Anda di halaman 1dari 19

 PENGENALAN ANTENNA 1

ANTENA
REDAMAN
IMPEDANSI
RETURN LOSS
VSWR
BANDWIDTH
POLA RADIASI
POLARISASI
SIDE LOBE LEVEL
GAIN
PENGENALAN ANTENNA

ANTENA
Antena adalah suatu alat yang dapat memancarkan atau menerima
gelombang elektromagnetik ke atau dari udara menuju saluran
transmisi. Antena merubah sinyal listrik yang ada di saluran transmisi
menjadi sinyal elektromagnetik yang nantinya akan diradiasikan
antenna, begitupun sebaliknya, dari sinyal elektromagnetik ke sinyal
listrik.

Bagaimana antenna bisa meradiasikan sinyal?


syarat utama agar antenna bisa meradiasikan sinyal adalah dicatu
dengan sumber listrik AC (bolak-balik), karena pada sumber listrik AC
terdapat perbedaan fluks yang akan menimbulkan medan listrik dan
medan magnet yang saling tegak lurus satu sama lain. Hal itu akan
menghasilkan gelombang elektromagnetik di udara, dan menurut
persamaan Maxwell, listrik dan magnet dapat membangkitkan satu
sama lain, ini yang menyebabkan gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan antenna akan tetap merambat di udara.Sebuah
alumunium yang dicatu dengan arus AC juga sudah bisa disebut
sebagai antenna, karena sudah dapat meradiasikan gelombang
elektromagnetik ke segala arah. Dimensi fisik dari antenna sendiri
ditentukan dari fungsi lambda atau panjang gelombang, yaitu dengan
membagi kecepatan cahaya (c) dengan frekuensi yang ingin
digunakan (f). Antena dengan dimensi λ/2 akan meradiasikan
gelombang yang berbentuk ½ sinusoidal dan seterusnya.
Untuk mendapatkan performansi terbaik dari antenna, terdapat
beberapa parameter yang dibagi menjadi dua yaitu parameter dalam
dan parameter luar. Parameter antenna sendiri adalah sebuah
karakteristik atau acuan sebuah antena agar dapat bekerja dengan
baik. Parameter dalam artinya parameter yang menunjukkan
seberapa baik performansi dari suatu antenna itu sendiri. Sedangkan
parameter luar artinya parameter yang baru akan terlihat jika
terdapat antenna lain sebagai tolak ukur.

Parameter dalam
- Redaman
- Impedansi
- Return Loss
- VSWR
- Bandwidth

Parameter Luar
- Pola Radiasi
- Polarisasi
- Gain
- Direktivitas
REDAMAN
Redaman pada saluran transmisi dapat mengakibatkaan kerugian
pada sistem komunikasi karena berpotensi untuk mengurangi daya
terima pada perangkat radio. Setiap saluran transmisi sudah
mempunyai nilai redamannya masing-masing. Namun hal ini bisa
diatasi dengan menggunakan saluran transmisi yang memiliki
redaman yang rendah atau dengan mengkompensasi redaman daya
pada saluran transmisi dengan cara menambah power transmit,
menggunakan antena dengan gain tinggi, maupun dengan mengatur
fading margin.
Redaman biasanya dinyatakan dalam satuan dB/m, menyatakan
berapa banyak daya gelombang yang diredam oleh saluran transmisi
dalam desibel sejauh perjalanan dalam meter.
IMPEDANSI
Impedansi antena merupakan nilai tahanan yang timbul apabila
sebuah antena dicatu arus listrik. Besaran impedansi menjadi faktor
penting dalam performa kinerja sebuah antena. Ketidaksesuaian
impedansi antena dengan saluran transmisi akan mempengaruhi
transfer daya yang akan dipancarkan oleh antena.

Impedansi antena juga dapat diketahui dengan mengetaui koefisien


pantul dengan persamaan :

Untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima,


maka impedansi antena haruslah memiliki nilai yang sama dengan
impedansi saluran transmisinya (matching) . Jika hal ini tidak
terpenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan
atau diterima dengan nilai 0 ≤|Г(z)|≤ 1
RETURN LOSS
Return loss adalah perbandingan daya yang dipantulkan kembali ke
antenna terhadap daya yang ditransmisikan. Daya yang dipantulkan
kembali ke antenna bersifat tidak diharapkan karena berpotensi
merusak antenna itu sendiri. sehingga diharapkan daya yang masuk
seluruhnya bisa dipancarkan. Return loss bisa terjadi karena
impedansi saluran transmisi dan antenna belum sesuai (match).

V
VSWR  max  1   
V min 1   

Koefisien pantulan (reflection coefficient) adalah perbandingan


antara tegangan pantulan dengan tegangan maju (forward voltage).
Antena yang baik akan mempunyai nilai return loss dibawah -10 dB
yang didefinisikan 90% sinyal dapat diserap, dan 10%- nya
terpantulkan kembali. Artinya, antenna yang baik akan mempunyai
nilai return loss yang semakin mendekati minus tak hingga - ∞ ,
Koefisien pantul dan return loss didefinisikan sebagai (Punit, 2004:
19) :
Vr Γ = koefisien pantul

Vi Vr = tegangan gelombang pantul (reflected wave)
RL  20 log  [dB] Vi = tegangan gelombang maju (incident wave)
RL = return loss (dB)

Untuk matching yang sempurna antara transmitter dan antenna nilai


Г=0 dan RL= -∞ dB yang berarti tidak ada daya yang dipantulkan,
sebaliknya jika Г = 1 dan RL = 0 dB maka semua daya dipantulkan.
VSWR
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah perbandingan
antara tegangan maksimum dan minimum pada suatu gelombang
berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang disebabkan tidak
matching-nya impedansi input antena dengan saluran feeder.
Gelombang berdiri atau standing wave adalah gelombang yang
terjadi karena ada superposisi antara gelombang datang dan
gelombang pantul, Ketika datang dan pantul sefasa maka saling
menguatkan, maka gelombang berdiri ada di titik maksimum, begitu
juga sebaliknya jika tidak sefasa maka akan saling mengurangi.

VSWR juga merupakan fungsi dari koefisien pantul yang


menggambarkan daya yang dipantukan kembali ke antenna. Antena
yang baik akan bersifat memancarkan seluruh daya yang diterima
tanpa ada daya yang dipantulkan.
Sehingga, semakin mendekati tak hingga, daya yang dipantulkan
semakin besar. Sebaliknya, semakin mendekati nilai satu, daya yang
dipantulkan semakin kecil. Dalam perancangan antena biasanya
memiliki nilai impedansi masukan sebesar 50 Ω atau 75 Ω. Voltage
Standing Wave Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :
Vmax 1  (z)
VSWR   Г(z) = Koefisien pantul
V m in 1  (z)
Hubungan antara koefisien pantul, VSWR dan Return Loss :
Parameter Dasar Rentang Nilai Persamaan

Г 0 s/d 1 Z Z
  Z A  Z0
A 0

Vmax 1
VSWR 1 s/d  VSWR   (z)
Vmin 1  (z)

RL 0 s/d -  dB RL  20 log  [dB]


BANDWIDTH

Bandwidth menggambarkan rentang frekuensi dimana antena dapat


memancarkan dan menerima daya. Dengan kata lain bandwidth
merupakan rentang frekuensi dimana antena dapat bekerja dengan
baik.
Dalam praktiknya, bandwidth sangat berkaitan dengan nilai VSWR
dan frekuensi. Nilai bandwidth dapat diketahui dari melihat pada
rentang frekuensi berapa yang nilai VSWRnya berada di bawah batas
maksimum. VSWR maksimum yang biasa dipakai adalah pada
rentang 1,5 sampai 2. Sebab pada rentang VSWR tersebut parameter
antenna lain belum keluar dari batas yang diijinkan sehingga bisa
diartikan pada range

Gambar 2 Grafik VSWR VS Frekuensi

frekuensi kerja tersebut, antena dapat bekerja dengan efektif agar


dapat menerima atau memancarkan gelombang pada band frekuensi
tertentu
Jika sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fC, namun
ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah
fC) sampai dengan f2 ( di atas fC), maka lebar bandwidth dari antena
tersebut adalah (f2 – f1).
Tetapi apabila dinyatakan dalam persen, maka bandwidth antena
tersebut adalah :
𝐵𝑊 =𝑓2−𝑓1 100%
𝑓𝑐

Bandwidth yang dinyatakan dalam persen seperti ini biasanya


digunakan untuk menyatakan bandwidth antena-antena yang
memliki band sempit (narrow band). Sedangkan untuk band yang
lebar (broad band) biasanya digunakan definisi rasio antara batas
frekuensi atas dengan frekuensi bawah.
𝐵𝑊 = 𝑓1
𝑓2
f2 = jangkauan frekuensi atas (Hz)
f1 = jangkauan frekuensi bawah (Hz)
fc = frekuensi tengah (Hz)
POLA RADIASI

Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan


grafis yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan
jauh sebagai fungsi arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola
medan (field pattern) apabila yang digambarkan

adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila
yang digambarkan pointing vektor.
Keterangan :
a) Main Lobe : pancaran utama dari pola radiasi antenna
b) Minor Lobe : pancaran kecil selain Main Lobe
c) Side Lobe : pancaran kecil terletak di samping-samping
dari Main Lobe
d) Back Lobe : pancaran yang letaknya berlawanan dengan
Main Lobe
e) Half-Power Beam Width (HPBW) : lebar sudut yang
memisahkan dua titik setengah daya pada pancaran utama dari pola
radiasi
f) First null Beam Width (FNBW) : lebar sudut yang
memisahkan dua titik daya yang bernilai minimum pada pancaran
utama dari pola radiasi
g) Front-to-Back Ratio (FBR) : perbandingan antara daya
maksimum yang dipancarkan pada main lobe dan daya pada arah
belakangnya
h) Cross Polarization Rasio : perbandingan antara daya
pada saat antenna menerima gelombang dengan polarisasi vertical
dan daya terima dengan polarisasi horizontal
POLARISASI

Polarisasi pada antena adalah arah getaran gelombang dari antenna.


Secara umum, polarisasi antenna dibagi menjadi tiga berdasarkan
nilai Axial Ratio nya, yaitu Polarisasi Elips, Polarisasi Sirkular, dan
Polarisasi Linear.
Polarisasi Jenis - jenis Deskripsi

Dilihat dari sudut polarisasi,


polarisasi jenis ini lebih
Vertical Right Hand(VR) mendekati sumbu vertical,
dengan arah putaran ke
Elips
kanan (dilihat dari sisi antena)
Dilihat dari sudut polarisasi,
Vertical Left Hand(VL) polarisasi jenis ini lebih
mendekati sumbu vertical,
dengan arah putaran ke kiri
(dilihat dari sisi antena)
Dilihat dari sudut polarisasi,
polarisasi jenis ini lebih
Horizontal Right
mendekati sumbu horizontal,
Hand(HR)
dengan arah putaran ke
kanan (dilihat dari sisi antena)
Dilihat dari sudut polarisasi,
polarisasi jenis ini lebih
Horizontal Left Hand(HL) mendekati sumbu horizontal,
dengan arah putaran ke kiri
(dilihat dari sisi antena)
Polarisasi melingkar dengan
Right Hand Circular
arah putaran ke kanan (dilihat
Polarization(RHCP)
dari sisi antenna)
Sirkular Polarisasi melingkar dengan
Left Hand Circular
arah putaran ke kiri (dilihat
Polarization(LHCP)
dari sisi antenna)
Polarisasi pada sumbu
Vertikal
vertical
Linier
Polarisasi pada sumbu
Horizontal
horizontal

Jenis polarisasi suatu gelombang dapat ditentukan dari nilai axial


ratio-nya. Axial ratio sendiri didefinisikan sebagai perbandingan
antara sumbu mayor dan sumbu minor pada plot polarisasi
gelombang yang biasanya dinyatakan dalam satuan dB.

Gambar 4 Major Axis dan Minor Axis Axial Ratio


Nilai axial ratio dari suatu gelombang elektromagnetik dapat dihitung
dengan rumus dibawah ini :

|𝑅| = 𝑚𝑎𝑗𝑜𝑟 𝑎𝑥𝑖𝑠 𝑎


= ≥1
𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 𝑎𝑥𝑖𝑠 𝑏
Jika dilihat dari persamaan diatas, maka hubungan nilai |R| dan jenis
polarisasi gelombang dapat menghasilkan tiga kemungkinan:

1. |R|= 1 atau R < 3 dB, maka gelombang berpolarisasi sirkular


2. 1 < R < atau 3 dB < R < 40 dB, maka gelombang berpolarisasi
elips
3. R =  atau R > 40 dB, maka gelombang berpolarisasi linier

Tetapi pada kenyataannya, untuk mendapatkan nilai |R|=1 yang


memenuhi syarat polarisasi sirkular amatlah sulit untuk
dipraktekkan, karenanya, ditentukan batas maksimum nilai |R|≤ 3
dB dimana suatu gelombang masih dapat dianggap berpolarisasi
sirkular. Sedangkan notasi nilai R dapat menentukan arah putaran
polarisasi gelombang. Jika nilai R positif, maka gelombang
berpolarisasi searah jarum jam (Clockwise) atau memiliki polarisasi
RHCP. Sebaliknya, jika nilai R negatif, maka gelombang memiliki
polarisasi LHCP atau berlawanan arah jarum jam Counter Clockwise).

DIREKTIVITAS
Direktivitas merupakan perbandingan intensitas radiasi pada arah
tertentu dibandingkan dengan intensitas radiasi rata-rata ke segala
arah yang bisa dinyatakan dengan persamaan berikut :

𝑈(𝜃, ∅) 𝑈(𝜃, ∅) = intensitas radiasi


𝐷(𝜃, ∅) =
𝑈 𝐴𝑣𝑒
𝑈𝐴𝑣𝑒 = intensitas radiasi rata-rata

Intensitas radiasi yang bernotasi 𝑈(𝜃, ∅) adalah daya yang


diradiasikan pada suatu arah per unit sudut dan mempunyai satuan
watt per steradian. Intensitas radiasi, dapat dinyatakan sebagai
berikut :
1 Pr = kerapatan daya
U ( ,)  R E  H r 2  P r 2
2 e r
Um = Intensitas maksimum
U ( ,)  U F ( ,) 2
m | F(𝜃, ∅ ) |2 = magnitude pola medan normalisasi
E = Medan Listrik
H = Medan Magnet

Intensitas radiasi dari sumber isotropis adalah tetap untuk seluruh


ruangan pada suatu harga U(,). Dan untuk sumber non isotropis,
intensitas radiasinya tidak tetap pada seluruh ruangan tetapi suatu
daya rata-rata per steradian, dapat dinyatakan sebagai berikut :

1 PT d  sindd
 U ( ,)d 
U ave
4  4  PT = Kerapatan daya total
SIDE LOBE LEVEL

Suatu contoh pola daya antena digambarkan dengan koordinat polar.


Lobe utama (main lobe) adalah lobe yang mempunyai arah dengan
pola radiasi maksimum. Biasanya juga ada lobe-lobe yang lebih kecil
dibandingkan dengan main lobe yang disebut dengan minor lobe.
Lobe sisi (side lobe) adalah lobe-lobe selain yang dimaksud.

Ukuran yang menyatakan seberapa besar daya yang terkonsentrasi


pada side lobe dibanding dengan main lobe disebut Side Lobe Level
(SLL), yang merupakan rasio dari besar puncak dari side lobe terbesar
dengan harga maksiumum dari main lobe. Side Lobe Level (SLL)
dinyatakan dalam decibel (dB), dan ditulis dengan rumus sebagai
berikut :
|𝐹 𝑆𝐿𝐿| F(SLL) : nilai puncak dari side lobe terbesar
𝑆𝐿𝐿 = 20 𝑙𝑜𝑔 𝑑𝐵
|𝐹 𝑚 𝑎 𝑘 𝑠| F(maks) : nilai maksimum dari main lobe

Untuk normalisasi, F(maks) mempunyai harga = 1 (satu).


GAIN
Gain antenna menyatakan seberapa besar daya yang difokuskan oleh
antenna pada arah tertentu yang dibandingkan dengan daya yang
dipancarkan ke segala arah yang secara umum dalam satuan dB.
Artinya, jika suatu antenna pemancar mempunyai gain sebesar 3dB,
maka antenna tersebut memancarkan daya tiga kali lebih besar ke
satu arah dibandingkan jika dipancarkan ke segala arah.
Gain antenna berbeda dengan gain amplifier. pada gain antenna
tidak membahas seberapa besar daya yang dikuatkan melainkan
seberapa besar perbandingan daya suatu antenna terhadap antenna
referensi. Antenna referensi sering digunakan yaitu isotropis sebab
mempunyai intensitas radiasi yang sama ke segala arah.
Dalam perancangan suatu antenna, besarnya gain perlu kita
perhitungkan sesuai dengan kebutuhan antenna yang akan kita buat.
Antena dengan gain tinggi cocok jika kita mengetahui dari mana arah
sinyal berasal. Contohnya antenna televisi yg diarahkan langsung ke
pemancar. Sedangkan antena dengan gain rendah cocok jika kita
tidak mengetahui dari mana arah sinyal berasal. Contoh antena
dengan gain rendah terdapat pada handphone yang hanya akan
berkomunikasi dengan pemancar terdekat.
Gain juga bisa didefinisikan sebagai 4π kali rasio dari intensitas pada
suatu arah dengan daya yang diterima antena, dinyatakan dengan :

𝑈(𝜃,∅)
𝐺 = 4𝜋
𝑃 𝑖𝑛
Definisi ini tidak termasuk losses yang disebabkan oleh
ketidaksesuaian impedansi (impedance missmatch ) atau polarisasi.
Harga maksimum dari gain adalah harga maksimum dari intensitas
radiasi atau harga maksimum dari persamaan diatas,
sehingga dapat dinyatakan kembali :

𝑈𝑚
𝐺 = 4𝜋
𝑃𝑖𝑛
Direktivitas dapat ditulis sebagai 𝐷 = 4𝜋 𝑈𝑚, jika dibandingkan
dengan persamaan gain diatas maka akan terlihat bahwa perbedaan
gain maksimum dengan direktivitas hanya terletak pada jumlah daya
yang digunakan. Direktivitas dapat menyatakan gain suatu antenna
juka seluruh daya input menjadi daya radiasi. Dan hal ini tidak
mungkin terjadi karena adanya losses pada daya input. Bagian daya
input (Pin) yang tidak muncul sebagai daya radiasi diserap oleh anten
dan struktur yang dekat dengannya.
Hal tersebut memunculkan suatu definisi bari yang disebut dengan
efisiensi radiasi, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
𝑃
ɳ
𝑟
=
𝑃𝑖𝑛
Dengan catatan bahwa harga ɳ diantara nol dan satu ( 0 < ɳ < 1) atau ( 0< ɳ <100%).
Sehingga gain juga dapat di dapat dari persamaan

G = Gain
G=ɳxD ɳ = Efisiensi
D = Direktivitas

Persamaan di atas adalah persamaan yang secara teoritis bisa


digunakan untuk menghitung gain suatu antena. Namun dalam
prakteknya jarang gain antena dihitung berdasarkan direktivitas
(directivity) dan efisiensi yang dimilikinya, karena untuk
mendapatkan directivity antena memang diperlukan perhitungan
yang tidak mudah.

Anda mungkin juga menyukai