Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

“Penanganan Korban Di RS Lapangan”

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Putri Kurnia Sari 1814301005
2. Inda Maharani 1814301014
3. Kholisatul Muawanah 1814301025
4. M. Agung Prasetia 1814301027
5. Susi Susanti 1814303036

Dosen Pengampu : Ns. Ririn Handayani, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas
tentang Penanganan Korban Di RS Lapangan.

Terima kasih kami ucapkan kepada pembimbing akademik yaitu ibu Ns.
Ririn Handayani, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB atas bimbingan yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini
merupakan hasil pembelajaran kami. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan
dapat dijadikan pembelajaran bagi teman-teman.

Bandar Lampung, 15 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................
.............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
.............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................
.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
.................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 Persiapan pendirian rumah sakit lapangan .............................................................
.................................................................................................................................6
2.2 Pendirian rumah sakit lapangan .............................................................................
.................................................................................................................................11
2.3 Penyimpangan dan pemeliharan ............................................................................
.................................................................................................................................15
2.4 prosedur manajamen bencana.................................................................................
.................................................................................................................................17
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
.................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sebagian
wilayah di permukaan bumi berada pada letak geografis yang berpotensi
terhadap bencana seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, sampai
angin topan yang terjadi pada berbagai tempat di dunia. Selain karena
aktivitas alami bumi bencana bisa terjadi akibat aktivitas manusia yang
menimbulkan banyak kerugian materi dan korban jiwa.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan
khususnya bagi kasus-kasus emergensi, sebaiknya lebih siap dalam
menghadapi dampak bencana baik bencana di dalam atau di luar rumah
sakit. Kesiapan rumah sakit dalam keadaan bencana dituntut harus mampu
mengelola pelayanan sehari-hari, pelayanan korban akibat bencana, serta
aktif membantu dalam penyelamatan nyawa korban bencana. Peran rumah

4
sakit sebagai ujung tombak pelayanan medik harus aktif di saat bencana,
yang juga merupakan mata rantai dari Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT). Mulai dari pra rumah sakit, di rumah sakit,
rujukan intra rumah sakit sampai dengan rujukan antar rumah sakit.
Kesiapan dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) dapat mempersingkat waktu tanggap dan penanganan pasien
gawat dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan sesuai standar.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, terkesan bahwa rumah sakit
seringkali tidak menunjukkan kesiapan yang memadai dalam menghadapi
bencana. Ketidaksiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana karena
belum adanya petunjuk baku dalam menangani masalah yang terjadi
akibat bencana. Oleh karena itu, setiap rumah sakit harus memiliki
Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah Sakit (Hospital
Disaster Plan) sebagai akselerasi dan dorongan yang kuat bagi rumah sakit
untuk meningkatkan kesiapan menghadapi bencana dalam suatu kerangka
dan persepsi yang baku.
B. Rumusan Masalah
1. apa persiapan pendirian rumah sakit lapangan?
2. Bagaiaman pendirian rumah sakit lapangan?
3. Apa saja pemeliharaan dan penyimpangan?
4. Bagaimana prosedur manajamen bencana?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan pendirian rumah sakit lapangan


A. Pengiriman Tim Aju
Sebelum menggerakkan RS lapangan kita perlu mengirimkan tim aju yang
mempunyai pengalaman dan kemampuan dalam pengelolaan RS lapangan.
Jumlah tim aju yang dikirim minimal 3 (tiga) orang terdiri dari tenaga
teknis yang mempunyai pengalaman dalam membangun RS lapangan,
tenaga medis dan sanitarian. Tim aju bertugas untuk melakukan penilaian
mengenai lokasi pendirian tenda dan peralatannya. Penilaian oleh tim aju
tersebut penting untuk memastikan bahwa RS lapangan yang akan
didirikan memang didasarkan pada kebutuhan, berada di tempat yang
aman, memiliki akses yang mudah dijangkau, dan sumber air dan listrik
yang masih dimiliki paska terjadinya bencana. Oleh karena itu tim aju
perlu melakukan koordinasi dengan sumber daya setempat dalam
merencanakan pendirian dan operasional RS lapangan mutlak diperlukan.
Sumber daya setempat harus diinformasikan mengenai kemungkinan
didirikannya RS lapangan, alasan pendiriannya, lokasi, dan terbukanya
akses rujukan bagi setiap korban selama masa operasional rumah sakit.

6
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian untuk
pendirian RS lapangan di lokasi bencana, antara lain:
1. Keamanan. Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah
yang aman dari bencana susulan, misalnya, tidak berpotensi terkena
gempa susulan atau banjir susulan. Jika bencana berkaitan dengan
konflik maka lokasi RS lapangan harus berada di wilayah yang netral
dan mendapat jaminan keamanan dari kedua pihak yang bertikai.
2. Akses. Dalam penetapan lokasi pendirian RS lapangan, kita harus
memperhitungkan kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga
untuk mobilisasi logistik.
3. Infrastruktur. Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan aman
dipergunakan sebagai bagian dari RS lapangan. Jika tidak, apakah ada
lahan dengan permukaan datar dan keras yang dapat digunakan untuk
pendirian RS lapangan. Apakah tersedia prasarana seperti sumber air
bersih dan listrik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan operasional
RS lapangan. Selain itu, perlu pula dipertimbangkan ketersediaan
bahan bakar untuk menghidupkan genset dan kebutuhan operasional
lain.
4. Sistem komunikasi. Apakah tersedia sistem komunikasi di lokasi
pendirian RS lapangan atau apakah diperlukan sistem komunikasi yang
independen bagi RS lapangan. Faktor komunikasi memegang peranan
penting baik untuk keperluan internal rumah sakit maupun untuk
hubungan eksternal terkait dengan pelaporan, koordinasi dan
mobilisasi tenaga dan logistik, dsb. Semua penilaian tersebut
dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan hasil
yang tepat sehingga mobilisasi RS lapangan dan sumber dayanya dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
B. Persiapan sumber daya
Pendirian RS lapangan memerlukan dukungan dari berbagai aspek dengan
kata lain sumber daya. Sumber daya (y.i., tenaga kesehatan dan non-
kesehatan, sarana, prasarana, dan peralatan) yang diperlukan di dalam

7
pendirian RS lapangan dilakukan oleh daerah yang akan mengirimkan tim
RS Lapangan.
1. Tenaga medis dan non medis
Pendirian RS lapangan memerlukan tenaga yang sudah terlatih dalam
hal operasionalisasi RS lapangan, yang terdiri dari tenaga medis dan
non-medis yang akan menjadi tim inti RS lapangan. Tim inti harus
dipersiapkan sejak awal dan terdiri dari unsur manajerial, klinisi,
keperawatan, penunjang medis, sarana, dan prasarana, biasanya
merupakan tim yang melekat pada sistem RS atau dibentuk oleh suatu
institusi atau badan dengan melibatkan berbagai unsur. Tenaga medis
RS lapangan dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
memang menjadi tujuan pendirian RS lapangan.
Contoh tenaga medis yang terlibat, antara lain:
 dokter umum
 dokter spesialis bedah
 dokter spesialis bedah tulang
 dokter anestesi
 dokter penyakit dalam
 dokter spesialis kandungan
 dokter spesialis anak
 dokter spesialis jiwa
 perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah, intensif, rawat
bedah)
 perawat anestesi
 perawat umum
 radiografer
 tenaga analisis laboratorium
 apoteker dan asisten apoteker
 ahli gizi/dietisien
 tenaga rekam medis

8
 tenaga elektro medik, dan
 tenaga sanitarian.
Selain tenaga medis, tenaga non-medis juga diperlukan untuk
mendukung kelancaran operasionalisasi RS lapangan.
Kebersihan maupun perawatan tenda dan perlengkapan RS
lapangan demikian pula dengan kesehatan dan kesejahteraan
anggota tim RS lapangan maupun penduduk yang berobat
menjadi tugas mereka. Tenaga non-medis yang terlibat, antara
lain:
 pengemudi /supir
 juru masak
 tenaga administrasi
 tenaga laundry
 tenaga teknisi listrik dan mesin
 tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang,
kebersihan, dll.)
 tenaga keamanan.
Untuk mempersiapkan anggota tim RS lapangan baik
tenaga medis maupun non-medis, berikut hal-hal yang
perlu diperhatikan:
 Tenaga yang dimobilisasi bersifat situasional
bergantung pada bencana yang terjadi.
 Tenaga lokal dapat disiapkan untuk mendukung tim inti
yang bertugas.
 Masa tugas ≤14 hari dan berkesinambungan dengan tim
pengganti yang akan bertugas setelah serah terima
dengan tim sebelumnya.
 Penyediaan tenaga dilaksanakan secara bertahap dan
disesuaikan dengan jenis pelayanan dan waktu yang
disediakan.

9
2. Obat dan perbekalan kesehatan
Pada prinsipnya pelayanan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan)
kepada pasien di RS lapangan hampir sama dengan pelayanan pada
pasien di rumah sakit biasa karena kondisi darurat sistem
pelayanannya dibuat lebih sederhana. Kriteria jenis obat yang
disediakan di RS lapangan adalah obat untuk penyelamat jiwa
(pertolongan pertama atau kondisi emergensi).
3. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Buku Peta Bencana di
Indonesia beberapa jenis penyakit dan kelainan yang sering ditemukan
pada keadaan bencana dan di tempat pengungsian, antara lain:
 diare
 ISPA
 Campak
 tifoid
 Stres
 hipertensi
 penyakit mata
 asma
 kurang gizi
 penyakit kulit
 DBD
 Tetanus
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan
untuk melakukan perhitungan kebutuhan obat dalam situasi
bencana, yaitu:
 Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana
banjir, bencana gunung meletus, bencana kebakaran
hutan, bencana kebakaran, bencana akibat konflik
(huruhara). Berdasarkan data tersebut, kita dapat
melakukan perhitungan yang relatif sesuai dengan

10
kebutuhan selain jenis obat yang disediakan juga dapat
mendekati kebutuhan nyata.
 Mendata jumlah pengungsi, berikut usia dan jenis
kelaminnya.
 Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam
hal ini sebaiknya merujuk pada Pedoman Pengobatan
yang diterbitkan oleh Depkes.
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat
membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan pada saat
kejadian bencana, jenis obat dan perbekalan kesehatan
harus sesuai dengan jenis penyakit dan pedoman
pengobatan yang berlaku. (DOEN, Formularium
Rumah Sakit, Standar terapi rumah sakit.)
4. Alat Medis, Alat Penunjang Medis, dan Alat Non-Medis
Perlengkapan RS lapangan harus memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, kemanfaatan, dan layak
pakai. Perlengkapan tersebut dapat mencakup alat medis, penunjang
medis, dan alat non-medis.
C. Mobilisasi sumber daya
Uraian di bawah ini melingkup penjelasan mengenai mekanisme
mobilisasi sumber daya RS lapangan yang mencakup tenaga medis dan
nonmedis, peralatan medis dan nonmedis, obat dan bahan habis pakai,
serta mekanisme mobilisasi untuk prasarana.
D. Prasarana adalah seluruh benda maupun jaringan atau instalasi yang
membuat suatu sarana yang ada dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Beberapa contoh prasarana dalam RS lapangan, antara lain:
instalasi air bersih, dimulai dari sumber air yang diolah
 melalui alat penjernih air (water purifier) dengan keluaran berupa
air bersih. instalasi listrik, dimulai dari genset RS lapangan
melalui

11
 jaringan instalasi listrik dan keluar sebagai arus listrik yang
digunakan pada stop kontak dan lampu penerangan. Instalasi
pengkondisian udara, dimulai dari udara yang
 masuk melalui modul pendingin kemudian disalurkan ke dalam
tenda-tenda RS lapangan berupa udara dingin atau panas.

2.2 Pendirian rumah sakit lapangan


A. Pendiriaan tenda rumah sakit lapangan
Pendirian Rumah Sakit Lapangan (RS lapangan) di daerah bencana
dapat dilakukan dengan memperhatikan sarana dan fasilitas pendukung
yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung operasionalisasi RS
lapangan seperti bangunan, listrik, air, dan MCK atau dengan
mendirikan tenda di ruang terbuka. Tahapan dalam pendirian RS
lapangan, antara lain:
a. Menetapkan tata letak (site plan) RS lapangan berdasarkan
prioritas.
b. Menyiapkan lokasi atau lahan untuk pendirian tenda serta sarana
dan fasilitas pendukung yang akan digunakan.
c. Mempersiapkan sistem drainase untuk menghindari genangan air.
d. Membersihkan permukaan lokasi pendirian tenda dari benda tajam
yang dapat merusak tenda, dan apabila permukaan tanah tidak
datar harus diratakan dahulu.
e. Menyiapkan pembatas (pagar) sebagai pengaman dan menetapkan
satu pintu masuk dan satu pintu keluar untuk membatasi keluar
masuk orang yang tidak berkepentingan.
f. Mendirikan tenda berikut secara berurutan sesuai prioritas.
B. Penyedian prasana rumah sakit lapangan
a. Alat kesehatan
Tata laksana penggunaan alat kesehatan, antara lain:
 Alkes ditempatkan di dalam tenda sesuai dengan jenis
pelayanan yang akan dilaksanakan.

12
 Semua alkes dirakit, dipasang, dan diuji-fungsikan untuk
memastikan kelayakannya.
 Pencatatan dilakukan terhadap semua alat kesehatan yang
telah ditempatkan di semua tenda maupun perpindahan alat
tersebut.
C. Prasarana Radio Komunikasi Perlengkapan dan peralatan radio
komunikasi terdiri dari:
 Perangkat Rig, HT, baterei, power supply.
 Antena, dilengkapi penangkal petir sederhana.
 Perangkat Rig dan HT setidaknya dual band (VHF dan UHF).
 Sebaiknya dipilih perangkat yang tahan cuaca (weatherproof).
D. Pembangkit Daya Listrik (Generator Set) Persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk pembangkit listrik atau generator set (genset),
antara lain:
 Penempatannya jauh dari tenda pelayanan.
 Dilengkapi dengan unit jaringan listrik (panel, kabel,
stopkontak, saklar), dan grounding (sistem pembumian) pada
titik-titik tertentu.
E. Prasarana Penerangan Persyaratan untuk prasarana penerangan, antara
lain:
 Pencahayaan memadai.
 Lampu penerangan selain ditempatkan di dalam tenda
pelayanan juga tersedia di area RS lapangan.
F. Prasarana Air Bersih Persyaratan untuk prasarana air bersih, antara
lain:
 Letak sumber air bersih berdekatan dengan lokasi pendirian
RS lapangan dan terhindar dari pencemaran.
 Penyediaan air bersih dapat memanfaatkan pasokan air dari
PDAM, jika tidak memungkinkan dapat memanfaatkan

13
sumber air bersih yang ada, misalnya, air sumur, air sungai,
dsb.
 Untuk keperluan bedah, bila memungkinkan, air yang telah
diolah dapat disaring kembali dengan catridge filter dan
didesinfeksi dengan menggunakan ultra violet (UV).
 Kebutuhan air minimal 100 liter/pasien/hari (ICRC).
 Sanitarian atau penanggung jawab yang ditunjuk melakukan
pemeriksaan kualitas air secara berkala untuk mengukur kadar
sisa klor (bila menggunakan desinfektan kaporit), pH, dan
kekeruhan pada titik/tempat yang dicurigai rawan kontaminasi.
 Apabila dalam pemeriksaan kualitas air, hasilnya tidak
memenuhi syarat dan terdapat parameter yang menyimpang,
maka harus dilakukan pengolahan.
G. Prasarana Pembuangan Limbah Persyaratan umum untuk prasarana
pembuangan limbah, antara lain:
 Terbuat dari plastik hitam untuk limbah padat rumah
tangga/domestik dan dibuang ke TPA atau dibakar.
 Tempat sampah berpenutup disediakan di sisi luar setiap tenda.
 Tempat Pembuangan limbah dengan menggali lubang,
dianjurkan sedalam 1-2 meter dan tidak mencemari lingkungan,
dan jarak dari sumber air 15 meter.
H. Prasarana Laundry dan Sterilisasi
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk prasarana laundry dan
sterilisasi, antara lain:
 Tersedia sumber air bersih untuk pencucian.
 Mesin pencuci harus disiapkan 2 (dua) unit yaitu untuk linen
infeksius dan linen non-infeksius. Mesin pencuci untuk linen
infeksius tidak boleh digunakan untuk linen noninfeksius dan
sebaliknya.

14
 Tersedia cairan desinfektan dan bak perendam untuk
dekontaminasi linen infeksius.
 Penggunaan detergen dan disinfektan yang ramah lingkungan.
 Dibuat saluran pembuangan limbah pencucian.
 Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung
I. rasarana Pelayanan Gizi (Dapur Umum)
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk prasarana pelayanan gizi (dapur
umum), antara lain:
 Dilengkapi peralatan pengkondisian udara dan sistem
pencahayaan.
 Dilengkapi dengan peralatan masak besar, peralatan masak
kecil, peralatan makan dan khusus untuk pembuatan formula
dan makanan bayi, peralatan kebersihan, alat pencuci dan
refrigerator.

J. Prasarana Toilet dan Kamar Mandi


Persyaratan yang perlu diperhatikan untuk prasarana toilet dan kamar
mandi, antara lain:
 Lokasinya tidak berdekatan langsung dengan dapur, kamar
operasi, dan ruang khusus lainnya; pisahkan toilet pasien dari
toilet personel.
 Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk.
 Bak dan jamban dipasang dengan baik dan dilengkapi dengan
sistem saluran pembuangan.
 Bila dilengkapi shower, sistemnya harus dilengkapi dengan
kran.
 Bak penampung air harus mudah dikuras. 6. Dilengkapi
dengan sistem pencahayaan.

15
 Memiliki sistem ventilasi pembuangan udara yang
berhubungan langsung dengan udara luar.

2.3 Penyimpanan dan pemeliharaan rumah sakit


A. Penyimpanan
Rumah Sakit Lapangan (RS lapangan) untuk bencana dilengkapi dengan
berbagai jenis perlengkapan dan peralatan. Agar peralatan tersebut dapat
berfungsi dengan baik, di dalam penyimpanannya perlu diperhatikan hal-
hal berikut ini.
1. Semua barang/peralatan RS lapangan harus disimpan di tempat yang
aman sesuai dengan petunjuk penyimpanan barang yang dikeluarkan
oleh pabrikan.
2. Suhu ruangan yang sesuai dengan kondisi barang.
3. Tempat penyimpanan tidak boleh lembab
4. Barang tidak diletakkan langsung di atas lantai.
5. Penyimpanan barang sesuai dengan klasifikasi barang untuk
memudahkan keluar masuk barang dan pengecekan barang.
6. Tempat penyimpanan barang bebas dari hewan pengganggu.
B. Pemeliharaan
Pemeliharaan Peralatan Rumah Sakit Lapangan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pemeliharaan perlengkapan/peralatan selama operasionaliasi
dan selama penyimpanan.
Pemeliharaan Peralatan selama Operasionalisasi Di bawah ini beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk pemeliharaan
perlengkapan/peralatan RS Lapangan selama operasionalisasi.
1. Tenda
2. Laboratorium
3. Kitchen set
4. Alat kesehatan
5. Transportasi

16
6. Alat penerangan
7. Alat pembangkit listrik
C. Pemeliharaan sarana prasarana penunjang
Di bawah ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan pemeliharan sarana/prasarana penunjang lain RS
lapangan.
A. Toilet dan Kamar Mandi
Hal-hal yang diperhatikan dalam pemeliharaan toilet dan kamar
mandi, antara lain:
1. Dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
2. Menggunakan desinfektan dan pengharum ruangan.
3. Membersihkan toilet dan kamar mandi setiap hari.
B. Air Conditioning (AC)
Hal-hal yang diperhatikan dalam pemeliharaan air conditioning
(AC), antara lain:
1. Pengecekan temperatur AC secara rutin.
2. Pengecekan dan pembersihan filter udara secara rutin.
3. Pengecekan filter udara khusus ruang OK.
4. . Pengecekan kebocoran slang AC.
5. Pengisian freon AC bila diperlukan.
C. Tabung Gas Medis
Hal-hal yang diperhatikan dalam pemeliharan tabung gas medis,
antara lain:
1. Pengecekan ketersediaan gas medis setiap hari.
2. Pengecekan label tabung gas sesuai dengan ketentuan.
3. Pengecekan ketersediaan masker dan slang tabung gas medis.

2.4 Panduan Menghadapi Bencana


Tujuan manajemen bencana pada dasarnya adalah berupaya untuk
menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan cara mengurangi

17
kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan. Terdapat
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selamabencana
terjadi, dan setelah bencana.

A. PENERIMAAN INFORMASI BENCANA

Merupakan prosedur penerimaan informasi bencana baik internal dan


eksternal bagi petugas informasi rumah sakit.

Tujuan prosedur ini:


1. Menyelamatkan pasien dan keluarga penunggu pasien dengan Early
Warning Sistem (Peringatan Dini)
2. Melakukan penyebaran informasi bencana

Prosedur penerimaan
informasi bencana:

1. Angkat telepon untuk menerima informasiBencana

2. Terima informasi Kode kegawatdarurata, Lokasi Kejadian, Nama Pelapor,


Jumlahkorban bilaada

3. Catat kejadian dalam buku secaracepat

4. Sebarkan informasi bencana dengan KODE KEGAWATDARURATAN


dan lokasi kejadian dengan lihat audio sentral
5. Minta bantuan petugas lain untuk menelepon Tim HDP, TIM
PEMADAM KEBAKARAN 113, TIM SAR

B. EVAKUASI KORBAN BENCANA(MEMINDAH DAN MENGANGKAT


PENDERITA / KORBAN)
Tujuan kegiatan ini adalah : Memindahkan korban/ penderita bencana dari
lokasi bencana ke tempat yang lebih aman dan mengusahakan penderita
/korban yang masih bernyawa untuk diselamatkan
Prosedur evakuasi bencana
1. Mengevakuasi pasien yang terkena bencana ke titik kumpul

18
2. Proses evakuasi dilakukan melalui tangga darurat danram
3. Untuk gedung bertingkat yang tidak memiliki ram, pasien yang dengan
kondisi tidak bias berjalan dievakuasi dengan di gendong atau diusung
dengan selimut,tandu atau kursi dengan memperhatikan kondisi
penyakit/traumapasien
4. Petugas evakuasi membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta
membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolonganpertama
5. Petugas menilai situasi dan kondisi pasien /korban
6. Petugas menentukan korban termasuk yang segera di evakuasi atau yang
bisa ditunda
7. Pasien/korban yang termasuk kategori SEGERA di evakuasi harus
memperhatikan prinsipABC
8. Korban yang dengan kategori tidak segaera di evakuasi setelah yang
kategori SEGERA dievakuasi
9. Korban di pindahkan ke lokasi aman atau rumah sakit lapangan atauIGD
10. Komunikasikan rencana dan tehnik mengangkat dan mengangkut dengan
rekan atautim
11. Pada saat mengangkat pasien / korban perhatikan beberapa peraturan
untuk mencegah cedera. Antara lain:
a. Posisi kaki menapak dengan baik dan kokoh dan sepanjang
lebarbahu

b. Saat mengangkat gunakan tumpuan pada kaki bukanpunggung

c. Saat mengangkat hindari gerakan memutar yang bisa


menimbulkan cedera, Jaga punggung dalam posisi lurus
d. Hindari memutar ketikamenjangkau

e. Hindari menjangkau lebih dari 15 – 20 inchi di depananda

f. Saat memindahkan korban melewati tangga, jika


memungkinkan dengan gunakan kursi daripada tandu
12. Pada saat mendorong atau menarik
penderita perlu diperhatikan:

19
a. Lebih baik mendorong daripada
menarik jikamemungkinkan

b.Punggung selalu tetap lurus /terkunci

c. Jaga beban dekat dengan tubuhanda

d.Jika beban berada di bawah pinggang, dorong atau tarik dengan


posisiberlutut

e. Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala

C. Pembentukan tim RHA (rapid health assesment)

Adalah Tim yang bertugas untuk menilai di lokasi bencana atau tempat
kejadian untuk menentukan tingkat keparahan dan bantuan yang di
perlukan

Prosedur kegiatan Rapid Health Assesment :

a. Menilai lokasi bencana/ musibahmissal

b. Menentukan tingkat keparahanbencana

c. Menilai prakiraan jumlah korban dan bantuan yangdiperlukan

d. Petugas TIM RHA dating di lokasikejadian/bencana

e. TIM RHA melapor ke komando bencana setempat untuk mendapat ijin


memasukilokasi

f. Petugas RHA menentukan skala bencana, luas wilayah,jumlah korban,


jenis penyakit, sarana dan prasarana yang tersisa, sisa SDM yang
masih ada, akses jalan menuju lokasibencana
g. Tim RHA menyampaikan hasil survey awal ke Rumah Sakit untuk
pengambilankeputusan

h. Petugas RHA menilai tingkat kegawatan korban, untuk pasien yang luka

20
ringan di beri pertolongan pertama.
i. Korban luka sedang di bawa ke Rumah Sakitlapangan

j. Korban luka berat segera dievakuasi ke Rumah Sakit Rujukan wilayah


terdekat

D. Dekontaminasi korban bencana

Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan,


sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Proses yang
membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh staf sebelum
dibersihkan (umpannya menginaktivikasi HBV, HBC dan HIV) dan
mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi.
Prosedur Dekontaminasi :

a. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan


dekontaminasi, pastikan korban dalam keadaan stabil atau telah
dilakukan stabilisasi fungsivitalnya.
b. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80%kontaminan)
c. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dengan 6
galon air (66 ltr/4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches2 (66
mm2)per-orang.
d. Lakukan dengan cepat pencucian / penyinaran seluruh tubuhkorban.
e. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5%
Sodium hypochlorite (HTH chlorine) efektif untuk kontaminan
biologi ataukimia.
f. Untuk kontaminan biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit untuk
korbanmasal).
g. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki
(head totoe).
h. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan

21
bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujungkaki.
i. Keringkan tubuh pasien dan ganti/berikan pakaian kering danbersih.
j. Korban dimasukkan ke ruang IGD / IRD sesuai kriteria triage (dapat
dilakukan triage ulang walaupun sudah dilakukan triage dilapangan.
k. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat daruratan
korbanbencana.
l. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan rumah
sakit. Catatan:
 Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera
lakukandekontaminasi.
 Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas
pindahkan dari area tindakan, pakaian dibuka dan observasi
(medicalevaluation).
 Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis, berikan
prioritas dekontaminasi.
E. Permintaan bantuan/tenaga
Tenaga yang dimaksud adalah orang atau petugas baik medis ataupun non
medis yang membantu dalam melakukan pertolongan pada para korban
bencana.
Kebijakan :
1. Pengiriman tenaga dokter BSB ke tempat kejadian sebagai tim
reaksi cepat yangmelakukan

RHA (Rapid Health Assesment) sekaligus melakukan triase


lapangan.

2. Melakukan pemindahan pasien dan keluarga pasien di dalam area


rumah sakit atau melakukan rujukan ke luar rumah sakit lain pada
pasien yang mengalami penurunan kondisi yang tidak dapat
dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto karena
alasan ketiadaan atau kekurangan tempat (contoh : butuhICU).

(Peraturan Direktur Nomor: 445/01178.a/I/2015 Tentang

22
Pelayanan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo)

Prosedur :

1. Dokter jaga IGD sebagai leader saat terjadi bencana


menghubungi tim siaga bencana yang saat itu sedang tidak
jaga/tidak berada ditempat.
2. Dokter jaga IGD beserta tim siaga bencana memprediksi
tingkat kegawatan dan jumlahkorban.
3. Meminta bantuan tenaga yang sedang tidak jaga di rumah
sakit dengan menghubungi tiap perorangan lewattelephon.
4. Apabila tenaga internal rumah sakit tidak mencukupi / tidak
sebanding dengan jumlah korban yang terlalu banyak, maka
pihak rumah sakit segera meminta bantuan tenaga dari luar
rumah sakit. Segera koordinasikan kebutuhan tersebut kepada
Komandan Siaga Bencana serta pihak luar yang
dimintaiperbantuan.
5. Setelah tenaga bantuan telah datang di RS, maka dokter jaga
sebagai leader menginformasikan seluruh informasi baik
tingkat kegawatan dan jumlah korban kepada tim tersebut dan
memberikan instruksi langkah-langkah yang harusdilakukan.
F. Pemberian terapi bagi korban bencana

Terapi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis kepada
korban/penderita sesuai dengan kondisi/keadaan penderita tersebut.

Prosedur Penanganan Medis.


1. Penanganan korban di RS meliputi tindakan resusitasi sampai
dengan tindakandefinitif.

2. Sistim pelimpahan wewenang berlaku dengan pengawasan dan


tanggung jawab Tim PenanggulanganBencana.
3. Perkiraan jumlah korban yang akan dirawat adalah berdasarkan

23
pada jumlah korban yang pernah dirawat pada bencana terdahulu,
atau berdasar pada skenario terburuk, dan dengan
mempertimbangkan jumlah korban berdasarkan intensitas
perawatan yang diperlukan.
4. Tehnis penanganan korban dilakukan sesuai dengan Standar
Pelayanan Medis yang dibuat oleh Staf Medik Fungsional(SMF).
G. Prosedur penangan jenazah korban bencana

Tujuan : Agar penanganan jenazah korban bencana dapat


teridentifikasi dengan benar Prosedur :
1. Pasien DOA diberi label. Bagian label yang berisi nomor kode
pasien (atau lampirkan identitas pasien) diserahkan pada Pos
Komando untuk kegunaan daftarkorban.
2. Mayat dibawa ke kamar mayat dan tetap ditunggu petugas sampai
diambil-alih petugas kamarmayat.
3. Setelah mayat dikenali, lengkapi informasi pada label dan
RekamMedik

4. Mayat dari dalam RS dibawa kekamar mayat oleh petugas kamar


mayat. Catatan lengkap dibuat berikut nama petugas yang
membawa : Petugas, Polisi, PMK, Relawandll.

5. Pastikan label dan formulir sudahlengkap.


H. Transefer korban bencana ke rumah sakit
Adalah pengiriman korban bencana ke luar rumah sakit. Sebagai upaya
keselamatan bagi korban bencana
Prosedur :
1. Mintakan persetujuan Medis, Persetujuan / Permintaan
keluarga / Pemimpin negara ybs. sebelum prosestransfer.
2. Koordinasi dengan RSpenerima.

3. Pasien dalam keadaan stabil dan siap untuktransfer.

4. Ambulans dengan standartransfer.

24
5. Tim medis pendamping.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Tim aju bertugas untuk melakukan penilaian mengenai lokasi pendirian tenda dan
peralatannya. Penilaian oleh tim aju tersebut penting untuk memastikan bahwa RS
lapangan yang akan didirikan memang didasarkan pada kebutuhan, berada di
tempat yang aman, memiliki akses yang mudah dijangkau, dan sumber air dan
listrik yang masih dimiliki paska terjadinya bencana.

25
DAFTAR PUSTAKA
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/penanganan-
krisis/pedoman_rumah_sakit_lapangan_untuk_bencana.pdf
Downloads/panduan-menghadapi-bencana-RLQv2.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai