dan rias muka untuk
wanita dan sisiran, cukuran untuk pria
 Wanita: sisiran, pakai ikat rambut atau
bando biar rapi, bedakan yang rata, pakai
lipstik, deodoran, handbody dan parfum.
 Pria: pakai minyak rambut, sisiran, cukuran/
merapikan kumis dan jenggot, deodoran, dan
parfum.
 Anjurkan pasien mempraktikkan cara berdandan
yang sudah dilatih
 Beri pujian untuk setiap respon pasien yang
positif
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berdandan

Pertemuan III
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien melakukan 21. Latih pasien mengendalikan DPD dengan latihan
melakukan perawatan perawatan diri dengan latihan makan dan makan dan minum
diri dengan latihan minum, dengan kriteria:  Evaluasi kegiatan mandi,berdandan yang telah
dilatih dan berikan pujian
makan dan minum o Menyebutkan pengertian makan dan
 Diskusikan masalah dan frekwensi makan dan
minum
minum
o Menjelaskan alat dan bahan yang
 Menjelaskan pentingnya makan dan minum
dibutuhkan  Jelaskan pengertian makan dan minum
o Menyebutkan cara melakukan makan  Jelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan
dan minum  Jelaskan cara melakukan makan dan minum
o Mempraktikkan cara makan dan  Latih cara makan dan minum yang baik
minum yang baik  Anjurkan pasien mempraktikkan perawatan diri
yang sudah dilatih
 Beri pujian untuk setiap respon pasien yang
positif
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
makan dan minum yang baik
Pertemuan IV
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien melakukan 22. Latih pasien mengendalikan DPD dengan latihan
melakukan perawatan perawatan diri dengan latihan BAB/BAK, BAB/BAK
diri dengan latihan dengan kriteria:  Evaluasi kegiatan mandi,berdandan, makan dan
minum yang telah dilatih dan berikan pujian
BAB/BAK o Menyebutkan pengertian BAB/BAK
 Diskusikan masalah dan frekwensi BAB/BAK
o Menjelaskan alat dan bahan yang
 Menjelaskan pentingnya BAB/BAK yang benar
dibutuhkan  Jelaskan pengertian BAB/BAK
o Menyebutkan cara melakukan  Jelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan
BAB/BAK  Jelaskan cara melakukan BAB/BAK
o Mempraktikkan cara BAB/BAK yang  Latih cara BAB/BAK yang baik
baik  Anjurkan pasien mempraktikkan perawatan diri
yang sudah dilatih
 Beri pujian untuk setiap respon pasien yang
positif
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
BAB/BAK yang baik
 Beri pujian untuk setiap respon pasien yang
positif
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
BAB/BAK

Pertemuan V dst
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien melakukan 5. Latih pasien mengendalikan DPD dengan cara
melakukan perawatan perawatan diri dengan latihan mandi, latihan kegiatan mandi, berdandan, makan dan
diri dengan mandiri dengan kriteria: minum, BAB/BAK, dan kegiatan terjadwal.
o Mempraktikkan latihan mandi  Evaluasi kegiatan. Beri pujian
o Mempraktikkan latihan berdandan  Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
o Mempraktikkan latihan makan dan  Nilai kemampuan yang sudah mandiri
minum  Nilai apakah DPD pasien teratasi
o Mempraktikkan latihan BAB/BAK
o Mempraktikkan latihan kegiatan
terjadwal

BE/IRI/0003/Kep/03

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : 03.99.66
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : Nn.S
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Tanggal lahir: 30/05/1995
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

RISIKO TUJUAN UMUM:


BUNUH DIRI Pasien mampu
(RBD) mengendalikan diri
dari dorongan bunuh
diri

15/02/ 3 TUJUAN KHUSUS:


2021 Pertemuan 6. Setelah 1 X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya
kepada perawat dan mengenali Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non
Pasien mampu
masalah yang dialami, dengan kriteria: verbal
menunjukkan tanda-
o Ekspresi wajah bersahabat.
tanda percaya kepada Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
o Menunjukkan rasa senang.
perawat dan o Ada kontak mata. perawat berinteraksi
mengenali masalah o Mau berkenalan.
yang dialami Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
o Bersedia menceritakan masalah
yang dialami.
Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dialami
pasien
Buat kontrak interaksi yang jelas

Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan


dasar pasien
Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan masalah
pasien

16/02/ 3 Pertemuan I 1. Setelah 1X pertemuan pasien Bantu pasien mengidentifikasi risiko bunuh diri:
2021 Pasien mampu mengidentifikasi risiko bunuh diri
Diskusikan dengan pasien:
mengidentifikasi yang dialami dengan kriteria:
masalah risiko bunuh o Menyebutkan beratnya masalah o Beratnya masalah yg mendorong pasien untuk RBD,
diri (RBD) dan risiko bunuh diri; berupa isyarat, berupa isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri
ancaman dan percobaan bunuh o Bila muncul dorongan percobaan bunuh diri (segera
latihan
diri (jika percobaan segera rujuk) rujuk)
mengendalikan diri
o Menyebutkan benda-benda yang o Benda-benda yang dapat membahayakan pasien
dari dorongan bunuh pada saat muncul dorongan bunuh diri
berbahaya bila dorongan bunuh
diri dengan latihan diri muncul
afirmasi /aspek positif Mengamankan benda-benda yang dapat
o Menciptakan lingkungan yang
diri aman membahayakan pasien
Menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

Beri pujian terhadap kemampuan pasien


mengidentifikasi beratnya masalah

2. Setelah 1 X pertemuan pasien dapat 23. Latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan
mengendalikan diri dari dorongan afirmasi/Aspek positif terhadap diri
bunuh diri dengan latihan Diskusikan dengan pasien:
Afirmasi/Aspek positif terhadap diri,
o Aspek positif terhadap diri yang dimiliki oleh pasien
dengan kriteria:
o Membuat daftar aspek positif yang dimiliki pasien
o Menyebutkan aspek positif yang
o Memilih aspek positif yang dimiliki pasien
dimiliki pasien
o Cara afirmasi diri/aspek positif diri sendiri
o Membuat daftar aspek positif
yang dimiliki pasien
Mempraktikkan Afirmasi diri/aspek positif diri
o Memilih aspek positif yang
dimiliki pasien sendiri
o Mempraktikkan latihan aspek
Beri pujian terhadap kemampuan pasien latihan
positif yang dimiliki pasien
afirmasi/ aspek positif diri sendiri
Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan latihan
afirmasi/ aspek positif diri sendiri

17/02/ 3
2021 Pertemuan II 1. Setelah … X pertemuan pasien dapat 24. Latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan
Pasien mampu mengendalikan diri dari dorongan afirmasi/Aspek positif terhadap diri
mengendalikan diri bunuh diri dengan latihan Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri,
dari dorongan bunuh afirmasi/aspek positif keluarga dan
beri pujian. Kaji ulang risiko bunuh diri.
diri dengan latihan lingkungan, dengan kriteria:
afirmasi/aspek positif o Menyebutkan aspek positif Diskusikan dengan pasien:
keluarga dan afirmasi/aspek positif keluarga o Aspek positif terhadap keluarga dan lingkungan
lingkungan. dan lingkungan o Membuat daftar aspek positif keluarga dan
o Membuat daftar aspek positif
lingkungan
afirmasi/aspek positif keluarga o Memilih aspek positif keluarga dan lingkungan
dan lingkungan
o Cara afirmasi diri/aspek keluarga dan lingkungan
o Memilih aspek positif
afirmasi/aspek positif keluarga Mempraktikkan Afirmasi diri/aspek keluarga dan
dan lingkungan
lingkungan
o Mempraktikkan latihan aspek
positif afirmasi/aspek positif Beri pujian terhadap kemampuan pasien latihan
keluarga dan lingkungan
afirmasi/ aspek positif keluarga dan lingkungan
Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan latihan
afirmasi/ aspek positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan
18/02/ 3 Pertemuan III 1. Setelah 1 X pertemuan pasien 25. Latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan
2021 Pasien mampu mengendalikan diri dari dorongan latihan cara mencapai harapan dan masa depan
mengendalikan diri bunuh diri dengan latihan cara Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri, keluarga
dari dorongan bunuh mencapai harapan dan masa depan
lingkungan. Beri pujian, Kaji risiko bunuh diri
diri dengan dengan dengan kriteria:
latihan cara mencapai o Menyebutkan harapan dan masa Diskusikan harapan dan masa depan ( pola koping
harapan dan masa depan pasien yang dimiliki yang biasa diterapkan pasien)
depan o Membuat daftar harapan dan masa
depan pasien yang dimiliki Latihan cara mencapai harapan dan masa depan
o Memilih harapan dan masa depan - menilai pola koping yang biasa dilakukan
yang realistik - mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
o Mempraktikkan cara mencapai - Mendorong pasien memilih pola koping yang
harapan dan masa depan yang konstruktif
realistik secara bertahap - Menganjurkan pasien menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan harian
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan cara
berfikir positif, diri, keluarga, lingkungan dan tahapan
kegiatan yg dipilih.

19/02/ 3 Pertemuan IV 1. Setelah … X pertemuan pasien 26. Latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan
2021 Pasien mampu mengendalikan diri dari dorongan merencanakan mencapai harapan dan masa depan
mengendalikan diri bunuh diri dengan latihan mencapai Evaluasi kegiatan cara berfikir positif ttg diri,
dari dorongan bunuh harapan dan masa depan tahap dua,
keluarga, dan lingkungan serta kegiatan yang dipilih.
diri dengan latihan dengan kriteria:
Beri pujian
cara mencapai masa o Menyebutkan harapan dan masa
depan tahap dua depan pasien yang dimiliki Latih tahap dua kegiatan mencapai masa depan yang
o Membuat daftar harapan dan masa realistis bersama pasien
depan pasien yang dimiliki
o Memilih harapan dan masa depan
Beri pujian pasien melakukan kegiatan tahap dua
yang realistik
Mempraktikkan cara mencapai dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
harapan dan masa depan yang Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan tahap dua
realistik secara bertahap cara berfikir positif, diri, keluarga, lingkungan dan
tahapan kegiatan yg dipilih untuk persiapan masa
depan.

20/02/ 3 Pertemuan V 1. Setelah 1X pertemuan pasien 27. Latihan mengendalikan dorongan bunuh diri dengan
2021 Pasien mampu mengendalikan diri dari dorongan Afirmasi positif diri, keluarga, lingkungan dan cara
mengendalikan diri bunuh diri dengan latihan mencapai harapan dan masa depan
Afirmasi/Aspek positif terhadap diri,
dari dorongan bunuh Evaluasi kegiatan latihan peningkatan positif ttg diri,
keluarga dan lingkungan, cara
diri dengan latihan mencapai harapan dan masa depan keluarga, dan lingkungan. Beri pujian
Afirmasi/Aspek tahap 1, 2, dengan kriteria:
positif terhadap diri, o Mempraktikkan Latihan Evaluasi tahapan kegiatan mencapai harapan masa
keluarga dan afirmasi/aspek positif terhadap depan
lingkungan, cara diri
o Mempraktikkan Latihan Latih kegiatan harian
mencapai harapan dan
masa depan tahap 1, 2 afirmasi/aspek positif keluarga
Nilai kemampuan yang telah mandiri
dan lingkungan
o Mempraktikkan Latihan cara
Nilai apakah risiko bunuh diri teratasi
mencapai harapan dan masa depan
tahap 1
o Mempraktikkan cara mencapai Beri pujian kemampuan pasien dalam rangka meraih
harapan dan masa depan yang masa depan yang realistis.
realistik secara bertahap
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan cara
berfikir positif, diri, keluarga, lingkungan dan tahapan
kegiatan yg dipilih untuk persiapan masa depan.
BE/IRI/0003/Kep/03

RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG


Jalan Raya Gedong Tataan KM. 13 NRM : ..........................................................
Telp. 0721-271170, Fax 0721-271171
E-mail : rsjlampung@gmail.com Nama : ..........................................................
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Tanggal lahir: .........................................................
(Dilengkapi setelah dilakukan asesment oleh perawat)
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)
No Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

WAHAM TUJUAN UMUM:


Pasien mampu
berpikir dan memiliki
keyakinan yang
realistis

TUJUAN KHUSUS:
Pertemuan 7. Setelah … X pertemuan pasien Identifikasi fokus masalah pasien, dengan:
Pengkajian menunjukkan tanda-tanda percaya  Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non
kepada perawat dan mengenali
Pasien mampu masalah yang dialami, dengan kriteria: verbal
menunjukkan tanda- o Ekspresi wajah bersahabat.  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
tanda percaya kepada o Menunjukkan rasa senang. perawat berinteraksi
o Ada kontak mata.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
perawat dan
o Mau berkenalan.  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap
mengenali masalah kali berinteraksi
o Bersedia menceritakan masalah
yang dialami  Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dialami
yang dialami.
pasien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan masalah
pasien
Pertemuan I
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien Bantu pasien mengidentifikasi waham:
mengidentifikasi menjelaskan tanda dan gejala waham  Diskusikan dengan pasien tentang :
tanda dan gejala yang dialami dengan kriteria:  Pengertian waham
waham dan mampu o Menyebutkan nama dengan benar  Tanda dan gejala waham
o Menyebutkan orientasi waktu  Keyakinan dirinya yang salah dan realistis
memenuhi
 Bantu orintasi relitas pasien :
kebutuhannya yang dengan benar
o Menyebutkan orientasi orang  Panggil nama, orientasi waktu, orang dan
realistis tempat/lingkungan.
dengan benar
 Masukkan pada jadwal kegiatan orientasi realitas pasien
o Menyebutkan orientasi
tempat/lingkungan dengan benar

2. Setelah … X pertemuan pasien 28. Latihan pasien memenuhi kebutuhan yang realistis :
mengendalikan waham yang dialami  Diskusikan dengan pasien tentang
dengan latihan memenuhi kebutuhan  Kebutuhan yang tidak terpenuhi
 Membuat daftar kebutuhan yang tidak terpenuhi
yang realistis, dengan kriteria:
 Kebutuhan yang realistis
o Menyebutkan kebutuhan yang  Membuat daftar kebutuhan yang realistis
tidak terpenuhi  Memilih kebutuhan yang realistis untuk dilatih
o Membuat daftar kebutuhan yang  Cara memenuhi kebutuhan yang realistis
tidak terpenuhi  Beri contoh cara memenuhi kebutahan yang realistis
o Menyebutkan kebutuhan yang  Menjelaskan pengertian kebutuhan realistis yang
realistis dipilih
o Membuat daftar kebutuhan  Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk memenuhi
realistis kebutuhan yang realistis
o Menjelaskan cara memenuhi  Cara memenuhi kebutuhan yang realistis
kebutuhan yang realistis  Latih cara memenuhi kebutahan yang realistis
 Masukan pada jadwal jadwal kegiatan pemenuhan
kebutuhan

Pertemuan II
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien mampu 29. Latihan mengendalikan waham dengan kemampuan
mengendalikan mempraktikkan kemampuan yang positif realistis pasien:
waham dengan dipilih, dengan kriteria:  Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien. Beri
pujian
melatih kemampuan o Menyebutkan kemampuan yang
 Diskusikan dengan pasien tentang:
yang di pilih dimiliki
 Kemampuan positif realistis yang dimiliki
o Membuat daftar kemampuan yang
 Buat daftar kemampuan positif realistis yang
dimiliki dimiliki
o Memilih kemampuan yang  Memilih kemampuan positif realistis yang dimiliki
dimiliki  Latih kemampuan yang dipilih,
o Mempraktikan kemampuan yang  Menjelaskan pengertian kemampuan realistis yang
dipilih dipilih
 Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk memiliki
kemampuan yang realistis
 Cara memiliki kemampuan yang realistis. berikan
pujian
 Masukkan pada jadual pemenuhan kebutuhan dan
kegiatan yang telah dilatih

Pertemuan III
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 30. Latihan mengendalikan waham dengan minum obat
mengendalikan mengendalikan waham dialami dengan yang benar :
waham dengan latihan memanfaatkan obat yang benar,  Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien,
kegiatan yang dilakukan pasien. Beri pujian
memanfaatkan obat dengan kriteria:  Latih cara mengontrol RPK dengan obat (jelaskan 6
o Mengungkapkan prinsif 6 benar benar: pasien, obat, dosis, waktu, cara dan kontinuitas
obat minum obat)
o Menjelaskan prinsif: Benar  Tanyakan manfaat yang dirasakan pasien terkait obat
pasien,obat,dosis, waktu, cara yang diminum
o Mengungkapkan kontinuitas  Masukkan pada jadual pemenuhan kebutuhan, kegiatan
minum obat dan pengobatan. yang telah di latih dan obat
o Mengungkapkan manfaat yang
dirasakan pasien

Pertemuan IV
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 31. Latihan mengendalikan waham dengan mendiskusikan
mengendalikan mengendalikan waham yang dialami kebutuhan lain yang belum terpenuhi :
waham dengan dengan mendiskusikan kebutuhan dan  Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien,
kegiatan yang yang telah dilatih, dan minum obat. Beri
melatih kebutuhan kemampuan lain, dengan kriteria:
pujian
dan kemampuan lain o Menyebutkan kebutuhan dan  Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang belum terpenuhi  Kebutuhan dan kemampuan lain yang belum
o Membuat daftar kebutuhan dan terpenuhi
kemampuan lain yang belum  Buat daftar kebutuhan dan kemampuan lain yang
terpenuhi belum terpenuhi
o Memilih kebutuhan dan  Memilih kebutuhan dan kemampuan lain yang
kemampuan lain yang belum belum terpenuhi
terpenuhi  kebutuhan dan kemampuan lain yang belum
o Mempraktikkan cara memenuhi terpenuhi
kebutuhan dan kemampuan lain  Latih kebutuhan dan kemampuan yang dipilih,
tersebut  Menjelaskan pengertian kebutuhan dan kemampuan
realistis yang dipilih
 Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk memiliki
kebutuhan dan kemampuan yang realistis
 Cara memiliki kebutuhan dan kemampuan yang
realistis. berikan pujian
 Masukkan pada jadual pemenuhan kebutuhan, kegiatan
yang telah di latih, minum obat
Pertemuan V dst
Pasien mampu 1. Setelah … X pertemuan pasien 32. Latihan mengendalikan waham dengan pemenuhan ,
mengendalikan mengendalikan waham, dengan kemampuan, obat dan kebutuhan & kemampuan lain
waham yang dialami kriteria: yang belum terpenuhi :
 Evaluasi kegiatan kegiatan pemenuhan kebutuhan,
dengan latihan o Mempraktikkan latihan
kegiatan yang di latihdan minum obat. Beri pujian
pemenuhan pemenuhan kebutuhan
 Nilai kemampuan yang sudah mandiri
kebutuhan, o Mempraktikkan latihan
 Nilai apakah frekuensi munculnya waham berkurang,
kemampuan yang kemampuan apakah waham terkontrol
o Mempraktikkan latihan obat
telah di latih, minum
o Mempraktikkan latihan
obat
kebutuhan dan kemampuan lain
F. Dokumentasi Keperawatan
NRM :03.99.66
Nama : Nn.S
Tgl Lahir :30/05/1995

Tgl, Profesional HASIL ASESMEN PPA Intruksi Termasuk pasca VERTIFIKASI


Jam pemberi PASIEN DAN bedah
DPJP
asuhan PEMBERIAN (intruksi ditulis dengan rinci dan
PELAYANAN jelas) (Tulis Nama,
(dituliskan dengan format
beri paraf, Tgl,
SOAP/ADIME, disertai
sasaran. Tulis Nama, beri jam)
paraf pada akhir catatan)
(DPJP harus
membaca/merev
iew semua
Rencana
Asuhan)
15/ Perawat S: - diskusikan dengan pasien :
02/ - Pasien mengatakan Isi, waktu dan frekuensi
2021 mendengar suara- terjadinya halusinasi
suara tanpa wujud ( pagi, siang, sore, malam
09. - Pasien mengatakan atau sering dan kadang –
Wib kesal dan marah kadang)
- Pasien mengatakan - diskusikan Situasi dan
pernah berfikir untuk kondisi yang
mengakhiri hidup menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
O: - diskusikan Perasaan dan
- Pasien tampak respon waktu halusinasi
mengikuti suara muncul
yang didengar - Motivasi pasien untuk
- Pasien tampak menceritakan penyebab
tatapan mata tajam rasa kesal atau jengkelnya
- Pasien tampak putus - Motivasi pasien
asa menceritakan kondisi fisik
(tanda-tanda fisik) saat
A: perilaku kekerasan terjadi
- GSP halusinasi - Motivasi pasien
pendengaran menceritakan kondisi
- RPK emosinya (tanda-tanda
- RBD emosional) saat terjadi
perilaku kekerasan
P: - Diskusikan dengan pasien:
- Sp pengkajian Beratnya masalah yg
halusinasi mendorong pasien untuk
pendengaran RBD, berupa isyarat,
- Sp pengkajian RPK ancaman dan percobaan
- Sp pengkajian RBD bunuh diri
- Mengamankan benda-
benda yang dapat
membahayakan pasien
- Menciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien

Tgl, Profesional HASIL ASESMEN PPA Intruksi Termasuk pasca VERTIFIKASI


Jam pemberi PASIEN DAN bedah DPJP
asuhan PEMBERIAN (intruksi ditulis dengan rinci dan (Tulis Nama,
PELAYANAN jelas) beri paraf, Tgl,
(dituliskan dengan format jam)
SOAP/ADIME, disertai (DPJP harus
sasaran. Tulis Nama, beri membaca/merev
paraf pada akhir catatan) iew semua
Rencana
Asuhan)
16/ Perawat S: - Identifikasi halusinasi: isi,
02/ - Pasien mengatakan waktu terjadi, frekuensi,
2021 mendengar suara- situasi pencetus, perasaan,
suara tanpa wujud respon
09. - Pasien mengatakan - Latih cara mengontrol
Wib kesal saat mndengar halusinasi dengan
suara-suara itu menghardik
muncul - Masukan pada jadwal
- Pasien mengatakan kegiatan
bosan di RSJ ingin - Identifikasi penyebab,
pulang kerumah tanda dan gejala, RPK
yang dilakukan, akibat
O: RPK
- Pasien tampak masih - Latih cara mengontrol
mendengar suara- RPK secara fisik: tarik
suara tanpa wujud nafas dalam dan pukul
- Pasien tampak bantal dan pukul kasur
tatapan mata tajam - Masukan pada jadwal
- Pasien selalu kegiatan
mengatakan ingin - Identifikasi beratnya
pulang masalah RBD ; isarat,
- Pasien tampak tidak ancaman, percobaan RBD
konsentrasi - Latih cara mengendalikan
A: diri dari dorongan bunuh
- GSP halusinasi diri : buat daftar aspek
pendengaran positif diri sendiri, latihan
- RPK afirmasi/ berfikir aspek
- RBD positif yang dimiliki
- Masukan pada jadwal
P: kegiatan
- Sp1 halusinasi
pendengaran
- Sp1 RPK
- Sp1 RBD

Tgl, Profesional HASIL ASESMEN PPA Intruksi Termasuk pasca VERTIFIKASI


Jam pemberi PASIEN DAN bedah DPJP
asuhan PEMBERIAN (intruksi ditulis dengan rinci dan (Tulis Nama,
PELAYANAN jelas) beri paraf, Tgl,
(dituliskan dengan format jam)
SOAP/ADIME, disertai (DPJP harus
sasaran. Tulis Nama, beri membaca/merev
paraf pada akhir catatan) iew semua
Rencana
Asuhan)
17/ Perawat S: - Evaluasi kegiatan
02/ - Pasien mengatakan menghardik dan obat. Beri
2021 masih mendengar pujian
suara-suara tanpa - Latih cara mengontrol
09. wujud halusinasi dengan
Wib - Pasien mengatakan bercakap-cakap saat
kesal saat terjadi halusinas
mendengar suara- - Masukan pada jadwal
suara itu muncul kegiatan
- Pasien mengatakan - Evaluasi kegiatan latihan
bosan di RSJ ingin fisik. Beri pujian
pulang kerumah - Latih cara mengontrol
RPK dengan obat (6 Benar
O: : jenis, guna, dosis,
- Pasien tampak masih frekuensi, cara kontinuitas
mendengar suara- minum obat)
suara tanpa wujud - Masukan pada jadwal
- Pasien tampak kegiatan
menghardik - Evaluasi kegiatan berfikir
- Pasien sudah mau positif tentang diri sendiri,
bercerita yang beri pujian
dialaminya - Latih cara mengendalikan
- Pasien selalu diri dari dorongan bunuh
mengatakan ingin diri : buat daftar aspek
pulang positif keluarga dan
lingkungan, latihan
A: afirmasi/ berfikir aspek
- GSP halusinasi positif keluarga dan
pendengaran lingkungan
- RPK - Masukan pada jadwal
- RBD kegiatan

