Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah antropologi kesehasatan pada semester genap
yang dibimbing oleh
Disusun oleh :
TK 2 C KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang mana telah memberikan
penulis kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah berjudul “Perilaku Sehat
Masyarakat Tradisional dan Modern” dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan maksud agar memberikan wawasan kepada pembaca mengenai
antropologi Kesehatan dan Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
1. Latar belakang......................................................................................................................1
2. Rumusan masalah.................................................................................................................1
3. Tujuan penulisan...................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................3
PENUTUP.....................................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................................17
ii
iii
BAB I
LATAR BELAKANG
1. Latar belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia di dunia, tak terkecuali di
Negara seperti Indonesia. Kesehatan juga merupakan hak fundamental yang harus
diperjuangkan bagi setiap orang. Pada dasarnya setiap orang berhak untuk hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang sehat serta
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
klinik, puskesmas dan yang lainnya merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat
komprehensif mulai dari preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif seharusnya dapat
menyediakan pelayanan kesehatan tanpa melihat status sosial masyarakat. Pembangunan
bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh
pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Kesehatan sebagai hak
asasi manusia (HAM) harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya
kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah pilar
pembangunan suatu bangsa. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
Begitu pentingnya, sehingga sering dikatakan bahwa kesehatan adalah segala-galanya,
tanpa kesehatan segala-galanya tidak bermakna. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.
2. Rumusan masalah
1. Apa itu perilaku sehat?
2. Apa perbedaan antara perilaku sehat antara masyarakat tradisional dan modern?
1
3. Tujuan penulisan
Menambah wawasan mengenai perilaku sehat dalam masyarakat tradisional dan modern.
Agar dalam implementasi keperawatan mahasiswa/I bisa mengimplementasikan
Tindakan keperawatan dengan baik dalam lingkungan sosial.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behavior). Misalnya makan makanan
yang bergizi, olahraga, dan sebagainya.
b) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah
respons untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya: tidur
memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria,
imunisasi, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behavior), yaitu perilaku untuk melakukannya atau mencari
pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya,
atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
(puskesmas, mantra, dokter praktik, dan sebagainya), maupun
kefasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilition behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha-usaha 6 pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran dokter
dalam rangka pemulihan kesehatannya.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan
modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya
yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan
fasilitas, petugas, dan obat-obatan.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respons seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan praktik kita terhadap makanan
serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan
makanan, dan sebagainya, sehubungan kebutuhan tubuh kita.
4
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup:
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya
komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih, untuk kepentingan
Kesehatan
b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor yang
menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan
penggunaannya
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun
limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah
dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi
ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya
e) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vector) dan sebagainya.
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) mengajukan klasifikasi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan
sebagainya.
2) Perilaku sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk
di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi
penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit
tersebut.
5
3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh 8 terhadap
kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain.
Terutama anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kesehatannya.
B. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Newcomb salah satu seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu
7
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007 ) menjelaskan bahwa sikap
itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan
penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan
ini akan membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha supaya ananya tidak terkena polio.
Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga si ibu tersebut
berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mecegah supaya anaknya tidak terkena
polio. Sehingga si ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit
polio itu. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
1) Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atan mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang
ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya),
8
untuk pergi menimbang anaknaya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi,
adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri
a. Praktik atau tindakan practice
Tingkat praktik:
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
2) Respon Terpimpin (Guided Respon)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.
3) Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4) Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.
9
A. Definisi Personal Hygine
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani, berasal dari kata personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik
maupun psikisnya (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).
10
3. Citra tubuh
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra
tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang
4. Status social ekonomi
Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik personal
hygiene perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene
perorangan yang rendah pula.
5. Pengetahuan dan motivasi
Pengetahuan tentang personal hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene
seesorang. Motivasi merupakan kunci dalam pelaksanaan hygiene tersebut.
6. Budaya
Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi perawatan
hygiene seseorang, berbagai budaya memiliki praktis hygiene yang berbeda.
Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa
dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya
mandi sekali dalam seminggu. Beberapa budaya memungkinkan juga
menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting.
11
Becker (dalam Notoadmodjo, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan
dan membedakannya menjadi tiga yaitu :
12
masalah kesehatannya. Pada saat seseorang sakit, ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan, yaitu :
a. No Action
Sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari
b. Self treatment atau self medication
Pengobatan ini terdiri dari dua bentuk yakni dengan cara tradisional dan cara
modern.
c. Mencari penyembuhan keluar
Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yang dimaksud adalah dengan
mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang dibedakan menjadi dua yakni fasilitas
pelayanan kesehatan tradisional dan fasilitas kesehatan modern atau profesional
seperti puskesmas, poliklinik, rumah sakit dan sebagainya.
14
Menurut Agoes (1992) bentuk pengobatan tradisional dikelompokkan menjadi 4
(empat) jenis yaitu :
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu pengobatan tradisional
denganmenggunakan ramuan asli Indonesia, pengobatan tradisional dengan
ramuan obat Cina, pengobatan dengan ramuan obat India.
2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan, yaitu pengobatan yang dilakukan
atas dasar kepercayaan agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu orang
itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu orang
sakit.
3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/ perangsangan yaitu
seperti akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina
yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (daun
arthamesia vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga pengobatan urut pijat,
pengobatan patah tulang, pengobatan dengan peralatan (tajam/keras), dan
benda tumpul
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan
pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.
C. Jenis Pengobatan Tradisional Karo
Obat tradisional Karo juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis kelamin
anggota masyarakat dan juga tingkatan usia. Menurut Tarigan (1988), maka obat-
obatan dapat diklasifikasikan atas:
a. Tambar danak-danak
Obat ini dikhususkan untuk anak-anak namun beberapa ramuan obat-obatan
ini juga dapat digunakan untuk orang dewasa. Adapun jenis obat anak-anak
ini adalah seperti tambar laya-laya untuk mengatasi kolera, tambar kudil
untuk mengatasi kudis, penguras reme untuk obat cacar, tambar tambun untuk
mengatasi epilepsi, tambar ujan/simbergeh untuk mengatasi disentri,
dan sebagainya.
b. Tambar Pernanden
Obat tradisional Karo ini dikhususkan untuk kaum pernanden atau kaum
ibu. Adapun obat tradisional Karo untuk kaum ibu adalah seperti tambar la
15
mupus, tambar manelap yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan
sang ibu, tambar enggo mupur untuk memperkuat tubuh wanita yang baru
selesai melahirkan, tambar ma ngidah bulan untuk mengatasi wanita yang
terlambat datang bulan, tambar la erlau cucu untuk meningkatkan produksi
air susu ibu, sebagainya.
c. Tambar Perbapan
Obat tradisional Karo ini dikhususkan untuk kaum pria karena ada beberapa
penyakit yang hanya terdapat pada kaum pria. Adapun jenis obat tradisional
Karo untuk kaum pria adalah seperti tambar karang sebagai obat gonorhae,
tambar jalang jahe sebagai obat sifilis, tambar karing sebagai obat kencing
nanah, tambar kurap/pano sebagai obat kurap/panu,dan tambar ngasap
sebagai obat perut (Flatulentia & Ructus)
d. Tambar sinterem
Berikut ini merupakan obat-obatan tradisional Karo yang berlaku untuk
umum. Dalam Bahasa Karo, obat umum ini disebut tambar sinterem atau
obat untuk orang banyak. Adapun obat tradisional Karo yang berlaku umum
adalah seperti tambar arun untuk mengatasi malaria, tambar penyampi
sebagai obat sakit perut, tambar urim sebagai obat sakit gigi, tambar sila
sikabut sebagai obat disengat lele, tambar mata sebagai obat mata, tambar
luka untuk mengatasi luka dan sebagainya.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan, Kesehatan meruupakan aspek yang paling penting yang harus
diperhatikan. Karena itu setiap manusia akan berusaha untuk menjaga kesehatannya.
Dengan cara modern maupun tradisional. Didalam perawatan kesehatan ada kalanya
dilakukan secara modern dan tradisional secara berdampingan. Perilaku dalam
pengobatan tradisional tersebut dianggap tidak memiliki efek samping yang merugikan
kesehatan karena dibuat dari bahan alami, dibanding dengan pengobatan yang dibuat dari
bahan kimia.
B. Saran
Generasi muda agar memiliki rasa ingin tahu dan memiliki perhatian dalam berprilaku
terhadap kesehatan baik secara tradisional maupun moderen. Dan dapat melestarikan
pengobatan tradisional sebagai budaya masyarakat yang bermanfaat terhadap kesehatan.
17
DAFTAR ISI
Rosmalia, Dewi dan Yustina Sriani. 2017. Sosiaologi Kesehatan. Jakarta : Pusat
Pendidikan SDM Kesehatan.
Soekanto, S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
Sunarto, Kamanto. 2014. Materi pokok : sosiologi kesehatan. Jakarta : UT
White, K. 2011. Pengantar Sosiologi Kesehatan Dan Penyakit. Jakarta : Rajagarafindo
Persada.
18