Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Contoh Konsep dan Penerapan SPIP

Pengadaan Barang/Jasa dengan Inspektorat Kota Banjarbaru

Disusun oleh :
Kelompok 2
Firza Noviatun Nisa 1814301001
Ni Made Melinia 1814301003
Putri Kurnia Sari 1814301005
Indah Wulandari Berutu 1814301007
Elda Maysari 1814301012
Inda Maharani 1814301016
Siti Marifatun Khasanah 1814301019
Kholisatul Muawanah 1814301025
Muhammad Rifky Fery Fernando 1814301037

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020/2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan tugas PBAK yang berjudul “Contoh Konsep dan
Penerapan SPIP Pengadaan Barang/Jasa dengan Inspektorat Kota Banjarbaru”
ini tepat waktu tanpa kendala apapun.

Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini untuk pembelajar
kepada penulis tentang respiratory distress membuat ilmu kami semakin meningkat
serta rasa tanggung jawab semakin tinggi.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mencari referensi
serta rujukan yang digunkan untuk menyelesaikan tugas ini. Penulis berharap bahwa
tugas ini dapat bermanfaat di lain hari walaupun penulis tau bahwa tugas ini masih
jauh dari kata sempurna.
Bandar Lampung, 7 Maret 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................... iii

Daftar Isi ...................................................................................................... iv

BAB I Pendahuluan .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................ 1

BAB II .......................................................................................................... 2

A. Konsep SPIP................................................................................ 2
B. Penerapan Bimtek Penyelenggaran SPIP Pengadaan
Barang/Jasa dengan Inspektorat Kota Banjarbaru………………. 6
BAB III Penutup ......................................................................................... 9

A. Kesimpulan ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Latar Belakang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat
menjadi SPIP adalah sebuah proses yang terintegrasi dilaksanakan oleh
seluruh unsur dalam suatu lembaga yaitu pimpinan beserta seluruh
pegawainya dengan konsisten dan terus menerus dengan tujuan memberikan
keyakinan yang memadai atas berjalannya kegiatan organisasi dengan efektif
dan efisien, memiliki laporan keuangan yang dapat diandalkan, adanya sistem
pengamanan aset yang memadai, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku. SPIP hendaknya dilaksanakan oleh organisasi
pemerintah baik pusat maupun daerah. Keandalan penyajian suatu laporan
keuangan pemerintah dapat terwujud dengan menyelenggarakan SPIP dengan
baik misalnya dengan menerapkan prosedur rekonsiliasi antara dua data
transaksi keuangan yang dibuat oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna
anggaran dengan yang dibuat oleh Bendahara Umum Negara ataupun daerah.
Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 yang mengatur
tentang SPIP mempertegas bahwa setiap entitas pelaporan dan akuntansi
memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengendalian intern. PP
tersebut mengacu pada Konsep dari Comitte of 2 Sponsoring Organizations
(COSO) dalam mengatur kewajiban penyelenggaraan Pengendalian Internal.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep SPIP
2. Bagaimana penerapan SPIP

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami konsep SPIP
2. Mhasiswa dapat mengetahui penerapan SPIP

1
BAB II
Pembahasan
A. Konsep SPIP
Menurut peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor M.HH-
02.PW.02.03 tahun 2011 tentang penyelenggaraan sistem pengendalian intern
pemerintah di lingkungan kementerian hukum dan hak asasi manusia. Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh terhadap proses
perancangan dan pelaksanaan kebijakan, serta perencanaan, penganggaran, dan
pelaksanaan anggaran di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan
Negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
SPIP terdiri atas lima unsur yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian
intern. Penerapan unsur SPIP tersebut harus dilaksanakan menyatu dan menjadi
bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengyendalian adalah kondisi di dalam Instansi Pemerintah yang
mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. Pimpinan Instansi Pemerintah dan
seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam
keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung
terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan
Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal itu dilakukan melalui
penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi,
kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai

2
dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat,
penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif,
dan hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan terjadinya
ancaman pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Secara umum
penilaian risiko ini terbagi dua yakni identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam
rangka penilaian risiko maka pimpinan perlu menetapkan tujuan Instansi
Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan terlebih dahulu.
Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan Instansi
Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada
tingkat kegiatan. Selanjutnya adalah mengidentifikasi secara efisien dan efektif
risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber
dari dalam maupun luar instansi. Risiko yang telah diidentifikasi kemudian
dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Untuk itu
perlu dirumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko
yang diperlukan untuk memperkecil risiko.
Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan sekurang-kurangnya dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan berdasarkan tujuan dan rencana strategis
Instansi Pemerintah, saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan
satu dengan lainnya, relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah,
mengandung unsur kriteria pengukuran, didukung sumber daya Instansi
Pemerintah yang cukup, dan melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses
penetapannya.
Dalam pelaksanaan identifikasi risiko, sekurang-kurangnya harus
menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan Instansi Pemerintah dan
tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif, menggunakan mekanisme
yang memadai untuk mengenali risiko dan factor eksternal dan factor internal,
dan menilai factor lain yang dapat meningkatkan risiko. Risiko yang bersal dari

3
factor eksternal dapat berupa peraturan perundang-undangan baru, perkembangan
teknologi, bencana alam, dan gangguan keamanan. Sementara risiko yang berasal
dari factor internal dapat dicontohkan adanya keterbatasan dana operasional,
sumber daya manusia yang tidak kompeten, peralatan yang tidak memadai,
kebijakan dan prosedur yang tidak jelas, dan suasana kerja yang tidak kondusif.
Dalam menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko, perlu juga
mempertimbangkan seluruh risiko akibat kegagalan pencapaian tujuan dan
keterbatasan anggaran yang pernah terjadi. Antara lain disebabkan oleh
pengeluaran program yang tidak tepat, pelanggaran terhadap pengendalian dana,
dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Selain itu, perlu juga
mengidentifikasi risiko yang melekat pada sifat misinya atau pada signifikansi
dan kompleksitas dari setiap program atau kegiatan spesifik yang dilaksanakan.
Analisis risiko digunakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. Dalam hal ini tentu
saja Pimpinan Instansi Pemerintah harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Dalam
pelaksanaan kegiatan pengendalian tentu saja harus disesuaikan dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas fungsi organisasi, dan sekurang-kurangnya
memiliki karakteristik yang diutamakan pada kegiatan pokok, dikaitkan dengan
proses penilaian risiko, dan juga harus ditetapkan secara tertulis, dievaluasi secara
teratur. Secara umum kegiatan pengendalian terdiri dari sebelas macam yakni
reviu atas kinerja, pembinaan SDM, pengendalian atas pengelolaan sistem
informasi, pengendalian fisik atas asset, penetapan dan reviu atas indicator dan
ukuran kinerja, pemisahan fungsi, otorisasi atas transaksi dan kejadian yang
penting, pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian,
pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, akuntabilitas terhadap

4
sumber daya dan pencatatannya, dan dokumentasi yang baik atas Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan Komunikasi
Dalam hal menerapkan unsur keempat ini perlu mengidentifikasi, mencatat,
dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat dan
diselenggarakan secara efektif. Untuk itu organisasi harus menyediakan dan
memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi dan mengelola,
mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-menerus.
Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan umpan balik.
5. Pemantauan Pengendalian Intern
Pemantauan Pengendalian Intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja
Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa
temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
Pemantauan dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi
terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan
berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi,
pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan
tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern yang dapat dilakukan oleh
aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan
menggunakan daftar uji pengendalian intern. Tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang
ditetapkan.
Dalam praktiknya untuk pemantauan berkelanjutan, dilakukan oleh manajemen
pada institusi yang bersangkutan, sementara evaluasi terpisah dilakukan oleh

5
APIP, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dilakukan oleh
pimpinan satuan kerja atas hasil audit ataupun reviu.
Implementasi
Sejatinya, tahapan pelaksanaan SPIP pada suatu organisasi diawali denga n
pengenalan secara umum yang dapat dilakukan melalui sosialisasi ataupun diklat
SPIP dengan maksud untuk mendapatkan pemahaman yang memadai tentang
pengertian dan unsur SPIP, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penilaian
risiko sekaligus dengan aktivitas pengendaliannya pada level kegiatan. Peran
masing-masing Unit Utama Eselon I sangatlah penting dalam kegiatan
pendampingan penilaian risiko dan aktivitas pengendalian ini, yang tentu saja
dapat berkoordinasi dengan pihak Inspektorat Jenderal guna lebih
mengoptimalkan kegiatan. Terkadang para pelaksana di tingkat satuan kerja
kurang memahami makna risiko, meskipun risiko itu selalu mereka hadapi pada
setiap pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dalam menjalankan tugas
fungsi. Peran Inspektorat Jenderal lebih bersifat menggugah ataupun mendorong
satuan kerja untuk membuat sendiri penilaian risiko dan aktivitas pengendalian
karena yang mengetahui secara persis core business-nya adalah para pelaksana di
masing-masing. Sampai tahap ini sebetulnya perjalanan SPIP sudah cukup
memadai di mana pada masing-masing satuan kerja memiliki peta risiko dan
kegiatan pengendalian untuk seluruh kegiatan yang ada pada masing-masing
satuan kerja. Baru kemudian hal tersebut dikomunikasikan kepada seluruh
komponen yang ada pada masing-masing unit untuk menuju internalisasi, di mana
masing-masing pihak memahami tugas fungsi, risiko, dan sekaligus kegiatan
pengendalian.
Meskipun perjalanan tahapan-tahapan di atas masih tertatih-tatih, yang terpenting
adalah komitmen para pimpinan untuk melaksanakan amanat PP 60 tahun 2008
ini secara baik dan terstruktur.
B. Penerapan Bimtek Penyelenggaran SPIP Pengadaan Barang/Jasa dengan
Inspektorat Kota Banjarbaru

6
Materi yang disampaikan terbagi menjadi dua materi utama, proses
pengadaan dan gambaran penyelenggaraan SPIP pada proses pengadaan.
Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) merupakan Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
olehKementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD
yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan. Proses ini harus berprinsip pada Efesien, Efektif,Transparan,
Terbuka,Bersaing, Adil dan Akuntabel. Prinsip pengadaan ini berlaku di keadaan
darurat terkait penanganan Covid-19 seperti saat ini. Oleh karena itu diperlukan
pengendalian intern yang memadai dalam mencapai tujuan pengadaan, khususnya
pada keadaan darurat penanganan Covid-19.
Tahap pertama dalam penyelenggaraan SPIP adalah penetapan tujuan
pengadaan barang dan jasa. Tujuan ini dapat berupa tujuan sebagaimana
tercantum pada peraturan perundang-undangan dapat juga bersifat khusus dan
spesifik. Langkah kedua melakukan identifikasi kelemahan lingkungan
pengendalian proses PBJ yang bertujuan untuk mengidentifikasikan kelemahan
lingkungan dalam organisasi yang menghambat perilaku positif dan belum
mendukung pengendalian intern manajemen yang sehat.  Langkah ketiga
penilaian risiko PBJ yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memeringkati
risiko atau potensi permasalahan PBJ baik yang berasal dari faktor internal dan
eksternal.
Langkah berikutnya terkait evaluasi pengendalian PBJ yang telah ada,
apakah kegiatan pengendalian tersebut telah dibangun secara memadai untuk
menanggulangi risiko PBJ. Langkah kelima menyusun Rencana Tindak
Pengendalian PBJ dan pengkomunikasian pengendalian yang dibangun kepada
pihak-pihak yang terkait dalam PBJ. Langkah terakhir berupa monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan PBJ.
Kegiatan Bimtek kemudian dilanjutkan dengan pemberian contoh
studi kasus oleh narasumber dari Tim BPKP. Meskipun kegiatan dilaksanakan
dengan menggunakan Aplikasi Zoom Meeting namun tidak mengurangi semangat

