Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat


rahmat-Nya lah kita masih diberikan kesehatan maupun kesempatan sehingga karya
ilmiah mengenai bahan bangunan ramah lingkungan ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penyusunan dan pembuatan karya ilmiah ini.Banyak rintangan dan
tantangan yang sempat membuat saya menyerah tetapi saya tetap yakin dan berjuang
agar karya ilmiah ini selesai sesuai dengan yang diharapkan.Walaupun, saya sangat
menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi kajian,
pendekatan maupun cara penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat saya
harapkan dari pembaca, agar kedepannya saya dapat membuat karya ilmiah yang
lebih baik lagi.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan juga tentunya
bermanfaat bagi semua orang.

Padang ,05 Desember 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton adalah material bangunan yang paling dibutuhkan untuk membangun


sebuah bangunan. Bangunan di Indonesia rata-rata menggunakan beton sebagai
fondasi bangunan yang kuat. Bahan abu-abu ini memang sangat berguna untuk
menyatukan kota. Mulai dari rumah, gedung, apartemen hingga trotoar. Bahkan
adapula yang sepenuhnya menggunakan beton seperti bangunan Rooftop. Bentuk
paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregrat
mineral  biasanya kerikil atau pasir,semen dan air. Pada lokasi tertentu, beton yang
bahan bakunya semen mudah bereaksi dengan suatu larutan kimia.

Hal ini menyebabkan efek buruk pada lingkungan. Bahan-bahan dasar


beton  jika dipanaskan dapat mengeluarkan berton-ton gas emisi karbon dioksida dan
menyebabkan efek rumah kaca. Proses pengumpulan batu kerikil atau pasir juga
merusak sumber daya alam yang semakin menipis. Karena dampak buruk inilah kami
ingin memaparkan ide untuk mengganti beton dengan pengganti yang lebih hijau dan
alami sehingga menjadi material bangunan yang ramah lingkungan. Kami
mengharapkan agar para kontraktor atau pembangun di Indonesia dapat membangun
dengan bahan yang alami dan juga ramah lingkungan. Kami juga berharap agar
seluruh warga Indonesia sadar akan pengganti beton yang lebih alami, agar tidak
terpaku terus dengan beton.

Misalnya, penggunaan batang jerami untuk menggantikan beton untuk


membuat tembok bangunan. Penggunaan batang jerami ini diharapkan dapat
memberikan efek yang lebih baik untuk lingkungan tidak seperti beton yang
penggunaannya memberikan dampak yang kurang baik pada lingkungan. Selain itu
hal ini juga diperlukan untuk menyeimbangkan bahan alam dengan bahan sintetis.
Karena pada dasarnya, lingkungan perlu di lestarikan dengan menyeimbangkan
kandungan alami dan buatan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu ramah lingkungan ?
2. Apa itu bangunan ?
3. Apa itu material bangunan ?
4. Apa itu beton ?
5. Apa saja bahan bangunan pengganti beton yang ramah lingkungan ?
6. Bagaimana inovasi material alami tersebut dapat menggantikan beton?

1.3Tujuan Penulisan
1. Memberi solusi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat
penggunaan beton.
2. Untuk keperluan lomba karya ilmiah.
3.  Menghimpun ide dan gagasan tentang inovasi material bangunan ramah
lingkungan.
4.  Sebagai sumber informasi yang bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ramah Lingkungan

Ramah lingkungan, atau populer dengan sebutan go-green menurut para ahli


adalah istilah keberlanjutan dan pemasaran yang mengacu pada barang dan
jasa, hukum, pedoman dan kebijakan yang mengklaim berkurangnya, minimalnya
bahaya, bahkan tidak membahayakan ekosistem atau lingkungan1. Perusahaan
menggunakan istilah ambigu ini untuk mempromosikan barang dan jasanya,
terkadang dengan sertifikasi tambahan dan spesifik, seperti ecolabel. Penggunaan
berlebihan yang mereka lakukan dapat disebut sebagai greenwashing2
Organisasi Internasional untuk Standardisasi telah mengembangkan ISO 14020
dan ISO 14024 untuk menetapkan prinsip dan prosedur untuk pelabelan dan deklarasi
lingkungan yang harus diikuti oleh lembaga sertifikasi dan eko-labeller. Secara
khusus, standar ini berhubungan dengan penghindaran konflik kepentingan keuangan,
penggunaan metode ilmiah yang masuk akal dan prosedur pengujian yang dapat
diterima, dan keterbukaan serta transparansi dalam penetapan3. Sistem ramah
lingkungan atau go green dapat diaplikasikan ke segala bidang. Manusia sebagai
makhluk hidup memiliki beberapa kebutuhan hidup antar lain kebutuhan
sandang,pangan,papan.

2.2     Pengertian Bangunan

Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang


didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut
dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan
memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan,
kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
1
Webster, 2005
2
Motavalli – Jim, 2011
3
Green Seal, 2009
Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai
tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan
barang, dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia
khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman, dan nyaman.

2.3 Hubungan Ramah Lingkungan dengan Bangunan

Sistem ramah lingkungan ini dapat dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan


manusia. Contohnya kebutuhan manusia pada papan atau tempat tinggal. Seiring
berjalanya waktu kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin meningkat. Bila
pada awalnya manusia berprinsip hidup nomaden maka kini manusi memutuskan
untuk berdiam pada satu tempat yang pasti. Bangunan pun mengalami peningkatan
variasi, dan tentunya peningkatan ini menyebabkan semkin bervariasinya bahan
dalam membangun bangunan.  Jumlah bangunan  di muka bumi ini pun semakin
meningkat. Meningkatnya jumlah bangunan tentu berdampak juga bagi lingkungan
dampaknya antara lain :
1.Lahan terbuka berubah menjadi lahan tertutup.
2.Area resapan air menjadi berkurang.
3. Lahan pertanian berkurang.
Berkurangnya SDA karena penggunaan yang terus menerus.
Terganggunya ekosistem alam.
Dalam membuat bangunan manusia mulai menciptakan inovasi-inovasi baru
yang mampu menyokong pertumbuhan rancangan bangunan mereka. Bila pada masa
lalu manusia masih menggunakan bahan organik yang bersifat ramah lingkungan
untuk membantu mereka dalam membuat bangunan maka manusia mulai
menciptakan inovasi berupa semen, beton dan lain-lain. Namun, masalah mulai
bermunculan inovasi manusia dalam membentuk bahan bangunan yang mereka
gunakan tidak hanya menimbulkan dampak positif melainkan juga  dampak negatif
dari bahan bahan bangunan yang kurang berifat ramah lingungan ini. Berdasarkan hal
inilah tim kami memiliki tujuan untuk mengurangi bahan bangunan yang tidak ramah
lingkungan dalam membangun kota.
2.4 Bahan Bangunan Tidak Ramah Lingkungan

2.4.1 Semen

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako,


maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal
dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil
tak beraturan". Meski sempat populer pada zamannya, nenek moyang semen made
in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar
abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang
dari peredaran.
Semen mengandung beberapa bahan kimia antara lain:
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe

2.4.2 Gipsum

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu


kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi
Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana
peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang
dijumpai di Pulau Buton. Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan
dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti
sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan pada
zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu
lantas dinamai pozzuolana.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an
M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu
kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas
pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan
proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur
berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia
sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah
liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak
dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah
lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk
pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian
dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru. Selama
proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah,
agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga
berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.

a. Pembuatan Semen

Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen Portland berkolaborasi


dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya,
memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika
ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat
pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu
atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan
beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan
bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina
yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena
campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.
Berikut dampak dampak penggunaan semen :
Dampak positif atau keuntungan yang dapat diambil dengan adanya
pembangunan industry Semen antara lain sebagai berikut :
o    Menambah penghasilan penduduk yang akan meningkatkan kemakmuran
o    Menghasilkan aneka barang yang diperlukan masyarakat banyak
o    Memeperbesar kegunaan bahan mentah. Semakin banyak bahan mentah yang
diolah dalam perindustrian, semakin besar pula manfaat yang diperoleh
o    Memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk
o    Mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri
o    Memberi hasil tambahan bagi para petani
o    Merangsang masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan industry
o    Memperluas kegiatan ekonomi manusia sehingga tidak semata-mata tergantung
pada lingkungan alam
Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif dari industri semen,
diantaranya;
Salah satu dampak negatif dari industri semen pencemaran udara oleh debu.
Debu yang dihasilkan oleh kegiatan industri semen terdiri dari  debu yang dihasilkan
pada waktu pengadaan bahan baku, debu selama proses pembakaran, dan debu yang
dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik serta bahan jadi ke luar pabrik,
termasuk pengantongannya. Selain itu, pabrik semen juga meningkatkan suhu udara
dan suara yang ditimbulkan mesin-mesin dalam pabrik juga menimbulkan
kebisingan. Debu semen memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan maupun
lingkungan hidup. Selain debu, berikut contoh dampak negatif dari pabrik semen bagi
lingkungan.

a.Lahan

Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
Perubahan ini dari segi waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas
penampungan air yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air
sungai. Sedangkan dari segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau
keselarasan lingkungan setempat.
b. Air

Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk
minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang
mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang
pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.

b. Flora dan Fauna

Berkurangnya keanekaragaman flora karena berubahnya pola vegetasi dan


jenis endemic, dan pembentukkan klorofil serta proses fotosintesis, Sedangkan
berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka)
disebabkan karena berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-
hewan tersebut

2.4.2 Beton

Beton merupakan bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi dan


pengikat semen. Bentuk paling umum adalah semen portland yang terdiri dari bahan
kerikil dan pasir, semen dan air. Beton di gunakan untuk membuat perkerasan jalan ,
struktur bangunan , fondasi, jalan, jembatan penyebrangan, truktur parkiran, dasar
untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok.
Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah
beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral
(biasanya kerikil dan pasir), semendan air. Biasanya dipercayai bahwa beton
mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi
padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya
bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan
penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata
atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai
pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin
sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung,
bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan,
drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada
beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun
pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat,
dan batu gunung. Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan
memakai aditif debu vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.
Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan
awal era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya
mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton
terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat
kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris.
J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan
beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886,
Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P
Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.
Kelebihan beton adalah dapat mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan
konstruksi. Selain itu pula beton juga memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap
temperatur yang tinggi dan biaya pemeliharaan yang murah. Sedang kekurangannya
adalah bentuk yang telah dibuat sulit diubah tanpa kerusakan. Pada struktur beton,
jika ingin dilakukan penghancuran maka akan mahal karena tidak dapat dipakai lagi.
Beda dengan struktur baja yang tetap bernilai. Berat, dibandingkan dengan
kekuatannya dan daya pantul yang besar. (Mulyono Tri, 2004)
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun lemah dalam tariknya. Jika struktur
itu langsung jika tidak diberi perkuatan yang cukup akan mudah gagal. Menurut
perkiraan kasar, nilai kuat tariknya sekitar 9%-5% kuat tekannya. Maka dari itu
perkuatan sangat diperlukan dalam struktur beton. Perkuatan yang umum adalah
dengan menggunakan tulang baja yang jika dipadukan sering disebut dengan beton
bertulang.
Bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi.
Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun
telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan
banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik. Industri pembuatan bahan
bangunan didirikan di banyak negara dan penggunaan bahan-bahan tersebut biasanya
dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan, pipa, atap dan
pekerjaan isolasi. Acuan ini berhubungan dengan tempat tinggal manusia dan struktur
termasuk rumah.
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data

Data-data  yang  dipergunakan  dalam  penyusunan  karya  tulis  ini  berasal
dari  berbagai  literatur  kepustakaan  yang  berkaitan  dengan  permasalahan yang
dibahas.  Beberapa  jenis  referensi  utama  yang  digunakan  adalah dan artikel ilmiah
yangbersumber  dari  internet.  Jenis  data  yang  diperoleh  variatif,bersifat  kualitatif.

3.2 Pengumpulan Data

Metode  penulisan  bersifat  studi  pustaka.  Informasi  didapatkan  dari
berbagai  literatur  dan  disusun  berdasarkan  hasil  studi  dari  informasi  yangdiperol
eh.  Penulisan  diupayakan  saling  terkait  antar  satu  sama  lain  dan  sesuai dengan
topik yang dibahas.

3.3 Analisis Data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudiandilakukan  penyusunan  karya  tulis  berdasarkan  data  yang  telahdipersiap
kan secara logis  dan sistematis. Teknik analisis data  bersifat deskriptif argumentatif.

d.Penarikan Kesimpulan

Simpulan  didapatkan  setelah  merujuk  kembali  pada  rumusan  masalah,
tujuan  penulisan,  serta  pembahasan.  Simpulan  yang  ditarik  mempresentasikan
pokok  bahasan  karya  tulis,  serta  didukung  dengan  saran  praktis  sebagai
rekomendasi selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah kami peroleh, bahan inovasi
material pengganti beton yang paling ramah lingkungan adalah beton yang
divariasikan dari batu bata yang terbuat dari jamur Miselumyang telah dibiarkan
tumbuh pada bahan bahan organic seperti batang jerami dan bambu kemudian
dibiarkan mengering. Namun, tidak banyak orang tahu tentang fakta dibalik beton.
Produksi bahan-bahan pembentuk beton menghasilkan berton-ton gas rumah kaca
berupa karbondioksida (CO2) ke atmosfer setiap tahunnya. Polusi tersebut memicu
proses perubahan iklim yang kita rasakan sekarang.
Untuk mengatasi kebutuhan pengganti bahan beton tersebut, berikut ini 6
inovasi material bangunan sebagai sebuah alternatif beton dan menurunkan efek
buruknya terhadap lingkungan.

4.1 Batang Jerami


Bangunan yang terbuat dari tumpukan batang jerami mengingatkan pada
zaman dimana rumah-rumah dibangun menggunakan material yang alami dan
diproduksi lokal. Batang jerami yang digunakan untuk menggantikan dinding bata,
kayu atau gipsum ternyata dapat menghasilkan insulasi yang sangat baik bila disusun
dengan baik. Tidak hanya murah namun juga berkelanjutan karena jerami tumbuh
sangat cepat di alam. Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi
masalah diatas adalah dengan batako tidak berlubang, dengan bahan tambah jerami
padi (batang padi setelah pasca panen). Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah
pertanian yang berupa jerami padi ini diharapkan akan mengurangi limbah yang
mencemari lingkungan dan dapat mengurangi kerusakan lahan pertanian yang
dibutuhkan masyarakat sebagai tempat menanam padi.
Penanaman padi tidak hanya menghasilkan padi (gabah) tetapi juga jerami.
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan
belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat
mencapai 12-15 ton setiap hektar pada masa panen, atau 4-5 ton bahan kering
tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Bila produksi padi
dilakukan tiga kali setiap tahun, berarti jumlah gabah maupun jerami yang dihasilkan
menjadi tiga kali lipat dari semula dan tentu sangat bermanfaat.
Ketersediaan jerami sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak seperti sapi
atau kerbau. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, para
petani memanfaatkan jerami untuk pakan ternak, seperti sapi potong, sapi perah,
maupun kerbau. Jerami padi juga diolah untuk pupuk fermentasi, tetapi hal ini jarang
sekali dilakukan di jaman modern ini. Biasanya tumpukan padi yang melimpah
jumlahnya oleh para petani hanya dibakar saja,
karena mengingat lokasi persawahan harus segera dipersiapkan untuk segera diolah
kembali.
Jerami juga merupakan salah satu tanaman yang mengandung serat dan telah
digunakan produksi pulp dan kertas. Begitu juga pemanfaatan jerami sebagai bahan
bangunan, semisal digunakan sebagai bahan penutup atap pada tempat peristirahatan
atau cottage. Pemanfaatan jerami sebagai bahan bangunan dapat mengurangi dua
pertiga jumlah batu bata yang dipakai dalam membangun dinding eksterior. Hal
tersebut dibuktikan dengan pemanfataan jerami didaerah yang beriklim dingin (timur
laut-cina), tumpukan jerami dipakai sebagai bahan dinding eksterior bangunan.
Tumpukan jerami ini kemudian diplester kedua sisi. Menghasilkan dinding setebal
45-60 cm yang kelihatannya mirip dengan dinding bata jemuran (adobe) atau batu,
dengan demikian pemanfaatan jerami padi akan mengurangi polusi dan pemakaian
tanah liat yang langka. Rumah-rumah yang dibangun dengan program tersebut sejauh
ini mampu bertahan terhadap gempa karena dinding jerami yang ringan dan lentur ini
mampu menyerap goncangan gempa (alambina-construction intelligence, htm, 2005).
Untuk menambah kekakuan pada cetakan jerami yang digunakan sebagai
bahan tambah batako tidak berlubang, dapat ditambah dengan lem kayu yang banyak
terdapat di toko-toko bangunan atau lem buatan yang dapat dibuat sendiri, seperti lem
yang dibuat dari tepung tapioka atau pati kanji. Penggunaan lem kayu yang
digunakan untuk menambah kekakuan jerami padi sehingga diharapkan dapat
menambah kuat tekan pada pembuatan batako tidak berlubang.
Alasan lain penggunaan bahan jerami untuk bahan campuran beton ringan adalah
menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan sentuhan
teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan
jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan, sehingga dapat
digunakan pada daerah rawan gempa.

4.2 Beton Rumput


Bahan ini biasanya digunakan di jalur pejalan kaki namun memiliki lubang-
lubang yang cukup untuk rumput tumbuh di sela-selanya. Bahan ini mengurangi
pemakaian beton dan juga bisa menjadi jalan masuknya air hujan ke dalam tanah.
Menggunakan perkerasan (beton) sebagai penutup tanah terkesan lebih praktis dan
mudah dibersihkan. Namun, memakai perkerasan memiliki kelemahan menghambat
air meresap ke dalam tanah.
Sementara itu, memanfaatkan rumput untuk menutup tanah dapat menyerap
air, menghadirkan sentuhan alami, serta memasok oksigen sehingga ramah
lingkungan. Namun demikian, rumput membutuhkan perawatan khusus. Rumput juga
mudah rusak dan kemudian apabila kerap terinjak-injak.
Kini, dengan memadukan keduanya, kelemahan perkerasan dan rumput bisa
diatasi. Rumput lebih awet karena ada perkerasan, sementara air bisa dengan mudah
terserap masuk ke dalam tanah dan permukaan tanah tetap keras karena perkerasan
beton.
Dengan teknik kombinasi seperti ini, halaman rumah akan tertutup tanah yang
kuat dan tetap ramah lingkungan. Tanpa rasa khawatir rusak, tanah yang tertutup oleh
keduanya dapat juga berfungsi sebagai tempat parkir mobil atau aktivitas berat
lainnya.

4.3 Tanah Yang Dipadatkan


Apalagi yang lebih alami daripada merasakan tanah sebagai lantai rumah?
Bahkan sebenarnya dinding yang mirip dengan beton bisa dibuat dengan hanya
memadatkan tanah di rangka kayu. Pemadatan tanah adalah teknologi yang
digunakan oleh peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu dan mampu bertahan
lama. teknik pembuatan rumah ini sebenarnya mendahului konstruksi bata-lumpur
yang terkenal di daerah tersebut. Lapis demi lapis tanah ditambahkan dalam proses,
menjaga ketebalan dinding yang akan mampu membuat penghuninya selamat dari
berbagai cuaca.
Selain dinding rumah, penduduk juga membuat dinding-dinding pendek yang
berjasa sebagai elemen lanskap urban. Dinding pendek tersebut menyediakan tempat
duduk untuk bercengkrama dan bekerja. Fitur paling menakjubkan di sini adalah
onamen pada dinding-dinding rumah. Hampir setiap inci rumah tanah liat ini
memiliki hiasan berupa motif terbuat dari lumpur berwarna dan kapur. Motif tersebut
merupakan cerita dari kebudayaan suku kuno. Adapun yang digambarkan dari motif-
motif itu antara lain berabagai barang dan perabotan di kehidupan sehari-hari, hingga
kepercayaan dan agama. Rupanya, dekorasi tersebut sekaligus juga membedakan satu
rumah dengan rumah lainnya. Anda tidak akan menemui bangunan "polos" di
kawasan ini.
Umumnya, karya seni berupa motif yang membedakan antara satu rumah
dengan rumah lainnya diembos dengan batu dan goresan-goresan. Selain itu, rumah
ini juga memiliki bukaan pintu berukuran kecil. Hal ini membantu pemiliknya
mendapatkan temperatur interior yang nyaman.

4.4 HempCrete
HempCrete adalah beton yang dibuat dari serat tanaman hemp. Serat tersebut
dicampur dengan kapur untuk membentuk bahan mirip beton namun kuat dan ringan.
Karena bahan ini ringan, energi yang diperlukan untuk memindahkan bahan ini
menjadi sangat rendah sementara bahannya sendiri tumbuh cepat di alam sehingga
berkelanjutan. ganja juga dapat diolah jadi bahan bangunan. Hempcrete adalah
sebutan untuk beton berbahan serat ganja, setelah diuji, beton ini 7 kali lebih kuat dan
2 kali lebih ringan ketimbang beton biasa, keunggulan Hempcrete lainnya, beton
lebih elastik dan tahan retak dibanding beton biasa.
Tahun 1973 sebuah perusahaan di prancis telah memfokuskan diri pada
produksi pengolahan berbahan serat ganja, tapi kenapa indonesia memfokuskan diri
untuk memusnahkan ganja, mungkin karena tindakan penyalahgunaan lebih tinggi
dibanding  pemanfaatannya yang positif sehingga perusahaan ini akhirnya berhenti.
Selain Hempcrete, serat batang ganja juga dapat digunakan menjadi bahan interior
mobil dalam dunia otomotif. oleh sebab itu ada pepatah mengatakan, "ganja legal
bumi selamat" cukup populer kita lihat, karena memang ganja dapat menyelamatkan
hutan, hanya dengan satu pohon, apapun dapat tercipta.
4.5 Bambu
Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa negara
selama ribuan tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah kombinasi
antara kekuatannya dalam menghadapi tekanan, berbobot ringan, dan sangat cepat
tumbuh di alam. Digunakan sebagai rangka bangunan dan untuk bangunan sederhana,
bambu bisa menggantikan bahan yang diimpor dan mahal, terutama di daerah
pedalaman, bangunan pasca bencana dan untuk daerah yang berpendapatan rendah
namun memiliki akses luas terhadap tanaman bambunya.
Bambu merupakan material yang dibandrol dengan harga relatif murah. Rata-
rata harga bambu saat ini berkisar antara Rp8.000 hingga Rp15.000 per batang
tergantung kualitas. Coba bandingkan dengan harga kayu ukuran reng dan usuk saja,
selisihnya sudah setengahnya. Itulah kenapa bambu bisa menjadi salah satu material
yang direkomendasikan untuk menghemat budget pembangunan.
Bentuknya yang tidak padat alias memiliki rongga di dalamnya otomatis
membuat bambu memiliki bobot yang lebih ringan daripada material-material yang
lain. Hal ini memungkinkan distribusinya bisa dikerjakan lebih mudah, pun demikian
dengan pemasangannya. Bambu juga gampang dibentuk sesuai keinginan
penggunanya.
Bambu adalah bahan bangunan yang memiliki tingkat elastisitas yang tinggi.
Material ini bisa mempertahankan kedudukannya dengan baik. Hal ini pula yang
menjadikan bambu sebagai material terbaik untuk bangunan yang berdiri di daerah-
daerah rawan gempa. Kalaupun bangun rubuh, bobot bambu yang ringan tidak begitu
membahayakan penghuni bangunan tersebut. Salah satu alasan kenapa bambu
termasuk bahan yang ramah lingkungan yaitu bambu mudah sekali hidup di suatu
tempat. Tingkat pertumbuhannya pun tergolong yang paling cepat di dunia. Bambu
yang layak digunakan biasanya berusia antara 3-5 tahun.
Bambu mempunyai tingkat kuat tarik yang setara dengan baja berkualitas
sedang pada berat jenis yang sama. Bahkan bambu yang sudah diawetkan terlebih
dahulu diklaim sangat kokoh untuk dijadikan kolom bangunanbertingkat. Perlu
diketahui, kabar hebatnya bambu dalam menopang bangunan sudah lama tersiar di
masyarakat Indonesia terbukti dari banyaknya bangunan-bangunan kuno yang
menggunakan bambu sebagai penopangnya. Bagi pecinta desain natural alami, bambu
adalah opsi yang terbaik. Bagaimana tidak karena kesan alami yang dapat
ditimbulkan dari material ini begitu kuat. Untuk dekorasi, bambu biasanya dihadirkan
dalam bentuk perabotan, hiasan dinding, aksesoris, dan lantai.
Karena langsung dari alam dan bukan buatan pabrik, karakteristik bambu
tidak pernah sama. Diameter yang berbeda-beda memerlukan ketelitian dalam proses
seleksi bambu tahap awal. Coba perhatikan, jarak ruas di bambu pun tidak pernah
sama dari bagian ujung sampai pangkal. Hal ini menyebabkan kesulitan tersendiri
dalam memadukan bambu-bambu secara harmonis. Kendati tergolong material yang
kuat, bambu memiliki kelemahan pada detail sambungannya. Sambungan antar-
bambu yang membentuk struktur mempunyai tingkat kesulitan yang rumit. Sehingga
diperlukan penguasaan bambu yang mendalam sebelum dapat menggunakannya
dengan baik. Rayap juga dikenal suka sekali menggerogoti bambu. Jika sudah
diserang, tentu kekuatan bambu akan berkurang drastis dan cepat rusak. Solusi
mengatasi kejadian buruk ini adalah dengan mengoleskan cairan anti-rayap di
permukaan bambu secara berkala.

4.6 Miselium
Miselium adalah sejenis jamur dan saat ini bisa menjadi salah satu bahan
bangunan dengan cara ditumbuhkan di sekitar bahan-bahan organik seperti batang
jerami dan lain-lain. Setelah jamur tumbuh dan menjadi bentuk yang sesuai
keinginaan, jamur ini kemudian dikeringkan sehingga menjadi batu bata yang kuat.
Beberapa ahli mencampurkan Miselium dengan karton dan menuangkannya ke dalam
gulungan pita katun berbentuk tabung. Ketika Miselium tumbuh, ia akan mengikat
seluruh material yang lain seperti lem.
Tabung-tabung tersebut ditempakan di dalam rumah kaca berventilasi selama
empat minggu untuk tumbuh dan menguat. Proses ini mengubah limbah organik
menjadi nutrisi untuk pertumbuhan miselum. Struktur tersebut juga bebas limbah
karena 100% biodegradable.
Jamur Miselum yang tumbuh pada struktur tersebut dapat dipanen untuk
dikonsumsi. Vesaluoma sendiri membayangkan bahwa material tersebut digunakan
untuk membangun sebuah restoran “pop up” (restoran yang dibangun temporer) yang
menyediakan menu dengan bahan dasar jamur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Jadi, penggunaan beton sebagai bahan bangunan dapat kita ganti dengan
bahan-bahan yang ramah lingkungan serta berada di dekat kita. Dan bahan-bahan ini
pun bersifat ramah lingkungan tanpa merugikan alam, contohnya penggantian beton
dengan Miselum. Dimana Miselum ini terbuat dari hifa jamur yang dikeringkan.
Begitu  pula dengan beton dari jerami, dimana jerami ini memberikan keuntungan
bagi kita, karena bahan jerami yang ringan dan juga dapat menyerap getaran, sangat
cocok bagi wilayah yang rawan gempa.

5.2 Saran
            Sebaiknya inovasi material pengganti beton yang ramah lingkungan sudah
seharusnya diterapkan dalam ruang lingkup yang luas. Misal, pembangunan rumah
susun dengan dinding yang terbuat dari jerami, atau memanfaatkan bahan-bahan yang
hasilnya dua kali lipad dari beton biasa (bersifat sustainable).  Karena semakin kreatif
suatu inovasi dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Semua orang pasti akan
tertarik untuk mengikutinya. Jangan sampai bahan pengganti beton yang ramah
lingkungan ini menjadi susah didapat dan mahal bagi masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi dengan kelebihan-kelebihan yang pengganti beton yang sangat
menguntungkan bagi kehidupan manusia, misalnya ramah lingkunga, biaya murah
dan bahan dapat ditemukan dengan mudah di alam.
Daftar Pustaka

"nature-friendly". Webster's New Millennium Dictionary of English, Preview Edition


(v 0.9.7). Lexico Publishing Group, LLC.
Motavalli, Jim (2011-02-12). "A History of Greenwashing: How Dirty Towels
Impacted the Green Movement". AOL.
"Grønvaskere invaderer børsen" [Greenwashers invade the market]. EPN.dk (dalam
Danish). Jyllands-Posten. 2008-06-21.
Greenwashing Fact Sheet. March 22, 2001. Retrieved November 14, 2009.
from corpwatch.org
"international standards for eco-labeling". Green Seal.
"Welcome to the European Union Eco-label Homepage". EUROPA.
"Minutes" (PDF). EUEB Coordination and Cooperation Management Group.
"Environmental Labels Type I". Ricoh.
"Environmental Claims". Federal Trade Commission. 2008
"Labels -environmentally friendly". ecolabels.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Jakarta:Penerbit Andi.
Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta:Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai