Anda di halaman 1dari 10

Lembar Kerja Pratikum Fluidisasi

BAB I
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fluidisasi adalah peristiwa dimana unggun berisi butiran padat yang


berkelakukan seperti fluida karena dialiri fluida. Manfaat dari sifat padatan yang
terfluidisasi adalah sifatnya yang dapat dialirkan sehingga memungkinkan operasi
menggunakan padatan dapat bersifat kontinyu. Selain itu keuntungan lain adalah
dengan terangkatnya butiran sampai terapung ini membuat luas permukaan kontak
antara padatan dan fluida sangat besar sehingga operasi menjadi sangat efektif.
Peristiwa fluidisasi digunakan dalam industri petrokimia dalam reaktor cracking,
katalis padat dalam butiran dapat diregenerasi secara kontinyu dengan mengalirkan
katalis dari reaktor ke unit aktivasi katalis. Contoh pemakaian dari reaktor ini adalah
pembuatan alkil klorida dari gas klorin dan olefin dan pembuatan phtalic-anhidride
dari oksidasi naphtalena oleh udara.
Pemakaian lain fluidisasi antara lain untuk pembakaran kapur, pemungutan
(recovery) tembaga, perak atau emas dari bijihnya. Pada pembakaran kapur aliran
udara digunakan untuk supply oksigen pada pembakaran, sedangkan pada
pengambilan logam dari bijihnya aliran gas yag digunakan adalah gas pereduksi,
sehingga oksida logam tereduksi menjadi logam murni.
Beberapa incinerator menggunakan prinsip fluidisasi, digunakan untuk pembakaran
lumpur dari proses mikrobiologi dan juga penyelesaian akhir untuk perlakuan limbah
B3. Selain pembakaran juga dihasilkan panas yang dapat digunakan sebagai
penghasil steam.

1.2 Tujuan
1. Membuat kurva karakteristik fluidisasi.

2. Menentukan rapat massa butiran padat.

3. Menentukan harga kecepatan alir minimum Umf dari kurva karakteristik dan dari
perhitungan.

4. Mengetahui pengaruh ukuran partikel dan tinggi unggun terhadap Umf


BAB II
DASAR TEORI
Ketika fluida atau gas mengalir dengan laju kecil pada kolom berisi unggun padatan
maka tekanan gas akan berkurang sepanjang unggun padatan. Apabila laju aliran
gas diperbesar terus maka besarnya penurunan tekanan gas sepanjang unggun
juga akan berambah, hingga pada suatu saat dimana butiran padatan tersebut
terangkat oleh aliran gas maka penurunan tekanan menjadi tetap. Keadaan dimana
padatan terangkat sehingga tidak lagi berupa unggun diam disebut terfluidisasi,
artinya padatan tersuspensi dalam gas dan pada keadaan ini sifat dari padatan tidak
lagi seperti semula tetapi berubah seperti fluida, yaitu dapat dialirkan melalui pipa
maupun keran. Besarnya kecepatan minimum yang diperlukan untuk membuat
padatan unggun diam menjadi terfluidisasi tergantung beberapa faktor seperti
besarnya diameter padatan, porositas padatan, rapat massa padatan, dan faktor
bentuk dari butiran padat.

Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:


1. Fenomena unggun diam (fixed bed) yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari
laju minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel padatan tetap diam.

2. Fenomena fluidisasi minimum (incipient fluidization) yang terjadi ketika laju alir
fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.

3. Fenomena smooth / homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan


distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.

4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung – gelembung pada


unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.

5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar


yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat.Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat seperti
terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel
padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.

7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum.

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1. laju alir fluida dan jenis fluida


2. ukuran partikel dan bentuk partikel
3. jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
4. porositas unggun
5. distribusi aliran
6. distribusi bentuk ukuran fluida
7. diameter kolom
8. tinggi unggun

Pada kecepatan sedikit diatas V min unggun yang terjadi adalah laminer, apabila
kecepatan gas diperbesar maka unggun yang terjadi disebut fluidisasi bubbling dan
apabila kecepatan ini bertambah terus fluidisasi yang terjadi disebut fluidisasi
turbulen.

Gambar 1. Fenomena fluidisasi pada kecepatan bervariasi


Keunggulan proses fluidisasi, antara lain:
1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan,

2. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam


kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya,

3. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan


pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor,

4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup


tinggi,

5. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas


yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.

Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:


1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu,

2. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah


tertentu padatan,

3. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin,

Terjadinya chanelling dan slugging/penorakan di dalam unggun sering kali tidak


dapat dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini
terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Pada operasi fluidisasi :

Untuk keadaan khusus :



Fluida dialirkan ke dalam kolom dengan kecepatan atas dasar kolom kosong, U 0.
yang berarti kecepatan rata-rata fluida dalam kolom kosong dengan luas
penampang sama dengan penampang unggun pada laju alir volume yang sama
dengan laju alir fluida dalam unggun.
Sehingga,
U0 = Q/A
dengan Q : Laju alir volume (m3/s)
A: Luas penampang kolom kosong (m2)

Dengan peningkatan kecepatan fluida, tinggi unggun juga meningkat, tetapi


kehilangan tekanan (∆P) akan konstan. Dari kenyataan ini menunjukkan bahwa
geometri intern unggun berubah terutama mengenai porositas unggun (ε), yaitu
fraksi ruang kosong dalam unggun.
Menurut (Geldart,1973) tidak semua padatan dapat terfluidisasi , sifat dari padatan
pada fluidisasi bergantung pada ukuran partikel dan rapat massanya. Geldart
mengklasifikasi padatan dalam 4 bagian utama yaitu:
a. Kelompok A (areatable particles)
Material pada kelompok ini memiliki ukuran kecil (Dp<30nm) dan/atau densitas
yang rendah ( < 1,4 g/ml).Fluid cracking catalyst termasuk ke dalam kelompok
ini. Padatan terfluidisasi dengan mudah, dengan kecepatan rendah tanpa
pembentukan gelembung. Pada kecepatan yang lebih tinggi tercapai ketika
gelembung mulai terbentuk maka tercapai kecepatan gelembung minimum.
b. Kelompok B (sandlike particles)
Kebanyakan partikel pada kelompok ini memiliki ukuran 150 nm – 500 nm dan
densitas 1,4-4 gr/ml. Untuk jenis ini, ketika u mf terlewati, gas muncul dalam bentuk
gelembung. Gelembung pada kelompok ini bisa terbentuk dengan ukuran yang
besar. Biasanya material yang tergolong pada kelompok ini adalah glass beads
(Ballotini) dan coarse beads
c. Kelompok C (cohesive atau bubuk sangat halus)
Ukuran kelompok ini kurang dari 20 nm dan sulit untuk terfluidisasi karena gaya
antarpartikel relative besar. Pada unggun dengan diameter partikel kecil mudah
membentuk channeling . Contoh: talk, tepung dan pati.
d. Kelompok D (spoutable)
Ukuran partikel pada kelompok ini sangat besar atau sangat rapat. Partikel ini
susah untuk terfluidisasi pada unggun yang dalam (tinggi). Tidak seperti kelompok
B, dengan peningkatan kecepatan, material dapat terlempar seperti semburan.
Jika distribusi gas tidak rata, sifat menyembur dan sebagian channeling dapat
terjadi. Contoh: biji kopi, peluru timbal dan beberapa bijih logam.

BAB III
ALAT BAHAN DAN LANGKAH KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Kolom Fluidisasi  Partikel polipropilen berdiameter 4


 Kompresor Udara mm
 Pompa Air  Partikel manik-manik plastik
 Rotameter Udara berdiameter 3,6 mm

 Rotameter air  Partikel resin penukar anion,

 Kerangan Pengatur Laju Alir Udara diameter 1 mm

 Kerangan Pengatur Laju Alir Air  Air

 Piknometer  Udara dari kompresor

 Neraca analitis

3.2 Langkah Kerja


1. Penentuan Massa Jenis Partikel
a. siapkan piknometer yang bersih dan kering
b. timbang piknometer kosong dengan neraca
c. isikan padatan hingga setengah volume piknometer, timbang
d. masukkan air sampai piknometer penuh dan timbang dengan neraca

e. isi piknometer dengan partikel padat yang akan digunakan


f. Masukkan air sampai piknometer penuh dan timbang
g. ulangi prosedur di atas dengan menggunakan partikel yang lain.
2. Percobaan Fluidisasi
a. nyalakan kompresor dan atur kecepatan udara yang kecil, kemudian matikan
kompresor
b. isi kolom dengan partikel polipropilen setinggi 10 cm
b. nyalakan kompresor dan catat ΔP unggun dan laju alir udara Q
c. besarkan laju alir udara dengan menggunakan keran secara bertahap dan ukur
ΔP setiap kenaikan laju alir udara.
d. ulangi prosedur a - d untuk ketinggian 15 dan 20 cm, serta untuk partikel resin
dan manik-manik.
e. Ulangi prosedur a- e dengan air sebagai fluida penggerak

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Pengukuran Rapat Massa Partikel
Tabel 4.1 Data Massa Jenis Partikel

Berat Partikel (gram)


Piknometer kosong (Wa)
Piknometer isi air penuh (Wb)
Piknometer isi padatan setengah
(Wc)
Piknometer isi padatan + air (Wd)
Densitas Partikel (gr/ml)

Densitas Udara 1,17 kg/m3 pada suhu 28oC tekanan 1 atm


Viskositas udara pada suhu 28oC adalah 1,86 x 10-5 kg/m.s

4.1.2 Fluidisasi Partikel Resin Anion Diameter 1 mm, fluida udara

Table 4.2 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel Resin diameter 1 mm dengan


Tinggi Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju Alir Q (L/h)
H = 2 D (10 cm) H = 3 D (15 cm) H = 4 D (30 cm)
visual visual visual

4.1.3 Fluidisasi Partikel Polipropilen diameter 4 mm, fluida udara

Table 4.3 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel Polipropilen diameter 4 mm


dengan Tinggi Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju Alir Q (L/h)
H = 2 D (10 cm) H = 3 D (15 cm) H = 4 D (30 cm)
visual visual visual

4.1.4 Fluidisasi Partikel manik-manik plastik diameter 3,6 mm, fluida udara

Table4.4 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel manik-manik plastik diameter 3,6


mm dengan Tinggi Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju Alir Q (L/h)
H = 2 D (10 cm) H = 3 D (15 cm) H = 4 D (30 cm)
visual visual visual
4.1.5 Fluidisasi Partikel resin anion diameter 1 mm, fluida penggerak :air
Table4.5 Data ΔP pada Fluidisasi Partikel Resin diameter 1 mm dengan
Tinggi Unggun Berbeda
ΔP (cmH2O)
Laju Alir Q (L/h)
H = 2 D (10 cm) H = 3 D (15 cm) H = 4 D (20 cm)
visual visual visual

4.2 Penentuan kecepatan fluidisasi minimum (V m)


a) Plot antara log (v) terhadap log (∆P) dari tabel 4.2 hingga 4.5, untuk
mendapatkan nilai vm dari pengamatan visual
b) Hitung vm dari masing-masing partikel dan fluida dengan pers. 2.12
c) Bandingkan nilai vmcal terhadap vmvis, lakukan analisa / pembahasan
d) Berikan penjelasan atas fenomena fluidisasi yang terjadi berdasarkan
kecepatan fluida penggerak dan pengamatan visual
e) Simpulkan

Anda mungkin juga menyukai