P:
- Sp2 halusinasi
pendengaran
- Sp2 RPK
- Sp2 RBD
Tgl, Profesional HASIL ASESMEN PPA Intruksi Termasuk pasca VERTIFIKASI
Jam pemberi PASIEN DAN bedah
DPJP
asuhan PEMBERIAN (intruksi ditulis dengan rinci dan
PELAYANAN jelas) (Tulis Nama,
(dituliskan dengan format
beri paraf, Tgl,
SOAP/ADIME, disertai
sasaran. Tulis Nama, beri jam)
paraf pada akhir catatan)
(DPJP harus
membaca/merev
iew semua
Rencana
Asuhan)
18/ Perawat S: - Evaluasi kegiatan
02/ - Pasien mengatakan menghardik dan obat. Beri
2021 masih mendengar pujian
suara-suara tanpa - Latih cara mengontrol
09. wujud halusinasi dengan
Wib - Pasien mengatakan bercakap-cakap saat trjadi
sudah minum obat halusinasi
- Pasien mengatakan - Masukan pada jadwal
bosan kegiatan
- Evaluasi kegiatan latihan
O: fisik dan obat. Beri pujian
- Pasien masih - Latih cara mengontrol
mendengar suara- RPK dengan verbal (3 cara
suara tanpa wujud yatu:mengungkapkan,
- Pasien sudah minum meminta dan menolak
obat dengan benar)
- Pasien tampak - Masukan pada jadwal
tenang kegiatan
- Kontak mata dengan - Evaluasi kegiatan berfikir
perawat sudah positif tentang diri sendiri,
terjalin keluarga dan lingkungan
- Pasien mengatakan beri pujian
ingin pulang - Latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depan
A: secara bertahap (ingin
- GSP halusinasi menjadi juru masak)
pendengaran - Masukan pada jadwal
- RPK kegiatan
- RBD

P:
- Sp3 halusinasi
pendengaran
- Sp3 RPK
- Sp3 RBD
Tgl, Profesional HASIL ASESMEN PPA Intruksi Termasuk pasca VERTIFIKASI
Jam pemberi PASIEN DAN bedah
DPJP
asuhan PEMBERIAN (intruksi ditulis dengan rinci dan
PELAYANAN jelas) (Tulis Nama,
(dituliskan dengan format
beri paraf, Tgl,
SOAP/ADIME, disertai
sasaran. Tulis Nama, beri jam)
paraf pada akhir catatan)
(DPJP harus
membaca/merev
iew semua
Rencana
Asuhan)
19/ Perawat S: - Evaluasi kegiatan
02/ - Pasien mengatakan menghardik, obat dan
2021 masih mendengar bercakap-cakap. Beri
suara-suara tanpa pujian
09. wujud - Latih cara mengontrol
Wib - Pasien mengatakan halusinasi dengan
bias mengontrol melakukan kegiatan harian
marah (merapihkan tempat tidur
- Pasien mengatakan dan melipat pakaian)
ingin pulang - Masukan pada jadwal
kegiatan
O: - Evaluasi kegiatan latihan
- Pasien masih fisik obat, dan verbal. Beri
mendengar suara- pujian
suara tanpa wujud - Latih cara mengontrol
- Pasien tampak RPK dengan spiritual
tenang (sholat dan dzikir)
- Pasien mampu - Masukan pada jadwal
diarahkan kegiatan
- Pasien mengatakan - Evaluasi kegiatan berfikir
ingin pulang positif tentang diri sendiri,
keluarga dan lingkungan,
A: serta kegiatan yang dipilih
- GSP halusinasi (ingin menjadi juru masak)
pendengaran beri pujian
- RPK - Latih tahap kedua
- RBD mencapai harapan dan
masa depan (ingin
P: menikah)
- Sp4 halusinasi - Masukan pada jadwal
pendengaran kegiatan
- Sp4 RPK
- Sp4 RBD

Tgl, Profesional HASIL ASESMEN PPA Intruksi Termasuk pasca VERTIFIKASI


Jam pemberi PASIEN DAN bedah DPJP
asuhan PEMBERIAN (intruksi ditulis dengan rinci dan
(Tulis Nama,
PELAYANAN jelas)
(dituliskan dengan format beri paraf, Tgl,
SOAP/ADIME, disertai
jam)
sasaran. Tulis Nama, beri
paraf pada akhir catatan) (DPJP harus
membaca/merev
iew semua
Rencana
Asuhan)
19/ Perawat S: - Evaluasi kegiatan
02/ - Pasien mengatakan menghardik, obat dan
2021 masih mendengar bercakap-cakap dan
suara-suara tanpa kegitan harian
09. wujud (merapihkan tempat tidur
Wib - Pasien mengatakan dan melipat pakaian). Beri
bias mengontrol pujian
marah - Latih pasien sampai
- Pasien mengatakan mandiri
ingin pulang - Evaluasi kegiatan latihan
fisik obat, verbal dan
O: spiritual (sholat dan
- Pasien masih dzikir). Beri pujian
mendengar suara- - Latih pasien sampai
suara tanpa wujud mandiri
- Pasien tampak - Evaluasi kegiatan berfikir
tenang positif tentang diri sendiri,
- Pasien mampu keluarga dan lingkungan,
diarahkan serta kegiatan yang dipilih
(ingin menjadi juru masak
A: dan ingin menikah). beri
- GSP halusinasi pujian
pendengaran - Latih pasien sampai
- RPK mandiri
- RBD

P:
- Sp5 halusinasi
pendengaran
- Sp5 RPK
- Sp5 RBD
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdri. S diruang Melati RSJD Lampung.
Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan,intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Menurut Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009) pengkajian merupakan
pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk menentukan
tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas. Pengumpulan data
pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik,
psikososisal dan lingkungan, pengetahuan, dan aspek medik. Dalam pengumpulan data
penulis menggunakan metode wawancara dengan Sdri. S, observasi secara langsung
terhadap kemampuan dan perilaku Sdri. S serta dari status Sdri. S. Selain itu keluarga
juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Sdri. S. Namun, disaat pengkajian tidak ada anggota keluarga Sdri.
S yang menjenguknya sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari pihak
keluarga.

Menurut Stuart & Laraia (dalam Ngadiran, 2010) faktor pretisipasi pada klien
dengan gangguan halusinasi dapat muncul setelah adanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa, dan tidak berdaya. Menurut
Sunardi (2005) faktor predisposisi gangguan halusinasi dapat muncul sebagai proses
panjang yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, karena itu halusinasi
dipengaruhi oleh pengalam-pengalaman psikologis seseorang. Hal ini juga di alami
Sdri. S yang memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu tidak selsai kuliah
dan tidak puas dengan nilai nya serta sdri. S di PHK dari pekerjaan nya , sehingga
Sdri. S sering menyendiri. Namun Sdri. S tidak memiliki masalah dengan lingkungan
sekitar dia tinggal,hanya di dalam keluarga.

Tanda dan gejala halusinasi menurut Depkes (dalam Ngadiran, 2010) adalah
sebagai berikut : bicara, senyum, dan tertawa sendiri; tidak mampu mandiri dalam
mandi, berpakaian dan berhias dengan rapi; beicara kacau kadang-kadang tidak
masuk akal; sikap curiga dan bermusuhan, ketakutan; tampak bingung; mondar
mandir; konsentrasi kurang; perubahan kemampuan memecahkan masalah, dan
menarik diri. Gejala-gejala tersebut juga dialami oleh Sdri. S seperti Sdri. S sering
tersenyum sendiri, mondar mandir, Sdri. S mampu mandi secara mandiri tetapi
belum rapi dalam berpakaian dan berhias diri, Sdri. S berbicara berbelit-belit tetapi
sampai juga pada tujuan pembicaraan. Sdri. S merasa sedih ingin cepat pulang. Sdri.
S akan merespon dan bereaksi apabila di beri rangsangan dan juga konsentrasi Sdri.
S kurang.
Menurut Keliat (2009) didalam pengkajian harus dijelaskan jenis dan isi
halusinasi, waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan halusinasi, serta respon
klien terhadap halusinasinya. Dalam pengkajian pola fungsional difokuskan pada
pola persepsi pada Sdri. S, didapatkan data bahwa Sdri. S mengalami halusinasi
pendengaran. Sdri. S kadang mendengar suara-suara seseorang bernama parno yang
mengatakan hal buruk tentang dirinya dan keluarganya yang menginformasikan
bahwa dirinya jelek dan bau, suara itu muncul dimana saja dalam kondisi Sdri. S
sedang melakukan apapun tetapi hanya berlangsung sebentar saja.
Menurut Yosep (2011) pada penderita gangguan jiwa dapat terjadi gangguan
isi pikir antara lain : waham,fobia,keadaan orang lain yang dihubungkan dengan
dirinya sendiri, dan pikiran terpaku pada suatu ide saja.Hal ini juga ditemukan pada
Sdr. D yang mengalami gangguan pikiran yaitu didalam pikirannya hanya terpaku
pada satu ide saja tanpa berinisiatif mencari ide lain.Menurut Videbeck (2008)
penilaian pada klien gangguan halusinasi sering kali terganggu. Klien keliru
menginterpretasikan lingkungan,sehingga klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri akan keamanan,perlindungan, dan menempatkan dirinya dalam keadaan
bahaya. Hal ini juga dialami Sdri. S yang mengalami gangguan memutuskan untuk
mngambil keputusan secara mandiri perlu arahan dari perawat untuk mengambil
keputusan sederhana secara mandiri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Menurut Videbeck (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan terjadinya
skizofrenia yaitu :
1) Genetik
Secara genetik ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisikan individu mengalami skizofrenia (Copel, 2007).
Sedangkan Buchanan dan Carpenter (2000, dalam Stuart &Laraia, 2005;
Stuart, 2009) menyebutkan bahwa kromosom yang berperan dalam
menurunkan skizofrenia adalah kromosom 6. Sedangkan kromosom lain yang
juga berpean adalah kromosom 4,8,15,dan 22, Craddock et al (2006 dalam
Stuart, 2009). Penelitian juga menemukan gen GAD 1 yang bertanggungjawab
memproduksi GABA, dimana pada klien skizofrenia tidakdapat meningkat
secara normal sesuai perkembangan pada daerah frontal, dimana bagian ini
berfungsi dalam proses berfikir dan pengambilan keputusan Hung et al, (2007
dalam Stuart, 2009).
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar
yang menunjukkan anak kembar identik berisiko mengalami skizofrenia
sebesar 50%, sedangkan pada kembar non identik/ fraternal berisiko 15%
mengalami skizofrenia, angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orangtua
biologis menderita skizofrenia (Cancro & Lehman, 2000; Videbeck, 2008;
Stuart,2009). Semua penelitian ini menunjukkan bahwa faktor genetik hanya
sebagian kecil penyebab terjadinya skizofrenia dan ternyata masih ada faktor
lain yang juga berperan sebagai faktor penyebab terjadinya skizofrenia.
Dari hasil pengkajian tidak ada pemeriksaan maping genetik
sehingga belum bisa ditemukan unsur genetik tetapi menurut kelurga
tidak ada anggota keluarga yang mengalami ganggun jiwa sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada unsur genetik yang mempengaruhi
gangguan jiwa pada klien.
 Neuroanatomi
Penelitian menunjukkan kelainan anatomi, fungsional dan
neurokimia di otak klien skizofrenia hidup dan postmortem, penelitian
menunjukkan bahwa kortek prefrontal dan sistem limbik tidak
sepenuhnya berkembang pada di otak klien dengan skizofrenia.
Penurunan volume otak mencerminkan penurunan baik materi putih dan
materi abu-abu pada neuron akson (Kuroki et al, 2006; Higgins, 2007
dalam Stuart, 2009). Hasil pemeriksaan Computed Tomography (CT)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperliatkan penurunan
volume otak pada individu dengan skizofrenia, temuan ini
memperlihatkan adanya keterlambatan perkembangan jaringan otak dan
atropi. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)menunjukkan
penurunan aliran darah ke otak pada lobus frontal selama tugas
perkembangan kognitif pada individu dengan skizofrenia. Penelitian lain
juga menunjukkan terjadinya penurunan volume otak dan fungsi otak
yang abnormal pada area temporalis dan frontal (Videbeck, 2008).
Perubahan pada kedua lobus tersebut belum diketahui secara pasti
penyebabnya.
Keadaan patologis yang terjadi pada lobus temporalis dan frontalis
berkolerasi dengan terjadinya tanda-tanda positif dan negatif dari
skizofrenia. Copel (2007) menyebutkan bahwa tanda-tanda positif
skizofrenia seperti psikosi disebabkan karena fungsi otak yang abnormal
pada lobus temporalis. Sedangkan tanda-anda negatif seperti tidak
memiliki kemauan untuk motivasi dan anhedonia disebabkan oleh fungsi
otak yang abnormal pada lobus frontalis.
Hal ini sesuai dengan Sadock dan Sadock (2007 dalam Towsend,
2009) yang menyatakan bahwa fungsi utama lobus frontalis adalah
aktivasi motorik, intelektual, perencanaan konseptual, aspek kepribadian,
aspek produksi bahasa. Sehingga apabila terjadi gangguan pada lobus
frontalis, maka akan terjadi perubahan pada aktivitas motorik, gangguan
intelektual, perubahan kepribadian dan juga emosi yang tidak stabil.
Sedangkan fungsiutam adari lobus temporalis adalah pengaturan bahasa,
ingatan dan juga emosi. Sehingga gangguan yang terjadi pada korteks
temporalis dan nukleus-nukleus limbik yang berhubungan pada lobus
temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.
Tidak adanya pemeriksaan komputet tomographi CT dan
Magnetic resonance imaging (MRI) namun dari hasil pengakjian
didapatkan data klien mengatakan malas untuk beraktivitas karena
merasa kurang memiliki teman klien terlihat lesu klien sulit
berkonsentrasi, perhatian klien mudah beralih. Klien mengantakan
ingin marah pada saat muncul yang menggaanggu, intonasi klien
tinggi keras.
Dari paparan di atas dapat di simpulkan kondisi klien di
mungkinkan mengalami kerusakan pada lobus frontal yang
brfungsi sebagai aktivasi motorik itelektual perencanaan konseptual
aspek kepribadian, aspek produksi bahasa dan kemungkinan klien
mengalami kerusakan di bagian limbik sehingga klien mudah
tersinggung dan marah (twensen,2009 dikutip dalam satrio dkk,
2015)

2) Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotetsi
disregulasi pada skizofrenia, gangguan terus menerus dalam satu atau lebih
neurotransmiter atau neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic
menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu. Teori ini
menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif terhadap dopamine, sedangkan
area prefrontal mengalami hipoaktif sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara sistem neurotransmiter dopamine dan serotonin serta yang lain (Stuart,
2009). Pernyataan ini memberi arti bahwa neurotransmitter mempunyai
peranan yang penting menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Beberapa referensi menunjukkan bahwa neurotransmiter yang bereperan
menyebabkan skizofrenia adalah dopamin dan serotonin.
Satu teori yang terkenal memperlihatkan dopamin sebagai faktor penyebab,
ini dibuktikan dengan obat-obatan yang menyekat reseptor dopamin
pascasinaptik mengurangi gejala gejala psikotik dan pada kenyataan nya
semakin efektif obat tersebut dalam mengurangigejala skizofrenia. Sedangkan
serotonin berfungsi sebagai modulasi dopamine, yang membantu mengontrol
kelebihan dopamine, beberapa peneliti yakin bahwa kelebihan serotonin itu
sendiri bereperan dalam perkembangan skizofrenia, ini dibuktikan dengan
penggunaan obat antipsikotik atipikal seperti klozapin (clorazil) yang
merupakan antagonis dopamine dan serotonin. Penelitian menunjukkan
bahwa klozapin dapat menghasilkan penurunan gejala psikotik secara
dramatis dan mengurangi tanda-tanda negatif skizofrenia (O’Connor, 1998;
Marder, 2000 dalam Videbeck, 2008).
adanya overload reuptake neurotransmiter dopamin dan serotonin
mengakibatkan kerusakan komunikasi antar sel otak, sehingga jalur penerima
dan pengiriman informasi di otak terganggu. Keadaan inilah yang
mengakibatkan informasi tidak dapat diproses sehingga terjadi kerusakan
dalam persepsi yang berkembang menjadi halusinasi dan kesalahan dalam
membuat kesimpulan yang berkembang menjadi delusi.
Dari hasil pengkajian didapatkan data klien mengatakan binggung
dengan kondisinya saat ini klien terlihat sulit berkonsentrasi, perhatian
klien mudah beralih. Dari kondisi di ats dapat dapat disimpulkan bahwa
terdapat gangguan bahwa neurotransmiter yaitu dopamin dan serotonin
sehingga menyebabkan kerusakan dalam persepsi yang berkembang
menjadi halusinasi dan kesalahan dalam membuat kesimpulan yang
berkembang menjadi delusi.

3) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan “virus Skizofrenia” telah
berlangsung (Torrey et al, 2007; alman et al, 2008). Bukti campuran
menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap virus influenza, terutama
selama trimester pertama, mungkin menjadi salah satu faktor penyebab
skizofrenia pada beberapa orang tetapi tidak pada orang lain (Brown et al,
2004). Teori ini didukung oleh temuan riset yang memperlihatkan lebih
banyak orang dengan skiofrenia lahir di musim dingin atau awal musim semi
dan di daerah perkotaan (Van Os et al, 2004).
Temuan ini menunjukkan musim potensial dan tempat lahir dampak
terhadap resiko untuk skizofrenia. Infeksi virus lebih sering terjadi pada
tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan awal musing semi dan dapat
terjadi in utero atau pada anak usia dini pada beberapa orang yang rentan
(Gallagher et al, 2007; Velling et al, 2008 dalam Stuart, 2009)

b. Psikologis
Awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada hubungan dalam keluarga
yang mempengaruhi perkembangan gangguan ini, teori awal menunjukkan
kurangnya hubungan antara orangtua dan anak, serta disfungsi sistem keluarga
sebagai penyebab skizofrenia. Dalam penelitian lain, beberapa anak dengan
skizofrenia menunjukkan kelainan halus yang meliputi perhatian, koordinasi,
kemampuan sosaial, fungsi neuromotordan respon emosional jauh sebelum
mereka menunjukkan gejala yang jelas dari skizofrenia (Schiffman et al, 2004
dalam Stuart, 2009). Hal di atas dukung oleh Sinaga., (2007) yang menyebutkan
bahwa lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar
terhadap perkembangan skizofrenia, pada masa kanak disfungsi situasi sosial
seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan huungan interpersonal yang
kurang hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan
neurologikal anak sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005) faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi adalah tingkat intelegensi, kemampuan verbal, moral, kepribadian,
pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi. Selain itu faktor penyebab
terjadinya skizofrenia berdasarkan teori interpersonal berpendapat bahwa s
skizofrenia muncul akibat hubungan disfungsional pada masa kehidupan awal dan
masa remaja, skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas atau ayah yang jauh dan
suka mengonbtrol (Torrey, 1995 dalam Videbeck, 2008).
Halini memberiarti bahwa anak akan belajar pada orangtua nya yang mengalami
skizofrenia dan akan mempraktekkan apa yang dilihatnya setelah ia besar dalam
setiap ia mengalami masalah.
Dari hasil pengkajian didapatkan klien seirng mendengar suara suara
yang membuatnya marah-marah klien merasa sedih karena klien pernah di
tinggal teman temannya klien mengatakan kleuarga kurang
memperhatikannya dari kondisi diatas dapat disimpukn bahwa faktor
psikologis yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa adalah
pengalaman masa lalu.

c. Sosial Budaya
sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah
adanya double bind didalam keluarga dan konflik dalam keluarga. Torrey (1995
dalam Videbeck , 2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial yang dapat
menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah asnya disfungsi dalam pengasuhan
anak maupun dinamika keluarga.
Seaward (1997, dalam Videbeck 2008) menyebutkan bahwa fakor budaya
dan sosial dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah karena tidak adanya
penghasilan, adanya kekerasan , tidak memiliki tempat tinggal, kemiskinan dan
diskriminasi ras, golongan , usia maupun jenis kelamin.
Klien merupakan anak ke-3 dari 4 bersaudara klien mengatakan
keluarganya tidak memperdulikannya pengambilan keputusan dalam
keluaraga adalah ibunya. Berdasarkan kondisi diatas dapat disimpulkan
bahwa faktor sosial budaya yang menyebabkan gangguan jiwa.

2) Faktor Presipitasi
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang
mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimulasi pemglihatan dan
pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus dan dikirim untuk diproses
oleh lobus frontal dan bila informasi yang disampaikan terlalu banyak pada suatu
waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan
overload ke ganglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk Memperlambat
transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan
gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi yang
menghasilkan proses informasi overload ( Stuart & Laraia 2005 ; Stuart 2009).
Selain itu , penurunan pintu mekanisme / gatting proses ini ditunjukkan dengan
ketidakmampuan individu dalam memilih stimuli secara selektif ( Hong et al,
20027 dalam Stuart 2009).
Dari hasil pengkajian didapatkan data klien mengatakan tidak
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, klien mengatakan setiap ada
masalah tidak menceritakanya kepada keluarga dan klien mengatakan setiap
masalah yang di hadapi dilampiaskan dengan marah marah dan melempar
barang.
Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa faktor presipitasi
penyebab klien mengalami gangguan jiwa adalah penurunan fungsi lobus
frontal yang menyebabkan gangguan pada proses umpan balik dalam
penyampaian informasi yang menyebabkan proses informasi overload
(stuard dan laraia, 2005); Stuard 2009 di kutip dalam satrio, DKK 2015.

3) Penilaian Terhadap Stressor


Penilaian terhadap stressor merupakan penilaian individeu ketika mengalami
stressor yang datang. Menurut Sinaga (2007), faktor biologis, psikososial dan
lingkungan saling berintegrasi datu sama lain pada saat individu mengalami stress
sedangkan individu sendiri memilki kerentanan (diatesis), yang jika diaktifkan
oleh pengaruh stress maka akan menimbulkan gejala skizofrenia. Berdasarkan
Stuart dan Laraia (2005), penilaian terhadap stressor terdiri dari respon kognitif,
afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila
individu mengalami suatu stressor maka ia akan merespon stressor maka ia akan
merespon stressor tersebut dan akan tampak melalui tanda dan gejala yang
muncul.
Dari hasil pengkajian klien mengatakan tidak suka bergaul dan tidak suka
keramaian berdasarkan data di atas dapat disimpukan bahwa klien mengalami
kerusakan penilaian.
4) Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005), sumber koping merupakan hal yang
penting dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya.
Sumber koping tersebut meliputi aset ekonomi, sosial support, nilai dan
kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber
koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan mengatasi stressor
yang ada.
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu
ketika mengalami stress. Hal terseut sesuai dengan Videbeck (2008) yang
menyatakan bahwa keluarga memang merupakan salah satu sumber pendukung
yang utama dalam penyembuhan klien skizofrenia. Psikosis atau skizofrenia
adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang memerlukan
penyesuaian baik bagi klien dan keluarga. Proses penyesuaian psikotik terdiri dari
empat fase :
(1) disonansi kognitif (psikosis aktif),
(2) pencapaian wawasan,
(3) stabilitas dalam semua aspek kehidupan (ketetapan kognitif), dan
(4) bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan.

Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3 sampai 6 tahun (Moller, 2006


dalam Stuart,2009) :
a. Efikasi/ Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi
gejala dan menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama
memakan waktu 6 sampai 12 bulan.
b. Awal penegenalan diri/ insight sebagai proses mandiri melakukan
pemeriksaan realitas yang dapat diandalkan. Pencapaian keterampilan
ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan dan tergantung pada
keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif
meliputi keteguhan melanjutkan hubungan interpersoanl normal dan
reengaging dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan
dengansekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3 tahun.
d. Ordinariness/ kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan
kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat
dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan
sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis. Fase ini berlangsung
minimal 2 tahun. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua
terhadap penyakit, keuangan, ketersediaan waktu dan energi, dan
kemampuan untuk menyediakan dukungan yang berkelanjutan,
mempengaruhi jalannya penyesuaian pospsychotic.
Dari hasil pengkajian di dapatkan data klien mengatakan kurang
mendapat dukungan dari kluarganya terutama kakak dan
adiknya untuk proses kesembuhannya klien mengatakan setiap
ada masalah tidak menceritakan kepada keluarga, setiap masalah
yang di hadapi dilampiaskan dengan marah-marah dan melempar
barang.

5) Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia, 2005 ; Stuart, 2009), pada klien skizofrenia, klien
berusaha untuk melindungi dirinya dan pengalaman yang disebabkan oleh
penyakitnya. Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang
dialaminya, melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan terhadap pengalaman internal.
Dari hasil pengkajian di dapatkan data klien mengatakan setiap masalah
yang di hadapi di pendam sendiri, klien mengatakan setiap ada masalah tidak
menceritakan kepada keluarga, klien mengatakan tidak mampu menyelesaikan
masalah sendiri.
Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa klien tidak mempunyai
mekanisme koping yang baik untuk dirinya.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Videbeck (dalam Nurjannah,2005) menyatakan bahwa diagnosa
keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan
adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana masalah memperngaruhi
fungsi klien sehari-hari yang merupakan perhatian utama diagnosa keperawatan.
Menurut Kusumawati&Yudi (2010) pada pohon masalah dijelaskan bahwa gangguan
isolasi sosial : menarik diri merupakan etiologi, gangguan persepsi sensori :
halusinasi merupakan core problem atau masalah utama sedangkan resiko perilaku
kekerasan merupakan akibat.Namun,pada kasus Sdri. S pada analisa data penulis
lebih memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran.

Menurut NANDA (2009-2011) pada diagnosa gangguan persepsi halusinasi


memiliki batasan karakteristik: perubahan dalam perilaku, perubahan dalam
menejemen koping, disorientasi, konsentrasi buruk, gelisah, dan distorsi sensori
seperti bicara sendiri, tertawa sendiri mendengar suara yang tidak nyata, dan mondar-
mandir. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa gangguan persepsi
sensori: Halusinasi pendengaran yaitu data subyektif yang diperoleh dari Sdri. S
yaitu Sdri. S Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang selalu
membisikinya dan tidak tau dari mana sedangkan data obyektif yang didapatkan
klien sering bicara sendiri,komat kamit, mondar-mandir, dan menyendir

D. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan (tulis sesuai dengan masalah utama)


Dengan Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

a. General
1. Strategi pelaksanaan pengkajian : idenfifikasi masalah yang di alami

2. Strategi pelaksanaan pengkajian (SP 1) : idenfifikasi halusinasi ( isi,


frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi
halusinasi)
3. Strategi pelaksanaan pengkajian 2 (SP 2) : Latih cara mengontrol
halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat)

4. Strategi pelaksanaan pengkajian 3 (SP 3) : Latih cara mengontrol


halusinasi bercakap-cakap saat terjadi halusinasi

5. Strategi pelaksanaan pengkajian 4 (SP 4) : Latih cara mengontrol


halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)

Dalam askep dilakukan rencana tindakan keperawatan idenfifikasi


masalah yang di alami, idenfifikasi halusinasi ( isi, frekuensi, waktu
terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi), Latih cara
mengontrol halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat), Latih cara mengontrol
halusinasi bercakap-cakap.
Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan haria
Rencana Keperawatan Menurut Jurnal

1. menurut penelitian yang dilakuan oleh deden hermawan (2017) Tentang pengaruh
Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizfrenia
Terapi psikoreligius Dzikir menurut bahasa berasal dari kata ”dzakar” yang berarti
ingat. Dzikir juga di artikan “menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada Allah
artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada Alla ta‟ala. Dzikir menurut syara‟
adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan AlQur‟an
dan hadits dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Menurut Ibn
Abbas ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar manusia tetap terbiasa dzikir
(ingat) kepadaNya ketika berada diluar shalat.
Tujuan dari dzikir adalah mengagungkan Allah, mensucikan hati dan jiwa,
mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan
tubuh, dapat mengobati penyakit dengan metode Ruqyah, mencegah manusia dari
bahaya nafsu. (Fatihuddin, 2010).

2. menurut penelitian yang dilakuan oleh Dian Anggri Yanti (2020) Tentang
Efektivitas terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada
pasien ganguan jiwa di rumah sakit jiwa prof. Dr.m. ildrem pengertian Terapi
musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang tujuannya untuk
memberikann rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan
gangguan psikologi. Terapi musik ini juga digunakan oleh psikolog dan psikiater
dalam mengatasi berbagai macam gangguan jiwa dan juga gangguan psikologis.
Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita,
sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan gangguan
psikososialnya (Purnama, 2016).
Kesimpulan : terapi music efektif untuk menurunkan tingkat halusinasi dengan
pendengaran
E. IMPEMENTASI KEPERAWATAN
Menurut Effendy (dalam Nurjanah,2005) implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis
tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling
ketergantungan atau kolaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan atau
ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan implementasi menggunakan jenis
tindakan mandiri dan saling ketergantungan.

a. General
1. Strategi pelaksanaan pengkajian : mengajarkan mengidetifikasi masalah yang di
alami
2. Strategi pelaksanaan pengkajian (SP 1) : mengajarkan idenfifikasi halusinasi ( isi,
frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)
3. Strategi pelaksanaan pengkajian 2 (SP 2) : Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)
4. Strategi pelaksanaan pengkajian 3 (SP 3) : Melatih cara mengontrol halusinasi
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
5. Strategi pelaksanaan pengkajian 4 (SP 4) : Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)

Dalam askep dilakukan implementasi tindakan keperawatan :

 Senin, 15 februari 2021 pukul 09.00 WIB : mengajarkan klien


mengidetifikasi masalah yang di alami
 Selasa, tanggal 16 Februari 2021 pukul 10.00 WIB : mengajarkan klien
idenfifikasi halusinasi ( isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus,
perasaan saat terjadi halusinasi)
 Rabu , tanggal 17 Februari 2021 pukul 12.00 WIB : Melatih klien cara
mengontrol halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
 kamis , tanggal 18 Februari 2021 pukul 13.00 WIB : Melatih klien cara
mengontrol halusinasi dengan c\ara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
 jum’at, tanggal 19 Februari 2021 pukul 15.00 WIB : Melatih cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian

b. Spesialis
1. Terapi individu : terapi perlaku
2. Terapi kelompok : psikoedukasi kelompok
3. Teapi komunitas : asertif comuittyterapi

Implementasi Berdasarkan Jurnal


1. menurut penelitian yang dilakuan oleh deden hermawan (2017) Tentang pengaruh
Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia
 pengertian Terapi psikoreligius Dzikir menurut bahasa berasal dari kata
”dzakar” yang berarti ingat. Dzikir juga di artikan “menjaga dalam ingatan”.
Jika berdzikir kepada Allah artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada
Alla ta‟ala. Dzikir menurut syara‟ adalah ingat kepada Allah dengan etika
tertentu yang sudah ditentukan AlQur‟an dan hadits dengan tujuan
mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Menurut Ibn Abbas ra. Dzikir
adalah konsep, wadah, sarana, agar manusia tetap terbiasa dzikir (ingat)
kepadaNya ketika berada diluar shalat.
 Tujuan dari dzikir adalah mengagungkan Allah, mensucikan hati dan jiwa,
mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat
menyehatkan tubuh, dapat mengobati penyakit dengan metode Ruqyah,
mencegah manusia dari bahaya nafsu. (Fatihuddin, 2010).
 Hasil penelitian menunjukan bahwa 5 dari 8 responden mengatakan
halusinasi berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 dari 8 responden
mengatakan masih mendengar halusinasi setelah melakukan dzikir.
Kesimpulan: Dzikir efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran.
2. menurut penelitian yang dilakuan oleh Dian Anggri Yanti (2020) Tentang
Efektivitas terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada
pasien ganguan jiwa di rumah sakit jiwa prof. Dr.m. ildrem
 pengertian Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi
yang tujuannya untuk memberikann rasa tenang, membantu mengendalikan
emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi musik ini juga
digunakan oleh psikolog dan psikiater dalam mengatasi berbagai macam
gangguan jiwa dan juga gangguan psikologis.
 Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran
penderita, sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan
menyembuhkan gangguan psikososialnya (Purnama, 2016).
 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Wilcoxon pada penelitian
ini dapat disimpulkan pada pre-test dan post-test dengan sampel 22
responden memiliki rata-rata sebelum (mean= 4,32), standar deviasi sebesar
0,646 sedangkan pada post-test dengan sampel 22 responden memiliki
ratarata sesudah (mean= 1,68), standar deviasi sebesar 0,568 dengan P-value
(0,000) < α 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima yang artinya terdapat
Pengaruh Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
Pendengaran pada pasien gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem Med
F. Evaluasi
Menurut Kurniawati (dalam Nurjanah,2005) evaluasi adalah proses berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi
dua,yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap seslesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan.
1. General
1. Strategi pelaksanaan pengkajian : klien mampu mengidetifikasi masalah
yang di alami
2. Strategi pelaksanaan pengkajian (SP 1) : klien mampu mengidenfifikasi
halusinasi ( isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat
terjadi halusinasi)
3. Strategi pelaksanaan pengkajian 2 (SP 2) : klien mampu mengontrol
halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)
4. Strategi pelaksanaan pengkajian 3 (SP 3) : klien mampu mengontrol
halusinasi bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
5. Strategi pelaksanaan pengkajian 4 (SP 4) : Melatih klien mampu ara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)

Dalam askep dilakukan Evaluasi tindakan keperawatan :

 Senin, 15 februari 2021 pukul 09.00 WIB : klien mampu mengidetifikasi


masalah yang di alami
 Selasa, tanggal 16 Februari 2021 pukul 10.00 WIB klien mampu
idenfifikasi halusinasi ( isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus,
perasaan saat terjadi halusinasi)
 Rabu , tanggal 17 Februari 2021 pukul 12.00 WIB : klien mampu
mengontrol halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
 kamis , tanggal 18 Februari 2021 pukul 13.00 WIB : klien mampu
mengontrol halusinasi dengan c\ara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
 jum’at, tanggal 19 Februari 2021 pukul 15.00 WIB : klien mampu
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.

