Kata Pengantar 7
Kata Pengantar 7
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan berkah, rahmat dan
karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “DIETETIK DEFISIENSI GIZI
DAN INFEKSI”. Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan laporan yang menjadi
tugas kami ini. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan laporan sehingga terselesaikan.
1. Ibu Nany Suryani, S.Gz.,M.Biomed selaku dosen pengempu mata kuliah dietetik
defsiensi gizi dan infeksi
2. Ibu Tri Ardianti Khasanah,S.Gz.,M.Gizi selaku dosen pengempu mata kuliah dietetik
defisiensi gizi dan infeksi
3. selaku Kepala Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru
4. H. As’ad,SST selaku koordinator Poli Gizi Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru
5. Elfatha Risya selaku koordinator Poli Gizi Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru
6. Seluruh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Sungai Besar
7. Serta teman-teman satu angkatan
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Laporan ini dapat bermanfaat dan
berguna. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB 1 Pendahuluan 1
BAB 2 Isi
BAB 3. Penutup
3.1 Kesimpulan
3..2 Saran
DAFTAR FUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Masalah gizi yang saat ini masih banyak terjadi adalah masalah gizi kurang atau
defisiensi gizi. Pada defisiensi gizi individu akan lebih rentan terhadap infeksi akibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap infeksi patogen. Pertumbuhan yang baik dan
status immunologi yang memadai akan menghasilkan tingkat kesehatan yang baik pula
sebaliknya pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya disertai dengan status
immunologi yang rendah sehingga seseorangakan mudah terkena penyakit.
Oleh sebab itu diperlukan pnanganan yang baik dari segi perbaikan gizi dengan cara
menerapkan asuhan gizi terstandar pada pencegahan daan penanganan penyakit
defisiensi gizi dan infeksi.
1.2 Tujuan Kegiatan
ISI
Gastritis adalah imflamasi dari mukosa lambung ( Mansjoer Arif, 1999, hal:
492). Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa
gaster ( Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
1. Gastritis akut
Salah satu gastritis akut yang sering dijumpai di klinik adalah gastritis akut
erosit. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis Kronis
2.2 ASMA
A. Pengertian
Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
dapat menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009).
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
sel dan elemennya, di mana dapat menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
Gejala tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan (PDPI,
2003).
Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu yang ditandai dengan penyempitan jalan napas,
yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Penyebab
1. Sensitisasi, yaitu individu dengan resiko genetik (alergik/atopi,
hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras) dan lingkungan (alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan
(virus), diet, status sosial ekonomi dan besarnya keluarga)
2. Inflamasi
3. Serangan asma, yaitu setelah mengalami inflmasi maka bila individu
terpajan oleh pencetus (trigger) maka akan terjadi serangan asma
(DepkesRI, 2009)
C. Tanda dan Gejala
Gejala asma bersifat episodik, berupa batuk, sesak napas, mengi,
rasa berat di dada. Gejala biasanya timbul atau memburuk terutama
malam atau dini hari (PDPI, 2003). Setelah pasien asma terpajan alergen
penyebab maka akan timbul dispnea, pasien merasa seperti tercekik dan
harus berdiri atau duduk dan berusaha mengerahkan tenaga lebih kuat
untuk bernapas. Kesulitan utama terletak saat ekspirasi, percabangan
trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi namun sulit
untuk memaksa udara keluar dari bronkiolus yang sempit karena
mengalami edemadan terisi mukus. Akan timbul mengi yang merupakan
ciri khas asma saat pasien berusaha memaksakan udara keluar.
Biasanya juga diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-
putihan (Price & Wilson, 2006)