OKSIGENASI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI
A.    Pengertian
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida
(CO), Nitrogen (N), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.
Pemenuhuan kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya
sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, dan hematologi. Proses
oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut,
faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah
seperti trakea, bronkus utama, bronkussekunder, bronkus tersier
(segmental), terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain
itu untuk jalan masuknya udara ke organ pernapasan bagian bawah, organ
pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi
terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian atas juga
berfungsi untuk pertukataran gas, proteksi terhaadap benda asing yang akan
masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan
melembabkan gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah,
selain sebagai tempat untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses
difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah
hipoksia dan obstruksi saluran nafas. Hipoksia merupakan kondisi tidak
tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defesiensi
oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, sehingga dapat
memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum,
terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar hemoglobin.
Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat menurunnya konsentrasi
oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada
individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman,terkait dengan
ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis
sekresi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti
cerebrovaskular accident (cva), akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain
(Hidayat, 2012).
B.     Etiologi
1.  Gangguan jantung, yang meliputi : ketidakseimbangan jantung seperti
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer
(Tarwoto & Wartonah, 2010). 
2.  Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan
bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran
bagian atas; bronkhokontriksi pada asma bronkhiale; dan rhinitis bila
terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. Zat alergan tadi
merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga
mengakibatkan vasokontraksi dan vasodilatasi pembuluh darah, seperti
pembuluh darah, seperti pada pasien asma (Tarwoto & Wartonah,
2010).
3.  Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti
emfisema, bronkitis, kanker, dan infeksi lainnya. Pengguna alkohol dan
obat-obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan mendepresi
pernapsan sehingga menyebabkan frekuensi pernapasan menurun
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
4.   Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
5.   Peningkatan aktivitas tubuh
Aktivitas tubuh membutuhkan metabolisme untuk menghasilkan energi.
Metabolisme membutuhkan oksigen sehingga peningkatan metabolisme
akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
6.   Gangguan pergerakan paru
Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap
kemampuan kapasitas dan volume paru. Penyakit yang mengakibatkan
gangguan pengembangan paru diantaranya adalah pneumothoraks dan
penyakit infeksi paru menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).
7.  Obstruksi saluran pernapasan
Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti pada
penyakit asma dapat menghambat aliran udara masuk ke paru-paru. Hal
ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan akibat
penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
8.   Faktor fisiologi
a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
b.  Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi
napas bagian atas, penyakit asma.
c.    Hipovelimia sehingga tekanan arah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu seperti pada hipotensi, syok, dan dehidrasi.
d.   Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
obesitas, muskuloskeletal, yang abnormal serta penyakit kronis
seperti TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).
C.  Patofisiologi
Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan
sangat penting dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
Salah satu organ yang sangat mebutuhkan oksigen dan peka terhadap
kekurangannya adalah otak. Tidak adanya oksigen dalam 3 menit akan
mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak mendapatkan
oksigen sel otak akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali
ataudiperbaiki). Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru dan
berdifusi dalam darah.
Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi
dari darah dan kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh
semua sel dalam tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan
karbondioksida merupakan sisa hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi
dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen
masuk melalui mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
sampai dengan alveoli. Dari alveoli oksigen berdifusi masuk ke dalam darah
dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam darah oksigen dibawa ke
jantung kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh tubuh untuk
digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam
mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang penting untuk
kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya
dengan oksigen.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu
akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan
volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Nurjanah, 2014).
D.    Manifestasi Klinis
Adanya   penurunan   tekanan   inspirasi/ ekspirasi   menjadi   tanda  
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas
tambahan untuk  bernafas,   pernafasan   laring   (nafas   cuping   hidung),  
dispnea,   ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan  
bibir,   ekspirasi   memanjang,   peningkatan   diameter   anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi.
Selain itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti :
1.      Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
2.      Suara napas tidak normal.
a.  Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada
waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat
stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas
atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya penyempitan
pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini
mengarahkan pada dugaan adanya edema laring, tumor laring,
kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan
oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa endotrakeal
(Nurjanah, 2014).
b.  Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg
durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi &
ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yg
menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan dengan cara
batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yg
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yg
menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik). Wheezing
dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, & bahan iritan pada bronkus.
c.  Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas. 
3.      Perubahan jumlah pernapasan.
4.      Batuk disertai dahak.
5.      Penggunaan otot tambahan pernapasan.
6.      Dispnea (sesak napas).
7.      Penurunan haluaran urin..
8.      Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).
E.     Pemeriksaan Penunjang
1.   Bronkosopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/
benda asing yang menghambat jalan nafas.
2.   Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
3.   Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan
kontraksi paru.
4.   CT-Scan
Untuk mengetahui adanya massa abnormal.
5.   Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri
Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk
melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida pemeriksaan ini
dilakukan  secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat volume
paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan volume cadangan
ekspirasi (Andarmoyo, 2012).
6.   Kecepatan aliran ekspirasu puncak
Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang
dicapai selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).
7.   Pemeriksaan gas darah arteri
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
pembuluh darah arteri yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi
ion hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi
hemoglobin, pemeriksaan ini dapat menggambarkan bagaimana
difusigas melalui kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi jaringan
(Andarmoyo, 2012).
8.   Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan
menggunakan oksimetri. Saturasi oksigen adalah prosentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungannya; mudah
dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh, dan tidak
menimbulkan nyeri. klien yang bisa dilakuakn pemeriksaan ini adalah
klien yang mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti Pneumonia,
emfisema, bronchitis kronis, asma embolisme pulmunar, dan gagal
jantung congestive (Andarmoyo, 2012).
9.   Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan
sel darah putih per mm3 darah. Hitung darah lengkap mengukur kadar
hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah akan
menurunkan kapasitas darah yang menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen karena molekul hemoglobin yang terseda untuk
mengangkut ke  jaringan lebih sedikit. Apanila jumlah sel darah merah
meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat.
Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan meningkatkan
kekentalan dan risiko terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2012).
10.  X-Ray Thorax
Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang
memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapang paru untuk
mendeteksi adanay cairan (misalnya fraktur klavikula dan tulang iga
dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).
11.  Bronskokopi
Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal
melalui bronskokop serat optic yang fleksibel, dan sempit. Bronskokopi
dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel
sputum untuk mengangkat plak lender atau benda asing yang
menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2012).
12.  Pemindaian paru
Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed
Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru dapat
mengidentifikasikan massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi
tidak dapat mengidentifikasikan tipe jaringan maka harus dilakukan
biposi (Andarmoyo, 2012).
13.  Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang
berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru). Sputum untuk sitologi
adalah spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker
pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada didalamnya (Andarmoyo,
2012).
F.     Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:
1.   Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar
dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak
mampu memberikan respons yang normal.
2.    Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan
tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan
kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan
organ lainnya dengan cepat.
3.    Disorientasi
Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan orang. Pasien tidak mampu
mengenali kondisi atau suasana yang ada (Nurjanah, 2014).
G.    Penatalaksanaan
1.   Terapi Pemberian Oksigenasi
a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
b. Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien.
c. Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan
(L/menit):5-8.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang
disarankan (L/menit): 8-12.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran
yang disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008).
2.  Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita
baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva
( sirkulasi dalam paru-paru). Pemantauan Hemodinamika  adalah
pemantauan dari hemodinamika status
3.   Pengukuran bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas
permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat
kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Senyawa bronkolidator
dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun didapat melalui
asupan obat-obatan dari luar.
4.  Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk
membantu pemberian oksigen bila diperlukan.
5.   Penggunaan ventilator mekanik.
Ventilator  mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang
berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas
pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan nafas buatan.
6.   Pelatihan batuk efektif
7.   Fisioterapi dada.
8.   Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan
drainase postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami
gangguan sistem pernafasan. Tujuan Tindakan ini bertujuan
meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.
9.   Atur posisi pasien (semi fowler)
10.  Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
H.    Pengkajian Fokus
1.      Riwayat Keperawatan
a.  Masalah keperawatan yang pernah dialami
b.  Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
c.  Pernah mengalami batuk dengan sputum.
d.  Pernah mengalami nyeri dada.
e.  Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di
atas (Tarwoto & Wartonah, 2015).
2.      Riwayat penyakit pernapasan
a.  apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan
lain-lain.
b.  bagaimana frekuensi setiap kejadian.
3.      Riwayat kardiovaskuler
pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan,dll) atau peredaran darah (Tarwoto & Wartonah, 2015).
4.      Gaya hidup
merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
I.       Diagnosa yang mungkin muncul
1.      Ketidakefektifan jalan nafas.
2.      Ketidakefektifan pola nafas.
3.      Gangguan pertukaran gas.
4.      Gangguan perfusi jaringan (NANDA, 2015).
J.      Fokus Intervensi
1.      Ketidakefektifan jalan nafas.
a.       Sediakan alat suction dalam kondisi baik.
b.      Monitor jumlah, bunyi napas, AGD.
c.       Pertahankan intake cairan 3.000ml/hari.
d.      Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan batuk efektif.
e.       Bantu hygiene oral setiap 4 jam.
f.       Mobilisasi pasien setiap 2 jam.
2.      Ketidakefektifan pola nafas.
a.       Berikan oksigen sesuai program.
b.      Monitor jumlah pernapasan.
c.       Laksanakan program pengobatan.
d.      Atur posisi pasien.
e.       Bantu dalam terapi inhalasi.
f.       Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik.
3.      Gangguan pertukaran gas.
a.       Kaji frekuensi kedalaman pernapasan.
b.      Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas.
c.       Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
d.      Auskultasi bunyi napas,catat area penurunan aliran udara/bunyi
tambahan.
e.       Awasi tingkat kesadaran/status mental.
f.       Kaji tanda vital dan irama jantung.
4.      Gangguan perfusi jaringan.
a.       Monitor denyut jantung dan irama.
b.      Monitor tanda vital, bunyi jantung, CVP.
c.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit,
darah lengkap.
d.      Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
e.       Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
f.       Ukur intake dan output cairan.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S., 2012. Kebutuhan DAsar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,


United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.

Hidayat, A.A., 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2013.

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.


2009-2015. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Riset Kesehatan Daerah. 2013. Data Penyakit Pernapasan Akut. Jakarta :


Kementrian Kesahatan

Tarwoto & Wartonah, 2010. Kebutuhan Manusia dan Proses Keperawatan


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah, 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawtan
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai