Anda di halaman 1dari 2

2.

METODOLOGI
2.1 Pengukuran Diversitas Tanaman dan Cadangan Karbon di Tingkat Plot
A. Situs Studi
Studi dilakukan di DAS Konawe, Sulawesi Tenggara. Pemilihan plot pengamatan menggunakan
metode pengambilan sampel berstrata. Survei dilakukan di tiga desa (Lawonua, Wonuahoa, dan Asinua
Jaya) dengan 45 titik sistem penggunaan lahan. Dipilih lima sistem penggunaan lahan yaitu: hutan
terdegradasi (DF), wanatani kakao kompleks (CAF) dengan pohon buah-buahan, wanatani kakao naungan
sederhana (SAF), kakao monokultur (CM), dan tanaman tahunan (CR). Setiap sistem penggunaan lahan
terdapat tiga plot berukuran 20m × 100m dengan kriteria: umur kakao min 9 tahun, kemiringan 0-15%,
dan tekstur tanah serupa (lempung lanau sampai lempung berlumpur). Subplot 20m × 20m digunakan
untuk pengukuran stok C untuk pohon berukuran 5–30 cm DBH. Jika ditemukan pohon besar (dengan
DBH> 30 cm) pada anak petak, maka ukuran petak diperpanjang menjadi 100 m × 20 m (plot).
B. Pengukuran Plot
Diameter tiap plot yaitu setinggi dada (1,3 m di atas permukaan tanah; DBH) dari semua pohon
dengan DBH>5 cm, dan pohon diidentifikasi berdasarkan spesies. Semua pohon <5 cm DBH dimasukkan
sebagai tumbuhan bawah. Kerapatan pohon dihitung berdasarkan jumlah pohon per ha. Area basal plot,
yaitu proporsi areal yang ditempati pohon per ha. Sistem wanatani kakao dipilih di mana kakao
berkontribusi kurang dari 80% terhadap total luas bidang dasar sistem. Kakao dan pohon pelindung
digunakan ketika menghitung kerapatan pohon, luas bidang dasar, keragaman pohon, dan stok C di dalam
plot. Keanekaragaman hayati diperkirakan menggunakan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener.
C. Estimasi C stock
C stocks dihitung dengan metode RaCSA (Rapid Carbon Stock Appraisal) dengan menghitung
lima sumber karbon: biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah, nekromassa, serasah, dan C organik.
Sepuluh sampel biomassa tumbuhan bawah dan serasah dikumpulkan dalam plot dengan frame 0,5 × 0,5
m pada kedalaman 0–10 cm, 10–20 cm, dan 20–30 cm. Sampel tanah komposit digunakan untuk
menentukan kadar C dengan metode Walkley dan Black, dan dihitung dengan mengalikan kadar C tanah
(%) dengan berat isi (g cm- 3). Total stok C (Mg ha- 1) yaitu jumlah C di atas permukaan tanah (biomassa
pohon dan tumbuhan bawah, nekromassa) dan C di bawah permukaan (stok C akar dan tanah (Mg ha -1).
D. Preferensi Petani untuk Spesies Pohon Pelindung
Wawancara dilakukan dengan 40 petani yang berasal dari 20 keluarga petani agroforestri dari tiga
desa dengan menggunakan teknik purposive sampling. Wawancara petani wanita dan pria dipisah karena
preferensi pria dan wanita menentukan jenis tanaman yang ditanam. Setiap wawancara terdiri dari dua
bagian, pertama yaitu pertanyaan pohon yang dipilih petani, tanam, atau toleransi dalam sistem
agroforestrinya. Bagian kedua yaitu pada nilai kegunaan pohon pelindung mereka, yang berkisar dari 1
(tidak penting) sampai 4 (sangat penting).
E. Penyusunan Stok C dan Data Keanekaragaman Hayati dari Penelitian Sebelumnya
Data keanekaragaman pohon dan stok C dikumpulkan dengan metodologi yang sama, untuk
membandingkan hubungan antara stok C dan keanekaragaman pohon. Data untuk 7 plot di hutan primer,
23 plot di hutan terdegradasi, 42 plot di sistem wanatani, dan 18 plot di perkebunan.
F. Analisis data
Keanekaragaman pohon, luas bidang dasar, dan stok karbon dibandingkan antara sistem wanatani
kakao, hutan terdegradasi, dan monokultur kakao menggunakan ANOVA satu arah. Perbandingan antara
sistem penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan LSD. Sebelum analisis, basal area, biomassa
pohon, biomassa tumbuhan bawah, biomassa nekromassa, dan serasah diubah menjadi log (base10). Di ff
hubungan dianggap penting α = 0,05. Hubungan antara stok C dan keanekaragaman pohon dalam sistem
wanatani dianalisis dengan regresi linier (pada skala lokal dan regional).
2.2 Perhitungan Pendugaan Laju Emisi dan Sekuestrasi Karbon di Tingkat Lanskap
A. Situs Studi
Studi dilakukan di hulu DAS Brantas yaitu di wilayah DAS mikro Bangsri, Malang. Pengukuran
karakteristik vegetasi dan biofisika dilakukan pada hutan alam (Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru / TNBTS dan hutan produksi yang dikelola Perhutani), agroforestri (sederhana dan kompleks
yang dikelola petani), dan tanaman semusim.
B. Iklim
Berdasarkan data curah hujan bulanan 10 tahun (2006-2016) di DAS Lesti yaitu termasuk dalam
kelas 'sedang'. Jumlah bulan kemarau menurun pada 2010, dan pada 2016 tidak ada bulan kemarau. Pada
bulan Februari 2007 terjadi bulan yang sangat basah dengan rata-rata 666 mm/bulan, namun 3 bulan (Juli-
September) sangat kering. Pada tahun 2016 terjadi bulan basah sepanjang tahun, dengan curah hujan dari
bulan Juni sampai dengan September rata-rata> 140 mm/bulan, sedangkan curah hujan dari bulan
Oktober sampai dengan bulan Mei rata-rata 342 mm/bulan. Jumlah hari hujan juga sangat bervariasi,
C. Sistem Penggunaan Lahan
Sistem penggunaan lahan bervariasi tergantung lokasi kelerengan, kepemilikan, dan pengelolan.
Di lereng atas ditutupi oleh hutan alam lindung. Lereng tengah yaitu Hutan Produksi (HP), Agroforestri
sederhana (AFS), AF multistrata (AF-M), dan tanaman tahunan dataran tinggi (cabai, terong) di lereng
bawah. Jenis pohon di HP adalah pinus, mahoni, suren, dan kembang kanthil. Tumbuhan bawah yaitu
jagung dan cabai. Jenis pohon di AFS yaitu sengon dan mahoni yang ditumpangsarikan dengan tanaman
sayuran (cabai dan jagung). Jenis pohon di AFM sengon dan mahoni, serta mindi, waru, jabon dll. Pada
dataran tinggi berupa ladang tanaman monokultur ditanami cabai, jagung, terong, dan ketimun atau
pepaya monokultur. Serta terdapat lahan bambu yang umumnya ditanam di sempadan sungai.
D. Emisi karbon bersih terkait dengan perubahan penggunaan lahan
Pendekatan dilakukan berdasarkan perbedaan stok menggunakan teknik pengukuran RaCSA
(Rapid Carbon Stock Appraisal). Pengukuran dilakukan pada berbagai penggunaan lahan yang
digabungkan dengan data spasial tutupan lahan dan perubahan penggunaan lahan. Penghitungan karbon
dalam 6 langkah: (a) Estimasi perubahan tutupan lahan di DAS mikro Bangsri menurut sejarah perubahan
tutupan lahan dengan menganalisis citra satelit tahun 1994, 2001, 2011, dan 2017; (b) Perhitungan faktor
stok karbon, dengan menghitung rata-rata stok C; (c) Ekstrapolasi emisi karbon per penggunaan lahan ke
dalam DAS mikro Bangsri; (d) Membuat peta distribusi stok karbon di microwatershed Bangsri; (e)
Perhitungan emisi menggunakan program perhitungan karbon ABACUS.
E. Analisis dan pelaporan data
Sebelum analisis statistik, dilakukan pengujian data untuk normalitas (uji Shapiro-Wilk) dan
homogenitas varians (uji Levene's). Transformasi logaritmik/akar kuadrat digunakan untuk data tidak
terdistribusi normal (heterogenitas varians). Dilakukan pengujian setiap komponen stok karbon (tanah,
biomassa, area basal, & nekromassa) dan stok karbon total menggunakan model efek campuran linier
(LME). Efek tetap dianggap signifikan berdasarkan analisis varian pada p ≤ 0,05, dan p ≤ 0,09.

Anda mungkin juga menyukai