Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MALNUTRISI

Disusun Oleh :

Yandri Lomo

Evania Zachawerus

Verentsya Tambani

Febrisyela Sembel

Natreisie Kojongian

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malnutrisi merupakan suatu kondisi medis yang disebabkan oleh asupan yang tidak mencukupi. Malnutrisi sering dikaitkan dengan
keadaan gizi kurang akibat kurangnya konsumsi makanan ,penyerapan buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Namun, istilah
malnutrisi juga mencakup keadaan gizi berlebihan. Seseorang mengalami malnutrisi bila jumlah, jenis, atau kualitas yang memadai dari zat gizi
yang mencakup diet yang tidak sehat dikonsumsi untuk jangka waktu yang cukup lama.

Kondisi malnutrisi merupakan penyebab primer morbiditas dan mortalitas anak balita di negara berkembang. Hal ini merupakan masalah
kesehatan utama dan penyebab kematian anak terbesar. Berdasarkan data dari WHO 2012, prevalensi malnutrisi pada anak di bawah umur lima
tahun dari tahun 2005-2011 di dunia masih tinggi yaitu 16,2%. Tingginya tingkat gizi kurang pada anak menjadi tantangan utama untuk
ketahanan hidup dan perkembangan anak. Selain gizi kurang, diperkirakan sekitar 40 juta (6%) pada balita memiliki gizi lebih dengan berat
badan untuk tinggi badan melebihi dari dua standar deviasi dari nilai median standar pertumbuhan anak.

Di Indonesia, masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun
2005 menunjukkan status gizi kurang sampai gizi buruk di Indonesia mencapai 28%, 18, 4% pada 2007. Data Riskesdas pada 2010 menunjukan
prevalensi balita mengalami gizi kurang-buruk secara nasional adalah 17,9% dan di tahun 2013 meningkat menjadi 19,6%. Meskipun kejadian
gizi kurang-buruk pada anak balita berfluktuasi dari tahun 2005-2013, namun angka tersebut masih jauh dari target Millenium Development
Goals 2015 dimana angka kekurangan gizi diharapkan mencapai kurang dari 15,5%. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi anak balita
yang mengalami gizi buruk secara nasional adalah 5,7 %, gizi kurang 13,9 %, dan gizi lebih 11,9 %.

2
Balita merupakan tahap awal pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial di masyarakat umum di luar keluarga. Seorang anak balita
sedang mengalami masa tumbuh kembangnya yang relatif pesat. Pada masa ini, proses perubahan fisik, emosi dan sosial anak balita berlangsung
cepat. Proses ini dipengaruhi berbagai faktor dari diri anak sendiri dan lingkungan. Dalam hal konsumsi pangan, pada anak balita akan terjadi
peralihan dari golongan konsumen pasif menjadi konsumen aktif sehingga pada usia balita anak sangat rentan terhadap berbagai masalah
kesehatan terutama masalah gizi. Apabila anak mengalami gizi kurang dan kekurangan gizi ini berlangsung lama, maka akan berakibat
terganggunya pertumbuhan, perkembangan mental, serta sistem imunitas, sehingga anak mudah terserang penyakit dan berakhir pada kematian.

Faktor penyebab langsung terjadinya gizi kurang adalah ketidakseimbangan gizi dalam makanan yang dikonsumsi serta terjangkitnya
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran pencernaan. Faktor tidak langsung seperti kesediaan pangan di keluarga,
pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
pendapatan, serta banyaknya anggota keluarga dan faktor sosial budaya. Faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan
menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak.

Berbagai penelitian mengenai gizi telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap status gizi anak balita.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Permana (2011), faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan
penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Patodo (2012) menunjukkan bahwa semakin besar pendapatan
keluarga maka semakin baik status gizi balita, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian Johanis & Aaltje (2011) menunjukkan anak-anak dari
tingkat sosial ekonomi yang rendah lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat dan kurang mengkonsumsi protein dan lemak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi
karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat
terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary 2007: 524 ).

Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus
kwashiorkor.

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi
kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di sebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).

4
B. Etiologi

Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup, informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau
hiegene jelek. Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu dan anak dari keluarga sosial ekonomi rendah, atau karena kelainan
metabolik atau malformasi congenital. Gangguan berat pada sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.

Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena
masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada penyakit
hati kronik.

Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan
gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama berada di daerah industri belum
berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi mengisap; dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai
sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini
tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.

5
C. Clinical Manifestasi

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan dan kekurangan energi


2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10.  Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

6
D. Patofisiologi

Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan
kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati
pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites,
gangguan mata, kulit, dan lain-lain. Penyakit kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang rendah karena
tidak mampu membeli bahan makanan yang mengandung protein hewani (seperti daging, telur, hati, susu, dsb.). Sebenarnya protein nabati yang
terdapat pada kedelai, kacang-kacangan juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan, tetapi karena kurangnya
pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi protein ini. Kwashiorkor biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur tertentu, yaitu
bayi pada masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena pada umur ini relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-
baiknya. Walaupun defisiensi protein menjadi penyebab utama penyakit ini, namun selalu disertai defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada
kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kekurangan protein dalam diet akan
menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga kemudian timbul edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan
terjadi akumulasi lemak dalam hepar.

7
Planning
Nursing Diagnosa Implementasi Evaluasi
Goal Intervensi Rasional
Imbalanced  Kebutuhan nutrisi - Kaji masalah yang - Untuk mengetahui - Mengkaji masalah  At 14.00
nutrition less than pasien tercapai selama dapat penyebab tarjadinya yang S : “sus, anak saya masih
body 8 jam tindakan mempengaruhi malnutrisi mempengaruhi pt terlihat kurus”
requierments keperawatan dengan pasien untuk - Asupan nutrisi yang susah makan O:
related to krieria hasil : susah makan kurang bisa - Menjelaskan -pt masih terlihat kurus
economically - Pt sudah - Jelaskan pada menyebabkan pada pt dan -BB masih 12 Kg
disvantaged terlihat tidak pasien dan penurunan berat keluarga apabila A : Masalah teratasi
DS : kurus keluarga apabila badan dan tidak makan dalam sebagian
“sus, anak saya - BB pt tidak makan pengurangan waktu yang lama P : Lanjutkan Intervensi
terlihat lebih bertambah dari dalam waktu yang pembentukan - Menganjurkan pt
kurus. “ 10 kg menjadi lama energi untuk berkumur
20 kg - Anjurkan pt untuk - Mulut yang bersih dahulu sebelum
DO : berkumur dahulu meningkatkan nafsu makan
- Pt terlihat sebelum makan makan - Menganjurkan
sangat kurus - Anjurkan pada - Mengurangi beban pada keluarga
- BB = 10 kg keluarga untuk kerja lambung untuk beri
beri makanan sehingga makanan sedikit
sedikit tapi sering mengurangi mual tapi sering
- Kolaborasi dengan - Infus mengandung - Berkolaborasi
ahli nutrisi dalam gluosa dan sodium dengan ahli nutrisi
pemberian nutrisi klorida yang dapat dalam pemberian
parenteral infus membantu nutrisi parenteral
Ringer Laktat pemenuhan nutrisi infus Ringer Laktat
- Observasi dan elektrolit tubuh. - Mengobservasi
keadaan umum - Pengukuran BB anak keadaan umum pt,
pt, asupan adalah indicator asupan makanan,
makanan, dan BB dalam penentuan dan BB
status gizi.

8
9

Anda mungkin juga menyukai