7
dan antusiasme peserta dari Inspetorat Kota Banjarbaru untuk bertanya kepada
Tim BPKP melalui media Chat yang telah disediakan.

C. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Inspektorat


1. Tugas Pokok
Tugas Pokok Inspektorat Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
membantu Bupati membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh
Perangkat Daerah
2. Fungsi

 Perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi


pengawasan;
 Pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
 Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan bupati;
 Penyusunan laporan hasil pengawasan;
 Pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten/kota; dan
 Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas
dan fungsinya.
3. Tugas
a. INSPEKTUR
Inspektorat mempunyai tugas membantu Bupati membina dan
mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah.
Dalam melaksanakan tugas pokok Inspektur mempunyai fungsi
:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi


pengawasan;

8
2. Pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
bupati;
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan;
5. Pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten/kota; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan
tugas dan fungsinya.
b. SEKRETARIS
Sekretaris mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan
teknis dan administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan
Inspektorat.
Dalam melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai
fungsi :
1. Pengoordinasian penyusunan rencana, program, anggaran, dan
pelaporan;
2. Pembinaan dan penyelenggaraan urusan umum dan kepegawian
meliputi: ketatausahaan, kepegawaian, penatausahaan aset dan
perlengkapan, kerja sama, hubungan masyarakat, dan kearsipan;
3. Penyusunan rencana strategis (renstra), rencana kerja (renja),
indikator kinerja utama (iku), perjanjian kinerja (pk), laporan
tahunan instansi, laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
(lppd) serta laporan kinerja (lkj);
4. Penginventarisasian dan pengoordinasian data serta penatausahaan
proses penanganan pengaduan masyarakat;
5. Pembinaan dan penyelenggaraan urusan keuangan meliputi:
perbendaharaan, akuntansi, verifikasi, dan tindak lanjut laporan
hasil pemeriksaan (lhp);
6. Pengoordinasian dan penyusunan peraturan perundang-undangan;

9
7. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
c. KEPALA SUBBAGIAN UMUM DAN KEUANGAN
Kepala Subbagian Umum dan Keuangan mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, ketatausahaan,
penatausahaan aset, kerja sama, kehumasan, dan ketatalaksanaan.
Dalam melaksanakan tugas pokok Kepala Subbagian
Perencanaan mempunyai fungsi :
1. Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan lingkup umum
dan keuangan;
2. Melakukan penyiapan bahan petunjuk teknis pengelolaan
administrasi surat menyurat, tata naskah dinas, penataan kearsipan
dan pengelolaan perlengkapan;
3. Melakukan penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup administrasi
kepegawaian yang meliputi kegiatan penyiapan bahan penyusunan
rencana mutasi, promosi, kepangkatan, cuti, disiplin,
pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai;
4. Melakukan penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup administrasi
keuangan yang meliputi kegiatan pengelolaan dan pengendalian
keuangan urusan perbendaharaan, akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan dinas;
5. Melakukan pengelolaan dan penyusunan laporan administrasi
kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, peraturan perundang-
undangan, tata laksana, dan hubungan masyarakat;
6. Melakukan pemeliharaan dan pengelolaan aset, pengelolaan
inventaris barang milik negara dan penyusunan laporan aset
inspektorat;
7. Melakukan penyiapan bahan koordinasi dengan unit kerja/instansi
terkait sesuai lingkup tugas; dan

10
8. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugasnya.
d. KEPALA SUBBAGIAN PERENCANAAN
Kepala Subbagian Perencanaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan perencanaan.
Dalam melaksanakan tugas pokok Kepala Subbagian
Perencanaan mempunyai fungsi :
1. Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Perencanaan;
2. Melakukan penghimpunan dan pengolahan usulan program kerja
dan kegiatan dari Sekretariat dan Inspektur Pembantu Wilayah;
3. Melakukan penghimpunan dan penyusunan anggaran Inspektorat;
4. Melakukan penyiapan bahan koordinasi rencana program kerja
pengawasan dan pembinaan;
5. Melakukan penyiapan bahan kebijakan dan petunjuk teknis
pengawasan dan pembinaan;
6. Melakukan penghimpunan bahan dan penyusunan Rencana
Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja (RENJA), Indikator Kinerja
Utama (IKU), Perjanjian Kinerja (PK), Laporan Tahunan Instansi,
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) serta
Laporan Kinerja (lkj);
7. Melakukan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan;
8. Melakukan pembuatan laporan bulanan dan tahunan; dan
9. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugasnya.
e. KEPALA SUBBAGIAN EVALUASI DAN PELAPORAN
Kepala Subbagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas
pokok melaksanakan urusan evaluasi dan pelaporan.
Dalam melaksanakan tugas pokok Kepala Subbagian Evaluasi
dan Pelaporan mempunyai fungsi :

11
1. Melakukan penyusunan rencana kerja Subbagian Evaluasi dan
Pelaporan;
2. Melakukan pelaksanaan verifikasi ganti rugi;
3. Melakukan inventarisasi hasil pengawasan dan tindak lanjut hasil
pengawasan;
4. Melakukan administrasi laporan hasil pengawasan;
5. Melakukan evaluasi hasil pengawasan;
6. Melakukan penyusunan statistik hasil pengawasan;
7. Melakukan fasilitasi tindak lanjut hasil pengawasan;
8. Melakukan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan;
9. Melakukan pembuatan laporan bulanan dan tahunan; dan
10. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
tugasnya.
f. INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH I
Inspektur Pembantu Wilayah I mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebahagian tugas Inspektur dibidang pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan tugas
pembantuan oleh perangkat daerah di wilayah kerjanya.
Sedangkan fungsi Inspektur Pembantu Wilayah I adalah :
1. Penyusunan program kerja pengawasan pada wilayah kerja;
2. Pengelolaan tugas dan fungsi, keuangan, barang, kepegawaian
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah;
3. Pelaksanaan reviu rencana kerja anggaran, laporan keuangan dan
laporan kinerja instansi pemerintah;
4. Pemeriksaan internal kinerja dan keuangan, penyelenggaraan
pemerintah desa, dana desa, alokasi dana desa, pengaduan
masyarakat, pemeriksaan terpadu, hibah/bantuan sosial,
pemeriksaan dengan tujuan tertentu dan dana tugas pembantuan;

12
5. Pengawalan dan pengawasan pelaksanaan reformasi birokrasi
dalam rangka percepatan menuju good governance, clean
goverment dan pelayanan publik;
6. Penyusunan peraturan perundangan – undangan dan
pedoman/standar di bidang pengawasan;
7. Pengoordinasian program pengawasan;
8. Pendampingan, asistensi dan fasilitasi bidang pengawasan;
9. Pelaksanaan evaluasi sistem pengendalian internal; dan
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
tugas dan fungsinya.
g. INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH II
Inspektur Pembantu Wilayah II mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebahagian tugas Inspektur dibidang pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan tugas
pembantuan oleh perangkat daerah di wilayah kerjanya.
Sedangkan fungsi Inspektur Pembantu Wilayah IIadalah :
1. Penyusunan program kerja pengawasan pada wilayah kerja;
2. Pengelolaan tugas dan fungsi, keuangan, barang, kepegawaian
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah;
3. Pelaksanaan reviu rencana kerja anggaran, laporan keuangan dan
laporan kinerja instansi pemerintah;
4. Pemeriksaan internal kinerja dan keuangan, penyelenggaraan
pemerintah desa, dana desa, alokasi dana desa, pengaduan
masyarakat, pemeriksaan terpadu, hibah/bantuan sosial,
pemeriksaan dengan tujuan tertentu dan dana tugas pembantuan;
5. Pengawalan dan pengawasan pelaksanaan reformasi birokrasi
dalam rangka percepatan menuju good governance, clean
goverment dan pelayanan publik;
6. Penyusunan peraturan perundangan – undangan dan
pedoman/standar di bidang pengawasan;

13
7. Pengoordinasian program pengawasan;
8. Pendampingan, asistensi dan fasilitasi bidang pengawasan;
9. Pelaksanaan evaluasi sistem pengendalian internal; dan
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
tugas dan fungsinya.
h. INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH III
Inspektur Pembantu Wilayah III mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebahagian tugas Inspektur dibidang pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan tugas
pembantuan oleh perangkat daerah di wilayah kerjanya.
Sedangkan fungsi Inspektur Pembantu Wilayah IIIadalah :
1. Penyusunan program kerja pengawasan pada wilayah kerja;
2. Pengelolaan tugas dan fungsi, keuangan, barang, kepegawaian
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah;
3. Pelaksanaan reviu rencana kerja anggaran, laporan keuangan dan
laporan kinerja instansi pemerintah;
4. Pemeriksaan internal kinerja dan keuangan, penyelenggaraan
pemerintah desa, dana desa, alokasi dana desa, pengaduan
masyarakat, pemeriksaan terpadu, hibah/bantuan sosial,
pemeriksaan dengan tujuan tertentu dan dana tugas pembantuan;
5. Pengawalan dan pengawasan pelaksanaan reformasi birokrasi
dalam rangka percepatan menuju good governance, clean
goverment dan pelayanan publik;
6. Penyusunan peraturan perundangan – undangan dan
pedoman/standar di bidang pengawasan;
7. Pengoordinasian program pengawasan;
8. Pendampingan, asistensi dan fasilitasi bidang pengawasan;
9. Pelaksanaan evaluasi sistem pengendalian internal; dan
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
tugas dan fungsinya.

14
i. INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH IV
Inspektur Pembantu Wilayah IV mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebahagian tugas Inspektur dibidang pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan tugas
pembantuan oleh perangkat daerah di wilayah kerjanya.
Sedangkan fungsi Inspektur Pembantu Wilayah IVadalah :
1. Penyusunan program kerja pengawasan pada wilayah kerja;
2. Pengelolaan tugas dan fungsi, keuangan, barang, kepegawaian
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah;
3. Pelaksanaan reviu rencana kerja anggaran, laporan keuangan dan
laporan kinerja instansi pemerintah;
4. Pemeriksaan internal kinerja dan keuangan, penyelenggaraan
pemerintah desa, dana desa, alokasi dana desa, pengaduan
masyarakat, pemeriksaan terpadu, hibah/bantuan sosial,
pemeriksaan dengan tujuan tertentu dan dana tugas pembantuan;
5. Pengawalan dan pengawasan pelaksanaan reformasi birokrasi
dalam rangka percepatan menuju good governance, clean
goverment dan pelayanan publik;
6. Penyusunan peraturan perundangan – undangan dan
pedoman/standar di bidang pengawasan;
7. Pengoordinasian program pengawasan;
8. Pendampingan, asistensi dan fasilitasi bidang pengawasan;
9. Pelaksanaan evaluasi sistem pengendalian internal; dan
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
tugas dan fungsinya.
j. JABATAN FUNGSIONAL
a) JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR
Kelompok  Jabatan  Fungsional   Auditor mempunyai 
tugas  Melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan Teknis
Urusan Pemerintah di Daerah.

