Fisiologi Minggu 2
Fisiologi Minggu 2
NIM : 21401101087
Tugas BP 2 MINGGU 2
Spermatogenesis
2. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur
(ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai
dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang
disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak
di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia
fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap
pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada
perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi
hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan
dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami
kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan
pembelahan miosis I. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang
besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub
primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu
satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan
polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder
lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan
kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang,
sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
dengan kedua jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7 dan barulah organ
polar yang spesifik berdiferensiasi dalam berbagai sudut pandang. Pada dinding dorsal
perut sebelah medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung mirip rigi
(gonadal ridge) pada minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai ke panggul
Di daerah bakal gonad, membran basal epitel coelom menghilang sehingga dapat
tumbuh ke dalam tanpa halangan dan sel kelamin dengan organnya dapat mengalami
suatu situasi penting bagi diferensiasi gamet yang sangat spesifik dan terjadi kemudian.
Namun, jaringan mesonefros tumbuh dengan cepat pada bakal gonad, yang
menginduksi dan mengatur perkembangan lebih lanjut pada gonad melalui ekspresi
faktor-faktor spesifik. Tanpa faktor ini, bakal gonad tidak berkembang lebih lanjut.
Mesonefros dengan demikian tetap ada pada kedua jenis kelamin di daerah bakal gonad
kaudal.
Di sebelah lateral dari mesonefros akhirnya terbentuk ductus genitales yang lebar,
lekukan ke dalam pada epitel coelom, yang lalu bertambah menjadi saluran epitel yang
Karenanya, tercipta dasar duktus bersama bagi kedua jenis kelamin untuk diferensiasi
organ kelamin bagian dalam lebih lanjut, yakni keadaan indiferen yang merupakan asal
Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi, sedangkan
secara morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita sampai minggu ke-
7. Gonad pada awalnya merupakan sepasang rigi longitudinal yang disebut genital atau
gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan kondensasi dari lapisan
mesenchyme. Sel germinal primordial belum tampak di genital ridge sampai minggu
Gonad bukan merupakan asal dari sel kelamin dan bukan merupakan “kelenjar”
dalam arti sebenarnya, melainkan tempat sel germinal dalam perjalanannya di ductus
mengembara dari yolk sac melalui tangkai penghubung (connecting stalk) atau juga dari
Sel-sel yang cepat bertambah banyak melalui mitosis, bergerak dan mengembara
seperti amoeba (kira-kira pada hari ke-28) sepanjang mesentery dorsal dari hind gut,
tiba di gonad primitif pada awal minggu ke-5 dan menempati genital ridge pada
minggu ke-6. Apabila mereka gagal menempati genital ridge pada masanya maka
Gambar 2.3 Minggu ke-6 gonad indiferen dengan korda seks primitif. Beberapa sel
germinal primordial dikelilingi oleh sel-sel dari korda sek primitif
Sel kelamin mulanya dapat ditemukan di epitel permukaan yang juga disebut
epitel benih. Sel-sel epitel coelom cepat tumbuh ke dalam dengan membawa sel-sel
germinal dan kemudian selalu mempertahankan hubungan sel yang erat dengan sel-sel
germinal tersebut yang penting untuk diferensiasi sel-sel ini. Sel epitel coelom
cara yang spesifik. Sel epitel coelom berdiferensiasi di dalam testis menjadi sel sertoli
dan di dalam ovarium menjadi sel epitel folikel. Dengan cara ini, pada bakal gonad
embrio terbentuk dua daerah yang berhadapan dan memiliki zat penginduksi yang
berbeda, yaitu korteks dan medula. Sel germinal mula-mula tetap berada di korteks
dalam pengaruh sel-sel sertoli atau sel epitel folikel. Medula sebaliknya lebih
Gambar a) Gonad indiferen. Panah merah = pengembaraan sel germinal dari daerah
usus, panah biru = penetrasi sel-sel mesonefros. b) Bakal testis, kiri = stadium awal,
kanan = stadium lanjut dengan tubulus seminiferus (D), rete testis (R), duktus
epididimis (NH), tunika albugenia (Ta), L = sel leydig. c) bakal ovarium, kanan =
stadium awal, kiri = stadium lanjut dengan epitel benih (K), dan folikel telur (E), P =
folikel primordial.
1 = daerah korteks luar, 2 = daerah korteks, 3 = daerah medula
dari mesoderm ekstra embrional ke bakal gonad. Karena sel-sel benih tetap memiliki
faktor transkripsi (protein-Oct4) yang diekspresikan pada semua sel blastomer yang
totipoten. Faktor ini juga diekspresikan pada sel-sel benih tahap ke-3 dan pada oosit,
namun tidak diekspresikan pada sperma. Pada permukaan gonad, sel- sel germinal
mempunyai faktor sel tunas, yang melindungi sel-sel germinal dari terjadinya apoptosis
Sebelum dan selama sel germinal primordial sampai, epitel dari genital ridge
membentuk beberapa bentuk korda yang tidak beraturan yang dinamakan primitive sex
cords (korda seks primitif). Pada pria dan wanita, korda tersebut berhubungan dengan
permukaan epitel dan tidak mungkin dapat dibedakan antara gonad pria dan wanita.
Gonad dalam keadaan ini dinamakan indifferent gonad (gonad indiferen) (Langman,
2009).
Pada akhir minggu ke-7 diferensiasi seksual bakal gonad baru dikenali. Gonad
Testis
Embrio dikatakan secara genetik adalah pria apabila sel germinal primordial
membawa kromosom seks komplek XY. Di bawah pengaruh dari gen SRY pada
kromosom Y yang mengkode testis determining factor, korda seks primitif berkembang
secara proliferatif dan masuk lebih dalam ke medula untuk membentuk testis atau ke
dalam korda medula. Untuk menuju bagian hilus dari kelenjar, korda berpisah ke
bagian untaian sel kecil yang nantinya akan menjadi tubulus dari rete testis. Selama
perkembangan yang lebih lanjut, lapisan padat dari jaringan konektif fibrosa yaitu
tunica albugenia memisahkan korda testis dari permukaan epitel (Langman, 2009).
Pada testis, sel-sel epitel coelom yang tumbuh di dalamnya (sel pra-sertoli),
membentuk korda yang letaknya sedemikian dekat satu sama lain dan saling terjalin
satu dengan yang lain (korda seksual, “duktuli pluger”) yang merupakan tempat tinggal
sel germinal dan terhambatnya diferensiasi sel tersebut lebih lanjut oleh faktor-faktor
inhibitorik. Di dalam mesenchyme yang tumbuh dari mesonefros muncul sel yang lebih
besar dan memproduksi hormon, yaitu sel Leydig janin yang sudah memproduksi
testosteron dari minggu ke-8 yang penting untuk kelanjutan perkembangan seksual
yang spesifik pada janin. Pada minggu ke-10, anyaman korda seksual mulai memudar.
Struktur tersebut membentuk tubulus seminiferus yang independen dan sangat berliku-
liku yang memisahkan korteks dari epitel benih melalui lapisan jaringan ikat kasar
(tunika albugenia). Kini sel-sel germinal tidak dapat lagi mencapai testis. Sisa sel-sel
yang tersebar di korteks mulai berdegenerasi. Oleh karena saluran kecil sperma
(tubulus seminiferus) berakhir buntu dan simpai testis menebal melalui tunica
albugenia, pengeluaran sel germinal hanya dapat terjadi ke arah dalam. Agar
penyaluran sperma dapat terjadi, terjadi diferensiasi duktus mesonefros yang berbatasan
dengan testis menjadi duktus eferens dan bersatu di atas rete testisdengan tubulus
minggu ke-20 pada dasarnya testis sudah mencapai tahap diferensiasi tersebut, yang
setelah lahir tetap berlangsung sampai pematangan seksual (pubertas) terjadi (Rohen &
Drecoll, 2003).
Ovarium
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tidak ada kromosom Y, korda
seks primitif memisahkan diri ke dalam gugus-gugus sel yang tidak teratur. Gugus sel ini
terdiri atas sekelompok sel germinal primordial yang menempati bagian medula dari ovarium.
Selanjutnya menghilang dan digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk ovarium
medula
A. Potongan melintang ovarium pada 7 minggu, B. Ovarium dan duktus genital pada 5 bulan
coelom pada orang dewasa membentuk korda epitel ke dalam blastema gonad, namun
tidak ada yang menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah korteks. Di
korteks, sel tersebut berubah menjadi gumpalan sel dengan oogoni yang berproliferasi
di dalamnya melalui pembelahan mitosis yang cepat dan berurutan. Secara keseluruhan,
terbentuk sekitar 7 juta sel benih, namun dari jumlah tersebut menjelang kelahiran
menjadi 5-6 juta sel akan mati (Rohen & Drecoll, 2003). Dari minggu ke-12 sampai ke-
16, penggolongan lapisan lambat laun dapat dikenali di bakal gonad. Di luar daerah
korteks jaringan tebal dari sel penunjang yang gelap berkembang dengan oogoni yang
aktif berproliferasi. Kemudian, terbentuk zona yang bertambah lebar, tempat oosit
muncul pertama kalinya, yang dimulai di dalam “bola telur” berepitel dengan
Gambar. Oogenesis dan perkembangan folikel, kotak merah = tahap istirahat dari
primordial folikel yaitu saat profase I
Pada daerah korteks, anyaman longar mesenkim zona medula menutup dan
akhirnya menutup ke dalam rete blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa.
Karena di dalam ovarium tidak terjadi perkembangan ductus genitales, transportasi sel
telur harus terjadi ke arah luar di tempat ini yang berkebalikan dengan testis. Oleh
sebab itu, perlu adanya sistem duktus besar kedua dari bakal indiferen, yaitu duktus
Muller yang berdiferensiasi menjadi tuba fallopii dan uterus setelah terjadinya induksi
SRY merupakan master gen pada perkembangan testis dan berperan secara
langsung pada gonadal ridge dan secara tidak langsung pada duktus mesonefros. Faktor
perkembangan testis lebih lanjut. Apabila hal ini tidak terjadi maka diferensiasi dari
testis akan gagal. SRY juga meregulasi steroidogenesis factor 1 (SF1) yang berperan
melalui faktor transkripsi yang lain yaitu SOX9, untuk menginduksi diferensiasi dari
(duktus Muller) mengalami regresi. Sel Leydig menghasilkan hormon testosteron yang
masuk ke dalam sel dari organ target yang mungkin tetap atau diubah menjadi
berikatan dengan protein reseptor intraseluler spesifik dan secara otomatis komplek
reseptor hormon berikatan dengan DNA untuk meregulasi transkripsi dari gen spesifik
Diferensiasi seks pada wanita dianggap sebagai mekanisme yang terjadi karena
ketidakadaan dari kromosom Y, tetapi sekarang diketahui bahwa ada gen spesifik yang
menginduksi perkembangan ovarium. Seperti contoh, DAX1, salah satu famili reseptor
hormon yang berlokasi pada lengan pendek dari kromosom X dan berperan sebagai
downregulating SF1 yang mencegah terjadinya diferensiasi sel Sertoli dan sel Leydig.
Growth Factor WNT4 juga membantu deferensiasi ovarium dan diekspresikan lebih
awal pada gonadal ridge pada wanita tetapi tidak pada pria.
Tidak adanya produksi MIS oleh sel Sertoli, duktus Muller akan distimulasi oleh
estrogen untuk membentuk tuba fallopii, uterus, cervix, dan vagina bagian atas.
Estrogen juga berperan pada genetalia eksterna pada tahap indiferen untuk membentuk
Genetalia embrio masih bersifat indiferen sampai minggu ke-7. Lalu dalam
pengaruh hormon estrogen yang dibentuk di dalam blastema gonad, duktus Muller terus
berkembang menjadi tuba fallopii, uterus, dan bagian proksimal vagina pada janin
wanita, sedangkan pada saat yang sama mesonefros dan duktus Wolff mengalami
degenerasi.
Gambar 2.9 A. Duktus genital pada janin laki-laki 4 bulan, B. Duktus genital setelah
desensus testis
Pada janin laki-laki, terjadi hal yang sebaliknya, yaitu duktus Muller mengalami
daerah bakal gonad terus berdiferensiasimenjadi epididimis dan duktus Wolff menjadi
vas deferens (duktus deferens). Pada kedua jenis kelamin, bakal gonad mengalami
suatu penurunan (desensus) ketika ligamen genetal bertindak sebagai penuntun. Gonad
wanita pada proses penurunan hanya mencapai pelvis minor yang juga berada di rongga
perut. Testis mengembara lebih jauh melalui kanalis inguinalis sampai ke skrotum
(desensus testis) sehingga ligamen gonadal ridge (gubernakulum testis) memendek dan
testis tertarik ke bawah melalui kanalis inguinalis dari duktus Muller hanya tersisa
suatu vesikel pada puncak atas testis, begitu juga pada bagian awal uretra, yaitu
utriculus prostaticus. Degenerasi duktus Muller diinduksi oleh MIS atau AMH. Dari
bagian akhir duktus Wolff yang kelak menjadi vas deferens, vesicula seminalis tumbuh
dengan salurannya yang disebut duktus ejakulatorius dan bermuara ke dalam uretra.
Duktus Muller berkembang dari suatu invaginasi epitel coelom pada janin
perempuan (antara hari ke-44 dan ke-56) yang kelak menjadi ostium tuba fallopii.
Saluran epitelial ini tumbuh dari segmen thorakal ke-3 ke arah kaudal yang sangat
dekat dengan duktus Wolff sehingga terhubung oleh suatu membran basal bersama.
Pada pelvis minor, hubungan tersebut menghilang kembali. Kedua duktus Muller
terdorong ke arah medial dan menjadi satu dengan yang lain serta membentuk satu
saluran dengan lumen bersama, yaitu bakal uterus. Bakal uterus segera dilapisi
mesenkim yang menjadi asal terbentuknya otot uterus dan perimetrium. Pada dinding
dorsal sinus urogenitalis, terjadi suatu proliferasi sel yaitu “Muller hill” yang
membentuk bakal vagina bagian proksimal. Duktus Wolff pada perempuan tidak
serta tidak berfungsi, letaknya di belakang uterus dan vagina dan tetap ada seumur
hidup yang disebut dengan duktus Gartner. Sisa duktus mesonefros dan vesikel
berepitel yang tidak berarti hampir selalu dijumpai pada perempuan dewasa di antara
tuba dan ovarium dan disebut dengan epooforon dan parooforon. Dari kedua struktur
ovarium
Diferensiasi organ genetalia eksterna juga didahului oleh keadaan indiferen. Setelah
terjadinya pemisahan rektum oleh septum urorectale, hanya pars phallica dan pars pelvina
yang tersisa di bagian bawah sinus urogenitalis. Pada janin laki-laki, kedua bagian sinus
urogenitalis berdeferensiasi menjadi uretra, pada perempuan hanya menjadi pars pelvina. Hal
tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pada janin perempuan, lipatan genetalia yang
Secara detail, mula-mula dua lipatan genetalia (di dalam), dua genital swelling
(tonjolan labioskrotal) (lebih ke arah luar) dan di bagian tengah atas suatu tuberkulum yang
tidak berpasangan (genital tubercle) berkembang, yang masih berada dalam tahap indiferen.
swelling menjadi labia mayora dan genital tubercle menjadi klitoris dan corpus cavernosum
clitoridis (Rohen & Drecoll, 2003). Pada akhir minggu ke-6 masih tidak dapat dibedakan
bagian padat tumbuh ke luar pelvik tepat di sinus. Bagaian yang keluar merupakan
bulbus sinovaginal yang berproliferasi dan membentuk vaginal plate yang padat.
Proliferasi berlanjut pada bagian kranial akhir dari plate, tumbuh menjauh antara uterus
dan sinus urogenital. Pada bulan ke-4, vagina tumbuh keluar dari kanal. Bagian vagina
yang tumbuh keluar mengelilingi bagian akhir uterus adalah forniks vagina merupakan
asal paramesonefros. Sehingga vagina memiliki 2 asal mula, bagian atas terbentuk dari
Sisa lumen vagina yang terpisah dari sinus urogenital sebagai lapisan jaringan
yang tipis dinamakan hymen yang terdiri atas lapisan epitel dari sinus dan lapisan tipis
Pada janin laki-laki, genital tubercle tumbuh menjadi penis (glans penis, corpus
spongiosum dan uretra) dalam pengaruh testosteron yang terjadi pada minggu ke-10,
pada saat yang sama kedua lipatan genetalia memanjang dan menyatu di tengah. Kedua
lipatan tersebut membentuk corpus penis dengan kedua corpus cavernosum. Namun,
celah di tengah yang mula-mula tampak cepat menutup, dapat tetap terbuka
(hipospadia) pada malformasi. Kedua genital swelling tumbuh bersama di medial dan
genital.
Skrotum pada akhir masa janin menerima testis beserta pelapisnya, juga
penonjolan peritonium (tunica vaginalis). Desensus testis seharusnya sudah selesai pada
waktu lahir, yang dapat dinilai sebagai tanda kematangan seksual pria.