Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di seluruh dunia 8,2 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat
kanker. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah orang meninggal dunia akibat
kanker meningkat menjadi 11,5 juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan
dan pengendalian yang efektif. Berdasarkan estimasi Globocan, International
Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker mammae adalah
kanker dengan persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase
kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia.
Di Indonesia berdasarkan data sensus tahun 2014- 2015 jumlah penduduk
Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Selain itu BPS menunjukkan dari total
tersebut penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa dan perempuan
sebanyak 126, 8 juta jiwa. Ketua Yayasan Kanker MammaeIndonesia
(YLKPI), Linda Gumelar mengatakan kanker mammae merupakan jenis
kanker tertinggi pada klien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di
Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah klien kanker mammae 28,7 persen dari
total penderita kanker. Secara umum prevalensi penyakit kanker di Indonesia
cukup tinggi. Menurut data riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi kanker di
Indonesia adalah 1,4% dari 1000 penduduk atau sekitar 347.000 orang.
Di Indonesia kasus baru kanker mammae menjadi kasus kematian tertinggi
dengan angka 21,5% pada setiap 100.000 penduduk, sekitar 70% kasus klien
kanker mammae baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut.
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor
jinak memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak
menyebar dan bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat
sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat
menyusup ke jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada
pertumbuhan tumor tersebut. Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang
sering ditemukan, pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan ikat
maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-30 tahun
(www.depkes.go.id).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien Ny. R dengan Tumor Mammae di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Mimika.
2. Tujuan Khusus
Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
evaluasi keperawatan pada pasien Ny. R dengan Tumor Mammae yang di
rawat di Ruang Bedah RSUD Mimika.

C. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penerapan Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Mimika
2. Bagi Profesi Keperawatan
Memotivasi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga memahami tentang masalah kesehatan yang dialami,
baik perawatan kesehatan maupun penyelesaian masalah kesehatannya.
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Konsep Dasar Tumor Mammae

1. Defenisi
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).
Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembangbiak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Kusuma, 2015).

2. Etiologi

Menurut Iskandar (2010) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor


mammae belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah
teridentifikasi, yaitu :

a) Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan
dengan pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari
seluruh tumor mammae.
b) Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
mammae beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
mammae.
c) Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
d) Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
mening katkan resiko terjadinya tumor mammae.

e) Usia saat kehamilan pertama


f) Terpapar radiasi
g) Intake alcohol
h) Pemakaian kontrasepsi oral

3. Anatomi Fisiologi
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin.
Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen
pada perempuan dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat
kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.
1) Struktur Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular
dan adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada.
Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada
otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara
bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat
dan bukan pada jumlah glandular aktual.
 Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor,
setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang
membesar menjadi sinus lakteferus (ampula).
 Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan
oleh ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat
fibrosa).
 Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus,
setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus
kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
 Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang
keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
2) Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
 Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria
internal, yang merupakan cabang arteri subklavia.
Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari
toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam
dan vena supervisial yang menuju vena kava superior.
 Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit,
puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila.
Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui
nodus limfe aksilar.

Fisiologi Payudara

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi


oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak
melalui masa pubertas sampai menopause.

Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan


berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai
dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan
mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul
dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi
hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus
menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.

4. Patofisiologi
Tumor merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya.Neoplasma yang maligna terdiri
dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali
yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh.
Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-
sel ganas di antar sel-sel normal.

5. Tanda dan Gejala


Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi tumor mammae
masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan
jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
a. Terdapat massa utuh (kenyal)Biasanya pada kuadran atas dan
bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan
terfiksasi (tidak dapat digerakkan).
b. Nyeri pada daerah massa
c. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mammae.Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau
akibat distorsi ligamentum cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari
dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk
menimbulkan dimpling.
d. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papilla mammae
f. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta
keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
g. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

6. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan
adanya benjolan di mammaenya. Untuk pencegahan awal, dapat
dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa
menstruasi. Sebelum menstruasi, mammae agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1) Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan
pada mammae. Biasanya kedua mammae tidak sama,
putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama.
Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu
tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan
atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2) Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali
kedua mammae.
3) Bungkukkan badan hingga mammae tergantung ke bawah, dan
periksa lagi.
4) Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di
belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri.
Rabalah mammae kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada mammae. Kemudian
periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada
ketiak kiri.
5) Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan
terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka
akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium meliputi: morfologi sel darah, laju endap darah,tes faal
hati, tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam
serum atau plasma.
2) Pemeriksaan sitologis, pemeriksaan ini memegang peranan penting
pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting mammae,
cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
3) Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak.
4) Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2
cm.
5) Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplaydarah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
6) Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
7) Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengancara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi,
pentahapan dan seleksi terapi .
Eksisi luas merupakan bedah untuk menghilangkan keseluruhan
tumor melanoma disertai dengan kulit normal di sekitarnya yang
disebut surgical margin. Surgical margin dihitung berdasarkan
ketebalan tumor, jika terdapat sel kanker pada margin, pasien akan
memerlukan terapi bedah lainnya

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan mammae, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian
dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
d. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
 Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak
terlalu berminyak.
 Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
 Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-
tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
 Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.
 Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
 Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.
 Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang.
 Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
 Ekstremitas: Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas

2. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien dengan post operasi tumor mammae akan muncul
berbagai macam diagnose keperawatan, diantara diagnose itu adalah:
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
4) Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
system imun

3. Intervensi
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (luka insisi
post operasi).
NOC :
 Pain level (Level nyeri)
 Pain control (Kontrol nyeri)
 Comfort level (Level kenyamanan)
Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Pain management (Manajemen nyeri)

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dantim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


ketidaknyamanan

NOC:

 Join movement
 Mobility level
 Self care : ADL
 Transfer performance

Kriteria hasil:

1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik


2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah
4. Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC:

1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat


respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai kebutuhan
3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs pasien

3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka


insisi
NOC:

 Tissue integrity: skin and mucus


 Wound healing: primary and secondary intention

Kriteria Hasil:

1. Perfusi jaringan normal


2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

NIC:

1. Anjurkan pasien untuk mengenakan pakaian yang longgar


2. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Observasi luka: lokasi, dimensi,kedalaman luka, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi local
5. Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
6. Lakukan Teknik perawatan luka dengan steril
7. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
8. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP

4) Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat


pertahanan system imun
NOC:
 Immune status
 Knowledge : infection control
 Risk Control

Kriteria Hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan umtuk mencegah timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC:

1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan


keperawatan
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
5. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam
asuhan keperawaatan yang dilakukan oleh perawat sesuai
dengan rencana tindakan . tindakan ini bersifat intelektual,
teknis dan interpersonal berupa berbagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah evaluasi yang direncanakan, berkelanjutan
dan terarah ketika pasien dan professional kesehatan
menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil
dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai