Basic Electric
Basic Electric
OBJECTIVE i
1
II.3.2 BATTERY RATING 32
II.3.3 Perawatan Battery 33
II.4 Skematik Elektrik 36
II.4.1 Wire Maintenance 36
II.5 Komponen-Komponen Yang Dikontrol Secara Elektronik 37
II.5.1 Komponen Input 39
II.5.1.1 Switch 39
II.5.1.2 Sender 40
II.5.1.3 Sensor 42
II.5.2 Komponen Kontrol 51
II.5.3 Komponen Output 54
II.5.4 Sistem Monitoring Yang Dipakai Caterpillar 55
II.5.4.1 Electronic Monitoring System 55
II.5.4.2 Computerized Monitoring System 57
II.5.4.3 Caterpillar Monitoring System 59
Lembar Kerja 61
2
BASIC ELECTRIC
SASARAN
TOPIK SASARAN
1. Teori Dasar Kelistrikan • Menerangkan teori atom
• Menjelaskan maksud dari istilah-istilah
dalam teori dasar kelistrikan
2. Sirkuit Elektrik • Menerangkan tentang hukum Ohm
dan penerapannya
• Menjelaskan cirri-ciri rangkaian
seri, Parallel dan campuran
3. Kemagnetan • Menjelaskan teori kemagnetan
• Menerangkan tentang terbentuknya
Elektro Magnet
4. Komponen Elektrik • Membedakan komponen aktif dan psif
• Mengukur/mengetst komponen-
komponen tersebut
• Menentukan bagus tidaknya
komponen-komponen tersebut
5. Sistem pengisian • Mengidentifikasi sistem pengisian
• Menerangkan cara kerja system
pengisian
• Mengukur/mengeset komponen-
komponen sistem starting
6. Sistem Starting • Mengidentifikasi sistem starting
3
• Menerangkan cara kerja system
starting
• Mengukur/mengetest komponen-
komponen system starting
7. Skematik Elektrik • Membaca wiring diagram
• Menjelaskan simbol-simbol elektrik
• Menelusuri jalannya arus dalam
skematik
• Merekondisi kabel dengan benar
8. Komponen-komponen yang • Menerangkan cara kerja komponen-
dikontrol secara elektronik komponen input, kontrol dan output
9. Battery • Mengetes performance battery
• Menetukan bagus tidaknya bettery
4
BASIC ELECTRIC
5
Gb. 1.1 Struktur Atom
6
elekron lebih kuat lagi dan dengan mudah melepas electron tersebut ke atom
yang lainnya.
Kesimpulan:
Atom yang pada orbit terjauhnya mempunyai electron kurang dari 4 disebut
KONDUKTOR, sedangkan yang mempunyai electron sama dengan 4 disebut
SEMIKONDUKTOR, sedangkan yang mempunyai electron lebih dari 4 disebut
ISOLATOR.
7
I.2 Faktor – Faktror Kelistrikan
8
electromotif force (EMF). Satuan dari perbedaan itu adalah volt, untuk
menghormati penemunya Alessandro Volta seorang ilmuwan Italy. Karena
volt ini digunakan sebagai satuan perbedaan potensial maka sering disebut
dengan “Voltage“.
9
I.2.3. Tahanan (Resistance)
George Simon Ohm menemukan bahwa pada tegangan yang tetap
jumlah arus yang mengalir melalui material tergantung dari tipe material dan
ukurannya. Dengan kata lain semua material terdapat perlawanan terhadap
aliran dari electron yang disebut dengan “resistance”. Jika perlawanan itu
kecil, material tersebut dinamakan konduktor, jika perlawanannya besar
disebut insulator.
Satuan untuk mengukur resistan tersebut diekspresikan dalam Ohm
dan dilambangkan dengan huruf Yunani “Omega”.
Dapat juga dikatakan bahwa satu Ohm adalah gaya yang menahan tegangan
arus satu Volt yang menghasilkan satu Ampere.
10
Gb. 1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan
I.3 Konduktor
Kabel di dalam sirkuit elektrik terdiri dari konduktor dan insulator. Pada
umumnya konduktor terbuat dari tembaga dan insolator terbuat dari plastik
atau karet. Konduktor ini terbagi dalam beberapa ukuran, dimana makin kecil
diameter kabel makin besar nilai AWG (American Wire Gauge)-nya seperti
ditunjukkan tabel di bawah ini.
11
I.4 Sirkuit
Di dalam sistem kelistrikan ada tiga macam bagian penting yaitu:
- Tegangan
- Tahanan
- Konduktor
Voltmeter adalah alat ukur untuk mengetahui tegangan potensial yang
ada. Disambungkan secara parallel. Ohmmeter adalah alat ukur untuk
mengetahui tahanan dan disambung secara parallel. Amperemeter adalah
alat untuk mengukur arus yang mengalir dan dihubungkan secara seri.
Secara teori kita dapat menghitung hal tersebut di atas dengan
menggunakan rumusan hukum Ohm yaitu:
12
Sehingga rumusnya:
Latihan Jawaban
1. Sebuah sirkuit mempunyai Sesuai dengan rumus, maka
tegangan sebesar 12 V dan I=E/R
tahanannya 3 Ohm berapa nilai I = 12 / 4
arus yang mengalir Jadi arusnya = 3 Ampere
13
Dalam teori dasar kelistrikan, dikenal 3 kondisi sirkuit yaitu:
• Closed Circuit (sirkuit terhubung)
Sirkuit ini mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:
Sirkuitnya tersambung dari sumber dan kembali ke sumbernya lagi.
Ada tahanan (load) yang mengontrol jumlah arus yang mengalir.
14
Beberapa load dihubungkan menjadi satu rangkaian, sehingga arus
hanya ada dalam satu rangkaian tersebut.
Ciri-ciri:
Nilai tahanan totalnya sama dengan jumlah tahanannya.
R total = R1 + R2 + R3
• Rangkaian Parallel:
Ada lebih dari satu cabang rangkaian sehingga arus bisa mengalir ke
tiap–tiap cabang rangkaian. Tahanan terpasang secara berjajar.
Ciri–ciri:
Tegangan yang ada pada tiap-tiap tahanan adalah sama.
Nilai arus yang mengalir pada masing–masing tahanan, jika
dijumlahkan akan sama dengan arus totalnya.
Nilai tahanan totalnya lebih kecil dari nilai tahanan terkecil pada
sirkuitnya.
1 1 1 1
= + +
Rtotal R1 R2 R3
15
Gb. 1.7 Rangkaian Parallel
R2 x R3
R total = R1 +
R2 + R3
16
I.5 Kemagnetan
Kelistrikan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kemagnetan. Efek kemagnetan diselidiki pertama kali dengan ditemukannya
struktur dari besi yang mampu menarik sepotong besi lain (lodestone).
Penyelidikan lebih jauh tentang lodestone adalah ketika sepotong besi ditaruh
di atas permukaan air maka besi tersebut akan menunjukkan arah Utara dan
Selatan, sehingga sampai sekarang dikenal bahwa magnet mempunyai kutub
Utara dan Selatan. Batang magnet ini sangat berguna dalam kehidupan
sehari–hari yaitu dalam pemakaian jarum kompas yang telah digunakan lebih
dari 1000 tahun silam dalam kehidupan manusia.
17
Gb. 1.9 Medan Magnet
Seperti halnya dalam ilmu kelistrikan, ada material yang baik sebagai
penghantar dan ada yang kurang baik atau lemah. Begitu juga dalam ilmu
kemagnetan ada material yang baik untuk dibuat magnet, contohnya ALNICO
(Almunium, Nikel dan Cobalt), besi dan baja, sementara ada material yang
kurang baik untuk dibuat sebagai magnet yaitu kayu, gelas, kertas, tembaga
dan seng.
Sebatang besi dapat dibuat menjadi magnet dengan beragam cara.
Salah satunya dengan menggosokkan sebatang besi lain yang sudah menjadi
magnet agar atom–atomnya menjadi searah membentuk kutub Utara dan
18
Selatan. Cara lainnya dengan meletakkan sepotong besi di daerah yang
mempunyai medan magnet cukup kuat, sehingga garis gayanya membuat
atom pada batangan besi tersebut manjadi searah atau beraturan. Metode–
metode tersebut disebut INDUKSI MAGNET.
Kesimpulan:
• Setiap magnet mempunyai kutub Utara dan Selatan dan medan gaya
yang mengelilingi magnet tersebut.
• Kutub yang sama tolak menolak, kutub yang tidak sama tarik menarik.
• Material magnet akan bereaksi jika terletak pada medan magnet.
• Sepotong besi biasa dapat dibuat menjadi magnet melalui cara induksi.
19
• Seperti halnya magnet permanen, elektro magnet juga mempunyai
kutub Utara dan Selatan.
• Kekuatan medan magnet bergantung pada besar kecilnya arus yang
mengalir dan juga jumlah gulungannya.
Jika suatu gulungan dialiri arus dan di tengah gulungan tersebut diberi
sepotong besi (core) maka potongan besi tersebut menjadi magnet. Ini yang
disebut induksi electromagnet.
20
I.7 Alat-Alat Pengukuran Listrik
Untuk mengetahui dan mendiagnosa masalah–masalah di dalam
sistem kelistrikan, dibutuhkan alat–alat yang sesuai dengan tipe
pengukurannya. Alat–alat tersebut adalah Voltmeter, Ammeter dan Ohm
meter.
I.7.2. Ammeter
Ammeter digunakan untuk mengukur jumlah arus yang mengalir di
dalam rangkaian dengan satuan Ampere. Ada dua tipe ammeter ini yaitu:
• Shunt Ammeter
Dipasang secara seri dengan beban yang akan diukur, jangan
menghubungkan secara parallel karena akan merusak alat tersebut.
Cara penggunaannya dengan memutuskan hubungan sirkuitnya dari
beban yang terpasang dan menghubungkannya dengan shunt ammeter
secara seri, sehingga terbaca arus yang mengalir ke sirkuit melalui shunt
ammeter tersebut.
21
Gb. 1. 11 AVO Meter
22
Jangan menghubungkan Ohmmeter ini dengan beban yang mempunyai
arus/tegangan, dan selalu mematikan switch-nya jika tidak dipakai.
• Komponen pasif
Komponen–komponen pasif adalah komponen yang tidak mengolah arus
dan tegangan, melainkan hanya menaikkan/menurunkan arus dan
tegangan yang melaluinya. Contoh komponen pasif adalah resistor,
capasitor dan transformer.
• Komponen aktif
Komponen–komponen aktif adalah komponen yang mengolah arus dan
tegangan yang melaluinya. Contoh komponen aktif adalah diode dan
trasnsistor.
Diode
Cara kerja komponen: Jika anoda-nya lebih positip dibandingkan
dengan katodanya maka arus akan mengalir (conduct) dari anoda ke
katoda atau forward biased, tetapi jika kebalikannya atau reverse
biased maka arus tidak bisa mengalir. Diode ini dibuat dari bahan
semikonduktor jenis P dan digabungkan dengan semikonduktor jenis
N, sehingga terbentuklah “depletion layer”. Untuk melewati depletion
layer tersebut diperlukan tegangan perintang, yang besarnya
tergantung dari material diode-nya (jika dibuat dari Silicon tegangan
jatuhnya 600 mV, sementara Germanium 100 mV).
23
Gb. 1.12 Diode
Transistor
Ada dua macam tipe transistor yaitu: Bipolar Transistor dan Field
Effect Transistor. Transistor yang banyak dipakai oleh komponen–
komponen elektronik Caterpillar adalah transistor tipe bipolar, jadi
pembahasan dititik beratkan pada tipe bipolar tersebut.
Transistor terbuat dari tiga buah semikondukor yang dipasang
bersusun. Ada dua cara penyusunan semikonduktornya secara
berseling. Yaitu jika semikonduktornya yang di tengah adalah jenis P,
sedang yang mengapitnya adalah semikonduktor jenis N, maka
transistornya disebut tipe NPN. Tetapi jika semikonduktornya yang di
tengah jenis N, sedang yang mengapitnya semikonduktor jenis P,
maka transistornya disebut tipe PNP.
Cara kerjanya transistor adalah:
• Tipe NPN, jika base-nya diberi arus positip yang kecil, maka
arus negatip yang besar dari collector mengalir menuju emitter.
24
Sedangkan jika arus positipnya berubah menjadi negatip maka
arusnya akan berhenti mengalir.
• Tipe PNP, jika base-nya diberi arus negatip yang kecil, maka
arus positip akan mengalir dari emitter ke collector. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar di bawah ini.
25
BASIC ELECTRIC
26
Cara kerja starting system:
Ketika kunci kontak diposisikan ON, maka arus dari battery yang cukup
besar stand by di terminal B pada starting motor. Dan arus yang kecil stand
by di terminal + pada starting relay. Lalu pada saat operator meneruskan
gerakan kunci kontaknya ke posisi start, maka arus yang kecil mengalir dari
terminal C pada kunci kontak menuju terminal + dan pada starting relay dan
meng-energized relay-nya, sehingga arus yang tadi stand by di terminal +
pada starting relay mengalir menuju terminal S pada solenoid. Yang
akibatnya solenoid-nya energized dan plunger-nya tertarik ke belakang
menghubungkan switch dari terminal B ke terminal M, sambil mendorong
maju overrunning clutch pinion-nya ke depan sehingga engaged dengan
flywheel.
Karena switchnya terhubung maka arus besar dari battery yang tadi
stand by di terminal B pada starting motor mengalir ke armature dan
kumparan field, lalu membuat motor berputar.
27
Cara kerja starting motor
28
Gb. 2.3 Konstruksi Starting Motor
Sekarang ada konduktor yang dialiri arus dan terdapat medan magnet
di sekelilingnya, terletak di antara dua kutub magnet yang kuat di sekitar field
winding. Maka garis gaya magnet dari Utara ke Selatan dari field winding,
dan garis gaya konduktor yang melingkar searah jarum jam. Arus yang
masuknya positip akan saling memperkuat jika searah dan saling meniadakan
jika berlawanan. Sehingga garis gaya yang saling memperkuat akan
mendorong konduktor ke arah yang medan magnetnya saling meniadakan
(lemah).
Karena konstruksi dari armature tersusun dari banyak konduktor maka
berputarnya armature tersebut akan berkesinambungan dan mampu untuk
memutar engine.
Kesimpulan:
29
II.2 CHARGING SYSTEM
Charging system mempunyai dua tugas utama yaitu:
• Mengisi ulang battery
• Menyediakan suplay arus untuk aksesoris elektrik
Ada dua tipe sistem charging ini yaitu DC charging, menggunakan
generator yang menghasilkan arus AC dan dirubah menjadi DC oleh
commutator dan brush. Dan satunya lagi yaitu AC charging, menggunakan
alternator yang membangkitkan arus AC dan dirubah menjadi DC oleh
rectifier diode.
30
Seperti telah dipelajari pada electromagnet, jika sebuah konduktor
memotong medan magnet maka akan terjadi induksi arus. Generator ini juga
menggunakan prinsip tersebut untuk memproduksi arus.
Perubahan arah dari konduktor menyebabkan perubahan polaritas dari
arus output konduktor tersebut, sehingga pada saat engine memutar
generator tersebut, arus yang dikeluarkan oleh konduktor berbentuk AC
(alternating current). Sedangkan alat berat membutuhkan arus DC, maka
arus AC tersebut harus dirubah menjadi DC. Perubahan ini dilakukan oleh
commutator, yaitu pada saat konduktor memotong medan magnet di sekitar
kutub Selatan maka arus yang dikeluarkan oleh konduktor tersebut menuju
ke arah brush dan berpolaritas positip. Sementara ujung konduktor lainnya
yang memotong medan magnet di sekitar kutub Utara arah arusnya menjauhi
brush sehingga berpolaritas negatip. Apabila konduktor tersebut berputar
sejauh 180 derajat, maka yang tadinya memotong medan magnet di sekitar
kutub Selatan mulai memotong medan magnet di sekitar kutub Utara. Begitu
juga sebaliknya, maka arah arusnyapun berbeda. Tetapi karena posisi brush-
nya tetap maka masing–masing brush hanya menerima satu arah polaritas
saja. Oleh karena itu outputnya menjadi DC.
Tiga hal yang mempengaruhi output generator adalah:
• Kekuatan dari medan magnet
• Jumlah lilitan konduktor
• Kecepatan berputarnya lilitan tersebut
31
II.2.2 AC Charging System
32
Alternator lebih baik dari generator karena alternator dapat
menghasilkan arus yang tinggi pada putaran engine rendah. Dan juga
bentuknya lebih sederhana/kecil dibandingkan dengan generator. Konstruksi
dari alternator sederhana, yaitu gulungan electromagnet yang arusnya diatur
oleh regulator ber-transistor, dan gulungan ini (field winding) diputar oleh
engine. Sementara gulungan armaturenya berpola bintang (jarak loop satu
dengan lainnya 120 derajat) dan menghasilkan arus AC tiga phasa. Dan
setelah itu arus tersebut disearahkan oleh dioda.
Cara kerja regulator yaitu apabila kapasitas arus di battery kurang (di
bawah 24 volt) maka transistor NPN di dalam regulator conduct, yang mana
mengijinkan arus mengalir dari field coil menuju ground sehingga medan
magnetnya menjadi kuat. Hal itu berakibat output dari alternator tinggi dan
battery mendapat suplay arus yang banyak sampai kapasitasnya mendekati
maksimum. Pada saat itu transistornya merasakan kenaikan tegangan
33
tersebut sehingga dioda Zenernya “ON” oleh breakdown voltage. Oleh karena
itu transistor NPN nya menjadi “OFF” dan arus dari field coil menuju ground
terputus sehingga alternator tidak menghasilkan arus pada saat itu. Dan
kapasitas battery terjaga pada posisi maksimum.
II.3 Battery
II.3.1 Konstruksi Battery
Battery adalah elektrokimiawi yang memproduksi listrik secara kimia,
dengan merubah energi kimiawi menjadi energi listrik.
Battery terbuat dari banyak sell yang terpisah satu dengan lainnya.
Masing–masing sell terbuat dari plat negatip dan positip yang dipisahkan oleh
separator dan terisi oleh elektrolit yang mempunyai kandungan 36 persen
Sulphuric Acid dan 64 persen air distilasi/air suling.
34
Gb. 2.8 Konstruksi Battery
35
Berat jenis elektrolit dalam keadaan battery penuh adalah 1,225 pada
suhu tropis (27 derajat Celcius) elektrolit tersebut adalah campuran dari 36
persen Acid dan 64 persen air distilasi.
36
Part Cold Cranking Reserve
Volts A. H.
Number Ampere Capacity
37
Untuk mendapatkan keyakinan bahwa battery dalam kondisi baik dan
siap pakai, harus dilakukan serangkaian test antara lain:
• Visual Inspection
Yaitu memeriksa kode label, ketinggian permukaan elektrolit dan
kebocorannya serta kondisi fisiknya dari perubahan bentuk dan
warnanya.
• Mengukur Open Circuit Voltage
Dengan menggunakan digital multimeter, bisa diukur nilai OCV untuk
masing-masing rating battery yaitu untuk battery 12 V harus lebih
tinggi dari 12 V, dan untuk battery 6 V harus lebih tinggi dari 6 V.
jika pembacaanya di bawah nilai tersebut maka battery tersebut
harus di charge.
• Charge Test
Dilakukan untuk menentukan:
Rating charging dan waktunya
Menentukan nilai yang diizinkan untuk charging rate selama 15
menit
Memonitor nilai charging untuk 15 menit pertama.
Selama proses pengisian, nilai tegangan maksimum yang
diizinkan untuk battery 12 v adalah 16 volt. Sedangkan untuk
battery 6 V adalah 8 Volt, kecuali untuk 15 menit pertama.
Setelah 15 menit, periksa minimum charging rate yang
diperbolehkan (50 % dari charging rate).
• Load Test
Test ini dilakukan untuk menetukan battery tersebut laik atau tidak
untuk dilakukan proses charging pada battery tersebut. Langkah
pekerjaannya sbb:
Beri beban 50 % dari rating CCA
38
Setelah 15 detik dalam keadaan tetap terbebani ukur tegangan
dengan menggunakan digital multimeter.
Jika pembacaannya minimum 9,5 Volt untuk battery 12 Volt dan
4,7 Volt untuk battery 6 Volt menandakan battery tersebut
dalam keadaan baik sehingga battery bisa dilakukan proses
charging, tetapi jika kurang menandakan battery tersebut
rusak.
39
II.4 Skematik Elektrik
Seorang serviceman yang handal dalam melakukan troubleshooting
yang benar di dalam sistem kelistrikan harus menguasai beberapa aspek
yaitu:
• Mampu dalam membaca wiring/skematik elektrik
• Mampu menggunakan diagnostik tool dengan baik
• Mampu mendiagnosa sistem operasi dari komponen-komponen
elektrik
• Menggunakan literatur yang tepat
Oleh karena alasan itulah maka membaca wiring merupakan hal penting
dalam troubleshooting pada sistem kelistrikan. Sebelum memasuki topik
tersebut sebaiknya dimengerti lebih dahulu mengenai perawatan kabel.
40
Dan banyak informasi lain yang bertujuan untuk memudahkan kita
dalam menelusuri arus dan tegangan. Pada skematik juga akan dijumpai
simbol-simbol elektrik yang dipakai dan kode warna kabel.
41
Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain:
• Menghilangkan hubungan lingkage secara mekanikal, sehingga lebih
praktis.
• Memudahkan serviceman melakukan troubleshooting.
• Data-datanya bisa disimpan secara komputerisasi sehingga dapat
dengan mudah digunakan lagi pada waktu yang berlainan untuk
pendeteksian masalah yang ada.
• Proses untuk merubah ke standard yang lebih tinggi (upgrade) dapat
dengan mudah yaitu dengan pemrograman secara komputerisasi.
• Dalam melakukan kalibrasi dan penyetelan bisa secara komputerisasi
Komponen Output
Input
Komponen Control
42
karena banyak jenis pengontrol yang dipakai oleh Caterpillar untuk masing-
masing machine.
II.5.1.1 Switch
Banyak switch yang dipakai oleh sistem tersebut, tetapi semuanya
mempunyai persamaan pada cara kerjanya yaitu pada dua posisi “ON”
dan “OFF“ atau open dan close sehingga switch ini sering disebut sebagai
“two state devices“.
43
Gb. 2.13 Switch
B. Programming Switch
Switch ini dipergunakan untuk merubah program kontrolnya, dengan
merubah hubungan ke ground menjadi open atau sebaliknya pada
konektor-konektor yang disediakan untuk itu. Sehingga kontrol
tersebut bisa mengetahui model konfigurasi unit yang dipasangnya,
hal ini perlu karena untuk membedakan karakteristik unit satu dengan
lainnya. Contoh switch ini adalah: harness code switch, unit switch dll.
C. Service Switch
Switch ini diperlukan untuk melakukan perubahan mode operasi, atau
untuk melihat kode-kode problem yang ada serta menghapusnya jika
sudah di logged-kan oleh ECM nya.
Contohnya adalah: Service connector switch yang dihubungkan ke
service tool untuk mengakses data-datanya dari kontrol tersebut.
II.5.1.2 SENDER
Sistem monitoring Caterpillar menggunakan dua tipe sender sebagai
input untuk informasinya kepada kontrol.
44
Dua tipe sender itu adalah:
A. Sender 0 sampai 240 Ohm
Sender ini mengirim perubahan output dari nilai tahanan yang
diakibatkan dari perubahan nilai parameter yang dipantaunya.
Parameter yang menggunakan sender ini adalah: fuel level sender.
Module main display menghitung nilai tahanan dari outputnya sender
tersebut dan merubahnya menjadi display informasi pada module
gauge clusternya atau alert indicator atau kedua-duanya.
45
Gb. 2.15 Sender 70 Ohm sampai 800 Ohm
II.5.1.3 SENSOR
Sensor mengukur parameter secara fisik seperti kecepatan,
temperature, tekanan dan posisi. Sebuah sensor elektronik merubah
parameternya secara fisik menjadi sinyal elektronik, sinyal ini proporsional
terhadap kondisi parameternya.
Pada sistem elektronik Caterpillar, sensor digunakan untuk
memantau sistem-sistem yang ada di machinenya dengan perubahan
yang tetap. Sinyal elektronik ini mewakili perubahan yang diukur, sinyal
ini dimodulasikan dalam tiga cara yaitu:
Modulasi frekwensi mewakili parameter dari tingkat frekwensi
Modulasi PWM mewakili parameter duty cycle
Modulasi analog mewakili parameter dari tingkat tegangannya
46
A. Sensor frekwensi
Sistem pengontrolan elektronik menggunakan bermacam-macam
komponen untuk mengukur kecepatan. Yang paling banyak adalah
dipakai dua tipe yaitu tipe sensor magnetic dan hall effect.
47
didalamnya terdapat coil, core dan magnet sehingga hampir
menyerupai generator kecil.
Cara kerjanya yaitu saat gear memotong medan magnet permanent
di dalam sensor terbangkitlah tegangan AC dalam coil dan diikuti
oleh frekwensinya. Frekwensi tersebut proporsional terhadap
kecepatan dan ECM menggunakan frekwensi tersebut untuk
membandingkan dengan data yang tersimpan dalam ECM.
Untuk mengetahui kondisi baik dan tidaknya sensor tersebut kita bisa
mengukurnya secara statis dan dinamis, yaitu pada saat dilepas dari
harnessnya dan engine dalam keadaan mati kita bisa mengukur nilai
tahanan coilnya antara 100 sampai 500-Ohm sesuai besar kecilnya
sensor. Dan pada saat tersambung dengan harnesnya dengan
engine dalam keadaan hidup dengan menggunakan probe tester kita
bisa mengukur tegangan AC nya dan frekwensinya yang timbul
antara terminal 1 dan 2.
48
Gb. 2.17 Speed Sensor
49
Sesuai dengan namanya maka output sensor ini yang berupa
frekwensi yang sebagai acuan dalam referensi oleh kontrolnya untuk
kecepatan sedangkan duty cycle dipakai untuk menentukan timing.
Sensor ini sangat akurat dalam mendeteksi kecepatan karena
outputnya tidak tergantung oleh kecepatan, dan dapat mendeteksi
kecepatan mulai dari 0 rpm dalam temperature yang bervariasi.
Hall effect sensor ini dapat memberikan output yang baik jika dalam
pemasangannya tanpa ada celah di gearnya.
Untuk mendiagnosa sensor tersebut harus melakukan beberapa
tahapan yaitu:
Ukur tegangan inputnya antara pin A dan pin B (speed timing
sensor = 12,7 Volt sedangkan transmission output sensor = 8
Volt)
Ukur outputnya antara pin C dan pin B harus terdapat duty cycle
antara 5% sampai 95 %, dan terdapat frekwensi antara 4,5 kHz
sampai 5,5 kHz.
B. Sensor Digital
Sensor digital menggunakan metoda modulasi lebar pulsa sinyalnya
untuk memberikan sinyal elektronik yang berubah-ubah kepada
kontrolnya. Perbandingan sinyal on dan off berubah pada frekwensi
yang tinggi dan dapat mengikutinya terus secara mekanis. Hasil rata-
rata dari on dan off pulsa tadi menyebabkan perubahan tegangan dan
arus yang akan diterjemahkan oleh kontrol sesuai dengan
kebutuhannya.
50
Gb. 2.19 Rangkaian Sensor Digital
51
Gb. 2.20 Sensor Digital
52
Gb. 2.21 Sensor Digital
C. Sensor Analog
Sensor tipe ini sangat berbeda dengan yang digital bukan hanya
bentuk fisiknya tetapi juga cara kerja dan fungsinya serta
mengerluarkan sinyal analog. Definisi dari sinyal analog adalah sinyal
yang perubahannya secara perlahan dan terus menerus juga
proposional (Linear) yang dipantaunya, seperti gambar di samping ini.
53
Output dari sensor analog hanya berupa tegangan DC, biasanya
antara 0 sampai 5 Volt. Konstruksi bagian dalamnya hanya terdapat
thermistor dan amplifier yang memperoses sunyal outputnya 0,2
sampai 4,8 Volt DC secara proporsional dengan temperature
normalnya.
54
D. Sensor Analog ke Digital
Sensor tipe ini menggunakan bagian analognya untuyk mengukur
parameternya dan mengirimkan sinyal tersebut ke sebuah converter
dan di dalam converter sinyal tersebut dirubah menjadi digital ( PWM )
menuju ke kontrol elektronik.
Troubleshooting sensor tipe ini sama dengan sensor digital. Di bawah
ini terdapat contoh gambar sensor analog ke digital untuk sensor
tekanan brake.
55
kontrol yang dipakai tergantung dari penggunaan serta tipe dari input dan
outputnya.
56
data link atau menuju main display. Kontrol modul ini juga membutuhkan
battery Lithium sebesar 3 Volt untuk memback- up memory sewaktu
disconnect switchnya diposisikan off.
57
Gb. 2.27 EPTC (Electronic Programmable Transmission Control)
58
Display data link berbeda dengan Cat Data link yaitu untuk CDL hanya
mempunyai dua kabel yang dipilih satu dengan lainnya untuk menghilangkan
interferensi medan magnet, sedangkan display data link mempunyai 6 kabel
sebagai kabel komunikasi dari komponen–komponen display yang berisi
micro processor sehingga harus berkomunikasi satu dengan lainnya dalam
bentuk digital.
59
komponen kontrolnya EMS terdapat komponen: LED, Transistor NPN
serta tahanan yang dipasang secara parallel dengan lainnya. Cara kerja
dari EMS adalah jika switchnya terhubung dengan ground, maka arus
dari battery langsung menuju ground melalui tahanan. Hal ini
menyebabkan transistor NPN tidak bekerja sehingga lampu LED tidak
menyala dan menandakan kondisi parameter yang dipantau normal.
Tetapi jika switchnya terlepas dari ground, maka arus dari battery tidak
langsung menuju ground tetapi menuju ke terminal base dari transistor
NPN, sehingga transistor membuat arus yang stand by di ujung LED
mengalir menuju ground dan LED-nya menjadi ON. Ini menandakan
terjadi kondisi yang tidak normal pada parameter yang dipantaunya. Di
bawah ini ada contoh panel EMS.
60
II.5.4.2 Computerized Monitoring System
Pada sistem monitoring tipe CMS ini sudah ada pengembangan
dari input-inputnya yaitu sudah banyak dipakai sensor-sensor tipe digital
dan kontrolnya terdapat microprosesor sehingga sama dengan
komputer.
Karena berbentuk komputer, maka data-data yang diterima dari
sensor bisa disimpan dan diprogram dalam kontrolnya. Keuntungannya
adalah data tersebut dapat dipanggil lagi pada lain waktu sehingga
memudahkan serviceman dalam troubleshootingnya. Juga dalam kontrol
tersebut terdapat kabel data link untuk dapat berkomunikasi dengan
kontrol lainnya.
CMS ini diproduksi awal dengan tipe LCD (Liquid Crystal Display)
lalu berkembang menjadi VFD (Vacuum Fluorescent Display). Di dalam
sistem monitoring ini masih terdapat EMS yang diwakilkan oleh lampu-
lampu alert indicator sehingga masih mempunyai warning level dan
61
bekerjanya terbagi dalam beberapa mode-mode operasinya yaitu ada 5
mode di antaranya:
Mode 0 = Normal, dipakai pada saat operasi normal
Mode 1 = Service, dipakai untuk melihat problem yang ada
Mode 2 = Status, dipakai untuk mengetahui switch yang open
Mode 3 = Tattletale, dipakai untuk melihat nilai ekstrim yang
pernah terjadi
Mode 4 = Numerical readout, dipakai untuk merubah gauge
menjadi angka
62
II.5.4.3 Caterpillar Monitoring System
Dari tipe CMS tadi Caterpillar mengembangkan lagi menjadi
Caterpillar Monitoring System. Perubahan paling mendasar dari CATMS ini
adalah tersedianya mode–mode untuk kalibrasi, sehingga bisa dipakai pada
kontrol–kontrol yang diprogram untuk kalibrasi. Dan juga modulnya terbagi
menjadi tiga bagian tidak seperti CMS yang merupakan satu kesatuan, yaitu
modul gauge cluster, tacho/odo meter graph module dan main display
module untuk melihat informasi problem dan mode kalibrasinya.
63
Dari mulai mode 6 sampai 10 berbeda antara unit satu dengan yang
lainnya tergantung dari konfigurasinya. Untuk melihat mode–mode tersebut
sama dengan tool yang dipakai pada CMS yaitu 4C8195 Service tool.
64
BASIC ELECTRIC
Lembar Kerja
Latihan 1
b. Ukur arus yang mengalir pada lampu 1, dan rangkaikan seperti pada
gambar
Ampere
Miliampere
65
c. Ukur arus yang mengalir pada lampu 1 dengan ditambahkan tahanan
R1/R2/R3/R4 dan R5 secara bergantian (5 X pengukuran)
Ampere
Milliampere
R1/R2/R3/
R4/R5
66
Latihan 2
Ohms
Kilo Ohms
R1 – R6
67
Latihan 3
a. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) pada variable resistor dengan resistor
diset pada tahanan 100 Ohm
b. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) pada L1 dari rangkaian di bawah ini.
68
c. Ukur tegangan jatuh (voltage drop) pada R1 dari rangkaian di bawah ini
R1
Dari hasil latihan 3, silahkan dihitung hasil dari masing-masing voltage drop
pada lampu1, resistor1 dan variable resistor yang tahanannya diset 100 ohm.
Setelah dijumlahkan maka jumlah voltage drop dari masing-masing beban
akan sama dengan tegangan sumbernya.
69
Latihan 4
70
Lakukan petunjuk berikut
Posisikan switch pada posisi open (tidak berhubungan dengan ground)
maka:
• Tidak ada arus dari E ke B
• Tidak ada arus dari E ke C
• Lampu tidak menyala
71
Latihan 5
72
Latihan 6
a. Buat rangkaian dari lift kick out untuk wheel loader dengan menggunakan
simulator ini. Rangkai seperti gambar di bawah ini.
S B G
73
Latihan 7
a. Resistor
Gunakan DMM dan tempatkan saklarnya pada skala OHM. Ukur semua
resistor yang ada dan bandingkan satu dengan yang lainnya, hubungkan
secara paralel dengan resistornya.
b. Dioda
Gunakan DMM dan tempatkan saklarnya pada skala dioda check.
Ukur dioda tersebut dengan menghubungkan secara paralel dengan
DMM.
74
Sewaktu dihubungkan forward biased, yaitu kabel merah dari jack V/Ohm
pada DMM dihubungkan ke terminal anoda dan kabel hitam dari jack
COM pada DMM dihubungkan ke terminal katoda pada dioda. Maka akan
terbaca voltage drop sebesar 300 sampai 600 milivolt (untuk dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor Silikon).
Tetapi jika dihubungkan reverse biased, yaitu kebalikannya dari forward
biased maka DMM menunjukkan OL. Jika penunjukkannya seperti
tersebut di atas maka dioda tersebut dalam keadaan baik, jika tidak maka
dioda tersebut dalam keadaan rusak.
Tipe-tipe lain dari dioda adalah: Dioda Zener dan LED
c. Transistor
Dalam mengukur transistor sama dengan mengukur dioda yaitu dengan
DMM pada skala dioda check. Karena pada prinsipnya transistor
merupakan dua dioda yang digabung jadi satu.
Pertama-tama kita harus menentukan dahulu tipe transistornya, dengan
cara menentukan terminal E atau B nya karena terminal C nya sudah
diketahui yaitu pada keseluruhan badannya. Hubungkan kabel merah ke
body transistor dan kabel hitam ke salah satu kakinya, lihat display pada
75
DMM dan tandai kaki yang menunjukkan OL pada display. Terus dibalik
kabel hitam ke body transistor dan kabel merah ke salah satu kakinya,
lihat display pada DMM dan tandai kaki yang menunjukkan OL pada
display. Kaki yang menunjukkan OL terus pada saat kabel dihubungkan
secara bergantian adalah kaki E (Emitter).
Untuk menentukan tipenya kita tinggal menghubungkan kaki E dan B.
Sewaktu kabel merah dihubungkan ke kaki E dan kabel hitam ke kaki B
dan pada display menunjukkan voltage drop, maka transistor tersebut
bertipe PNP. Tetapi jika kabel merah di hubungkan ke kaki B dan kabel
hitam ke kaki E pada display-nya menunjukkan voltage drop, maka
transistor tersebut bertipe NPN.
76
BASIC ELECTRIC
77
c. Conductor f. Voltage Drop
78
b. Pembangkit medan magnet d. Elektromagnet
10. Terminal yang mana pada Transistor yang mengatur aliran arus:
a. Emitter c. Collector
b. Base d. Katoda
12. Bila mata gergaji besi bergetar pada saat melakukan test armature
starting motor dengan menggunakan Growler maka:
a. Armature open circuit c. Armature short
circuit
b. Armature grounded d. Armature short ke battery
positip
79
13. Bila battery dihubungkan terbalik, maka starting motor akan:
a. Terbakar/rusak c. Arah putaran motor tetap
b. Arah putaran motor terbalik d. Motor tidak berputar
16. Satuan arus dan waktu yang dipakai pada spesifikasi AH suatu Battery
adalah:
a. Ampere dan menit c. Ampere dan jam
b. Ampere dan detik d. Ampere dan second
80
b. Kemampuan Battery untuk mengeluarkan arus atau dibebani
maksimum selama 30 detik.
c. Kemampuan Battery untuk mengeluarkan arus atau dibebani
selama 30 detik dengan voltage minimum 1.2 V per cell
d. Kemampuan Battery untuk dibebani selama 30 menit
maksimum
81
21. Bila standard Electrical Accessories suatu unit machine ditambah atau
diperbesar maka yang diperlukan adalah:
a. Battery yang lebih besar
b. Alternator yang lebih besar
c. Battery dan Alternator yang lebih besar
d. Engine yang lebih besar
82
b. Pneumatical d. Mechanical
83
31. Nilai tahan dalam sebuah konduktor dipengaruhi oleh hal-hal di
bawah ini, kecuali:
a. Panjang c. Temperature
b. Diameter d. Tegangan
84
a. Electrical membuat kemagnetan pada core/plunger
b. Hydraulic mengatur pergerakan pada core/plunger
c. Electrical mengatur arus yang masuk ke coil
d. Mechanical membuat kemagnetan pada coil
38. Mode operasi yang digunakan untuk operasi normal pada Caterpillar
Monitoring System adalah:
a. Mode 0 c. Mode 2
b. Mode 1 d. Mode 3
39. Sedangkan untuk mengetahui Harness Code yang terpasang, kita bisa
melihat pada mode operasi:
a. Mode 0 c. Mode 2
b. Mode 1 d. Mode 3
40. Sensor digital pada saat operasinya jika diukur pada terminal
outputnya mengeluarkan sinyal kecuali:
a. Tegangan AC 300 VAC – 750 VAC
85
b. Frekuensi 4 KHz – 5,5 KHz
c. PWM (5% - 5%)
d. Tegangan DC dari 1 – 8 VDC
24 V
R1 = 5 Ω
42. Hitung V1
a. R total R2 = 3 Ω
b. I pada R1
c. I pada R2
d. Voltage drop pada V1 dan V2 V2
24 V
86
R1 = 10 Ω
43. Hitung R total
R2 = 4 Ω
24 V
50. Hitung Voltage drop pada V3
Agus krisbiantoro/5387
87