Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT

(KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS


UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU

Sastra Silvester Ginting1, Jhon Armedi Pinem2, Rozanna Sri Irianty2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia S1, 2Dosen Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
sastrasilvesterg@gmail.com

ABSTRACT

In general, Riau coastal communities difficult to get clean water because the water resources in
the coastal areas of brackish water is not to be used for everyday life. Therefore, the necessary
technology for processing brackish water into clean water. This research aims to determine the
performance of the process of coagulation-flocculation and reverse osmosis membrane on
processing brackish water into clean water. Reverse osmosis membrane used is a type of spiral
wound measuring 0,0001 µm and coagulant used PAC coagulant. In this study, the variable used
is the concentration of PAC coagulant and reverse osmosis membrane operating pressure.
Experiment result obtained the optimum condition of PAC coagulant concentration is 150 mg/L,
which PAC can be designated turbidity up to 88.46% and 91.84% hardness. At a pressure of 8
bar, permeate flux preceded by coagulation-flocculation of 25.81 L/m2.jam. Rejection coefficient
at a pressure of 8 bar brackish water after coagulation-flocculation had 98.72% of TDS; 96.99%
of turbidity; 97.62% of organic substances; 96.37% of hardness and 92.4% chloride.
Keywords: brackish water, coagulation-flocculation, reverse osmosis membranes.

1. Pendahuluan (Total Dissolved Solid) yang terdapat


Daerah yang berbatasan dengan lautan didalam air tersebut. Salinitas adalah tingkat
tersebut merupakan daerah pesisir pantai keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
dimana umumnya banyak terdapat sumber air Beberapa jenis garam yang terdapat dalam
payau. Hal ini menyebabkan masyarakatnya air adalah klorida (Cl-), natrium (Na), sulfat
sulit untuk mendapatkan air bersih (SO4), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca)
dikarenakan sumber daya air atau air payau [Sutrisno, 2004]. Sedangkan TDS (Total
yang terdapat di daerah pesisir pantai Dissolved Solid) adalah jumlah padatan
umumnya berkualitas buruk. Sumber air terlarut yang terdapat dalam air. Padatan
payau yang cukup melimpah ini menjadikan terlarut tersebut dapat diakibatkan oleh bahan
proses desalinasi air payau sebagai solusi pelarut dari air berupa padat, cair dan gas
alternatif untuk menghasilkan air bersih. yaitu berupa mineral, garam, logam serta
Air payau adalah campuran antara air tawar anion. [Yusuf, 2008].
dan air laut (air asin). Salah satu Air payau sukar diolah menjadi air
permasalahan pada air payau yang sering bersih dikarenakan kandungan garamnya
terjadi adalah kandungan salinitas dan TDS yang cukup tinggi, metode konvensional

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 1


yang digunakan selama ini sulit untuk Tachometer, botol sampel 1000 ml, dan
mengolah air payau dikarenakan kandungan stopwatch.
garam yang terlalu tinggi bagi metode
konvensional tersebut. Teknologi modern 2.3 Prosedur Penelitian
desalinasi termal secara destilasi dan
evaporasi yang dipakai secara luas dewasa x Pengambila air payau
ini memang mampu melakukan desalinasi air
payau dengan baik untuk menghasilkan air Bahan baku air payau yang akan
minum. Akan tetapi, teknologi ini difiltrasi dengan membran reverse osmosis
membutuhkan energi yang besar, biaya diambil dari daerah Pesisir Dumai. Air payau
investasi mahal, struktur peralatan yang diambil dari salah satu sumur warga yang
kompleks, membutuhkan ruangan yang berjarak sekitar 5 km dari pantai. Air yang
cukup luas dan biaya perawatan yang mahal telah diambil dari sumur tersebut disimpan
menyebabkan teknologi ini kurang kedalam botol sampling atau botol kaca
kompetitif [Younos dan Tulou, 2005]. untuk kemudian dianalisa.
Oleh karena itu diperlukan pengolahan
agar memenuhi standart lingkungan yaitu x Analisa Sampel Air Payau
dengan menggunakan membran reverse Air payau yang akan dijadikan sebagai
osmosis. Pengolahan dengan menggunkan bahan baku penelitian dianalisa terlebih
membran reverse osmosis merupakan dahulu, adapun parameter yang akan
pengolahan proses fisika yang dilakukan dianalisa yaitu klorida (Cl), kesadahan
dengan memberikan dorongan atau tekanan, (CaCO3), pH, kekeruhan, zat organik
menahan semua ion, melepaskan air murni (KMnO4) dan TDS (Total Dissolved Solid)
dan membuang air kotor. Membran reverse untuk dapat dibandingkan dengan air hasil
osmosis memiliki ukuran pori persepuluh penyaringan menggunakan membran reverse
ribu mikron dan dapat menghilangkan zat osmosis.
organik, bakteri, pirogen, juga koloid yang
tertahan oleh struktur pori yang berfungsi x Proses Pretreatment dengan cara
sebagai penyaring koagulasi-flokulasi
2. Metode Penelitian
Sebelum proses filtrasi dengan
2.1 Bahan baku
membran reverse osmosis dilakukan dahulu
Bahan yang digunakan pada penelitian proses koagulasi dan flokulasi pada air payau
ini adalah air payau dari daerah pesisir dengan cara menambahkan koagulan PAC
Dumai, PAC sebagai koagulan dan akuades. [Nusa, 2003] dengan variasi 50 mg/l air
payau, 100 mg/l air payau, 150mg/l air
2.2 Peralatan yang digunakan payau, 200mg/l air payau, dan 250mg/l air
payau. Masing ± masing sampel akan
Peralatan lain yang digunakan yaitu dilakukan pengadukan cepat selama 5 menit
membran reverse osmosis, Pressure gauge, dengan kecepatan pengadukan 200rpm dan
pompa diafragma, motor pengaduk yang dilanjutkan dengan pengadukan lambat
dilengkapi dengan batang pengaduk dan dengan kecepatan pengadukan 60rpm selama
padle, gelas piala 2000 ml, gelas piala 100ml, 10 menit. Setelah proses koagulasi dan
kertas saring, timbangan analitik, corong, flokulasi selesai larutan kemudian didiamkan
gelas ukur 100 ml, pH meter, TDS meter, selama 30 menit [Windy, 2015]. Sampel air
payau yang telah dilakukan proses koagulasi-

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 2


flokulasi akan membentuk 2 lapisan, lapisan telah ditampung di Gelas ukur (permeat)
atas berupa air yang berwarna bening kemudian dianalisa untuk mengetahui kadar
sedangkan lapisan bawah berupa air keruh salinitas atau klorida (Cl), Kesadahan
yang berisi endapan/flok. Kemudian air (CaCO3), pH, Kekeruhan, zat organik dan
payau dipisahkan dari endapan /flok TDS (Total Dissolved Solid).
menggunakan kertas saring. Sampel yang Setelah proses filtrasi pada variasi
telah melewati proses koagulasi-flukulasi tekanan 2 bar selesai maka dilakukan metode
dianalisa kadar TDS, kekeruhan, zat organik, backwash dengan cara mengalirkan akuades
kesadahan, klorida dan pH nya. kedalam membran reverse osmosis pada
proses ini dilakukan pengukuran fluks
x Proses Filtrasi Setelah Pretreatment kembali pada variasi tekanan dan waktu
Menggunakan Membran Reverse pengukuran fluks yang sama saat proses start
Osmosis up dengan akuades . setelah itu lalukan
kembali filtrasi air payau kemudian ukur
Sebelum melakukan proses filtrasi fluks permeat yang dihasilkan. Pengukuran
dengan bahan baku air payau, terlebih dahulu hanya dilakukan sekali untuk melihat
dilakukan start up pada membran dengan pengaruh backwash terhadap fluks permeat.
cara forward flushing menggunakan akuades. Setelah proses filtrasi dengan variai tekanan
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan 2 bar selesai maka dilakukan kembali tahap
membran terhadap kondisi operasi yang akan filtrasi dengan varisi tekanan lainnya yaitu 4
dijalankan dan untuk mencegah kerusakan bar, 6 bar dan 8 bar dengan prosedur yang
membran sebagai akibat adanya overfeeding sama yang terdiri dari proses start up, filtrasi
atau hydraulic shock. Pada proses start up ini air payau dan backwash.
dilakukan pengukuran fluks air murni atau
akuades dengan cara mengukur waktu yang 3. Hasil dan Pembahasan
diperlukan untuk menampung volume 3.1 Analisa Awal Sampel air Payau
permeat sebanyak 50 ml. Pengukuran fluks
dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit Sampel air payau yang digunakan pada
untuk setiap variasi tekanan yaitu 2 bar. penelitian ini berasal dari sumur di rumah
Setelah forward flushing selama 60 menit, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir
maka proses filtrasi air payau dilakukan. Dumai. Jarak antara sumber sampel air payau
Bak air umpan diisi dengan air payau sekitar ± 5 km dari pinggir laut.
hasil terbaik pada proses koagulasi dan
flokulasi yang telah dianalisa yaitu kadar Tabel 1 Hasil analisa awal air payau
salinitas atau klorida (Cl), Kesadahan
Hasil
(CaCO3), pH, Kekeruhan, zat organik dan
*Baku analisa
TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian air No
Parameter mutu Air
payau dilewatkan melalui membran reverse Payau
osmosis dengan variasi tekanan 2 bar selama 1 TDS (mg/l) 500 3.120
120 menit untuk setiap variasi tekanan. 2 Kekeruhan (NTU) 5 1,8
Selama proses filtrasi, setiap lima menit 3 Zat organik (mg/l) 10 92,4
diukur fluks permeat nya untuk masing- 4 Kesadahan (mg/l) 500 552
maisng tekanan [Andika, 2006]. Fluks 5 Klorida (mg/l) 250 1.527
permeat diukur dengan mengukur waktu 6 pH 6,5-8,5 8,3
yang diperlukan untuk menampung volume
permeat sebanyak 50 ml. Tekanan operasi
diatur dengan menggunakan valve Air yang

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 3


3.2 Pengaruh Dosis Koagulan PAC tekanan operasi adalah salah satu faktor yang
terhadap Penyisihan Zat Padat mempengaruhi fluks permeat. Sesuai dengan
Terlarut (TDS), Kekruhan, Zat prinsip kerja dari proses reverse osmosis
organik, Kesadahan, klorida dan pH maka tekanan operasi yang diperlukan agar
Air Payau larutan air payau dapat melewati membran
reverse osmosis harus lebih besar dari pada
Air payau yang telah dianalisa tekanan osmotik air payau tersebut.
kemudian dikoagulasi menggunakan
koagulan PAC dengan lima variasi dosis Semakin tinggi tekanan yang diberikan
koagulan terhadap air payau yaitu 50 mg/l, maka akan semakin tinggi perbedaan antara
100 mg/l, 150 mg/l, 200 mg/l dan 250 mg/l. tekanan operasi terhadap tekanan osmotik air
Berikut hasil analisa setelah proses payau oleh sebab itu fluks permeat akan
koagulasi-flokulasi. semakin meningkat karena laju alir permeat
akan semakin cepat.

Gambar 1 Pengaruh konsentrasi koagulan


pada proses koagulasi-flokulasi terhadap Gambar 2 Kurva pengaruh tekanan terhadap
persen penyisihan TDS, kekeruhan, zat fluks
organik, kesadahan, klorida dan pH air Gambar 2 memperlihatkan pengaruh
payau. tekanan operasi terhadap fluks permeat
Semakin besar konsentrasi koagulan dengan dan tanpa pengolahan awal
PAC yang digunakan maka persen (pretreatment). Terlihat bahwa fluks
penyisihan terhadap parameter yang dianalisa meningkat seiring dengan meningkatnya
juga semakin besar namun pada penambahan tekanan operasi. Hal ini sesuai dengan
konsentrasi kaogulan yang berlebih akan pernyataan [Cheryan, 1986] bahwa fluks
membuat koloid yang telah terbentuk berbanding lurus dengan tekanan operasi.
menjadi tidak stabil kembali karena tidak Dengan konsentrasi yang sama, yang berarti
adanya ruang untuk membentuk penghubung tekanan osmotik juga tidak berubah, namun
partikel sehingga proses koagulasi dan pemberian tekanan operasi terhadap air
flokulasi tidak bekerja maksimal sehingga umpan semakin meningkat, menyebkan
persen penyisihan menjadi menurun. perbedaan tekanan operasi yang diberikan
dengan tekanan osmotik menjadi semakin
3.3.Pengaruh Tekanan Operasi Terhadap besar, hal ini yang menyebabkan gaya
Fluks Permeat dorong yang terjadi pada air yang melalui
Fluks adalah jumlah volume permeat membran semakin besar, yang berdampak
yang melewati satuan luas membran dalam pada semakin besarnya fluks permeat yang
waktu tertentu. Pada pengukuran fluks dihasilkan.

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 4


rejeksi TDS yang dihasilkan semakin
meningkat. Koefesien rejeksi TDS pada air
3.5. Pengaruh tekanan operasi pada proses payau dengan didahului proses koagulasi-
filtrasi dengan menggunakan flokulasi pada tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan
membran reverse osmosis air payau 8 bar bertutur-turut adalah 91,04%, 94,05%,
94,46% dan 96,99%. Sedangakan koefesien
Proses reverse osmosis pada prinsipnya
rejeksi TDS pada air payau tanpa didahului
adalah kebalikan proses osmosis. Dengan
proses koagulasi-flokulasi pada tekanan 2
memberikan tekanan terhadap larutan dengan
bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar bertutur-turut
kadar garam tinggi (concentrated solution)
adalah 80,69%, 84,29%, 90,6% dan 91,26%.
supaya terjadi aliran molekul air yang
menuju larutan dengan kadar garam rendah 2 Klorida
(dilute solution). Pada proses ini molekul
garam dan partikel atau padatan terlarut tidak
dapat menembus membran, sehingga yang
terjadi hanyalah aliran molekul air saja.
Melalui proses ini, dapat dihasilkan air murni
karena kandungan garam, zat organik dan
padatan terlarut dari air payau telah tersaring
oleh pori-pori membran reverse omosis.
Untuk lebih jelas dibawah akan
dijelaskan pengaruh tekanan terhadap hasil
permeat untuk masing-masing parameter Gambar 4 Grafik pengaruh tekanan
terhadap koefesien klorida
1 Zat Padat Terlarut (TDS)
Gambar 4 merupakan grafik yang
menggambarkan hubungan pengaruh antar
tekanan rejeksi klorida (Cl-) oleh membran
reverse osmosis. Dimana semakin tinggi
tekanan yang diberikan maka koefesien
rejeksi klorida (Cl-) juga semakin tinggi hal
ini disebabkan karena semakin tinggi
tekanan yang diberikan maka semakin tinggi
juga perbedaan antara tekanan operasi dan
tekanan osmotik umpan air payau sehingga
rejeksi klorida (Cl-) yang dihasilkan
Gambar 3 Grafik pengaruh tekanan terhadap semakin meningkat. Koefesien rejeksi
koefesien rejeksi kadar TDS klorida (Cl-) pada air payau dengan
didahului proses koagulasi-flokulasi pada
Gambar 3 menunjukkan pengaruh tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar
tekanan operasi terhadap koefesien rejeksi bertutur-turut adalah 93,29%, 95,1%,
TDS oleh membran reverse osmosis. Dimana 95,29% dan 96,37%. Sedangakan koefesien
semakin tinggi tekanan yang diberikan maka rejeksi klorida (Cl-) pada air payau tanpa
koefesien rejeksi TDS juga semakin tinggi didahului proses koagulasi-flokulasi pada
hal ini disebabkan karena semakin tinggi tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar
tekanan yang diberikan maka semakin tinggi bertutur-turut adalah 69,38%, 73,91%,
juga perbedaan antara tekanan operasi dan 82,24% dan 89,85%.
tekanan osmotik umpan air payau sehingga

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 5


Klorida (Cl-) merupakan monovalent 4. Kesimpulan
yang memiliki ukura lebih besar
Konsentrasi optimal koagulan PAC
dibandingkan dengan ukuran pori membran
pada proses koagulasi-flokulasi adalah pada
reverse omosis yang digunakan, yaitu
150 mg/l air payau.
sekitar 5x10-3 ± 1x10-4 µm [Afzah, 2011]
Proses pretreatment (koagulasi-
sedangkan membran RO memiliki ukuran
flokulasi) mampu untuk membantu membran
0,0001 µm, namun seperti disajikan pada
reverse osmosis dalam mengolah air payau
grafik, rejeksi membrane reverse osmois
sehingga menghasilkan air dengan kualitas
terhadap ion cl- tidak mencapai 100%, hal
yang telah memenuhi baku mutu air minum
ini dikarenakan membrane reverse osmosis
berdasarkan permenkes 2010 (parameter
penahan yang tidak sempurna terhadap
klorida, kekeruhan, kesadahan, zat organik,
garam-garam terlarut dalam umpan.
TDS dan pH), serta mampu mengurangi
3.6 Pengaruh Backwash terhadap fluks beban kerja membran reverse osmosis yang
membran reverse osmosis dapat memperpanjang umur pemakaian
membran
Backwash merupakan salah satu Pengolahan air payau menggunakan
metode yang digunakan untuk mengurangi kombinasi membran reverse osmosis dan
fouling pada membran, lapisan fouling proses pretreatment lebih efektif
membran (foulant) akan menghambat dibandingkan dengan tanpa kombinasi proses
flitrasi. pretreatment.
Pada tekanan operasi 2 bar dikukur Semakin besar tekanan operasi yang
fluks awal akuades yaitu sebesar 4,46 diberikan maka semakin tinggi nilai fluks
L/m2.jam. Kemudian saat filtrasi air payau dan koefesien rejeksi yang diperoleh.
waktu selama 2 jam terjadi penurunan fluks, Perlakuan backwash pada membran
dimana fluks awal flitrasi sebesar 4,46 reverse osmosis yang sudah digunakan untuk
L/m2.jam dan akhirnya mencapai 3,12 mengolah air payau mampu meningkatkan
L/m2.jam pada akhir flitrasi. Setelah nilai fluks dan memperpanjang umur
dilakukan metode backwash fluks kembali pemakaian membran.
meningkat menjadi 3,82 L/m2.jam. Begitu Saran
juga terhadap tekanan 2 bar, 4 bar dan 6 bar
terjadi kenaikan fluks setelah dilakukan Pada penelitian selanjutnya disarankan
backwash dengan akuades. Metode untuk mempelajari efek fouling dan scaling
backawash menggunkana akuades dengan waktu operasi filtrasi yang lebih
membantu meningkatkan fluks hal ini lama.
disebabkan karena partikel-partikel yang
Daftar Pustaka
tertahan pada membran penyebab fouling
dibersihkan dengan akuades. Namun Azfah, R.A., Dewi L.K. dan Soedjono E.S.,
peningkatan fluks yang diperoleh tidak (2011). Studi Awal Reverse Osmosis
sebesar pada saat fluks awal filtrasi hal ini Tekanan Rendah Untuk Air Payau
disebabkan karena tidak semua partikel- dengan Salinitas dan Susprnded Solid
partikel yang ada dipermukaan membran Rendah. Jurusan Teknik Lingkungan.
terikut oleh akuades. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 6


Dow Chemical Co., (1995). FILMTEC
Reverse Osmosis Membranes
Technical Manual, in Dow Liquid
Separations. Form No. 609-00071-
0705.CD
Lisa, M., (2008). Kinerja membran reverse
osmosis terhadap rejeksi kandungan
garam air payau sintetis: pengaruh
variasi konsentrasi umpan. Jurusan
Teknik Kimia. Universitas Riau,
Pekanbaru.
Said. N.I., (2003). Aplikasi Teknologi
Osmosis Balik Untuk Memenuhi
Kebutuhan Air Minum di Kawasan
Pesisir atau Pulau Terpencil.
Kelompok Teknologi Pengelolaan Air
Bersih dan Limbah Cair, Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Lingkungan, BPPT.
Yusuf. E., Rachmanto. T, A., dan Laksmono.
R., (2008). Pengolahan Air Payau
Menjadi Air Bersih Dengan
Menggunakan Membran Reverse
Osmosis. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol.1, No.1, Halaman 6-
15.

Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 7

Anda mungkin juga menyukai