15
Dalam melaksanakan tugas pokok Jabatan Fungsional
Auditor mempunyai fungsi :
1. Melakukan reviu Laporan Keuangan;
2. Melakukan evaluasi Sistem Pengendalian Internal;
3. Melakukan koordinasi pemeriksaan terpadu;
4. Melakukan koordinasi penyusunan peraturan perundang-
undangan bidang pengawasan;
5. Melakukan koordinasi penyusunan pedoman/standar di
bidang pengawasan;
6. Melakukan koordinasi program pengawasan;
7. Melakukan pendampingan, asistensi, dan fasilitasi di
bidang pengawasan; dan
8. Melakukan penyusunan Laporan atas hasil Pemeriksaan.
b) JABATANFUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL
PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN DI DAERAH (P2UPD)
Kelompok Jabatan Fungsional  Jabatan Fungsional
Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah
(P2UPD) mempunyai  tugas  melaksanakan Pengawasan
Penyelenggaraan Teknis Urusan di Daerah di luar Pengawasan
Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas pokok Jabatan Fungsional
Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah (P2UPD) mempunyai fungsi :
1. Melakukan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan desa;
2. Melakukan reviu rencana kerja anggaran;
3. Melakukantindaklanjut pengaduan masyarakat dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu;
4. Melakukan reviu laporan kinerja instansi pemerintah;

16
5. Melakukan pengawasan dan pembinaan atas perda dan
peraturan kepala daerah;
6. Melakukan pelaksanaan reformasi birokrasi;
7. Melakukanpengawasan dan pembinaan pelaksanaan tugas
pembantuan dan alokasi dana desa;
8. Melakukan pengawasan dalam rangka percepatan
menuju good governance, clean government dan pelayanan
publik;
9. Melakukan koordinasi pemeriksaan terpadu;
10. Melakukan koordinasi penyusunan peraturan perundang-
undangan bidang pengawasan;
11. Melakukan koordinasi penyusunan pedoman/standar di
bidang pengawasan;
12. Melakukan koordinasi program pengawasan; dan
13. Melakukan evaluasi penyelenggaraan teknis pemerintahan
di daerah.
 

1.

17
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Menurut peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor
M.HH-02.PW.02.03 tahun 2011 tentang penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah di lingkungan kementerian hukum dan hak
asasi manusia. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya
disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan
secara menyeluruh terhadap proses perancangan dan pelaksanaan kebijakan,
serta perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Admin LP Narkotik Cirebon.”Sekilas SPIP”

http://lpnarkotika-
cirebon.kemenkumham.go.id/berita-utama/sekilas-spip-sistem-pengendalian-
internalpemerintah#:~:text=Sistem%20Pengendalian%20Intern%20Pemerinta
h%2C%20yang,Hukum%20dan%20Hak%20Asasi%20Manusia.(Diakses
pada 7 Maret 2021)

ITJEN KEMKES.2017.” Implementasi Pengendalian Intern di Lingkungan


Kementerian KesehatanRI”

https://itjen.kemkes.go.id/berita
/detail/implementasi_pengendalian_intern_di_lingkungan_kementerian_keseh
atan_ri#:~:text=SPIP%20bertujuan%20untuk%20memberikan%20keyakinan,
ketaatan%20terhadap%20peraturan%20perundang%2Dundangan.(Diakses
pada 7 Maret 2021)

BPKP.2020.” Bimtek Penyelenggaran SPIP Pengadaan Barang/Jasa dengan


Inspektorat Kota Banjarbaru”.http://www.bpkp.go.id/berita/
readunit/29/25826/20/Bimtek-Penyelenggaran-SPIP-Pengadaan-BarangJasa-
dengan-Inspektorat-Kota-Banjarbaru(Diakses pada tanggal 7 Maret 2021)
https://inspektorat.tanjabbarkab.go.id/tugas-pokok-dan-fungsi/

19

Anda mungkin juga menyukai