2. Spesialis
1. Terapi individu : terapi perlaku
2. Terapi kelompok : psikoedukasi kelompok
3. Teapi komunitas : asertif comuittyterapi

Evaluasi berdasarkan jurnal

1. menurut penelitian yang dilakuan oleh deden hermawan (2017) Tentang pengaruh
Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia
 Peneliti melakukan implementasi di Ruang Arjuna sebanyak 3-8 pertemuan.
Halusinasi yang didengar oleh pasien berbeda – beda waktu nya. Berdasar
hasil observasi pasien melakukan dzikir ketika mendengar suara palsu,
ketika sedang sendiri, dan setelah sholat. Peneliti meminta klien untuk
melakukan dzikir secara mandiri setelah sholat magrib, isya dan shubuh.
Dzikir juga dilakukan secara bantuan, diingatkan oleh peneliti dan dapat
dilakukan secara mandiri. Responden melakukan dzikir dengan
mengucapkan lafal sebagai berikut: Subhanallah, Alhamdulilah,
Allahuakbar, Lailahaillallah, bismilahirohmanirohim. Pendapat Fatihuddin
(2010) waktu shubuh adalah waktu yang mulia untuk urusan riski, waktu
pagi sampai dhuhur adalah waktu yang baik untuk berkah rizki, waktu
maghrib baik dilakukan dzikir pada waktu keheningan malam mampu
melepaskan gelombang meta rohaniah sangat tajam sehingga gelora di hati
semakin cepat menghadirkan keesaan Allah.
 Evaluasi penelitian ini dengan menentukan perkembangan kesehatan klien,
untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan, untuk menilai pelaksanaan asuhan
keperawatan, mendapatkan umpan balik, sebagai tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan (Dermawan,
2012). Hasil perbandingan tersebut peneliti mendapatkan hasil dari 8
responden sebanyak 5 responden merasakan tanda dan gejala halusinasi
berkurang, merasa lebih tenang. Sebanyak 3 responden tidak merasakan
mengalami perubahan, 2 responden sedang berada dalam fase yang
menyenangkan dan 1 responden dalam fase yang menjijikan.

2. menurut penelitian yang dilakuan oleh Dian Anggri Yanti (2020) Tentang
Efektivitas terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada
pasien ganguan jiwa di rumah sakit jiwa prof. Dr.m. ildrem
 Penelitian ini dilakukan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof
M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara sebanyak 22 pasien dan pada penelitian
yang dilakukan pada 22 pasien mengenai pemberian terapi musik diruang
inap rumah sakit jiwa berdasarkan sosiodemografi yang meliputi dapat
diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-
laki sebanyak 14 orang (63,6%) dan mayoritas perempuan 8 orang
(36,4%) ,dapat diketahui responden usia 30-40 tahun 8 orang (36,4%) , usia
41-50 tahun 14 orang (63,6%). Hasil penelitian yang telah dilakukan
Damayanti, Jumaini, & Utami (2014) di RSJ Tampan yaitu 23 orang dari 34
orang responden adalah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 67,6% dan
11 orang responden lainnya dengan jenis kelamin perempuan yaitu 32,4%.
Rata-rata penderita gangguan jiwa dengan masalah diagnosa utama
halusinasi pendengaran yang menjalani pengobatan di RSJ adalah berjenis
kelamin laki-laki dimana sering terjadi perubahan peran dan adanya
penurunan interaksi soasial serta karena kehilangan pekerjaan, hal inilah
yang menyebabkan laki-laki lebih rentan untuk mengalami gangguan mental
hingga sampai depresi (Damayanti, Jumaini, & Utami, 2014). Sebelum dan
sesudah terapi musik pada penderita halusinasi pendengaran Di RSJ
Prof.Dr.M. Ildrem Medan Dapat diketahui bahwa halusinasi pendengaran
sebelum diberikan tindakan terapi musik dengan sample 22 orang didapatkan
mean 4.32 dan standar deviation didapatkan 0,646. Dan sesudah diberikan
terapi musik klasik dengan sample 22 orang didapatkan mean 1,68 dan
standar deviation didapatkan 0,568.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus Aplikasi Terapi menghardik : menutup telinga Terhadap
Penurunan tingkat halusinasi dengar pada pasien skizofrenia di Ruang Rawat Inap
Melati RSJD Lampung yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pada pengkajian, diperoleh bahwa Sdri. S mengalami halusinasi pendengaran,
Sdri. S mengatakan mendengar suara Klien mengatakan isi halusinasinya
mendengar suara-suara seseorang bernama parno yang mengatakan hal buruk
tentang dirinya dan keluarganya yang menginformasikan bahwa dirinya jelek
dan bau, suara itu muncul dimana saja dalam kondisi Sdri. S sedang melakukan
apapun tetapi hanya berlangsung sebentar saja.. Data obyektif yang didapat
bahwa Sdri. S sering berbicara sendiri, menyendiri, dan mondar mandir, serta
tidak kooperatif dan kontak mata kurang.
b. Diagnosa yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Sdri. S adalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
c. Rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada Sdri. S yaiutu dengan tujuan
umum adar Sdri. S dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Intervensi juga
dilakukan dengan lima tujuan khusus, diantaranya :: tujuan khusus 1 yaitu Sdri. S
dapat membina hubungan saling percaya terhadap perawat, tujuan khusus 2 yaitu
Sdri. S dapat mengenali halusinasinya, tujuan khusus 3 yaitu Sdri. S dapat
melatih mengontrol halusinasinya, tujuan khusus 4 yaitu Sdri. S dpat dukungan
dari keluarga dalam mengontrol halusinasi, dan tujuan khusus 5 yaitu Sdri. S
dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi.
d. Implementasi tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 5 hari
kepada Sdri. S yaitu :
Strategi pelaksanaan pengkajian (SP 1) : mengajarkan idenfifikasi halusinasi ( isi,
frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi),
Strategi pelaksanaan pengkajian 2 (SP 2) : Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat),
Strategi pelaksanaan pengkajian 3 (SP 3) : Melatih cara mengontrol halusinasi
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi,
Strategi pelaksanaan pengkajian (SP 4) : Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
e. Evalusai tindakan yang dilakukan penulis sampai pada strategi pelaksanaan 4.
Sdri. S berhasil mengenal halusinasinya dan berhasil mengontrol halusinasinya
dengan menghardik, obat, bercakap-cakap latihan kegiatan harian
f. hasil penelitian terkait dari jurnal yang di dapat dengan asuhan keperawatan yaitu
gangguan halusinasi : pendengaran dapat dikontrol dengan dengan cara
menghardik, obat, bercakap-cakap latihan kegiatan harian selain itu gangguan
halusinasi : pendengaran juga dapat di kendalikan dengan zdkir dan terapi muik

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu auhan keperawatan adalah:
1. Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan jiwa dengan melakukan studi kepustakaan dan studi jurnal
penelitian

2. Profesi
Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien khususnya pada masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran ,menerapkan hasil jurnal penelitian

3. Bagi rumah sakit

- Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan


khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran

- Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standart Operasional


prosedure
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa        Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.
Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care.
Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company
Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.
Louis: Mosby Year Book
Ns.Hi.satrio K.L.,M.Kep.,Sp.Kep.J DKK (2018-2019). Panduan Penegakan
Diagnosis Keperawatan.

Ns.Hi.Satrio K.L.,M.Kep.,Sp.Kep.J DKK (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai