Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Praktik Keperawatan Profesional,Registrasi dan
Praktik Perawat. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami berharap
adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat sebagai tenaga professional bertanggung jawab dan berwenang
memberikan pelayanan keperawanan secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan sesuai dengan kewenangannya, terutama terkait dengan lingkup praktik dan
perawat. Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui
kerjasma bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkupwewenang dan tanggung jawabnya.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktik keperawatan professional meliputi sistem
klien (individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat) dalam rentang sehat dan
sakit, sepanjang daur kehidupan. Untuk penerapan praktik keperawatan tersebut perlu
ketetapan (legislasi) yang mngatur hak dan kewajiban perawat yang terkait, dengan
pekerjaan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk PRAKTIK KEPERAWATAN
PROFESIONAL,REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT.
Memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat, dan perawat. Dalam rangka
perlindungan hukum tersebut, perawat perlu diregistrasi, disertifikasi dan memperoleh
ijin praktik (lisensi). Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan Kepmenkes No
1239/2001 tentang “Registrasi dan Praktik Perawat”, Ketetapan ini perlu dijabarkan lebih
lanjut, maka Direktorat Pelayanan Keperawatan bekerjasama dengan Bagian HUKMAS
Departemen Kesehatan dan organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) menyusun petunjuk pelaksanaan Kepmenkes No 1239/2001 yang meliputi hak,
kewajiban dan wewenang, tindakan keperawatan, persyaratan praktik keperawatan,
mekanisme pembinaan dan pengawasan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana praktik keperawata profesional itu? Bagaimana registrasi dan praktik perawat
itu ?
1.3 Tujuan Makalah Ini
Di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat
memahami praktik keperawatan,registrasi dan praktik perawat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Praktik Keperawatan Profesional,Registrasi dan Praktik Perawat.
Praktik Keperawatan Profesional adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama bersifat kolaborasi dengan pasien atau klien dan tenaga kesehatan PRAKTIK
KEPERAWATAN PROFESIONAL,REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab.
(Nurse, Ferry.2012.”Pratik Perawat Profesional”. Praktik keperawatan ditentukan dalam
standar organisasi profesi dan system pengaturan serta pengendaliannya melalui perundang –
undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat itu bekerja (PPNI, 2000).
Keperawatan hubungannya sangat banyak keterlibatan dengan segmen manusia dan
kemanusiaan, oleh karena berbagai masalah kesehatan actual dan potensial. Keperawatan
memandang manusia secara utuh dan unik sehingga praktik keperawatan membutuhkan
penerapan ilmu Pengetahuan dan keterampilan yang kompleks sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan objektif pasien/klien. Keunikan hubungan perawat dan klien harus
dipelihara interaksi dinamikanya dan kontuinitasnya. Penerimaan dan pengakuan
keperawatan sebagai pelayanan professional diberikan dengan perawat professional sejak
tahun 1983, maka upaya perwujudannya bukanlah hal mudah di Indonesia. Disisi lain
keperawatan di Indonesia menghadapi tuntutan dan kebutuhan eksternal dan internal yang
kesemuanya membutuhkan upaya yang sungguh – sungguh dan nyata keterlibatan berbagai
pihak yang terkait dan berkepentingan. Registrasi keperawatan merupakan proses
administrasi yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin melakukan pelayanan
keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya.
Kompetensi adalah kepemilikan kemampuan tertentu atau beberapa kemampuan untuk
memenuhi persyaratan ketika menjalankan suatu peran. Kewajiban registrasi perawat sesuai
dengan kepmenkes No. 1239 / 2001 adalah lisensi SIP, SIK, dan SIPP. Namun, peraturan
tentang SIIP diatur secara terpisah sejak dikeluarkan Permenkes No. 148 / 2010. Perawat
yang belum memiliki SIK belum berhak untuk melaksanakan asuhan keperawatan atau
tindakan keperawatan dipelayanan kesehatan. Praktik perawat yang dimaksud yaitu
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik
mandiri. Bagi perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memiliki SIK (surat izin kerja). Pembuatan SIK diatur dalam kepmenkes
1239/2001. Pada pasal 8 ayat (2) disebutkan bahwa “perawat yang melaksanakan praktik
keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIK”.
2.1 Falsafah Praktik Keperawatan Profesionalisme.
Sebagian besar dasar falsafah praktik keperawatan profesional disusun merujuk
kepada konsep praktik profesional dan teori keperawatan. Falsafah praktik pemikiran yang
sama untuk mengemban tugas keperawatan, tetapi disetiap negara pernyataan yang disusun
juga disesuaikan dengan nilai dan latar belakang budayanya. Dalam lokakarya nasional bulan
Januari, 1983 telah disepakati adanya profesinalisasi keperawatan, dengan menetapkan
pengertian keperawatan, falsafah keperawatan dan peran/ fungsi perawat. Adapun pengertian
falsafah keperawatan menurut beberapa pakar keperawatan adalah sebagai berikut : 1.
3
Falsafah Keperawatan menurut Florence Nightingale (Modern nursing) yaitu melihat
penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan reparative proses. Manipulasi dari
lingkungan eskternal perbaikan dapat membantu proses perbaikan atau pergantian dan
kesehatan klien.
2. Falsafah Keperawatan menurut Martha Rogers, 1970 yaitu bahwa keperawatan adalah
pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit, perawatan rehabilitasi penderita sakit serta
penyandang cacat.
3. Falsafah Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) yaitu bahwa keperawatan
memandang manusia sebagai makhluk biopsikososial yang merupakan dasar bagi kehidupan
yang baik dan juga merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik keperawatan
berdasarkan ilmu keperawatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada klien /
pasien.
4. Falsafah Keperawatan menurut Jean Watson (Caring).Caring adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan, orientasi ilmu pengetahuan
manusia ke proses kepedulian pada manusia, peristiwa, dan pengalaman. Ilmu pengetahuan
caring meliputi seni dan umat manusia seperti halnya ilmu pengetahuan.Perilaku caring
meliputi mendengarkan penuh perhatian, penghiburan, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab,
menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan
5. Falsafah Keperawatan menurut Betty Neuman.Newman menggunakan pendekatan
manusia utuh dengan memasukkan konsep holistik, pendekatan sistem terbuka dan konsep
stresor. Penyataan falsafah keperawan di Indonesia adalah sebagai berikut :
• Perawatan merupakan bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari
• Kegiatan dilakukan dalam upaya penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan kepada upaya pelayanan utama (PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab dan etika keperwatan (Ibrahin C., 1988).
1.1 Hakekat Praktik Keperawatan.
Hakikat praktik keperawatan adalah Senatiasa mengabdi kepada kemanusiaan atau
berbentuk pelayanan humanistik mendahulukan kepentingan kesehatan klien askep
merupakan inti praktik keperawatan hubungan profesional perawat – klien mengacu pada
sistem interaksi secara positif atau hubungan terapiutik, karakteristik hubungan
profedional :
1. Berorientasi pada kebutuhan klien,
2. Diarahkan pada pencapaian tujuan,
3. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah klien,
4. Memahami kondisi klien degan berbagai keterbatasan,
5. Memberi penilaian berdasarkan norma yg disepakati,
6. Berkewajiban membantu klien agar mampu mandiri,
7. Berkewajiban membina hubungan saling percaya,
8. Bekerja sesuai kaida etik, menjaga kerahasiaan,
9. Berkomunikasi secara efektif.
4
1.2 Fokus Praktik Keperawatan Profesionalisme.
fokus praktik keperawatan adalah upaya kesehatan dunia dan nasioanal pada saat ini
kesehatan masyarakat merupakan fokus utama dengan target populasi total, tujuan sesuai
yang dicanangkan who (1985) :
1. Pencegahan primer,
2. Peningkatan kesehatan,
3. Perawatan diri,
4.Peningkatan kepercayaan diri.
Kozier & erb (1990 ) membagi empat area terkait kesehatan yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. pendidikan kesehatan,
b. perundangan / kebijakan yang mendukung,
c. hubungan interpersonal dgn klien secar langsung area yg melibatkan perawat :
Mendorong latihan fisik secara periodik dan pemantauan penyakit,
Memimpin pelks. Penkes pada masyarakat,
Mendukung undang-undang untuk kesehatan,
Meningkatkan kesehatan & kesker.
2. Pencegahan penyakit helath education di rumah sakit program meningkatkan gaya
hidup sehat, memberi informasi, menyediakan keperwatan, membantu tumbuh
kembang bayi dan balita, immunisasi, melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini,
konseling kesehatan peran perawat :
a. Bertindak sebagai model peran,
b. Mengajarkan klien strategi keperawatan untuk meningkatkan kesehatan,
c. Mempengaruhi klien untuk meningkatkan derajat,
d. Menunjukan pada klien cara pemecahan masalah,
e. Mengutkan perilaku peningkatan kesehatan.
3. Pemeliharaan kesehtan (health maintenance).
4. Pemulihan kesehatn (healt restoration) dan perawatan pasien menjelang ajal.
5
5. Asuhan keperawatan keluarga yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga
sebagai unit terkecil dalaam masyarakat sebagai akibat pola penuyesuaian keluarga
yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitan yaitu asuhan keperawatan kepada klien
masyarakat pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
7. Asuhan keperawatan gerontik yaitu asuhan keperawatan pada klien usia 60 th ke
atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya. Kewenangan Perawat
terkait di lingkup di atas mencakup hal-hal berikut :
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat di sarana kesehatan yang meliputi bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual klien.
2. Merumuskan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan
utama yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
3. Menyusun rencana untuk tindakan keperawatan sederhana dan konpleks pada
individu, keluarga, masyarakat di sarana kesehatan.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai tingkat kesulitan.
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan yg dilaksanakan.
6
4. Mempunyai dimensi yang meliputi uraian tentang falsafah dan etika keperawatan,
tanggung jawab, peran, fungsi, dan keterampilan teori, metode, tempat dan waktu
menjlankan praktik dan kewenangan perawat. Asuhan keperawatan yang dilakukan
bersifat sebagai berikut :
1. Independen atau mandiri artinya asuhan keperawatan ( dari enetapan diagnosis
keperawatan sampai dengan intervensi dan evaluasi ) dilakukan secara mandiri oleh
perawat.
2. Interdependen-kolaboratif artinya asuhan yang dilakukan dengan berkolaborasi
atau bekerja sama dengan profesi lain. Asuhan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan kaidah keperawatan sebagai suatu profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Menggunakan pendekatan holistic
2. Didasaarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
3. Asuhan yang diberikan bersifat “manusiawi”
4. Pelayanan atau bantuan yang diberikan berdasarkan kebutuhan objektif klien
7
• Tanggung gugat berarti bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
8
sakit dan atau ditempat kerja yang pada tanggungjawab keseluruhan tidak pada perawat saja
melainkan tim pelayanan kesehatan, kecuali pada pada ayat (4) dan ayat (7) yang
memberikan kewenangan yang bersifat mandiri. Pasal 9 “Perawat dalam melakukan praktik
harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.” Perawat dalam melakukan praktik,perawat
diwajibkan mematuhi stantar etik dan standar prosedur operasional agar terhindar dari
masalah hukum, dan untuk meningkatkan mutu pelayanan sesuai yang diharapkan kedua
belah pihak baik pasien maupun perawat. Pasal 11 dan 12 yang berisikan hak dan kewajiban
perawat serta hak dan kewajiban pasien yang telah penulis paparkan pada halaman diatas.
Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien 1. Hak dan Kewajibab Perawat Hak adalah
kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kewjiban adalah sesuatu yang harus
diperbuat atau harus dilakukan seseorang atau suatu badan hukum.[1] Hak-hak perawat dan
pasien pada prinsipnya tidak terlepas pula dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak
asasi manusia. Hak asasi manusia tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap
negara/pemerintah untuk menentukan batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan
dilindungi dengan mengutamakan kepentingan umum. Menurut Prakosa, 1988. “dalam
mengklasifikas hak asasi manusia menurut sifatnya.” biasanya dibagi atau dibedakan dalam
beberapa jenis yaitu :
1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi), yang meliputi kemerdekaan menyatakan pendapat
dan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya.
2. Property rights (hak asasi untuk memiliki sesuatu), yang meliputi hak untuk membeli,
menjual barang miliknya tanpa dicampuri secara berlebihan oleh pemerintah termasuk hak
untuk mengadakan suatu perjanjian dengan bebas.
3. Rights of legal equality, yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum dan pemerintahan.
4. Political Rigths (hak asasi politik), yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan dengan
ikut memilih atau dipilih, mendirikan partai politik, mengadakan petisi dan lain-lain.
5. Social and Cultur Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan), diantaranya hak untuk
memilih pendidikan serta mengembangkan kebudayaan yang disukai.
6. Procedural Rights, yaitu hak untuk memperoleh tata cara peradilan dan jaminan
perlindungan misalnya dalam hal penggeledahan dan peradilan. Adapun hak-hak perawat
sendiri adalah :
Hak-hak Perawat.
Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai profesinya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No 23 tahun 1992
tentang kesehatan pasal 53 ayat (1) sebagai berikut : “Tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya”. Dan menurut Undang-undang Nomer 36 tahun 2006 tentang kesehatan
pasal 27 ayat 1 menyebutkan sebagi berikut : “Tenaga kesehatan berhak mendapatkan
imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
pprofesinya”. Kemudian menurut PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
bab iv standart profesi dan perlindungan hukum pasal 24 ayat (1) sebagai berikut : “
Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya
9
sesuai standart profesi kesehatan”. Sedangkan menurut PERMENKES No 148 tahun
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat pasal, 11a menyebutkan
sebagai berikut : “Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak :
Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai
standar”.
Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai
dengan latar belakang pendidikanya.
Hal ini sesuai dengan PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 10
ayat (1),(2), yaitu :
1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
2) Penyelenggara dan / atau pimpinan sarana kesehatan bertanggungjawab atas
pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan / atau bekerja
pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan ketrampilan atau
pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan.
Dan pasal 11 ayat (1),(2), yaitu :
1) Pelatihan dibidang kesehatan dilaksanakan dibalai pelatihan tenaga kesehatan atau
tempat pelatian lainya.
2) Pelatihan dibidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan / atau
masyarakat.
Pasal 12 ayat (1),(2), Sebagai berikut :
1) Pelatihan dibidang kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dilaksanakan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pelatihan dibidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan
atas dasar ijin menteri.
Menurut PERMENKES No 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelengaraan praktik
perawat pasal 12 ayat (2) yang berbunyi, yaitu : “ Perawat dalam menjalankan praktik
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi. Perawat berhak untuk menolak
keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta standar dan
kede etik profesi.
Hal ini selaras dengan UU No 36 tahun 2006 tentang kesehatan pasal 24 ayat (1), dan
(2), yang berbunyi sebagai berikut :
1) “ Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur oprasional.
2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur oleh organisasi profesi. Selanjutnya menurut PERMENKES No 148 tahun
2010 dalam pasal 9 menyebutkan bahwa : “ Perawat dalam melakukan praktik harus
sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.”
Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarga
tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Hal
10
ini sesuai dengan PERMENKES No 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelengaraan
praktik perawat yang termaktub dalam pasal 11 yang berbunyi : “ Dalam
melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak: Memperoleh informasi yang lengkap
dan jujur dari klien dan / atau keluarganya.”
Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan / kesehatan secara terus-
menerus. Hal ini selaras dengan UU Nomer 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang
tersirat dalam pasal 57 ayat 3 yang berbunyi sebagai berikut : “ Sarana kesehatan
dapat juga dipergunakan untuk kepentngan pendidikan dan pelatihan serta penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan.”
Sebagaimana bunyi pasal 9 ayat (1) dan (2), PP Nomer 32 tahun 1992 tentang tenaga
kesehatan sebagai berikut :
1) Pelatihan dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan atau
penguasaan pengetahuan dibidang kesehatan.
2) Pelatihan dibidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis
tenaga kesehatan yang bersangkutan.”
Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh intitusi pelayanan
maupun oleh klien.Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap
resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stres
emosional. Hal ini sesuai dengan PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin
dan penyelenggaraan praktik perawat, pasal 11 yang berbunyi sebagai berikut : “
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak : Memperoleh jaminan
perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.”
Perawat berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan
pelayanan kesehatan.
Parawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh klien dan / atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainya.
Perawat berhak untuk menolak dipindahkan ketempat tugas lain, baik melalui anjuran
maupun pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan
perundang- undangan lainya.
Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa
profesi yang diberikanya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di
intitusi pelayanan yang bersangkutan. Hal ini selaras dengan UU Nomer 36 tahun
2009 tentang kesehatan yang termaktub dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi :
“tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan jasa dan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.” Sama halnya dengan UU, PP juga
mengatur tentang hal ini yaitu PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
yang termaktub dalam pasal 25 ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi :
1) “ Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar
prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal
dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan.
2) Penghargaan yang dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh pemerintah
dan / atau masyarakat.
3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau
bentuk lain.” Begitu pula PERMENKES juga mengatur hak perawat ini yaitu
11
ada di PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat yang tertuang dalam pasal 11 yang berbunyi
sebagai berikut : “dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak :
Menerima imbalan jasa profesi.”
l. Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan mengembangkan karier
sesuai dengan bidang profesinya.
Hal ini sesuai dengan PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang
tertuang dalam pasal 26 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai berikut :
1) “Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan / atau mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan,
martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Hal ini juga
diterangkan dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 yang termaktub
dalam pasal 12 ayat 2 yang berbunyi sbagai berikut : “Perawat dalam
menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya,
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi.” Sedangkan
Kewajiban perawat adalah:
a. Perawat wajib mematuhi semua peratuaran intitusi yang bersangkutan.
b. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai
dengan standar profesi dan batas kegunaanya.
Kewajiban perawat ini telah oleh PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
yang termaktub dalam pasal 21 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai berikut :
1) Setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dalam ayat (1) ditetapkan oleh
menteri. Hal ini tercantum dalam dalam PERMENKES Nomer 148 tahun
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek perawat dalam pasal 8 dan
pasal 9 yang berbunyi :
(1) Praktik pelayanan keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga;
(2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
kepada indivudu, keluarga, kelompok, dan masyarakat;
(3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui kegiatan:
a. Pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan
masyarakat;
c. Pelaksanaan tindakan keperawatankomplementer.
3) Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Huruf a Meliputi
Pengkajian, Penetapan diagnosa keperawatn, perencanaan, implementasi,
evaluasi keperawatan.
4) Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi
penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
12
5) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi
Pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi keperawatan, Pendidikan dan
konseling kesehatan.
6) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud ayat
(4) dapat menggunakan obat bebas dan / atau obat bebas terbatas. Dan dalam
pasal 9 juga menyebutkan sebagai berikut yang berbunyi: “Perawat dalam
melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.” c.
Perawat wajib menghormati hak klien / Pasien. Hal ini juga telah diatur dalam
PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang termuat dalam pasal
22 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
(1) Tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien;
b. Menjaga kerahasian identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan;
d. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
e. Membuat dan memelihara rekam medik.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut oleh menteri. Sama hal dengan PP, PERMENKES juga mengatur
tentang hal ini yaitu didalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik perawat, yang termaktub dalam pasal 12
ayat (1)a, yang berbunyi : “Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk
:
a. Menghormati hak pasien;
b. Melakukan rujukan;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan klien/pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan;
e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan
g. Mematuhi standar.
d. Perawat wajib merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain
yang mempunyai keahlian atau kemapuan yang lebih baik bila yang
bersangkutan tidak dapat mangatasinya.
Kewajiban perawat ini diatur dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang
izin dan penyeleggaraan praktik perawat yang tertuang dalam pasal 12 ayat 1b yang
menerangkan bahwa : “Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk :
Melakukan rujukan.”
Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan
keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan dan standar profesi yang
ada. f. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak
mengganggu klien yang lainnya.
Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait
lainya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien.
13
Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang
diberikan kepada klien dan / atau keluarganya sesuai dengan kemampuanya. Hal ini
telah di atur dalam PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang tersirat
dalam pasal 22 ayat 1c yang berbunyi : “Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : Memberikan informasi yang
berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan.” Kewajiban ini
termaktub dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat, pasal 12 ayat 1d yang berbunyi : “Dalam
melaksanakan praktik, perawat wajib untuk: Memberikan informasi tentang masalah
kesehatan klien / pasien dan pelayanan yang dibutuhkan.” i. Perawat wajib meminta
persetujuan kepada pasien dan / atau keluarga terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
Hal ini sesuai dengan isi PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang
tercantum dalam pasal 22 ayat (1)d yang berbunyi sebagai berikut : “Bagi tenaga
kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk :
Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan” Didalam
PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 juga mengantur tentang hal ini yaitu didalam
pasal 12 ayat (1)e yang berbunyi : “Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib
untuk : Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan”
Perawat wajib membuat dokumentasi asuahan keperawatan secara akurat dan
berkesinambungan. Hal ini telah diatur dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010
yang termuat dalam pasal 12 ayat 1f, yang berbunyi : “Dalam melaksanakan praktik,
perawat wajib untuk : Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis.”
Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus. Hal ini juga telah dimuat dalam
PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat, didalam pasal 12 ayat 2 menerangkan bahwa : “Dalam melaksanakan
praktik, perawat wajib untuk : Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang
tuganya, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan organisasi profesi.”
l. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai
dengan batas kewenanganya. Sebagaimana UU kesehatan telah mengatur hal ini yaitu
di dalam pasal 32 ayat (1) dan (2) UU Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang
berbunyi : (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta dilarang menolak pasien dan / atau meminta uang muka.” Hal ini juga telah
diatur dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izi dan penyelenggaraan
praktik perawat, yang tercamtum dalam pasal 10 yang berbunyi :
1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang / pasien dan
tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
14
2) Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah tidak memiliki dokter
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (2)
harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan
untuk dirujuk.
4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah
kecamatan atau kelurahan / desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten / kota.
5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter,
kewenangan perawat sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak berlaku.” m.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien,
kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak berwenang. Hal ini telah diatur
oleh PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang termaktub
dalam pasal 22 ayat (1)b yang menerangkan bahwa : “Bagi tenaga kesehatan
jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk :
Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien.” Demikian
halnya di dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010, juga mengatur
tentang hal ini yang tercantum dalam pasal 12 ayat (1)c, yang berbunyi :
“Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : Menyimpan rahasia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.” n. Perawat didalam
melakukan praktik mandiri dan / atau berkelompok di wajibkan untuk
membantu program pemerintah.
Hal ini sesuai dengan PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat, yang tertuang dalam pasal 12 ayat (3) yang
berbunyai : “Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.” 2. Hak dan
Kewajiban pasien Hak dan kewajiban klien saat ini merupakan hal yang sangat harus
kita junjung tinggi, karena hal tersebut dilindungi oleh peraturan perundang-
undangan sebagaimana diatur dalam UU Nomer 23 tahun 1992 tentang kesehatan
yang tertuang dalam pasal 53 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai berikut :
(1) “Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak-hak klien.”
Pernyataan yang berkenaan dengan hak klien dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
a. Meningkatnya kesadaran konsumen mengenai hak asuhan
kesehatan dan lebih besarnya partisipasi dalam merencanakan asuhan
tersebut.
b. Meningkatnya jumlah kasus malpraktek yang dipublikasikan
sehingga menggugah kesadaran masyarakat.
c. Legislasi yang telah ditetapkan sebelumnya melindungi hubungan,
seperti atasan-bawahan dan manusiawi serta legislasi kesamaan hak-
hak secara umum.
15
d. Konsumen memperhatikan masalah tentang meningkatnya jumlah
penelitian yang dilakukan dibidang kesehatan dan meningkatnya
penggunaan klien untuk tujuan pendidikan pada sejumlah disiplin.
Walaupun klien dan keluarganya biasa berpartisipasi dalam riset dan
program pendidikan, mereka sering kali bertanya “apakah harus?”
selain itu beberapa klien heran apakah kwalitas asuhan akan terancam
bila ia tidak berpartisipasi. Hak-hak klien / pasien menurut perundang-
undangan di Indonesia: a. Hak-hak klien menurut UU Nomer 36 tahun
tahun 2009 tentang kesehatan: Pasal 56 (1) Setiap orang berhak
menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
pada:
a. Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular kedalam
masyarakat yang luas.
b. Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. Gangguan mental berat.
Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal :
a. Perintah undang-undang;
b. Perintah pengadilan;
c. Izin yang bersangkutan;
d. Kepentingan masyarakat; atau
e. Kepentingan orang tersebut.
Pasal 58 (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/ atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(1) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
(2) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak-hak klien menurut UU Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu : Pasal
32 Setiap pasien mempunyai hak :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
16
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginanya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik didalam mapun dluar Rumah Sakit;
i. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang dilakuakan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis;
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak menggangu pasien lainya;
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya; menggugat dan/ atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana;
q. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Hak-hak klien menurut PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yaitu
pasal 22 dan pasal 23 yang berbunyi : Pasal 22
(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien;
b. Menjaga kerahasian identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. Menberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan;
d. Meminta bersetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e. Membuat dan memelihara rekam medis.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh menteri Pasal 23
(1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 mengakibatkan
terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau
kelalaian.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh menteri.
d. Hak-hak klien menurut PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 dalam pasal 12
17
yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 12 “Dalam melaksanakan praktik, perawat
wajib untuk :
a. Menghormati hak-hak pasien;
b. Melakukan rujukan;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan
yang dibutuhkan;
e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan;
f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan
g. Mematuhi standar.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa hak memperoleh informasi atau penjelasan
merupakan hak asasi pasien yang utama, bahwa dalam tindakan-tindakan khusus
diperlukan persetujuan tindakan medik (PMT) yang ditandatangani oleh pasien atau
keluarganya. Dalam memberikan informasi kepada pasien, kadang kala agak sulit
menentukan informasi yang mana yang harus diberikan, karena sangat bergantung
pada usia, pendidikan, keadaan umum dan mental pasien.[5] Namun pada umumnya
dapat dipedomani hal-hal berikut :
1. Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien.
2. Pasien harus memperoleh informasi tentang penyakitnya, tindakan-tindakan yang
akan diambil, kemungkinan komplikasi dan resiko-resikonya.
3. Untuk anak-anak dan pasien penyakit jiwa, informasi diberikan kepada orang tua
atau walinya. Kewajiban klien menurut perundang-undangan di Indonesia Disamping
hak yang dijunjung tinggi, klien juga perlu memenuhi kewajibanya selama menjadi
klien unit pelayanan kesehatan tertentu antara lain :
1. Klien beserta keluarga/kerabatnya berkewajiban untuk, memetuhi
peraturan dan tata tertib unit pelayanan kesehatan dimana mereka
peroleh/berada.
2. Wajib untuk mematuhi intruksi dokter, perawat, petugas kesehatan
lainya yang relevan, didalam kaitanya penanganan gangguan
kesehatanya.
3. Wajib memberikan informasi secara jujur, lengkap dan terbuka
tentang gangguan kesehatanya, serta kaitanya dengan kesehatanya
baik saat ini maupun saat yang lalu, kepada petugas kesehatan yang
berwenang.
4. Berkewajiban untuk mencukupi dan melunasi segala dan atau semua
imbalan jasa atas pelayanan kesehatan yang telah diterima selama
berada didalam intitusi pelayanan kesehatan tertentu. Kewajiban
klien / pasien menurut UU Nomer 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
yang termaktub dalam pasal 31 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai
berikut :
(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas
pelayanan yang diterima.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan
peraturan menteri. Klien beserta keluarganya wajib memenuhi hal-hal
yang telah menjadi kesepakatan atau perjanjian yang telah disepakati
bersama, dengan pihak pemberi pelayanan kesehatanmya. Kerena
18
mereka secara otomatis telah membuat suatu perikatan yang
merupakan salah satu bentuk hukum yang harus mereka patuhi
bersama, akibat persetujuan dan perjanjian ini akan terjadi “perikatan”
antara kedua pihak diatas (perawat/dokter dan pasien), kecuali dengan
kesepakatan terjadi pembatalan perikatan tersebut, atau batal
berdasarkan undang-undang. Ketentuan pasal 1381 KUHPerdata, yang
memuat pengaturan berakhirnya suatu perikatan. Dimana belum tentu
dengan berakhirnya perikatan tadi, berakhir pula suatu perjanjian,
yang menjadi sumber perikatan tadi. Misalnya pada kasus jual-beli
dengan telah dibayar lunas maka perikatan mengenai pembayaran
telah berakhir, tetapi perjanjian tentang jual-beli tadi masih berjalan,
hal ini dikarenakan adanya perikatan tentang penyerahan barang. Hal-
hal yang mengakhiri suatu perjanjian dikarenakan antara lain :
1. Jangka waktu perjanjian, yang ditentukan telah lewat.
2. Telah adanya undang-undang tentang batas berlakunya perjanjian.
3. Telah terjadi peristiwa tertentu, yang oleh para pihak atau undang-
undang telah ditentukan sebagai sebab yang akan mengakibatkan
berakhirnya perjanjian.
4. Apabila ada pernyataan menghentikan perjanjian (opzegging) oleh
kedua belah pihak atau salah satu pihak saja dengan memperhatikan
tenggang waktu.
5. Perjanjian berakhir karena putusan hakim.
6. Perjanjian berakhir karena persetujuan para pihak.
7. Telah tercapainya tujuan dari perjanjian. Dari penjabaran diatas
mengenai hak-hak dan kewajiban klien dan keluarganya tentunya
perawat dituntut lebih profesional dan arif serta memegang teguh kode
etik dan standar opersional prosedur, agar tidak terjadi kesalahan
ataupun kelalaian dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dan yang
terpenting adalah hak serta kewajiban pasien dan perawat perlu
disosialisasikan dikalangan perawat dan di tengah-tengah masyarakat
agar tiap-tiap pihak memahami, menghayati, menghormati, dan
mengamalkannya. Dengan demikian, diharapkan hubungan pasien
dengan perawat dapat berlangsung dengan baik dan masyarakat pun
bebas dari keresahan.
2.5 Legislasi Keperawatan.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan (Sand,Robbles1981). Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
1. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
2. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan. 3.
Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
Fungsi legislasi keperawatan:
19
1. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
2. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
3. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
4. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
5. Memotivasi pengembangan profesi.
6. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
20
1. Ujian registrasi nasional, dan
2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Registrasi yang
dilakukan perawat yang baru lulus disebut regustrasi awal dan registrasi selanjutnya
di sebut registrasi ulang. Sertifikasi Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap
peningkatan pengetahuan, keterampilan ,dan perilaku (kompetensi) seorang perawat
dengan memeberikan ijasah atau sertifikat. Tujuan sertifikasi :
a. Menyatakan pengetahuan ,keterampilan ,dan perilaku perawat sesuai dengan
pendidikan tambahan yang diikutinya.
b. Menetapkan klasifikasi ,tingkat dan lingkup praktik keperawatan sesuai pendidikan
tambahan yang dimilikinya.
c. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik keperawatan
Lisensi
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah teregristasi untuk
melaksanakan pelayanan praktik keperawatan.Lisensi merupakan suatu kehormatan
bukan suatu hak .Semua perawat seyogyanya mengamankan hak ini dengan
mengetahui standar pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik
keperawatan. Tujuan lisensi :
a. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap katagori tenaga keperawatan untuk
melakukan praktik keperawatan.
b. Mengesahkan atau member bukti untuk melekukan praktek keperawatan
professional. Mekanisme Legislasi Persyaratan legislasi antara lain berupa
kemampuan (kompetensi) yang diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.
Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.
1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang dilakukan setiap
tahun, berlaku untuk perawat professional dan vokasional.
2. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun untuk
memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam melakukan praktik
keperawatan, berlaku bagi perawat profesional. Perawat yang tidak teregristrasi,
secara hukum tidak memiliki kewenangan dan hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk
semua perawat profesional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan di
wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk perawat berijazah luar negeri.
Mekanisme regristasi terdiri dari mekanisme registrasi administratif dan mekanisme
registrasi kompetensi yang dilakukan melalui 2 jalur yaitu :
1. Ujian registrasi nasional
2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku Mekanisme Sertifikasi
21
dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan
keperawatan.
22
1. Menetapkan dasar pendidikan terendah untuk mendapatkan pekakuan sebagai
perawat tercatat, agar tenaga yang dituntut bertanggung jawab dan tanggung
gugatnya adalah tenaga keperawatan yang sebetulnya dariaspek pendidikan
mereka telah memahami tentang pelayanan keperawatan profesianal dan telah
memahami dampak hukumannya jika pelayanan ini tidak memenuhi standar.
2. Memberikan berbagai pelatihan dasar tentang hukum dan perundang-
undangan bagi seluruh masyarakat keperawatan. Tujuannya untuk
meningkatkan pemahaman tentang dampak hukum yang dapat terjadi apabila
pelayanan keperawatan yang diberikan tidak memenuhi standar.
3. Mempercepat diwujudkannya praktik keperawatan professional diberbagai
jenjang tatana pelayanan kesehayan. Hal ini sebagai landasan diterapkannya
bentukpelayanan keperawatan profesional yang bukan hanya memenuhi
persyaratan dan standar profesional, tetapi juga memenuhi persyaratan hukum
keperawatan
4. Menyoasialisasikan berbagai kegiatan persiapan diterapkannya sistem legislasi
keperawatan. Kegiatan ini beetujuan untuk menghindarkan ketidakmengertian,
kesalahan persepsi/kesalahan interprestasi ataupun kesalahan komunikasi
tentang hukumm keperawatan.
5. Menyepakati perkembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan di
Indonesia, sehingga berdasarkan kesepakatan dari seluruh masyarakat
keperawatan di Indonesia ini tidak akan memungkinkan pihak lain untuk
membentuk jenjang keperawatan lain yang dapat mengaburkan nilai-nilai
profesionalisme yang kemungkinan dapat terperangkap dalam sistem ligislasi
yang akan dibakukan.
2.8 Model Praktik Keperawatan di Rumah Sakit.
Sejak disepakatinya keperawatan sebagai profesi (januari 1983), serta ditumbuhkannya
pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi (Program DIII Keperawatan pada
tahun 1984, dan Program Pendidikan Sarjana pada tahun 1085), serta diberlakukannya UU
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, proses registrasi dan legislasi keperawatan sebagai
bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan belum
terwujud. Hal ini mungkin disebabkan antara lain belum adanya pengalaman dalam memberi
pengakuan terhadap praktik keperawatan, karena belum dipahami wujud dan batasan dari
praktik keperawatan sebagai praktik professional. Demikian juga jenis dan sifat praktik
keperawatan sebagai praktik profesional yang harus dikembangkan belum dipahami benar
karena belum ada pengalaman sebalumnya. Bertolak dari keadan yang demikian, sedangkan
peraktik keperatan professional harus dikembangkan, proses registrasi dan legislasi
keperawatan sudah ada, serta dilandasi oleh peraturan perundang-undangan yang kokoh,
maka dinilai peril dilakukan pembangunan dan uji coba beberapa model praktik keperawata.
Bentuk model praktik keperawatan yang dapat dan pantas diujicobakan dan dikembangkan di
Indonesia adalah sebagai berikut. Praktik Keperawatan di Rumah Sakit dan Puskesmas
Lingkup cakupan dan batasan wewenang serta tanggung jawab seorang perawat
professional (ners) dalam praktik keperawatan di rumah sakit ataupun puskesmas dikaji.
Kedudukan dan hubungannya dengan pelayanan rumah sakit atau puskesmas secara
keseluruhan, dan sifat interdependensi dengan pelayanan professional lainnya yang terdapat
di rumah sakit atau puskesmas. Perawat profesional dengan sikap dan kemampuan
23
profesional yang dapat diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik
keperawata rumah sakit atau puskesmas, serta proses dan prosedur pencatatan (registrasi) dan
pemberian kewenangan, tanggung jawab melaksanakan praktik (legislasi). Melalui hasil
kajian dari model praktik keperawatan rumah sakit atau pukesmas dapat disarankan kepada
yang berwenang hal-hal yang berhubungan dengan pengertian praktik keperawatan rumah
sakit atau puskesmas dan lingkup cakupannya sebagai salah satu bentuk praktik keperawatan
profesional, serta proses dan prosedur registrasi dan legislasi keperawatan. Praktik
Keperawatan di Rumah (Home Nursing Practice) dalam Konteks Perpanjangan Pelayanan
Rumah Sakit atau puskesmas Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas. Pada bentuk praktik
keperawatan rumah dalam kajian awalnya, ditekankan pada pelaksanaan pelayanan / asuhan
keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit atau puskesmas.
Dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit atau puskesmas, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok.
Praktik Keperawatan Berkelompok (Group Nursing Practice) Dengan pola pendekatan dan
pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas.
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada
masyarakat yang memerlukan pelayanan / asuhan keperawatan, mengatasi berbagai bentuk
keperawatan yang dihadapi masyrakat. Bentuk praktik keperawatan ini diperkirakan akan
sangat diperlukan di masa depan, terutama jika pandangan lama rawat rumah sakit perlu
dipersingkat mengingat biaya rawat rumah sakit diprakirakan akan terus meningkat
Praktik keperawatan berkrlompok sebagai model yang akan diujicobakan memerlukan
dukungan peraturan yang berwenang sehingga baik perawatan yang melaksanakan praktik
keperawatan, maupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan terlindungi. Praktik
Keperawatan Individu/Perorangan (Individual Nurcing Practice) Dengan pola pendekatan dan
pelaksanaan yang sama seperti yang diuaraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit atau
puskemas. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara perorangan/sendiri
membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu, memberi pelayanan/asuhan
keperawatan khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan
dalam mengatasi masalah keperawatan. Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan
oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan yang dikembangkan oleh pemerintah. Model
Praktik Keperawatan di Rumah Sakit Model adalah kerangka kerja (framework) yang
menyusun berbagai bagian sedemikian rupa sehinggan menjadi utuh.
Model memungkinkan informasi terorganisasi dengan baik dan menunjukan informasi
yang paling relevan yang diperkaya oleh pengalaman. Pada dasarnya, model merupakan
penyajian konseptual tentang realitas yang sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan
menyelesaikan masalah serta memberikan kesempatan untuk menguji coba apakah model
tersebut sesuai dan tidak berisiko. Pengunaan model harus dilakukan secara hati-hati, jangan
sampai memaksa situasi agar sesuai dengan model, tetapi justru mengujicobakan apakah
model tersebut sesuai dengan situasi praktik. Perlu disadari bahwa model tidak mungkin
dapat divalidasi secara adekuat tanpa mengadopsinya terlebih dahulu. Oleh karena itu, perlu
sekali dipahami menggunakan model bukan hanya untuk mengadopsi model tersebut, tetapi
untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanan/asuhan keperawatan
yang memuaskan klien dan pemberi pelayanan.dengan demikian, melalui model praktik,
24
klien diharapkan akan mendapatkan pelayanan/asuhan keperawatan terbaik dan perawat pun
berkemampuan untuk memberikan yang terbaik bekerja sama dengan pihak/tenaga lain yang
terkait. Beberapa jenis sistem pemberian asuhan yang sering juga disebut dengan sistem
penugasan menurut Huber (1996)
Private Duty Nursing Private duty nursing sering disebut dengan sistem keperawatan
kasus (case nursing) yaitu seorang perawat merawar seorang klien. Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien secara menyeluruh dilakukan oleh seorang perawat baik dirumah sakit
maupaun dirumah. Jika dilakukan dirumah, perawat berpungsi sebagai manejer rumah tangga
karena juga melakukan kegiatan rumah tangga. Keuntungan, sistem pemberian asuhan yaitu
memungkinkan perawat hanya memfokuskan kepada kebutuhan satu klien saja sehingga
memberi hubungan yang akrab dan memuaskan terhadap klien. Kerugian, mahal karena
kurang efisien dan mobilitas perawat juga terbatas dan terisolasi dari rekan kerja lainnya.
Private duty nursing ini selanjutnya dikembangkan menjadi keperawatan berkelompok (group
nursing). Pada dasarnya keperawatan kelompok ini merupakan perubahan dari Private duty
yang semula dilakukan secara individual menjadi kelompok yang terpadu dengan pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat, sehingga sekelompok perawat merawat sekelompok
klien. Metode Aplikasi klien/Keperawatan Total Metode ini pengornaisasian
pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada
saat bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembaian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Kelebihan
1. Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif
3. Memotivsi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, tugas non-
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat
4. Mendukung penerapan proses keperawatan.
5. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat tercapai. Kelemahan
1. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
2. Peserta didik sulit untuk melatih keterampilan dalam melakukan paerawatan
dasar, misalnya menyutik, mengukur suhu.
3. Pendelegasian tugas terbatas.
4. Kelanjutan perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggungjawab klien bertugas Functional Nursing Keperawatan fungsional
(Functional Nursing) dilakukan dengan tiap perawat bekerja berdasarkan tugas
spesifik dan bersifat teknis seperti member obat, memandikan klien atau
mengukur tanda vital. Perawat mengidentifikasi tugas yang dilakukan pada
tiap shift dinas. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih
untuk semua klien yamg ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua
klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Kelebihan
1. Sistem fungsional yaitu secara administratif sangat efisien karena setiap
perawat mendapat tugas yang spesifik untuk sejumlah pasien dan mudah
dilakukan serta tidak membingungkan.
25
2. Perawat terampil untuk tugas.
3. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
melakanakan tugas.
4. Kekurangan tenaga ahi dapat diganti dengan tenaga yang kuramg
berpangalaman untuk satu tugas sederhana.
5. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau pesrta didik yang
praktik untuk keterampilan tertentu.
Kelemahan
1. Sistem ini tidak memungkinkan klien untuk menerima asuhan keperawatan
secara holistik dan manusiawi dengan keunikan kebutuhan tiap klien sehingga
sulit untuk memuaskan klien.
2. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses
keperawatan sulit dilakukan.
3. Apabila pekerjaan perawat selesai perawat cenderung meninggalkan klien
dan melakukan tugas non-keperawatan.
4. Perawat dengan kompetensi propesional cenderung merasa bosan dan tidak
dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan klien. Walaupun secara
ekonomi, sistem ini menguntungkan karena pekerjaan bisa di bagi dan
dilaksanakan oleh tenaga terampil yang tidak membutuhkan pendidikan tinggi.
5. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan diidentifikasi konstribisinya
terhadap pelayanan klien.
6. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.
Team Nursing Keperawatan tim (team nursing), diberikan oleh tim yang
terdiri dari beberapa perawat dan tenaga penunjang kep[erawatan. Setiap tim
terdiri dari ketua tim dan beberapa anggota tim, tin ini merawat beberapa
pasien tertentu, satu tim terdiri dari ketua tim dan bebepa anggota tim yang
bertugas untuk merawat sejumlah klien. Setiap anggota tim terlibat dalam
pemberian asuhan yang menjadi tanggung jawab tim.
Setiap anggota tim mengenal klien dan dapat berkomunikasi dengan klien.
Begitu pula beban kerja lebih menyebar dan pendelegasian lebih berkurang.
Kelebihan
1. Sistem ini adalah mengusahakan peningkatan kepuasan pasien dan staf
perawat pada batas efisiensi biaya.
2. Member kepuasan anggota tim dalam hubungan interfersonal.
3. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
4. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
5. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim,
cara ini efektif untuk belajar.
6. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kelemahan
1. Memungkinkan terjadinya keterlambatan tindakan.
2. Terjadi salah komunikasi, pendelegasian dilakukan secara bertingkat, dan
bertanggung jawab tim sukar diterjemahkan. Keberhasilan tim sangat
ditentukan oleh kemampuan ketua tim untuk memimpin tim.
26
3. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu terganntung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
4. Akuntabilitas dalam tim kabur.
27
model manajer asuhan klinis (setara ners spesialis/SI plus, perawat primer
(setara SI/DIII plus) dan perawat pelaksana (setara DIII).
Manajer asuhan klinik (clinical care manager) bertanggung jawab untuk hal-hal berikut.
1. Mengelola asuhan/pelayanan pasien yang dirawat melalui koordinasi pelayanan yang
dilakukan dengan dokter, staf keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
2. Memastikan bahwa hasil asuhan terhadap pasien dicapai dalam waktu yang telah
ditetapkan. 3. Melengkapi pengkajian tahap lanjutan terhadap kemampuan dah kebutuhan
pasien dan keluarganya sebelum dirawat.
4. Bertindak sebagai contoh peran dan memberikan pengarahan klinis serta dukungan kepada
perawat primer.
5. Bertanggung gugat selama 24 jam kepada pasien yang berada di bawah pengawasannya.
6. Mengkaji perkembangan pasien melalui mobilisasi sumber dan tindakan yang diperlukan.
7. Merencanakan pemulangan dan fasilitas penyuluhan untuk menyiapkan pasien pulang.
Perawat primer bertanggung jawab untuk hal-hal berikut:
1. Mengelola asuha keperawatan primer pasien selama dirawat di rumah sakit.
2. Mengkaji, merencanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan kepada pasien dan
berperan serta secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan pelayanan.
3. Berkonsultasi dengan manajer asuhan klinis mengenai kondisi dan masalah pasien
sebagaimana diperlukan.
4. Mengkaji pasien yang berada didalam pengawasan selama shifr dinas, menerapkan
prioritas dan rencana asuhan, serta mendelegasikan pekerjaan kepada perawat pelaksanaan
dan pembantu perawat sesuai kebutuhan.
5. Menyiapkan pasien dan keluarganya untuk pemulangan. Perawat pelaksana bertugas untuk
hal-hal berikut:
1. Membantu melaksanakan fungsi keperawatan di bewah pengawasan perawat profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung untuk
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada saat perawat primer tidak ada di
tempat.
2. Memberikan masukan kepada perawat primer tentang rencana asuhan keperawatan.
2.9 Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001.
Perawat sebagai tenaga propesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sesuai dengan kewenangan. Untuk itu perlu ketetapan untuk mengatur tentang hak dan
kewajiban seseorang terkait dengan pekerjaan atau propesi (legislasi). Legislasi dimaksudkan
untuk memberikan pengertian dan perlindungan hokum bagi tenaga keperawatan dan
masyarakat.untuk memberikan perlindungan tersebut di atas, perawat perlu di registrasi,
28
disertifikasi dan memperoleh izin praktik (lisensi). Rangkaian kegiatan registrasi, sertifikasi
dan praktik dilaksanakan oleh pejabat pemerintah Kantor Dinas Kesehatan dan organisasi
propesi (PPNI). Setiap lulusan pendidikan perawat yang akan menjalankan pekerjaan
keperawatannya wajib memiliki surat izin perawat (SIP) yang di keluarkan oeh pejabat yang
berwenang (Dinas Kesehatan Provinsi) sebagai persaratan untuk mendapatkan surat izin kerja
(SIK) dan atau surat izin Praktik perawat (SIPP). Keperawatan sebagai propesi
dimanifestasikan antara lain melalui praktik profesi yang di atur dalam suatu ketetapan
hukum yaitu Kepmenkes no 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik
keperawatan (Revisi Kepmenkes nomor 647/Menkes/SK/IV/2000) sehingga diharapkan
perlindungan terhadap kepentingan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat dalam
peraktik.
Tujuan Regulasi Tujuan umum regulasi keperawatan adalah “melindungi masyarakat dan
perawat”, sedangkan tujuan khusus regulasi adalah :
1. mempertahakan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan;
2. melindugi masyarakat atas tindakan yang dilakukan;
3. menetapkan standar pelayanan keperawatan;
4. menapis IPTEK keperawatan;
5. menilai boleh tidaknya praktik;
6. menilai kesalahan dan penialaian. Sesuai dengan Udang-Undang No.23 Tahun 1992
tentang kesehatan :
• Pasal 32 (ayat 4) : “pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu dengan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.”
• Pasal (ayat 1dan 2): (ayat 1) “tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya” (ayat 2) “Tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajibn untuk memenuhi kewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien.” Pada Kepmenkes No. 1239 tahun 2001(pasal 16),
dalam melaksanakan kewenangannya perawat berkewjiban untuk :
1. menghormati hak pasien;
2. merujuk kasus yang tidak dapat di tangani;
3. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang belaku;
4. memberikan informasi;
5. meminta persetujuan tindakan yang akan diajuakan;
6. melakukan catatan perawatan dengan baik.
29
Regulasi perlu mengatur prasyarat pelayanan keperawatan bermutu sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat sebagai penerima jasa layanan keperawatan harus didukung
adanya beberapa factor berikut .
1. kualifikai dan jumlah tenaga yang memadai
2. sarana dan prasarana yang memadai
3. iklim kerja yang kondusif 47.
4. budaya organisasi yang mendukung
5. stuktur oranisasi memfasilitasi kewenangan membuat keputusan
6. proteksi risiko kerja dan tindak kekerasan
7. jenjang karier dan engembangan staf yang tertata
8. jasa, insentif dan sistem penghargaan yan sesuai Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001
pasal 38,dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakuksn praktik keperawatan tanpa izin;
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan/adaptasi;
3. Melakukan praktik keperawatan yang tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16;
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17; Akan di pidana sesuai ketentuan
pertaturan pemerintahan (PP) No .35 Tahun 1996 pasal 35, yang berbunyi. Berdasarkan
ketentuan pasal 86 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang 1. Melakukan upaya
kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1); 2. Melakukan upaya
kesehatan tanpa melakuakan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1); 3.
Melakuakan upaya ksehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1); 4. Tidak melaksanakan
kewajiaban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1); Dipidana denda paling banyak
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Pada PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 33, dijelaskan dalam hal- hal
berikut :
1. Dalam rangka pengawasan, mentri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga
kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
2. Tindakan disiplin dapat berupa :
a) Teguran
b) Pencabutan izin untuk melakuakan upaya kesehatan.
3. Pengambilan tindakan disiplin dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Mekanisme Registrasi a. Registrasi awal/ SIP awal - Pimpinan penyelenggaraan
pendidikan perawat wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepaa kantor dinas
kesehatan provinsi mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat- lambatnya 1(satu)
bulan setelah dinyatakan lulus dalam pendidkan keperawatan. Bentuk dan isilaporan
30
sebagimana dimaksud untuk menggunakan formulir I Kepmenkes 1239 tahun 2001
(terlampir). - Bagi perawat yang sudah bekerjasebelum Kepmenkes 1239/2001 diterbitkan
untukm memperoleh SIP juga mengajuakan permohonan registrasi menggunakan from A
yang diusulkan oleh kepala instansi tempat yang bersangkutan bekerja. - Formulir A yang
telah diisi beserta kelengkapan registrasi, dikirimkan kepada kepala kantor Dinas Kesehatan
Provinsi tempat institusi pendidikan berada selambat –lambatnya satu (1) bulan setelah
menerima ijazah pendidikan keperawat. Kelengkapan registrasi sebagai mana yang dimaksud
meliputi : = foto kopi ijazah pendidikan keperawatan 49. = surat ketrangan sehat dari dokter
= Pas poto hitam putih 4x6 sebanyak 2 lembar dan 3x4 sebanyak 2 lembar b. Registrasi
Ulang/SIP ulang - Perawat yang akan melakukan registrasi ulang,6 (enam) bulan sebelum
berakhir masa berlakunya SIP, mengajuakan permohonan kepengurus PPNI kabupaten atau
kota, untuk memperoleh rekomendasi PPNI. - Mengajukan permohonan registrasi ulang ke
kantor dinas keshatan Provinsi dengan melampirkan kelengkapan registrasi ulang sebagi
berikut : = foto kopi ijazah pendidikan keperawatan = surat ketrangan sehat dari dokter = Pas
Poto ukuran hitam putih 3x4 sebanyak 2 lembar, dan ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar =
rekomendasi PPNI - Persyaratan memperoleh rekomendasi dari PPNI 1. Memiliki 30 SPK
(Satuan Kredik Partisipasi) yang terdiri dari :
• pengalaman kerja sebagai perawat minimal 1 (satu) tahun terakhir, bagi yang tidak
memenuhi akan mendapatkan perlakuan khusus klau perlu megikuti;
• Kegiatan-kegiatan ilmiah (seminar,lokakarya,menulisbuku,penelitian,dll); PRAKTIK
KEPERAWATAN PROFESIONAL,REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT . 49
Pimpinan institusi pendidikan atau pemohon Pimpinan institusi pendidikan atau pemohon
Dinas kesehatan Propinsi Dinas kesehatan Propinsi SIP (Surat Izin Perawat) 0 SIP (Surat Izin
Perawat)
• Pelatiahaan–pelatihan atau setifikasi .
1) Tidak sedang menjalani hukuman pelanggaran kode etik oleh organissi
propesi;
2) Merupakan anggota PPNI;
3) Membayar biaya administrasi sebesar Rp. 1.00.000,- (seratus ribu rupiah)
melalui bang Bank Rakyat Indonesia (BRI). Izin Praktik Perawat Izin
praktik perawat adalah bukti tertulis yang menerangkan kewenangan
perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan bentuk
praktik keperawatan yang dulakuakanya. Sasaran izizn praktik perawat
adalah semua perawat yang akan melaksanakana praktik keperawatan.
Keluaran proses mendapatkan perizinan praktik perwat adalah dalam
bentuk surat izin kerja (SIK) dan atau surat izin praktik perawat (SIPP).
SIK hanya berlaku pada satu tempat sarana. Berikut alur pembuatan SIP
ulang : Ditolak Diterima Pemohon-Pemohon Pengurus PPNI Kab/Kot
Pengurus PPNI Kab/Kot Dapat di ulangDapat di ulang Ka. Dinkes
Provinsi Ka. Dinkes Provinsi Rekomendasi PPNI : Memiliki 30 SPK
Anggota PPNI Tidak sedang menjalani hukuman Membayar administrasi
Rekomendasi PPNI : Memiliki 30 SPK Anggota PPNI Tidak sedang
menjalani hukuman Membayar administrasi Foto kopi ijazah Seurat
31
keterangan sehat Foto kopi SIP Foto kopi ijazah Seurat keterangan sehat
Foto kopi SIP SIP (Surat Izin Perawat) SIP (Surat Izin Perawat)
Pelayanan kesehatan dan SIP hanya berlaku untuk satu tempat praktik
perorangan/kelompok ketika yang bersangkutan mendapatkan izin untuk melakukan praktik
perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK atu SIPP adalah Kantor Dinas Kesehatan
Kabupataen/ Kota tempat yang bersangkutan akan melaksnakan praktik keperawatan. Jenis
perizinan adalah perizinan awal dan perizinan ulang. Perizinan awal awl diajuakan untuk SIK
diajukan oleh perawat selambat-lambatnya satu bulan setelah di terima bekerja pada suatu
institusi pelayanan ksehatan, sedangkan SIPP awal diajukan oleh perawat sebelum yang
bersangkutan melakukan prakti perorangan/kelompok. SIK awal awal bagi perwat yang
sudah bekerja.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Praktik Keperawatan Profesional adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama bersifat kolaborasi dengan pasien atau klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawab. (Nurse,
Ferry.2012.”Pratik Perawat Profesional”. Registrasi keperawatan merupakan proses
administrasi yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin melakukan pelayanan
keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang
dimilikinya..Praktik perawat yang dimaksud yaitu melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik mandiri. Bagi perawat yang
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki
SIK (surat izin kerja).
3.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan semua
hal mengenai praktik keperawatan profesional,registrasi dan praktik perawat untuk saat ini
dan masa yang akan datang.
33
DAFTAR PUSTAKA
Sumber; A. Aziz Alimul Hidayat (2007),Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan,Salemba Medika,Jakarta. Priharjo Robert.
Konsep dan Prespektif Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta EGC,2008
Kusnanto, Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC : Jakarta.
http://pondokmerana.blogspot.com/2013/03/makalah-praktik-keperawatan.html (Di
akses tanggal 15 Maret 2014 Pukul 09.25 WIB)
PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL,REGISTRASI DAN PRAKTIK
PERAWAT
Recommended
Konsep Dasar Praktik Keperawatan Profesional
Konsep Dasar Praktik Keperawatan Profesional
pjj_kemenkes
Makalah Sistem Pengembangan Kinerja Klinik Perawat
Makalah Sistem Pengembangan Kinerja Klinik Perawat
Makalah Etik Keperawatan
Makalah Etik Keperawatan
1 keperawatan-professional
1 keperawatan-professional
Regulasi Keperawatan
Regulasi Keperawatan
pjj_kemenkes
Ruang lingkup keperawatan
Ruang lingkup keperawatan
STIKES GRAHA MEDIKA
Makalah prinsip etika keperawatan..
Makalah prinsip etika keperawatan..
34