Anda di halaman 1dari 10

Nama : Mutia Irani

NIM : 11191020000051
Kelas : Farmasi 19B

Judul Praktikum : Titrasi Netralisasi


Tujuan Praktikum :
 Dapat menyiapkan larutan asam, membakukannya dan mengaplikasikannya untuk
menentukan kadar suatu zat
 Dapat merancang prosedur penentuan kadar asam/basa/garam
Dasar Teori
Titrasi merupakan metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya (larutan baku). Prinsip dasar Titrasi – Netralisasi
adalah di dasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Titik Equivalen pada titrasi asam basa
adalah saat sejumlah asam di netralkan oleh sejumlah basa, selama proses titrasi berlangsung
terjadi perubahan pH. PH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang
dihasilkan dari netralisasi asam-basa. Titrasi berhenti pada saat titik akhir titrasi tercapai,
yang ditandai oleh perubahan warna indikator asam-basa untuk mengetahui konsentrasinya.
Indikator asam-basa adalah yang di tambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel,
umumnya yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Titrasi
asam-basa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan asidimetri dan alkalimetri.
Asidimetri yaitu pengendapan kadar larutan basa menggunakan larutan baku asam,
sedangkan alkalimetri adalah penetapan suatu larutan asam menggunakan larutan baku basa.
Larutan baku basa adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
1. Prinsip Asidimetri
“Berdasarkan reaksi netralisasi dimana ion OH- dari basa akan dinetralisasikan oleh ion
H+ dari asam yang akan menghasilkan garam + air. Dengan penambahan indikator BTB
menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi hijau kekuningan.”
Reaksi:
 (dimisalkan asam: HCl dan basa: NaOH)
maka: NaOH + HCl NaCl + H2O
 BTB + HCl
2. Prinsip Alkalimetri
“Berdasarkan reaksi netralisasi dimana ion H+ dari asam akan dinetralisasikan oleh ion
OH- dari basa yang akan menghasilkan garam + air. Dengan penambahan indikator PP
menghasilkan perubahan warna dari bening menjadi merah rose.”
Reaksi:
 (dimisalkan asam: H2C2O4 dan basa: NaOH)
maka: H2C2O4 + NaOH Na2C2O4 + H2O
 PP + NaOH
3. Cara pemilihan indikator pada titrasi netralisasi
 Didasarkan atas pH larutan hasil reaksi. Perubahan pH pada saat dan sekitar titik
ekuivalen agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya
 Titik ekivalensi terletak pada interval perubahan warna indikator
 Interval perubahan warna indikator terletak pada agian tengah kurva titrasinya

Alat dan Bahan


 HCl (pekat)
 Na2CO3 padat
 Na2B4O7 padat
 Campuran larutan NaOH + Na2CO3 + NaHCO3
 Indikator PP, Metil Orange, dan Metil Merah

Prosedur Kerja
a. Penyiapan Larutan
1) Pembuatan larutan HCl yang normalitasnya diperkirakan 0,1 N
1. Sediakan labu ukur 100 ml, isilah dengan akuades kurang lebih 30 ml.
2. Dengan menggunakan sebuah gelas ukur, ambil HCl pekat (kadar kira-kira 37%)
sebanyak kurang lebih 0,83 ml dan masukkan ke dalam labu ukur tersebut.
3. Tambahkan air suling sampai tepat tanda batas.
Peringatan : pada pengenceran asam pekat, asam harus ditambahkan ke dalam air
bukan sebaliknya.
2) Pembuatan larutan Boraks 0,1 N
1. Berat ekivalen Na2B4O7.10H2O = 190,72. Timbanglah dengan teliti 0,9536 gram
boraks.
2. Masukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
3. Larutkan dengan akuades sampai batas tanda.
3) Pembuatan larutan HCl dengan larutan Boraks 0,1 N
1. Siapkan buret 50 ml yang bersih dan bilas dengan sedikit larutan HCl yang akan
dibakukan. Isilah buret dengan HCl.
2. Pipet 10 ml larutan boraks 0,1 N dengan menggunakan pipet gondok dan
pindahkan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
3. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator metil merah.
4. Titrasi larutan dengan HCl dari buret sampai larutan berubah warna menjadi
merah muda.
5. Ulangi titrasi sekali lagi dan hitunglah normalitas larutan HCl.

b. Aplikasi (Penentuan kadar karbonat (NaCO3))


1. Siapkan buret 50 ml yang bersih dan bilaslah dengan sedikit larutan HCl yang telah
dibakukan. Isilah buret dengan larutan HCl tersebut.
2. Pipet 10 ml larutan sampel dengan menggunakan pipet gondok dan pindahkan ke
dalam erlenmeyer yang bersih.
3. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator fenolftalin.
4. Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah menjadi
merah muda.
5. Catat volume HCl yang terpakai (V1).
6. Kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator metil jingga.
7. Titrasi larutan ini dengan larutan HCl dari buret sampai larutan berubah warna.
8. Catat volume HCl yang terpakai (V2).
9. Ulangi titrasi sekali lagi dan hitung kadar masing- masing senyawa yang terdapat
dalam campuran.

Pembahasan
Dalam praktikum titrasi netralisasi ini digunakan HCl (asam kuat) sebagai titrannya,
sedangkan titratnya yaitu Boraks (Na2B4O7) dan Karbonat (Na2CO3). Pertama sekali yang
harus dilakukan tentunya membuat larutan pentitrannya yaitu larutan HCl dengan
normalitasnya kira-kira 0,1 N. Akuades kurang lebih 30 ml dimasukkan ke dalam labu ukur
ukuran 100 ml. Kemudian ambil HCl pekat (kadar kira-kira 37%) sebanyak kurang lebih 0,83
ml dan masukkan ke dalam labu ukur yang sudah berisi akuades tersebut. Perlu diperhatikan
disini bahwa dalam pengenceran air harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam wadah (labu
ukur) baru kemudian memasukkan asam pekat ke dalamnya. Hal tersebut bertujuan agar tidak
terjadinya bumping (ledakan) saat melakukan pengenceran. Setelah HCl pekat dimasukkan,
lalu tambahkan air suling sampai tepat tanda batas.
Selanjutnya yaitu pembuatan larutan boraks 0,1 N. Boraks ditimbang sebanyak 0,9536
gram dengan teliti lalu masukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian tambahkan akuades
sampai batas tanda. Pembuatan larutan boraks ini dimaksudkan untuk pembakuan titran yang
akan digunakan yaitu HCl. Langkah awal dalam pembakuan larutan HCl dengan larutan
boraks 0,1 N yaitu siapkan buret 50 ml yang bersih dan bilas dengan sedikit larutan HCl yang
akan dibakukan. Lalu 10 ml larutan boraks 0,1 N diambil dengan menggunakan pipet gondok
dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer bersih. Kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes larutan
indikator metil merah ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan boraks tadi. Titrasi larutan
dengan HCl dari buret sampai larutan yang ada di dalam erlenmeyer berubah warna menjadi
merah muda. Lakukan titrasi sebanyak 2 kali pengulangan agar didapati hasil yang lebih
akurat.
Setelah HCl dibakukan, barulah kita bisa menentukan kadar karbonat (Na2CO3) dengan
melakukan titrasi menggunakan HCl sebagai pentitrannya. Siapkan buret 50 ml yang bersih
dan sebelumnya bilas dulu menggunakan larutan HCl yang sudah dibakukan kemudian isi
buret tersebut dengan larutan HCl. Selanjutnya pipet 10 ml larutan sampel menggunakan
pipet gondok dan masukkan ke dalam erlenmeyer yang bersih. Lalu tambahkan 2 atau 3 tetes
larutan indikator fenolftalin. Indikator fenolftalin merupakan indikator basa dengan rentang
pH 8,3 sampai dengan 10. Pada larutan asam, indikator fenolftalin tidak berwarna, namun
pada larutan basa, indikator fenolftalin akan berwarna merah. Titrasi larutan tersebut dengan
larutan HCl dari buret sampai tampak perubahan warna menjadi merah muda. Catat volume
HCl yang terpakai dalam titrasi tersebut (V1). Kemudian tambahkan lagi 2 atau 3 tetes larutan
indikator metil jingga. Indikator metil jingga yang memiliki nama kimia, yaitu
dimetilaminoazobenzen sodium sulfat merupakan indikator asam dengan rentang pH 3,2-4,4.
Pada larutan basa, indikator metil jingga akan berwarna jingga, namun pada larutan asam,
akan berwarna merah. Titrasi kembali dengan menggunakan larutan HCl dari buret sampai
larutan tampak berubah warna. Catat volume HCl yang terpakai pada titrasi kedua tersebut
(V2). Lakukan titrasi sebanyak 2 kali pengulangan agar didapati hasil yang lebih akurat.
Pada titrasi tahap pertama, volume larutan baku HCl yang terpakai adalah 4,50 ml.
Reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Na2CO3 + HCl NaCl + NaHCO3
Lalu, pada titrasi tahap kedua, volume larutan baku HCl yang terpakai adalah 7,50 ml.
Reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Na2HCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Karena V1 lebih kecil daripada V2, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa yang
terdapat di dalam larutan adalah Na2CO3 dan NaHCO3.

Tugas
1. Tentukan komposisi dan kadar masing-masing zat dalam campuran (% b/v).
2. Buat kurva titrasi campuran.
3. Cari indikator lain yang dapat digunakan untuk titrasi campuran disertai dengan
pembahasan alasan pemilihannya.

Perhitungan

Normalitas Larutan HCl =

Campuran karbonat :
Bila :
A. V1 = V2 maka senyawa yang terdapat adalah Na2CO3
B. V1 > V2 maka senyawa yang terdapat adalah NaOH dan Na2CO3
C. V1 < V2 maka senyawa yang terdapat adalah Na2CO3 dan NaHCO3

N HCl =

N HCl =

N HCl = 0,111 N

1. 2 3 3
Kadar % b/v Na CO dan % b/v NaHCO :

 2 3
Mgrek HCl = mgrek Na CO
2 3
N HCl × V HCl = mgrek Na CO

2 3
0,111 × 4,50 ml = mgrek Na CO

2 3
0,4995 = mgrek Na CO

2 3
mgrek Na CO = 0,4995 mgrek

2 3 3
Na CO + HCl NaCl + NaHCO

Karena hanya 1 HCl yang bereaksi, maka

BE = BM

2 3
BE = BM Na CO = 106

2 3 2 3 2 3
mg Na CO = mgrek Na CO × BE Na CO

= 0,4995 mgrek × 106 g/mol

= 52,947 mg

= 0,052947 g

2 3
% b/v Na CO =

= 0,52947 % ~ 0,5 % b/v

 3
Mgrek HCl = mgrek NaHCO
2 1 3
N HCl × (V -V ) HCl = mgrek NaHCO

3
0,111 × 3 ml = mgrek NaHCO

3
0,333 = mgrek NaHCO

3
mgrek NaHCO = 0,333 mgrek

3 2
NaHCO + HCl NaCl + H O + CO

Karena hanya 1 HCl yang bereaksi, maka

BE = BM

3
BE = BM NaHCO = 84

3 3 3
mg NaHCO = mgrek NaHCO × BE NaHCO

= 0,333 mgrek × 84 g/mol

= 27,972 mg

= 0,027972 g

3
% b/v NaHCO =

= 0,27972 % ~ 0,3 % b/v


2. Kurva Titrasi Campuran

Titrasi larutan Na2CO3 dengan titrannya yaitu larutan HCl maka akan membentuk reaksi:
Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + CO2 + H2O
Reaksi diatas terjadi setelah kurva mencapai dua kali titik ekuivalen seperti yang terlihat
pada gambar 1, yaitu ada titik A dan titik B. Pada titik A, menunjukkan bahwa larutan
natrium karbonat (Na2CO3) bereaksi dengan HCl membentuk garam natrium bikarbonat
(NaHCO3) dengan reaksi sebagai berikut:
Na2CO3 + HCl NaCl + NaHCO3
Pada saat semua Na2CO3 berubah menjadi NaHCO3 maka kita sebut sebagai keadaan
setengah titrasi atau titrasi baru berjalan separuhnya, yang menjadi titik ekuivalen yang
pertama. Setelah terus menerus ditambahkan HCl, maka reaksi akan sampai pada titik B
dimana NaHCO3 berubah menjadi H2CO3 yang kemudian terurai menjadi karbon dioksida
dan air. Disinilah terjadi titik ekuivalen yang kedua. Dengan menghitung besarnya pH yang
terjadi pada dua titik ekuivalen tersebut maka kita bisa memilih indikator yang sesuai. Pada
praktikum titrasi netralisasi ini indikator yang dipakai adalah fenoltalein untuk menentukan
titik ekuivalen pertama dan metil jingga untuk menentukan titik ekuivalen kedua.

3. Indikator Lain Yang Dapat Digunakan


Fenolftalin dan metil jingga merupakan dua indikator yang biasanya digunakan dalam
titrasi netralisasi ini, akan tetapi masih terdapat indikator lain yang bisa digunakan dalam
titrasi netralisasi ini. Dapat dilihat pada kurva diatas, pH awal larutan Na 2CO3 yang berada
pada rentang pH 8-10 dengan titik ekuivalennya kira-kira berada di pH 8,3. Maka dari itu
indikator lain yang bisa digunakan selain dari fenolftalin adalah fenol merah, karena titik
ekuivalen larutan Na2CO3 yaitu 8,3 masuk pada rentang pH yang dimiliki oleh fenol merah.
Indikator fenol merah akan merubah larutan menjadi warna biru saat pH berada di atas 8,4
dan akan berubah menjadi warna kuning saat pH larutan 6,8 (rentang pH 6,8 - 8,4). Indikator
fenol merah cocok untuk menentukan kadar pH Na2CO3 pada saat mencapai titik ekuivalen
pertama, karena perubahan warna larutan akan terjadi saat Na2CO3 mencapai titik
ekuivalennya dan saat mencapai pH netral, yaitu 7. Indikator fenol merah untuk melihat
perubahan warna juga bisa digunakan hampir sebaik fenolftalin yang memiliki rentang 8,0-
9,6.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk menentukan kadar pH Na 2CO3 dibawah 7 dan
titik ekuivalen ke dua adalah metil kuning (rentang pH 2,9- 4,0) dan bromofenol biru (rentang
pH 3,0-4,6). Indikator tersebut dapat menunjukkan perubahan warna larutan saat titik
ekuivalen kedua terjadi, karena titik ekuivalen kedua yang kira-kira berada pada pH 3,5
masuk pada rentang pH metil kuning (rentang pH 2,9- 4,0) dan bromofenol biru (rentang pH
3,0-4,6). Selain itu, rentang pH nya juga tidak jauh berbeda dengan metil jingga yang
memiliki rentang 3,1-4,4.

Kesimpulan
Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan kadar
suatu larutan. Pada titrasi terdapat titik ekuivalen yaitu saat jumlah mol titran sama dengan
titrat. Titrasi larutan Na2CO3 dengan larutan HCl menghasilkan dua titik ekuivalen hingga
titrasi benar-benar selesai. Dalam menentukan besar pH saat mencapai titik ekuivalen dapat
menggunakan indikator fenolftalin yang digunakan untuk titik ekuivalen pertama dengan
melihat perubahan warna larutan dari merah hingga tak berwarna. Lalu metil jingga untuk
titik ekuivalen kedua dengan melihat perubahan warna dari kuning ke merah. Pada praktikum
Titrasi Netralisasi ini didapati hasil bahwa normalitas HCl yaitu 0,111 N. Dari percobaan
juga didapati hasil bahwa di dalam campuran karbonat terkandung senyawa Na2CO3 dengan
kadar 0,5 % b/v dan senyawa NaHCO3 dengan kadar 0,3 % b/v.

Anda mungkin juga menyukai